PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot,
nyeri sendi disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia
Pada bulan januari 2009, penderita DHF di Jawa Tengah sebanyak 1706
orang. Sedangkan kasus DHF yang terjadi di beberapa kota di Jawa Tengah
sampai pertengahan 2009 sebanyak 2767 orang 73 diantaranya meninggal.
C. Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca khususnya
kalangan medis dan diharapkan dapat memahami dan mengetahui
penatalaksanaan tentang DHF, serta penanggulangan dan pencegahannya
sehingga di harapkan dapat melakukan usaha-usaha promosi, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif terutama di bidang interna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF
2.1 Pengertian
DHF (Dengue Hemoragic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada anak-
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul rejatan
(flek) angka kematian akan cukup tinggi.
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (Arthropadborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aides (Aides albopictus dan Aedes Aegepty).
Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai
leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfa denopati. Thrombocytopnia
ringan dan bintik-bintik perdarahan.
2.2 Etiologi
Virus dengue di bawah oleh nyamuk Aedes Agypty (betina) sebagai
vektor ketubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang
pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama
demam, nyeri otot/sendi.
2.3 Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan
beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia
dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. · Nilai hematokrit
meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia,asidosis dan
kematian.
2.6 Penatalaksanaan
1. Medik
1) DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari ), seperti jus jambu,
air the manis dan gula, sirup, dan susu
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga
dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk
anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika
15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis
3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/
kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma
expander ( 20 – 30 ml/ kg BB ), warna kuning pekat
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Keperawatan
1) Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi
tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam
beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital,
pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti
nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan
sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler,
beri o2 pengawasan tanda– tanda vital tiap 15 menit, pasang
cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan
thrombocyt.
3) Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan
melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro
Intestinal
4) Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
- Beri minum banyak
- Berikan kompres
2.7 Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif,
petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis
dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan
aktivity dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah
jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan
dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam 12-24
jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel
kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibody.
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan
adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi
dispnea, sesak napas
A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Keadaan umum pasien : Lemah
b. Kesadaran :composmentis, apatis, somnolen,soporokoma, koma, reflek,
sensibilitas,nilai gasglow coma scale (GCS)
c. Tanda-tanda vital : Tekanan darah (hiptensi), suhu (meningkat),nadi
(takikardi), persyarafan (cepat)
d. Keadaan : Kepala (pusing), mata, telinga, hidung(epitaksis), mulut
(mukosa kering, lidahkotor, perdarahan gusi), leher, rectum,
alatkelamin, anggota gerak (dingin), kulit (petekie)
2. Pengkajian pola gordon
a) Pola nutrisi dan anti body
Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakitsaat
menelan
Tanda : Mukosa mulut kering, pendarahan gusi, lidah kotor
(kadangkadang),hiperioremia pada tenggorokan, nyeri tekan
b) Pola eliminasi
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuria
(tahaplanjut)
c) Pola aktifitas dan latihan
Tanda : Dipsnea, pola nafas tidak tidak efektif karena efusi pleura
d) Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelemahan, kesulitan tidur, karena demam atau panas
ataumenggigil
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak nafas karena
efusipleura, nyeri epigastrum, nyeri otot atau sendi
e) Pola persepsi dan sensori kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot atau sendi pegal-pegal seluruh tubuh
Tanda : Cemas, gelisah
f) Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah
g) Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala atau pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dipsnea,
perdarahan nyata (kulit epistaksis, melena hematurida),peningkatan
hematokrit 20% atau lebih, trombosit kurangdari 100.000/kilometer
h) Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia,
gatal-gatal pada kulit
Tanda : Mudah terjadi infeksi, suhu tubuh tinggi, pembesaran
hati/limfa
B. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan
b) Nyeri akut
c) Hipertermia
d) Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
e) Kekurangan volume cairan
f) Resiko perdarahan
g) Mual
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY NB DENGAN GANGGUAN
SISTEM IMUNOHEMATOLOGI ( DHF ) DIRUANG PERAWATAN
SP2KP INTERNA
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Ny. NB
Umur : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kel. Buladu Kec. Kota barat
Tanggal MRS : 18/01/2017
Tanggal dikaji :18/01/2017
Diagnosa medik : DHF
No.RM : 002660
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn A
Umur : 53 tahun
Hubungan dengan klien : Suami
No.telp : 085241101659
3. Alasan masuk rumah sakit : Klien masuk rumah sakit dengan keluhan
demam, nyeri kepala, nyeri tengkuk, pusing dan badan terasa dingin
sejak 3 hari yang lalu
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan utama : Demam
- Riwayat keluhan utama : Klien mengatakan demam dirasakan sejak 3
hari yang lalu disertai menggigil dan klien tampak menggunakan
selimut. Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 18 januari 2017
didapatkan bahwa TD : 110/70 mmHg, N: 81 x/menit, R : 20 x/menit,
SB : 38 oC. Klien juga mengeluh merasakan nyeri seperti tertekan
benda berat dikepala yang menjalar sampai ketengkuk dengan skala 5
(sedang) dan klien tampak meringis kesakitan.`
5. Riwayat Kesehatan dahulu : Klien mengatakan tidak pernah menderita
penyakit yang sama sebelumnya. Tetapi sekitar 2 bulan yang lalu klien
pernah di diagnosa oleh dokter demam typoid. Klien sempat
melakukan pengobatan keklinik dokter. Sebelumnya klien juga pernah
di rawat di Rumah sakit dengan Apendiktomi.Klien juga memiliki
riwayat DM.
