Anda di halaman 1dari 2

Refleksi Nilai-Nilai Pancasila Pada Adaptasi Kebiasaan Baru Pandemi Covid19

Hampir 2 tahun Bangsa Indonesia terdampak pandemi Covid19. Korbannya tidak


hanya lebih dari 144.000 nyawa meninggal dunia hingga pertengahan januari 2022 namun
juga memporakporandakan perekonomian bangsa. Pandemi Covid19 ini memaksa
masyarakat merubah aktivitasnya secara daring dan dilakukan di rumah. Hal ini
menimbulkan kesenjangan baru di masyarakat yakni kesenjangan digital bagi masyarakat
yang memiliki akses dan fasilitas digital dengan yang tidak sama sekali. Sehingga akan
berpotensi Sebagian warga tertinggal dalam meraih akses informasi, pendidikan maupun
peluang ekonomi. Lantas bagaimana nilai-nilai Pancasila tetap dapat relevan dalam kondisi
yang cepat berubah secara fundamental, terutama pada kebiasaan-kebiasaan baru akibat
Pandemi Covid19?
Nilai Ketuhanan
Kekacauan dan kebingungan ditimbulkan atas perubahan tatanan social yang begitu
cepat. Masyarakat merubah spiritulitas nya dengan berbagai bentuk. Saat ini, laman-laman
digital pemuka agama dibanjiri jutaan pengikut. Dampaknya msyarakat dapat dengan mudah
tergerus opini keagamaan dan menyebarkan pototogan-potongan opini pemuka agama yang
dirasa menarik namun dapat menimbulkan tafsiran yang berbeda. Benturan perbedaan ini
menjadi tak terelakan.
Ketuhanan Yang Maha Es ini lah sila pertama Pancasila sebagai titik temu
kebangsaan bagi berbagai penafsiran yang berbeda tentang keagamaan. Nilai ketuhanan ini
menjadikan masyarakat beragama untuk mengembangkan kesalehan pribadi dan
komunitasnya menjadi kesalehan social hingga mengkokohkan kebangsaan.
Nilai Kemanusiaan
Bangsa Indonesia memiliki salah satu jatidirinya yakni gotong royong. Saat Pandemi
Covid19 melanda dan perekonomian kalang kabut, msayarakat bahu membahu saling
menolong dengan mengumpulkan bantuan-bantuan sosial. Inisitaif-inisitaif inilah muncul
dari masyarakat sendiri (Buttom up). Hal ini tentu merefleksikan nilai Kemanusiaan Yang
Adil Dan Beradab dari dalam hati masyarakat yang merasa senasib dan saling terdampak.
Nilai Persatuan
Pandemi Covid19 yang masih berlangsung saat ini, paham kebangsaan yang
terkandung dalam Sila Persatuan Indonesia yakni menggugah semangat nasionalisme untuk
saling bersatu menjaga masyarakat dengan tetap mematuhi protokoler kesehatan dan
membuat jaring-jaring pengaman perekonomian masyarakat kecil. Dengan cara ini lah,
Bangsa Indonesia dapat lolos dari masa sulit akibat pandemic.
Nilai Demokrasi
Beberapa tahun terakhir Bangs akita dirundung dengan politik identitas yang tumbuh
subur dimainkan oleh segelintir orang yang memiliki kepentingan merusak demokrasi
Pancasila. Pada situasi yang serba internet saat ini, buzzer bayaran mengamplifikasi
pandangan tertentu dan membungkam pandangan yang dirasa berseberangan. Hal ini tentu
mengancam demokrasi dan kebebasan berpendapat kita. Atas hal tersebut, kehadiran Sila
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan menjadi basis bagi seluruh element masyarakat untuk tetap menjaga marwah
demokrasi kita.
Nilai Keadilan
Pada dasarnya pemimpin pasti ingin mensejahterakan masyarakat. Pada masa
pandemi Covid19 dan adaptasi kebiasaan baru inilah pemerintah harus hadir. Memastikan
keselamatan masyarakat atas dampak kesehatan dan ekonomi yang sedang dirasakan.
Pemerintah diharapkan mampu menghelola berbagai kepentingan demi tujuan utama
kesejathteraan rakyat tetap terlindungi di masa sulit sehingga pemerintah dengan
kekuasaannya dapat menegakan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Adaptasi kebiasaan baru tentu merubah hidup kita selamanya. Namun, masalah-masalah
pokok bangsa ini yang datang akibat pandemi Covid19 harus tetap dihadapi bersama. Sesulit
apapun tantangan yang bangsa ini hadapi, Pancasila akan tetap memberikan penyadaran
spiritual, menumbuhkan empati, merekat persatuan dan penyejuk dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Salam Pancasila !!!

Penulis:
Reza Abdurrakhman
Magister Ilmu Politik – Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai