Anda di halaman 1dari 16

VARIETAS TEORI NEO-MARXIAN;TEORI KRITIS

Disusun Oleh :

Afifah Anwar (210305021)

T. Ahyar Chehuna (210305026)

Nurul Nazakia (210305023)

Dosen Pembimbing :

Marini Kristina Situmenang, M.Sos., M.A.

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh


Fakultas Ushuludin Dan Filsafat Prodi Sosiologi
Agama Darussalam 2022

1
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul varietas teori neo-
marxian; teori kritis ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah teori sosial klasik dan modern. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi para penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibuk marini kristina situmenang,


M.Sos., M.A. selaku dosen mata kuliah teori social klasik dan modern yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambaha pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini tersebut.

Banda Aceh, 23 April 2022

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR
ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
...............................................................................................4

1.1 Latar Belakang


....................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah
..............................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
..............................................................................................6

2.1 Fondasi Mazhab Frankrut


...................................................................................6

2.2 Kant Akal Budi.....................................................................................................10

2.3 Ide-ide Jurgen Habermas


....................................................................................11

2.4 Industri Dan Kebudayaan


....................................................................................13

BAB III PENUTUP .....................................................................................................15

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................15

3.2
Saran...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................16

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Teori kritis semakin berkembang bersama dengan kapitalisme barat. Dan pada
ruang lingkup sosiologi dan filsafat, dijadikan sebagai salah satu bahan diskusi. Pondasi
utama ketika kita melakukan analisis mengenai perkembangan histori dari kebudayaan
manusia adalah logika berpikir dialektif dari kaum hegelian. Dalam mengembangkan
munculnya perspektif baru tidak hanya ditangkap pada suatu saat. Hal sebagai studi
dinamis, selalu ada pembahruan perspektif baru untuk memahami fenomena yang lebih
kompleks. Hal ini dapat dilihat dari perspektif sebelumnya, yaitu liberalism dan realism
yang telah mengetahui tentang neo-liberalisme dan neo-realisme.

Filsuf jerman, karl marx, sebagai penulis marxisme telah mengkritik ekonomi
kapitalis yang cenderung mengeksploitasi perbedaan kelas antara kelas pemilik modal
atau kelas Boorjoou dan khusus yang tidak memeiliki modal proletari. Marxisme,
metrasa bahwa manusia memeiliki esensi dari materialis dasar, hanya memikirkan
kebutuhan mereka sendiri.

Menurut para pengikut marxisme, ekonomi sebagai sebagai jumlah zero adalah
tempat eksploitasi manusia dan perbedaan kelas dimana kapitalis mengambil
keuntungan dari pekerja untuk menghasilkan keuntungan maksimal untuk
mereka sendiri (Jackson & Sorensen, 1999).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu :

1. Bagaimana fondasi mazhab frankrut?


2. Bagaimana pemikiran imanuel kant tentang akal budi?
3. Apa saja ide-ide jurgen hubermas hubermas?
4. Bagaimana industri dan kebudayaan teori neo-marxian?

4
1.3 Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui fondasi terhadap mazhab frankrut.


2. Untuk mengetahui apa saja pemikiran imanuel kant.
3. Untuk mengetahui ide-ide jurgen hubermas.
4. Untuk mengetahui industri dan kebudayaan terhadap teori neo-marxian.

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Fondasi Mazhab Frankrut

Secara fenomenal, fondasi dari mazhab frankrut kembali kepada suatu kelompok
filsuf yang berideologikan marxis. Mereka berkonsentrasi pada kerja intelektual yang
kritis di institute fur sosialforschung (pusatnya di frankrut, jerman). Felix jose weil
mendirikan lembaga ini pada tanggal 23 februari 1923, kedua orang tuanya merupakan
seorang pedagang gandum dan masuk dalam kategori keluarga kaya raya. Felix dapat
membentuk sebuah lembaga dan secara independen dengan bantuan finansial dari
ayahnya.

Para filsuf mazhab Frankfurt mengembangkan dan menerapkan sebuah filsafat


yang dikenal dengan sebutan Teori Kritis. Posisi dari teori kritis sendiri dalam bagan
historikal filsafat, banyak mendapatkan pengaruh dari tiga doktrin besar, yaitu Marx,
Freud, dan Hegel.Pemikiran yang paling banyak diketahui oleh orang-orang adalah
pemikiran dari filsafat Karl Marx ketika mencetuskan teori kritis. Namun, pemikiran Marx
tidak ditelan secara mentah oleh teori kritis, karena pemikiran Marx dinilai terlalu
deterministik ekonomis. Pada akhirnya tersematkan julukan kaum Neo Marxisme pada
madzhab Frankfurt.

Pondasi utama ketika kita melakukan analisis mengenai perkembangan histori


dari kebudayaan manusia adalah logika berpikir dialektis dari kaum hegelian. Teori kritis
semakin berkembang bersama dengan kapitalisme Barat. Dan pada ruang lingkup
sosiologi dan filsafat, dijadikan sebagai salah satu bahan diskusi.

Dalam mengembangkan munculnya perspektif baru tidak hanya ditangkap pada


suatu saat. Hai Sebagai studi dinamis, selalu ada pembaruan perspektif baru untuk
memahami fenomena yang lebih kompleks. Hal ini dapat dilihat dari perspektif
sebelumnya, yaitu liberalisme dan realisme yang telah mengetahui tentang neo-
liberalisme dan neo-realisme. Filsuf Jerman, Karl Marx, sebagai penulis Marxisme telah
mengkritik ekonomi kapitalis yang cenderung mengeksploitasi perbedaan kelas antara
kelas pemilik modal atau kelas Borjoou dan kursus yang tidak memiliki modal proletari.

6
Marxisme merasa bahwa manusia memiliki esensi dari materialis dasar, hanya
memikirkan kebutuhan mereka sendiri.Menurut para pengikut Marxisme, ekonomi
sebagai jumlah zero adalah tempat eksploitasi manusia dan perbedaan kelas di mana
kapitalis mengambil keuntungan dari pekerja untuk menghasilkan keuntungan maksimal
untuk mereka sendiri (Jackson & Sorensen, 1999).

Seiring waktu, prospek Marxisme telah dikembangkan oleh strukturalisme dalam


neo-marxisme, sehingga neo-Marxisme dapat disebut strukturalisme (Jackson &
Sorensen, 1999). Neo-Marxisme dilahirkan sebagai bentuk kritis dari masalah sosial-
ekonomi radikal berdasarkan teori Marxisme pasca perang. Visi struktur keadaan
sistem internasional meneliti kapasitas keseluruhan sebagai sistem yang menunjukkan
munculnya berbagai hubungan antara elit dengan berbagi minat dasar. (Steans &
Pettiford. 2009). Tidak seperti Marxisme bahwa hanya neo-Marxis yang menunjukkan
bahwa para aktor yang berperan adalah kelas sosial transnasional. (Steati &
Pettiford.2009; 152) sudut pandang neo-marxisme lebih fokus pada masalah
ketidaksetaraan sosial dan penerapan kerja sama antara Borjoou dan kaum proletariat.

Hipotesis dasar neo-marxisme tidak jauh berbeda dari sudut pandang


Marxisme, perbedaannya adalah bahwa neo-Marxisme menyoroti penghapusan kelas
yang terkandung di negara itu untuk membuatnya lebih terstruktur. Agenda utama
adalah untuk memberikan stabilitas ekonomi dari negara-negara karena pembangunan
ekonomi cenderung dinamis atau selalu dalam evolusi konstan, bukan statis (LinkLater,
2001). Negara aktor mengambil peran pengontrol sistem kapitalisme sehingga tidak
ada lagi pencegahan perbedaan kelas antara kelas Borjouis dan Proletar. Jika
Marxisme menganggap Borjoou dan kaum proletariat sebagai aktor hubungan
internasional, neomarxisme memberi penekanan yang lebih besar pada negara kelas
sosial transnasional yang beroperasi pada batas wilayah dan menganggap bahwa
negara itu bukan negara. Aktor dominan (Steers, et al, 2005).

7
Wallerstein, Warren dan Rosenberg adalah angka yang memainkan peran
penting dalam teori Neo-Marxisme. (Hobden dan Jones, 2001). Pandangan neo-
marxisme bahwa sistem internasional dapat dijelaskan melalui dua teori, yaitu teori
sistem global dan teori ketergantungan (Steans, et al., 2010). Immanuel Wallerstein
sebagai pelopor dari perspektif neo-marxisme atau strukturalisme membuat teori teori
sistem terbagi dua teori, yaitu Kekaisaran Dunia dan Dunia.

Ekonomi. Kekaisaran Dunia adalah teori yang berfokus pada bentuk eksploitasi
sumber daya alam dan dominasi politik, menghibur antara negara-negara pinggiran
bagi negara-negara utama. Selain itu, yaitu teori ekonomi global menjelaskan tentang
distribusi negara dalam tiga kelompok, yaitu: inti, semi-pinggiran dan pinggiran. Negara-
negara utama yang terdiri dari negara-negara di Borjouis, yang memiliki modal besar
atau negara maju sejak Perang Dunia, saya mencintai Inggris, Amerika Serikat, Prancis
dan Jepang. Sedangkan negara semi-periferal dapat menafsirkan sebagai negara yang
memiliki penghematan yang cukup untuk berperan dalam menstabilkan ekonomi global,
seperti Cina yang merupakan negara yang memiliki ekonomi yang sangat tinggi, tetapi
dalam perkembangannya terhambat oleh Inggris.

Negara-negara Cina tidak bisa menjadi negara dasar (Steans & Pettiford, 2005:
93). Dapat dikatakan bahwa negara-negara dunia ketiga atau pinggiran adalah negara-
negara berkembang, memiliki sumber daya alam yang melimpah tetapi tidak memiliki
teknologi yang mampu memperlakukannya. Contohnya sederhana, yaitu negara kita,
Indonesia yang berlimpah untuk sumber daya alam, tetapi kemampuan manusia dan
teknologi yang kurang canggih agar tidak dapat mengobatinya dan membutuhkan
bantuan negara atau hati yang berkembang. Teori ketergantungan atau teori
ketergantungan menjelaskan hubungan antara negara-negara dasar dan perropikus
yang saling menggantikan. Negara-negara pinggiran akan selalu membutuhkan
bantuan dari negara dasar untuk diperlakukan, alih-alih negara dasar yang
membutuhkan sumber daya alam.

8
Stabilitas perdamaian dan internasional akan terjadi jika tidak ada distribusi kelas
di dunia internasional, penghapusan kelas dapat dilakukan oleh revolusi global.
Revolusi ini bertujuan untuk menghapuskan status borjuasi sebagai pemegang kendali
sehingga kesetaraan muncul dan menghasilkan perdamaian, disebut neo-Marxis
sebagai Komunisme Internasional (Steance dan Pettiford, 2005) Neo-Marxisme lebih
ditekankan pada ekuitas, keadilan sosial dan kerja sama antar kelas sehingga negara
adalah pengontrol sistem kapitalisme. Agar Marxisme dan Struktur menunjukkan bahwa
perdamaian sipil membutuhkan keadilan sosial dan kesetaraan sehingga perdamaian
diciptakan tanpa kelas (Linklater, 2001).

Upaya penataan dalam realisasi perdamaian dengan transfer sistem ke sistem


sosial-ekonomi yang tidak menjelaskan sehingga mencegah dan mengurangi berbagai
motivasi negara untuk bertarung. (Jill Steater & Lloyd Pettiford. 2009, 201).
Upaya penataan dalam realisasi perdamaian dengan transfer sistem ke sistem sosial-
ekonomi yang tidak menjelaskan sehingga mencegah dan mengurangi berbagai
motivasi negara untuk bertarung.

Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa pengembangan sudut pandang


Marxisme menjadi neo-marxisme sebagai bentuk kritis dari keberadaan kapitalisme
yang menyebabkan celah sosial. Gejolak sosial antara Borjouis dari pemilik modal dan
proletariat yang tidak memiliki modal. Divisi Kelas membuat kehadiran pameran serta
ketergantungan antara negara pusat, semi-pherciseterimia dan abadi. Hubungan antara
ketergantungan timbal balik tentunya, keadaan pemilik sumber daya alam atau fanente
membutuhkan negara atau inti maju untuk dikelola karena keterbatasan Teknologi.
Tetapi kadang-kadang digunakan sebagai eksploitasi oleh negara utama. Neo-
Marxisme menggunakan teori teori sistem global untuk menjelaskan sistem
internasional.

Agar dapat menstabilkan dan mencapai perdamaian internasional, cara yang


efektif untuk menghapus kursus adalah dari Revolusi Dunia. Pentingnya Revolusi
Global meningkatkan ketimpangan sosial antara kursus dengan menerapkan sistem
peradilan sosial. Ketimpangan sosial ini dapat dilakukan dengan menghilangkan kursus
dan mendukung keadilan sosial.

9
2.2. Kant Akal Budi

Dalam ruang lingkup filsafat etika, Immanuel Kant termasuk pada filsafat aliran
etika deontologis. Etika deontologis adalah teori filsafat moral yang mengajarkan bahwa
sebuah tindakan itu benar kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban
yang relevan untuknya. Atau dalam artianya tindakan itu dianggap benar apabila itu
adalah kehendak baik. Karena bagi Kant tidak hal yang lebih baik secara mutlak
kecuali “kehendak baik”. Baik tersebut dalam artian kehendak yang “baik” pada
dirinya, dan tidak tergantung pada orang lain, Kant membedakan antara tindakan yang
sesuai dengan kewajiban dan tindakan yang dilakukan demi kewajiban.

Untuk tindakan yang sesuai dengan kewajiban baginya tidak berharga secara
moral, sedangkan tindakan yang dilakukan demi kewajiban itu bernilai moral. Menurut
dia, semakin sedikit pamrih kita untuk menunaikan kewajiban, maka semakin tinggilah
nilai moral tindakan kita. Sebuah tindakan moral yang luhur adalah tindakan yang
dilakukan demi kewajiban.

Kritik Atas Akal Budi Praktis berisikan materi yang tidak pas dimasukkan
kedalam Fundamental Priciples, kata kant. Karena materi yang didapatkan adalah
kesatuan dari antara budi praktis dan teoretis. Satu-kesatuan akal budi praktis dan
teoretis ini ditegaskan dalam Kritik Atas Akal Budi Murni dan diasumsikan dalam
Fundamental Principles,tiada pertentangan akal budi dengan dirinya sendiri ketika
memahami pengetahuan dan memandu perilaku praktis, Kant secara memadai
mengungkap banyak persoalan filsafat yang sangat mendasar tentang hubungan
antara pengetahuan, kepercayaan, dan perbuatan.

Immanuel Kant adalah seorang filosof yang berhasil mendefinisikan etika dalam
pengertian imperatif moral, bukan dalam upaya mencapai kebahagiaan. Dia juga
mengusulkan metafisika rasional sebagai lawan dari metafisika spekulatif. Dalam
konteks metafisika rasional, Kant mengarahkan filsafat moralnya kepada agama,
meskipun yang terakhir tidak secara langsung diletakkan sebagai fondasi yang paling
utama.

10
Immanuel Kant adalah salah satu filsuf paling berpengaruh dalam sejarah filsafat
Barat.Kant berpendapat, tidak mungkin memperluas pengetahuan ke ranah metafisika
spekulatif yang sangat masuk akal. Alasan mengapa pengetahuan memiliki kendala-
kendala ini, menurut Kant, adalah bahwa pikiran memainkan peran aktif dalam
membentuk ciri-ciri pengalaman dan membatasi akses pikiran ke alam empiris ruang
dan waktu.

2.3. Ide-Ide Jurgen Habermas

Pengertian ideologi di sini, sebagaimana digunakan oleh Habermas dan tokoh


Mazhab Frankfurt lainnya, mengacu pada arti ideologi menurut Karl Marx dan Engels.
Mereka menganalogikan konsep kerja ideologi seperti camera obscura, yang
merepresentasikan dunia yang dibolak-balik, yang berarti ideologi adalah semacam ilusi
tentang dunia, sebuah gambaran yang terbalik dan berbeda dengan apa yang
sebenarnya terjadi. Demikian juga, sebuah ilmu dikatakan ideologis jika ilmu itu
mencoba menutupi apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Dengan demikian, jika pengetahuan, apapun bentuknya, menjauhkan diri dari


aspek realitas historis, maka pengetahuan itu akan menjelma menjadi ideologi. Untuk
menghilangkan aspek ideologis ini, maka sebuah pengetahuan harus dikaitkan dengan
realitas empiris, mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan, teori dengan praxis.
Untuk tujuan itu, Habermas kemudian merefleksikan kembali pengetahuan manusia.

Menurutnya, pengetahuan manusia dimungkinkan oleh adanya „sintesis‟ antara


aspek transendental dan aspek empiris. Sintesis ini sangat sentral dalam melahirkan
konsepsinya terkait pengetahuan dan kepentingan kognitif manusia.Sintesis ini diambil
dari pemikiran Kant, Hegel, dan Marx, tetapi sepertinya Habermas lebih condong untuk
mengambil konsep sintesis dari Marx. Sintesis yang dimaksud adalah pertautan
manusia dengan alam lingkungannya. Manusia memperoleh pengetahuan dari
lingkungan luarnya, dan dari pengetahuannya manusia mencoba mengatasi kendala
yang berasal dari lingkungan luarnya.

Hubungan manusia dan lingkungan luarnya ini selalu diperantarai oleh „kerja‟
dan „komunikasi‟. Sintesis ini dimungkinkan oleh suatu „kategori tindakan manusia‟,

11
yaitu „kategori tindakan instrumental‟ yang terdapat dalam hubungan manusia dan
alam, dan „kategori tindakan komunikatif‟ yang terdapat pada hubungan manusia
dengan manusia lainnya. Dan tindakan itu dipicu oleh adanya suatu kepentingan
manusia, yaitu kepentingan untuk menguasai dan memanipulasi, yang kemudian
menimbulkan ilmu-ilmu alam, dan kepentingan untuk berinteraksi dengan manusia
lainnya, yang kemudian menimbulkan keinginan untuk memahami orang lain, sebagai
dasar dari ilmu-ilmu budaya.

Melalui karyanya habermas secara brilian mendialogkan teori kritisnya bahwa


kekuasaan semestinya tidak di legitimasikan, tapi di rasionalisasikan. Rasionalisasi
disini tidak di mengerti dalam paradigma kerja, tapi dalam paradigma komunikasi.
Artinya, kekuasaan harus di cerahi dengan diskusi rasional yang bersifat publik agar
anggota masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam menentukan perkembangan
politik, termasuk mengarahkan kemajuan teknis masyarakat.

Habermas tidak memandang rasional kekuasaan sebagai ife normatif belaka.


Dia melihat tren itu mendasar dalam proyek modernisasi, dan arah-arah itu memang
dibaca dalam perkembangan politik modern. Rasionalitas adalah aspirasi modernitas.
Namun, ide rasionalisasi kekuasaan ini akan bersifat normatif jika dihadapkan pada
politik yang miskin partisipasi. Artinya ide itu memerlukan perjuangan untuk dapat di
wujudkan dalam realitas, dan ini mengandaikan kehendak politis yang di landasi oleh
kepercayaan atas rasionalitas. Mempertanyakan relevansi pandangan ini bagi sebuah
masyarakat sama dengan mempersoalkan kepercayaan pada rasionalitas dalam
masyarakat itu sendiri.

Ada beberapa hal yang membuat penulis ingin melihat relevansi teori Habermas
tentang pengetahuan, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, dengan Teologi
Islam, yaitu:

1. sebagaimana yang kita lihat di atas, teologi yang tidak mengindahkan kehidupan
sosial hanya akan menjadikannya ideologis. Karena tidak mampu mengetahui,
atau sengaja menutupi, kenyataan yang sedang berlangsung.

12
2. Masih banyak yang menganggap bahwasanya teologi tidak ada kaitannya
dengan kehidupan sosial. Pengetahuan teologi seperti ini, mirip dengan
positivisme yang menganggap teologi bebas dari kepentingan sosial, dan
3. Penulis ingin mengaitkan keilmuan barat dengan Studi Islam. Hal ini dilakukan
guna kemajuan Studi Islam itu sendiri.

2.4 Industri Dan Kebudayaan

Horkheimer dan Adorno (1976) berpendapat bahwa gagasan budaya saat ini
telah berkembang menjadi industri yang aktif, yang berkembang sesuai dengan tren
ekonomi. Mereka khususnya mengamati bahwa produksi barang secara besar-besaran
merupakan sebuah sarana kepuasan terhadap kebutuhan yang akibatnya memberikan
kendali kekuasaan terpusat dan manipulasi terhadap seseorang. Penggandaan pilihan
yang disediakan bagi konsumen memperkuat suatu keyakinan bahwa tiap-tiap
kebutuhan dapat dipenuhi (dipuaskan) dengan sebuah produk tertentu, dengan
menciptakan sebuah kesadaran produsen untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan
konsumen melalui produk mereka.

Produksi barang dalam jumlah besar diterjemahkan menjadi produksi ide besar-
besaran, yang membuat budaya hanya sebagai sebuah industri yang menyokong
perkembangan ideologi-ideologi orang-orang yang memegang kekuasaan atasnya.
Horkheimer dan Adorno (1976) menggambarkan pemberian label atas gagasan-
gagasan melalui paham konsumeris ini sebagai industri budaya. Proses terjadinya hal
ini ditandai dengan beberapa faktor, yang kesemuanya menyatakan bahwa seseorang
tidak memiliki kuasa, namun hanya sedikit berkuasa, sedang beberapa pemimpin
menjadi makin berkuasa. Namun lebih pada minat terhadap budaya yang
mengesahkan sebuah gaya hidup tertentu yang dipandang sebagai hal yang sangat
diinginkan.

13
Horkheimer dan Adorno (1976) menjelaskan lebih lanjut tentang poin ini. industri
budaya memiliki ciri adanya produksi komoditas, yang berperan sebagai ungkapan atau
perwakilan atas realita bagi konsumen. Seseorang menjadi pakar atau ahli minuman
anggur atau opera juga seni kontemporer bukan karena tiap hal ini memperkaya dan
memperluas cita rasa dan kepandaian mereka

Yang disebut dengan menggunakan nilai dalam menangkap komoditas budaya


digantikan oleh pertukaran nilai; pada posisi kenikmatan, terdapat kunjungan
galeri dan pengetahuan sesungguhnya: orang yang mengagungkan gengsi
menggantikan pakar. Konsumen menjadi ideology industri plesir, yang
kelembagaannya tidak bisa terelakkan. Budaya dan paham konsumeris dikawinkan
menjadi sebuah proses, dimana komoditas memegang nilai hanya untuk perluasan
bahwa komoditas tersebut mengesahkan status yang diinginkan oleh konsumen.
Budaya popular sama dengan sebuah pabrik yang menghasilkan barang-barang
budaya berstandard untuk memanipulasi rakyat menuju kepasifan; kenikmatan yang
mudah dan tersedia lewat konsumsi budaya popular membuat rakyat menjadi
patuh dan puas, tak peduli bagaimana sulitnya keadaan ekonomi mereka.

Horkheimer dan Adorno melihat budaya yang diproduksi secara besar-besaran


ini sebagai berbahaya bagi seni budaya yang sedikit lebih tinggi dan sulit. Industri
budaya dapat meyebabkan adanya kebutuhan yang salah, yaitu kebutuhan yang dibuat
dan dipuaskan oleh paham kapitalis. Kebutuhan yang sebenarnya, sebaliknya, adalah
kebutuhan akan kebebasan, kreativitas atau kebahagiaan sejati.

Pendekatan “Marxisme Budaya”-nya Stuart Hall membangun model yang lebih


kompleks berdasarkan perluasan teori hegemoni, ekonomi sosial memproses
“persetujuan perusahaan” diantara kelas-kelas yang lebih rendah (masyarakat “mampu-
tidak mampu” atau “mampu-kurang mampu” ) untuk menerima pandangan yang
dikembangkan oleh kelas-kelas berpemilikan (masyarakat mampu).

14
BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Para filsuf mazhab Frankfurt mengembangkan dan menerapkan sebuah


filsafat yang dikenal dengan sebutan Teori Kritis. Posisi dari teori kritis sendiri dalam
bagan historikal filsafat, banyak mendapatkan pengaruh dari tiga doktrin besar, yaitu
Marx, Freud, dan Hegel.Pemikiran yang paling banyak diketahui oleh orang-orang
adalah pemikiran dari filsafat Karl Marx ketika mencetuskan teori kritis.

Immanuel Kant adalah seorang filosof yang berhasil mendefinisikan etika


dalam pengertian imperatif moral, bukan dalam upaya mencapai kebahagiaan. Dia juga
mengusulkan metafisika rasional sebagai lawan dari metafisika spekulatif. Dalam
konteks metafisika rasional, Kant mengarahkan filsafat moralnya kepada agama,
meskipun yang terakhir tidak secara langsung diletakkan sebagai fondasi yang paling
utama. Ideologi adalah semacam ilusi tentang dunia, sebuah gambaran yang
terbalik dan berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi. Demikian juga, sebuah
ilmu dikatakan ideologis jika ilmu itu mencoba menutupi apa yang sebenarnya
tengah terjadi.

3.2. Kritik Dan Saran

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua. Dalam pembuatan makalah pasti
ada kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman
semua dan terutama kepada dosen pembimbing kami untuk kedepannya kami menjadi
lebih baik lagi. Semoga dengan makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana yang dapat
membangun dan mendorong setiap mahasiswa ataupun mahasiswi untuk berpikir aktif
dan kreatif.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://tamara-shidazhari-fisip16.web.unair.ac.id/artikel_detail-175932-Teori Hubungan Internasional:


Jurhtthttps://ibtimes.id/mazhab-frankfurt/ps://ibtimes.id/mazhab-frankfurt/nal-NeoMarxisme:
Penghapusanhttps://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-industri-budaya/131095/2Kelas
Masyarakat.htmlhttps://ibtimes.id/mazhab-frankfurt/http://digilib.uinsby.ac.id/13981/59/Bab
2.pdfhttps://opac.isi.ac.id/index.php?p=show_detail&id=41223 -
gsc.tab=0https://
ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/qalamuna/article/view/357https://jurnal.uin-
antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/view/1369/0https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-
dengan-industri-budaya/131095http://library.fis.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=1183

16

Anda mungkin juga menyukai