6. Riwayat Kesehatan keluarga : Klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang pernah menderita DHF, namun keluarga klien ada yang
memiliki riwayat DM yakni ayah kandung klien.
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 , E : 4, M : 6, V: 5
c. Tanda-tanda vital
- TD : 110/70 mmHg
- N : 81 x/menit
- R : 20 x/menit
- SB : 380 C
d. Pemeriksaan Head to Toe
- Kepala
Inspeksi :bentuk normosefalus, tidak terdapat lesi, tidak
ada pembengkakan keadaan rambut berminyak,
rambut tidak bercabang, distribusi rambut merata,
rambut berwarna hitam
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Mata
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada
strabismus, pupil isokor, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, refleks cahaya (+), pergerakan
bola mata normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada bengkak
- Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, rongga hidung bersih, tidak ada
lesi, tidak terdapat sekret (rinore), tidak ada
peradangan, fungsi penciuman normal, klien tidak
mengalami epistaksis.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada bengkak
- Telinga
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak
ada otore, tidak terdapat lesi, tidak ada radang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan bengkak pada Os.
mastoid
- Mulut dan gigi
Inspeksi : rongga mulut dan gigi bersih, mukosa mulut
lembab, dan lidah tampak kotor, tidak ada lesi,
tidak ada stomatitis, bibir tampak kering,
- Leher
Inspeksi : tidak terdapat distensi vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
- Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan, pola
pernafasan klien normal, tidak ada terdapat tanda-
tanda ketidaknyamanan bernafas
Palpasi : tidak ada bengkak dan nyeri tekan
Perkusi : terdapat bunyi sonor paru, dan bunyi redup jantung
Auskultasi : suara nafas normal vesikuler, tidak ada bunyi nafas
tambahan, irama jantung reguller
- Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, terdapat stria, tidak ada
pembengkakan
Auskultasi : terdengar bising usus 10 x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kuadran abdomen
Perkusi : terdapat bunyi timpani
- Ekstermitas atas dan bawah
Ekstermitas atas
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan,turgor kulit
baik,tampak petekie pada lengan kanan setelah
di tes Rumple Leed .
Palpasi : tidak ada bengkak,tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas bawah
Inspeksi : bentuk simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada bengkak dan nyeri tekan
Data Penunjang
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada 19 Januari 2017 diperoleh :
1. Pemeriksaan Hematologi
- Hb : 12,1 g/dL (Normal : 11-1.5 g %)
- Leukosit : 4100/µL (Normal : 4000-11000 /µL)
- Trombosit : 74.000/µL (Normal : 150.000-450000
/µL)
- Hematokrit: 34.4 % (Normal :40-50%)
2. Pemeriksaan Faal Ginjal
- Ureum : 29 mg/dL (Normal : < 50 mg/dL)
- Kreatinin : 1.0 mg /dL (Normal : < 1.3 mg/dL)
3. Metabolisme Karbohidrat
- GDS : 282 mg/Dl (Normal < 140 mg/dL)
4. Obat-obatan
- Paracetamol tablet 500 mg 3 x 1
- Betahistin 6 mg 2 x 1
- Cefixim 100 mg 2x 1
- Ranitidine 2 x 1 ampul IV /12 jam
- Terapi IVFD RL 20-24 tpm
B. Data Fokus
C. Analisa Data
74.000 /uL
Pirogen eksogen
- Tes Rumple Leed : 15 merangsang pirogen
petekie per inchi endogen (sitokin)
persegi
Sitokin merangsang PGE2
- Bibir tampak kering di hipotalamus
- Lidah tampak kotor
PGE2 mengubah set
- Klien tampak
termoregulasi
menggunakan selimut
Suhu tubuh meningkat
Hipertermi
DO : Reaksi imunologi
kompleks virus
- Skala nyeri sedang
(skala 6) Pelepasan mediator
- Klien tampak meringis inflamasi
- Klien tampak pucat
Penekanan ujung-ujung
saraf di kepala
Stimulus mekanik
(penekanan pada ujung-
ujung saraf) dihantarkan
ke otak)
Persepsi nyeri
Nyeri Akut
D. DiagnosaKeperawatan
1. Hipertermi (00007) Domain 11 Keamanan/perlindungan,Kelas 6 :
termoregulasi
2. Nyeriakut (00132) Domain 12 Kenyamanan,Kelas 1 : Kenyamanan fisik
RencanaAsuhanKeperawatan
-Level 4 : Level ini sudah tergolong
dehidrasi
4.2 SARAN
Kami berharap, semoga penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan
mengenai Dengue Hemoragik Fever (DHF) ini dapat memberikan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga
dengan laporan ini dapat menjadi acuan tindakan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA