Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP MANAGEMEN KESELAMATAN PASIEN

Disusun Oleh:

Ansel Sarumaha P07520221001


Asima Rohana Hutajulu P07520221006
Aulia Alfi Jannah P07520221008
Aprillia Khoirunnisah Hrp P07520221003

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022/2023
Kata Pengantar

“Puji syukur Alhamdulillah atas segala karunia yang diberikan Allah SWT kepada penulis sehingga karya
tulis ini yang berjudul “Konsep Managemen Keselamatan Pasienedc ” dapat terselesaikan dengan baik.
Tujuan penulisan karya tulis ini untuk memenuhi tugas dari Ibu Tiurlan , S.Kep , Ns, M.Kep. yang
diharapkan dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi pembaca maupun bagi penulis itu sendiri. Penulis
sangat berterima kasih kepada Ibu Tiurlan , S.Kep , Ns, M.Kep. pada mata kuliah Pasien Safety, telah
mempercayai tugas ini kepada penulis, sehingga dapat membantu penulis untuk menguasai pengetahuan
pada bidang studi yang ditekuni. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi pengetahuan kepada penulis dan membantu penulis
dalam bentuk dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan tepat waktu. Tidak
ada yang sempurna di dunia ini. Begitupun dengan karya tulis ini yang masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dari karja kami.
Daftar isi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………ii
BAB 1……………………………………………………………………………………………...1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………….2
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2
C. Tujuan…………………………………………………………………………...……...…2
BAB II……………………………………………………………………………………….……..3
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………...……3
A. Konsep Managemen Pasien Safety………………………………………………………..3
B. Relavasi Keselamatan Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan………………………………4
C. Model Keselamatan Pasien Vincent (2010)………………………….……………………5
D. Elemen Yang Mempengaruhi Keselamatan Pasien………………………………………5
E. Model Keselamatan Nasional ACSQH 2010…………………………...…………………6
BAB III…………………………………………………………………………………………….8
PENUTUP…………………………………………………………………………………………8
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..8
B. Saran………………………………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………...9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah realisasi yang menentukan pada tahun 1990an adalah bahwa, terlepas dari semua
kekuatan obat modern yang diketahui untuk menyembuhkan dan memperbaiki penyakit, rumah sakit
bukanlah tempat yang aman untuk penyembuhan. Sebaliknya, rumah sakit adalah tempat yang penuh
dengan risiko yang membahayakan pasien. Salah satu respon penting terhadap realisasi ini adalah
meningkatnya minat terhadap keselamatan pasien. Semakin jelas bahwa keselamatan pasien telah
menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, lengkap dengan pengetahuan dan keahlian terpadu, dan
memiliki potensi untuk merevolusi perawatan kesehatan, mungkin sama radikalnya dengan biologi
molekuler yang secara dramatis meningkatkan kemampuan terapeutik dalam pengobatan.
Keselamatan pasien telah diakui di banyak negara, dengan kesadaran global dipupuk oleh Aliansi
Dunia untuk Keselamatan Pasien dari WHO (Emanuel, 2008). Namun tetap ada tantangan yang
signifikan untuk menerapkan kebijakan dan praktik keselamatan pasien. Salah satu persyaratan
mendasar untuk mengadopsi pendekatan baru adalah artikulasi yang jelas tentang premis dan
manifestasinya. Komponen keselamatan pasien telah diungkapkan oleh banyak ahli, dan model telah
dipresentasikan. Namun, satu persepsi tunggal yang dapat membantu adopsi menyeluruh terhadap
perawatan kesehatan pasien di seluruh dunia belum tersedia. Modul ini bertujuan untuk menawarkan
itu. Setelah memperkenalkan poin pentinng dalam sejarah perkembangan keselamatan pasien, kami
menawarkan sebuah definisi, deskripsi, dan akhirnya, model keselamatan pasien. Seiring sejarah
intelektual keselamatan pasien berkembang, semakin penting untuk menentukan keselamatann
pasien. Apakah keselamatan pasien adalah cara untuk melakukan sesuatu- yaitu filosofi (dengan
kerangka kerja penjelas, prinsip etika, dan metode) dan disiplin (dengan keahlian)? Ataukah atribut-
maksud, tujuan dan kondisi (aman), properti yang muncul dari sistem? Definisi yang ada sepertinya
sangat beragam dan mengundang pertanyaan. Meskipun Institute of Medicine (IOM) mendefinisikan
keamanan sebagai "kebebasan dari kecelakaan", keselamatan pasien sebagai disiplin atau bidang
penyelidikan dan Tindakan belum sepenuhnya didefinisikan sampai saat ini dalam pernyataan
konsensus utama organisasi yang telah mendorong keberadaannya (Hughes, 2008)
"Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di
rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil."
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental ataumenghindarkan
cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan.Patient safety (keselamatan
pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakitmembuat asuhan pasien lebih aman. Hal
ini termasuk : assesment resiko, identifikasi danpengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden,kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera
yangdisebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambiltindakan
yang seharusnya dilakukan (DepKes RI,2006).Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000,
patient safety adalah tidak adanyakesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan
pasien (patient safety)adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegahterjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalanresiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporandan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusiberhubungan dengan
risiko pasien,pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dariinsiden dan tindak lanjutnya,
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnyaresiko

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep managemen keselamatan pasien
2. Bagaimana bentuk model keselamatan pasien
3. Apa elemen yang mempengaruhi keselamatan pasien

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pasien
Safety, Untuk menambah wawasan tentang:
1. Dapat mengetahui konsep managemen keselamatan pasien
2. Dapat mengetahui bentuk-bentuk model keselamtan pada keselamtan pasien
3. Dapat mengetahui elemen yang mempengaruhi keselamtan pada pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Managemen Pasien Safety
1. Pengertian Managemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner, 1982 dalam Asmuji, 2013).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan menggunakan sumber
daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-
sosialspiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit
maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Asmuji, 2013).
Fungsi manajemen dalam pendekatan keperawatan yaitu:
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan upaya dalam meningkatkanprofesionalisme pelayanan
keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan
ditingkatan.
2. Pengorganisasian (organizing)
Pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab, dan koordinasi
kegiatan, baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Pengarahan (directing)
Hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia
mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian
tujuan keperawatan yang telah ditetapkan.
4. Pengendalian (controling)
Usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan,
untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang
sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada
deviasi, dan untuk mengukur signifikansinya.

2. Pengertian Keselamatan Pasien


Menurut Vincent (2008), keselamatan pasien didefinisikan sebagai penghindaran,
pencegahan dan perbaikan dari hasil tindakan yang buruk atau injuri yang berasal dari proses
perawatan kesehatan.
Definisi ini membawa beberapa cara untuk membedakan keselamatan pasien dari
kekhawatiran yang lebih umum mengenai kualitas layanan kesehatan, yang disebut oleh
Vincentsebagai "sisi gelap kualitas". Perawatan kesehatan, dalam banyak kasussetidaknya,
sangat berbahaya dan definisi secara implisit mengakui hal ini. Definisi ini jugamengacu pada
perbaikan hasil buruk atau injuri, yang memperluas definisi di luar masalah keselamatan
tradisional terhadap area yang mungkin, di banyak industri, disebut manajemen bencana.
Dalam perawatan kesehatan, perbaikan pertama-tama mengacu pada kebutuhan akan
intervensi medis yang cepat untuk mengatasi krisis segera, tetapi juga untuk kebutuhan
merawat pasien dengan injuri dan untuk mendukung staf yang terlibat. Pengertian tentang
keselamatan pasien yaitu menurut Emanuel (2008), yang menyatakan bahwa keselamatan
pasien adalah disiplin ilmu di sektor perawatan kesehatan yang menerapkan metode ilmu
keselamatan menuju tujuan mencapai sistem penyampaian layanan kesehatan yang dapat
dipercaya. Keselamatan pasien juga merupakan atribut sistem perawatan kesehatan; Ini
meminimalkan kejadian dan dampak, dan memaksimalkan pemulihan dari efek samping.
Definisi singkat yang diberikan di atas bagaimanapun, tidak benar-benar menangkap
karakteristik pendefinisian keselamatan pasien dan latar belakang konseptualnya. Badan
Keselamatan Pasien Nasional Amerika Serikat berusaha melakukan ini saat membuat agenda
penelitian untuk keselamatan pasien. Mereka secara khusus menunjuk pada kenyataan bahwa
prakarsa-prakarsa kualitas tradisional belum sepenuhnya mengatasi kesalahan dan kerugian,
keamanan berada di dalam sistem dan juga orang-orang, dan keselamatan itu harus secara
aktif dikejar dan dipromosikan (Emanuel et al, 2008). Cukup berusaha menghindari
kerusakan saja tidak cukup. Sebaliknya seseorang harus mengurangi kesalahan dari semua
jenis dan mengejar keandalan tinggi sebagai komponenpenting dari perawatan berkualitas
tinggi.
Keselamatan pasien terutama berkaitan dengan penghindaran, pencegahan dan perbaikan
hasil buruk atau injuri yang berasal dari perawatan kesehatan itu sendiri. Ini harus membahas
kejadian yang mencakup rangkaian "kesalahan" dan "penyimpangan" terhadap kecelakaan.
Keselamatan muncul dari interaksi komponen sistem. Ini lebih dari sekedar tidak adanya hasil
yang merugikan dan ini lebih dari sekadar menghindari kesalahan atau kejadian yang dapat
dicegah. Keselamatan tidak berada dalam diri seseorang, perangkat atau departemen.
Meningkatkan keamanan tergantung pada belajar bagaimana keselamatan muncul dari
interaksi komponen. Keselamatan pasien terkait dengan "kualitas perawatan", namun kedua
konsep tersebut tidak identik. Keselamatan merupakan bagian penting dari kualitas. Sampai
saat ini, kegiatan untuk mengelola kualitas tidak terfokus secukupnya pada masalah
keselamatan pasien (National Patient Safety Foundation, 2000, dalam Vincent, 2010).

A. Relavasi Keselamatan Pasien Dengan Pelayanan Kesehatan ( Insiden Keselamatan Pasien


Akibat Salah Layanan Kesehatan Dan Kegagalan Sistem Medis)
1. Relavasi keselamatan pasien dengan pelayanan kesehatan
(Pemberian pelayanan Kesehatan), Anggota keluarga dan professional Kesehatan,
keselamatan sangat penting untuk penegakan diagnose, Tindakan keselamatan dan perawatan.
Dokter,Perawat dan semua orang yang berkerja di sitem Kesehatan berkomitmen untuk
merawat, mwmbantu, menghibur dan merawat pasien dan memiliki ke unggulan dalam
penyediaan layanan kesehatan untuk semua aorang yang membutuhkannya.

2. Insiden Keselamatan Pasien Akibat Salah Layanan Kesehatan Dan Kegagalan Sistem
medis
Sebagian besar informasi yang ada tentang risiko keselamatan pasien di rangkaian
perawatan kesehatan primer berasal dari penelitian tentang kesalahan dan kejadian yang
dilaporkan, termasuk penelitian yang telah mencoba mengembangkan taksonomi untuk
mengklasifikasikan jenis kesalahan dan insiden yang terjadi dalam setting ini (Australian
Commision on Safety and Quality in Health Care, 2010). Jenis penelitian ini umumnya
didasarkan pada laporan pribadi anonim atau rahasia sukarela, dan sampai saat ini terbatas
pada praktik umum. Memvariasikan definisi istilah kesalahan, kejadian, dan laporan telah
digunakan dalam penelitian yang dijelaskan dalam bagian ini. Definisi yang berbeda ini
membatasi perbandingan hasil, dan tidak selalu sesuai dengan definisi istilah-istilah ini yang
telah dikembangkan dalam literatur keselamatan pasien. Dalam modul ini istilah "insiden
keselamatan pasien" akan digunakan secara umum, yang didefinisikan sesuai dengan
Klasifikasi Internasional WHO untuk Keselamatan Pasien, yaitu: kejadian atau keadaan yang
dapat mengakibatkan, atau mengakibatkan, kerugian yang tidak perlu pada pasien . Australia
telah menjadi salah satu pelopor pelaporan kejadian dalam praktik umum, dan studi oleh
Badan Ancaman terhadap Keselamatan Pasien Australia (Threats to Australian Patient
Safety / TAPS) adalah salah satu analisis insiden keselamatan pasien yang paling Kondisi
Potensial komprehensif di dunia internasional (Australian Commision on Safety and Quality
in Health Care, 2010).
TAPS dan penelitian lainnya telah mengidentifikasi dua jenis insiden keselamatan
pasien yang luas:
1. Insiden terkait dengan proses perawatan, termasuk proses administrasi, investigasi,
perawatan, komunikasi dan pembayaran. Ini adalah jenis kejadian umum yang dilaporkan
(berkisar antara 70% -90% tergantung pada penelitian).
2. Insiden terkait dengan pengetahuan atau keterampilan praktisi, termasuk diagnosis yang
tidak terjawab atau tertunda, perlakuan salah dan kesalahan dalam pelaksanaan
Tugas
Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas berikut
definisinya yaitu:
1. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah setiap kejadian
atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm
(penyakit, cedera, cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu Tindakan
(“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena “underlying
disease” atau kondisi pasien.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena “keberuntungan” (misal: pasien
terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan”
(suatu obat dengan reaksi alergi diberikan , diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya).
5. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbukan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
6. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian
tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang
terjadi (misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius
pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
B. Model Keselamatan Pasien Vincent (2010)
Vincent (2010) menawarkan model sederhana berikut untuk melihat keselamatan pasien. Ini
membagi sistem perawatan kesehatan menjadi empat domain:
1. Mereka yang bekerja di bidang kesehatan
2. Mereka yang mendapat perawatan kesehatan atau memiliki saham dalam
Ketersediaannya
3. Infrastruktur sistem untuk intervensi terapeutik (proses pemberian layanan kesehatan)
4. Metode umpan balik dan perbaikan terus menerus
Model ini konsisten dengan definisi keselamatan pasien yang disebutkan di atas: Apa?dan
dimana? Sesuai dengan domain ketiga, yaitu "Sistem untuk tindakan terapeutik:"Bagaimana ?
Sesuai dengan Keempat, "Metode"; Siapa? Sesuai dengan yang pertama dankedua, yaitu "orang-
orang yang bekerja dalam perawatan kesehatan" dan "orang-orang yang menerimanya atau
memiliki saham dalam ketersediaannya". Model ini juga konsisten dengan kerangka berfikir yang
ada yang mendukung pasien.
Vincent (2010) mengidentifikasi tujuh elemen yang mempengaruhi keselamatan:
1. Faktor organisasi dan manajemen.
2. Faktor lingkungan kerja.
3. Faktor tim.
4. Faktor individu
5. Karakteristik Pasien
6. Faktor lingkungan eksternal.
Faktor-faktor ini menyebar di antara tiga domain; Sistem untuk tindakan terapeutik, orang-
orang yang bekerja di bidang perawatan kesehatan, dan orang-orang yang menerimanya atau
memiliki saham dalam ketersediaannya.

C. Elemen Yang Mempengaruhi Keselamatan Pasien


Adapun faktor yang mempengaruhi tercapainya sasaran keselamatan pasien adalah
tingkat pengetahuan perawat, sikap perawat, dan fasilitas di rumah sakit.
→ Faktor individu : pengalaman kerja dan pendidikan tidak memengaruhi pelaporan insiden
keselamatan pasien, hal ini berarti semakin lama waktu bekerja dan semakin tinggi tingkat
pendidikan tidak menjamin semakin tingginya kesadaran perawat untuk melaporkan insiden
keselamatan pasien karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan perawat tentang pelaporan
insiden keselamatan pasien.
→ Faktor psikologi: persepsi perawat baik tentang evaluasi dan interpretasi dalam hal tidak setuju
menganggap insiden keselamatan pasien merupakan hal yang sepeleh maka akan berdampak pada
pelaporan insiden keselamatan pasien pada perawat semakin baik. Perawat menyatakan setuju
bahwa khawatir dengan tindakan hukum dipengadilan yang dijalani setelah melaporkan insiden
keselamatan pasien. Persepsi selektiv buruk perawat bahwa insiden keselamatan pasien yang
dilakukan dibahas dalam forum terbuka. Sikap dan motivasi tidak memengaruhi pelaporan
insiden keselamatan pasien, hal ini berarti sikap yang positif dan motivasi yang tinggi dari
seorang perawat belum tentu mempengaruhi kinerja perawat dalam pelaporan insiden
keselamatan pasien.
→ Faktor organisasi: pengaruh kepemimpinan positif dalam hal sikap dan persepsi
kepemimpinan khususnya hubungan kerja pimpinan dengan staff sangat efektif akan
mempengaruhi pelaporan insiden keselamatan pasien, hal ini berarti kepemimpinan yang positif
menjamin kinerja perawat baik dalam hal pelaporan insiden keselamatan pasien, akan tetapi
kepribadian pemimpin dalam hal peluang pemimpin membantu staff bahkan menggunakan “biaya
sendiri” dalam penilaian sedang. Pemimpin kadang-kadang menunjukkan kepuasan terhadap
tugas yang sudah dilakukan staff.
→ Faktor Lama Bekerja : Lama kerja adalah salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi
seseorang berperilaku (Green, 1980) dalam Notoadmodjo (1993). Lama kerja seseorang dapat
dihubungkan dengan pengalaman yang diperoleh di tempat kerja, semakin lama bekerja semakin
mahir. Menurut teori Anderson dalam Notoadmodjo (2012) bahwa, dimana ia berada semakin
lama pengalaman kerja seseorang, maka semakin terampil, dan biasanya semakin lama semakin
mudah ia memahami tugas, sehingga memberi peluang untuk meningkatkan prestasi serta
beradaptasi dengan lingkungan seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan semakin baik.
→ Faktor Pengetahuan : Kemampuan organisasi untuk meningkatkan mutu melalui aspek
keselamatan pasien dipengaruhi oleh faktor individu. Pengetahuan perawat tentang keselamatan
pasien merupakan kunci utama dalam memastikan perawatan yang aman. Faktor pengetahuan
perawat dan komitmen organisasi memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja
perawat di rumah sakit.
→ Sikap Perawat : Sikap merupakan predisposisi dari suatu tindakan. Sikap diartikan sebagai
reaksi atau respon yang ada dalam diri seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus
atau obyek. faktor yang dapat mempengaruhi sikap positif seseorang diantaranya adalah
pengalaman pribadi dalam hal ini dapat berkaitan dengan pengalaman kerja seseorang, pengaruh
orang yang dianggap penting yaitu bagaimana pengaruh kepala ruang terhadap perawat
pelaksana, pengaruh kebudayaan yaitu bagaimana budaya organisasi di lingkungan tersebut dan
faktor emosional terkait dengan emosi yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek
Selain itu komunikasi juga penting karena Komunikasi yang efektif merupakan kunci untuk
mencapai keselamatan pasien di rumah sakit. Kesalahan kesenjangan komunikasi, dan pengaruh
faktor manusia juga menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemberian pelayanan kesehatan
kepada pasien. Perawat yang tidak melaksanakan tugasnya dalam menjaga keselamatan pasien
dari insiden keselamatan pasien, berarti menggambarkan perawat tersebut tidak amanah dalam
melaksanakan tugas. Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien.
Komunikasi dalam pelayanan keperawatan baiknya dilakukan secara efektif. Hal ini karena
komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan mudah dipahami oleh penerima
akan mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien.

D. Model Keselamatan Nasional ACSQH 2010


Model nasional untuk akreditasi dan kualitas keselamatan pasien (Australian Commission
on Safety and Quality in Healthcare / ACSQH, 2010)
Pada bulan November 2006, ACSQH memulai tinjauan terhadap sistem dan standar keselamatan
dan kualitas nasional, dan mengusulkan sebuah paket reformasi termasuk seperangkat standar
nasional dimana layanan kesehatan dapat dinilai.
Tahap pertama pelaksanaan reformasi akreditasi telah difokuskan pada pengembangan
seperangkat Standar Pelayanan Kesehatan Keselamatan dan Mutu Nasional. Draft Standar
berfokus pada area yang penting untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan bagi
pasien dengan memberikan pernyataan eksplisit tentang tingkat keselamatan dan kualitas
perawatan yang diharapkan yang akan diberikan kepada pasien oleh organisasi layanan
kesehatan. Standar tersebut juga menyediakan sarana untuk menilai kinerja organisasi.

Draft Standar telah dikembangkan untuk:


● Tata Kelola untuk Keselamatan dan Mutu dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan
● Infeksi terkait kesehatan
● Keamanan obat
● Identifikasi Pasien dan Prosedur Pencocokan; dan
● Timbang terima (Handover) Klinis

Lima topik tambahan saat ini dalam pengembangan, mencakup:


1. Darah dan keamanan darah
2. Bermitra dengan Konsumen
Pencegahan dan Penatalaksanaan Ulkus Tekanan
3. Mengakui dan Menanggapi Kerusakan Klinis; dan
4. Keselamatan dari jatuh.
Berbagai perangkat pendukung dan pedoman untuk Standar sedang dikembangkan melalui
konsultasi dengan pemangku kepentingan utama. Sebuah studi percontohan mengenai draft
standar yang disempurnakan dilakukan untuk standar pertama di tahun 2010. Tujuan utama
adalah untuk menguji Standar, alat pendukung dan pedoman, dan untuk mengidentifikasi isu-isu
untuk implementasi Standar. Setelah selesai Standar akan diberikan kepada Menteri Kesehatan
untuk pengesahan. Hal ini dimaksudkan agar semua layanan kesehatan yang berpotensi
menimbulkan risiko tinggi merugikan pasien diakreditasi terhadap Standar Pelayanan Kesehatan
dan Mutu Nasional. Organisasi layanan kesehatan dengan risiko bahaya pasien yang lebih rendah
harus menggunakan Standar sebagai bagian dari mekanisme jaminan kualitas internal mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes RI, 2008). Human factor memeriksa
hubungan antara manusia dan sistem dan bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada
peningkatan efisiensi, kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan tujuan
meminimalkan kesalahan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulis
dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Nursing Journal. Vol. 1 (1). Hal 1-3


Sumber: Emanuel, Berwick & Conway (2008)
Sumber: Baldwin, M. (2006), Cartoonstock.com
Sumber: Kamagurka (2012), Cartoonstock.com
ustralian Comission on Safety and Quality in Health Care. (2010). Patient Safety in Primary
Health Care. Www.Safetyandquality.Gov.Au, (August), 80. Retrieved from
http://www.safetyandquality.gov.au/wp-content/uploads/2010/01/Patient-safety-inprimary-health-
care-discussion-paper1.pdf
Commission on Patient Safety and Quality Assurance. (2008). Building a Culture of Patient
Safety. Brunswick Press Ltd: Dublin, Ireland
Emanuel, L., Berwick, D., & Conway, J. (2008). What exactly is patient safety? Advances in
Patient Safety, 1–18.
http://doi.org/http://www.ahrq.gov/downloads/pub/advances2/vol1/advancesemanuel-
berwick_110.pdf
Hughes, R. G. (2008). Patient safety and quality: an evidence-based handbook for nurses.
Agency for Healthcare Research and Quality, US Department of Health and Human

Anda mungkin juga menyukai