Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
1
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul varietas teori neo-
marxian; teori kritis ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah teori sosial klasik dan modern. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi para penulis.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini tersebut.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR
ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
..............................................................................................6
3.2
Saran...................................................................................................................15
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori kritis semakin berkembang bersama dengan kapitalisme barat. Dan pada
ruang lingkup sosiologi dan filsafat, dijadikan sebagai salah satu bahan diskusi. Pondasi
utama ketika kita melakukan analisis mengenai perkembangan histori dari kebudayaan
manusia adalah logika berpikir dialektif dari kaum hegelian. Dalam mengembangkan
munculnya perspektif baru tidak hanya ditangkap pada suatu saat. Hal sebagai studi
dinamis, selalu ada pembahruan perspektif baru untuk memahami fenomena yang lebih
kompleks. Hal ini dapat dilihat dari perspektif sebelumnya, yaitu liberalism dan realism
yang telah mengetahui tentang neo-liberalisme dan neo-realisme.
Filsuf jerman, karl marx, sebagai penulis marxisme telah mengkritik ekonomi
kapitalis yang cenderung mengeksploitasi perbedaan kelas antara kelas pemilik modal
atau kelas Boorjoou dan khusus yang tidak memeiliki modal proletari. Marxisme,
metrasa bahwa manusia memeiliki esensi dari materialis dasar, hanya memikirkan
kebutuhan mereka sendiri.
Menurut para pengikut marxisme, ekonomi sebagai sebagai jumlah zero adalah
tempat eksploitasi manusia dan perbedaan kelas dimana kapitalis mengambil
keuntungan dari pekerja untuk menghasilkan keuntungan maksimal untuk
mereka sendiri (Jackson & Sorensen, 1999).
4
1.3 Tujuan Makalah
5
BAB II PEMBAHASAN
Secara fenomenal, fondasi dari mazhab frankrut kembali kepada suatu kelompok
filsuf yang berideologikan marxis. Mereka berkonsentrasi pada kerja intelektual yang
kritis di institute fur sosialforschung (pusatnya di frankrut, jerman). Felix jose weil
mendirikan lembaga ini pada tanggal 23 februari 1923, kedua orang tuanya merupakan
seorang pedagang gandum dan masuk dalam kategori keluarga kaya raya. Felix dapat
membentuk sebuah lembaga dan secara independen dengan bantuan finansial dari
ayahnya.
6
Marxisme merasa bahwa manusia memiliki esensi dari materialis dasar, hanya
memikirkan kebutuhan mereka sendiri.Menurut para pengikut Marxisme, ekonomi
sebagai jumlah zero adalah tempat eksploitasi manusia dan perbedaan kelas di mana
kapitalis mengambil keuntungan dari pekerja untuk menghasilkan keuntungan maksimal
untuk mereka sendiri (Jackson & Sorensen, 1999).
7
Wallerstein, Warren dan Rosenberg adalah angka yang memainkan peran
penting dalam teori Neo-Marxisme. (Hobden dan Jones, 2001). Pandangan neo-
marxisme bahwa sistem internasional dapat dijelaskan melalui dua teori, yaitu teori
sistem global dan teori ketergantungan (Steans, et al., 2010). Immanuel Wallerstein
sebagai pelopor dari perspektif neo-marxisme atau strukturalisme membuat teori teori
sistem terbagi dua teori, yaitu Kekaisaran Dunia dan Dunia.
Ekonomi. Kekaisaran Dunia adalah teori yang berfokus pada bentuk eksploitasi
sumber daya alam dan dominasi politik, menghibur antara negara-negara pinggiran
bagi negara-negara utama. Selain itu, yaitu teori ekonomi global menjelaskan tentang
distribusi negara dalam tiga kelompok, yaitu: inti, semi-pinggiran dan pinggiran. Negara-
negara utama yang terdiri dari negara-negara di Borjouis, yang memiliki modal besar
atau negara maju sejak Perang Dunia, saya mencintai Inggris, Amerika Serikat, Prancis
dan Jepang. Sedangkan negara semi-periferal dapat menafsirkan sebagai negara yang
memiliki penghematan yang cukup untuk berperan dalam menstabilkan ekonomi global,
seperti Cina yang merupakan negara yang memiliki ekonomi yang sangat tinggi, tetapi
dalam perkembangannya terhambat oleh Inggris.
Negara-negara Cina tidak bisa menjadi negara dasar (Steans & Pettiford, 2005:
93). Dapat dikatakan bahwa negara-negara dunia ketiga atau pinggiran adalah negara-
negara berkembang, memiliki sumber daya alam yang melimpah tetapi tidak memiliki
teknologi yang mampu memperlakukannya. Contohnya sederhana, yaitu negara kita,
Indonesia yang berlimpah untuk sumber daya alam, tetapi kemampuan manusia dan
teknologi yang kurang canggih agar tidak dapat mengobatinya dan membutuhkan
bantuan negara atau hati yang berkembang. Teori ketergantungan atau teori
ketergantungan menjelaskan hubungan antara negara-negara dasar dan perropikus
yang saling menggantikan. Negara-negara pinggiran akan selalu membutuhkan
bantuan dari negara dasar untuk diperlakukan, alih-alih negara dasar yang
membutuhkan sumber daya alam.
8
Stabilitas perdamaian dan internasional akan terjadi jika tidak ada distribusi kelas
di dunia internasional, penghapusan kelas dapat dilakukan oleh revolusi global.
Revolusi ini bertujuan untuk menghapuskan status borjuasi sebagai pemegang kendali
sehingga kesetaraan muncul dan menghasilkan perdamaian, disebut neo-Marxis
sebagai Komunisme Internasional (Steance dan Pettiford, 2005) Neo-Marxisme lebih
ditekankan pada ekuitas, keadilan sosial dan kerja sama antar kelas sehingga negara
adalah pengontrol sistem kapitalisme. Agar Marxisme dan Struktur menunjukkan bahwa
perdamaian sipil membutuhkan keadilan sosial dan kesetaraan sehingga perdamaian
diciptakan tanpa kelas (Linklater, 2001).
9
2.2. Kant Akal Budi
Dalam ruang lingkup filsafat etika, Immanuel Kant termasuk pada filsafat aliran
etika deontologis. Etika deontologis adalah teori filsafat moral yang mengajarkan bahwa
sebuah tindakan itu benar kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban
yang relevan untuknya. Atau dalam artianya tindakan itu dianggap benar apabila itu
adalah kehendak baik. Karena bagi Kant tidak hal yang lebih baik secara mutlak
kecuali “kehendak baik”. Baik tersebut dalam artian kehendak yang “baik” pada
dirinya, dan tidak tergantung pada orang lain, Kant membedakan antara tindakan yang
sesuai dengan kewajiban dan tindakan yang dilakukan demi kewajiban.
Untuk tindakan yang sesuai dengan kewajiban baginya tidak berharga secara
moral, sedangkan tindakan yang dilakukan demi kewajiban itu bernilai moral. Menurut
dia, semakin sedikit pamrih kita untuk menunaikan kewajiban, maka semakin tinggilah
nilai moral tindakan kita. Sebuah tindakan moral yang luhur adalah tindakan yang
dilakukan demi kewajiban.
Kritik Atas Akal Budi Praktis berisikan materi yang tidak pas dimasukkan
kedalam Fundamental Priciples, kata kant. Karena materi yang didapatkan adalah
kesatuan dari antara budi praktis dan teoretis. Satu-kesatuan akal budi praktis dan
teoretis ini ditegaskan dalam Kritik Atas Akal Budi Murni dan diasumsikan dalam
Fundamental Principles,tiada pertentangan akal budi dengan dirinya sendiri ketika
memahami pengetahuan dan memandu perilaku praktis, Kant secara memadai
mengungkap banyak persoalan filsafat yang sangat mendasar tentang hubungan
antara pengetahuan, kepercayaan, dan perbuatan.
Immanuel Kant adalah seorang filosof yang berhasil mendefinisikan etika dalam
pengertian imperatif moral, bukan dalam upaya mencapai kebahagiaan. Dia juga
mengusulkan metafisika rasional sebagai lawan dari metafisika spekulatif. Dalam
konteks metafisika rasional, Kant mengarahkan filsafat moralnya kepada agama,
meskipun yang terakhir tidak secara langsung diletakkan sebagai fondasi yang paling
utama.
10
Immanuel Kant adalah salah satu filsuf paling berpengaruh dalam sejarah filsafat
Barat.Kant berpendapat, tidak mungkin memperluas pengetahuan ke ranah metafisika
spekulatif yang sangat masuk akal. Alasan mengapa pengetahuan memiliki kendala-
kendala ini, menurut Kant, adalah bahwa pikiran memainkan peran aktif dalam
membentuk ciri-ciri pengalaman dan membatasi akses pikiran ke alam empiris ruang
dan waktu.
Hubungan manusia dan lingkungan luarnya ini selalu diperantarai oleh „kerja‟
dan „komunikasi‟. Sintesis ini dimungkinkan oleh suatu „kategori tindakan manusia‟,
11
yaitu „kategori tindakan instrumental‟ yang terdapat dalam hubungan manusia dan
alam, dan „kategori tindakan komunikatif‟ yang terdapat pada hubungan manusia
dengan manusia lainnya. Dan tindakan itu dipicu oleh adanya suatu kepentingan
manusia, yaitu kepentingan untuk menguasai dan memanipulasi, yang kemudian
menimbulkan ilmu-ilmu alam, dan kepentingan untuk berinteraksi dengan manusia
lainnya, yang kemudian menimbulkan keinginan untuk memahami orang lain, sebagai
dasar dari ilmu-ilmu budaya.
Ada beberapa hal yang membuat penulis ingin melihat relevansi teori Habermas
tentang pengetahuan, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, dengan Teologi
Islam, yaitu:
1. sebagaimana yang kita lihat di atas, teologi yang tidak mengindahkan kehidupan
sosial hanya akan menjadikannya ideologis. Karena tidak mampu mengetahui,
atau sengaja menutupi, kenyataan yang sedang berlangsung.
12
2. Masih banyak yang menganggap bahwasanya teologi tidak ada kaitannya
dengan kehidupan sosial. Pengetahuan teologi seperti ini, mirip dengan
positivisme yang menganggap teologi bebas dari kepentingan sosial, dan
3. Penulis ingin mengaitkan keilmuan barat dengan Studi Islam. Hal ini dilakukan
guna kemajuan Studi Islam itu sendiri.
Horkheimer dan Adorno (1976) berpendapat bahwa gagasan budaya saat ini
telah berkembang menjadi industri yang aktif, yang berkembang sesuai dengan tren
ekonomi. Mereka khususnya mengamati bahwa produksi barang secara besar-besaran
merupakan sebuah sarana kepuasan terhadap kebutuhan yang akibatnya memberikan
kendali kekuasaan terpusat dan manipulasi terhadap seseorang. Penggandaan pilihan
yang disediakan bagi konsumen memperkuat suatu keyakinan bahwa tiap-tiap
kebutuhan dapat dipenuhi (dipuaskan) dengan sebuah produk tertentu, dengan
menciptakan sebuah kesadaran produsen untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan
konsumen melalui produk mereka.
Produksi barang dalam jumlah besar diterjemahkan menjadi produksi ide besar-
besaran, yang membuat budaya hanya sebagai sebuah industri yang menyokong
perkembangan ideologi-ideologi orang-orang yang memegang kekuasaan atasnya.
Horkheimer dan Adorno (1976) menggambarkan pemberian label atas gagasan-
gagasan melalui paham konsumeris ini sebagai industri budaya. Proses terjadinya hal
ini ditandai dengan beberapa faktor, yang kesemuanya menyatakan bahwa seseorang
tidak memiliki kuasa, namun hanya sedikit berkuasa, sedang beberapa pemimpin
menjadi makin berkuasa. Namun lebih pada minat terhadap budaya yang
mengesahkan sebuah gaya hidup tertentu yang dipandang sebagai hal yang sangat
diinginkan.
13
Horkheimer dan Adorno (1976) menjelaskan lebih lanjut tentang poin ini. industri
budaya memiliki ciri adanya produksi komoditas, yang berperan sebagai ungkapan atau
perwakilan atas realita bagi konsumen. Seseorang menjadi pakar atau ahli minuman
anggur atau opera juga seni kontemporer bukan karena tiap hal ini memperkaya dan
memperluas cita rasa dan kepandaian mereka
14
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua. Dalam pembuatan makalah pasti
ada kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman
semua dan terutama kepada dosen pembimbing kami untuk kedepannya kami menjadi
lebih baik lagi. Semoga dengan makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana yang dapat
membangun dan mendorong setiap mahasiswa ataupun mahasiswi untuk berpikir aktif
dan kreatif.
15
DAFTAR PUSTAKA
16