Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
ORIN CHIA ELGA
08061381823063
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
UJIAKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KIRINYU
(Chromolaena odorata) TERHADAP Staphylococcus aureus dan e. coli
ABSTRAK
ABSTRACT
Plants have many chemical components. There are many treatments using natural
ingredients that can be selected as a solution to overcome disease. One of the
many plants used as traditional medicine is the kirinyu plant
(Chromolaenaodorata). Kirinyu plants can be used to treat infectious diseases.
This study aims to test the presence of antibacterial activity in kirinyu leaf extract
against Staphylococcus aureus, measure the antibacterial activity at various
concentrations, and see the extract's minimum inhibitory content.
Antibacterial activity test was carried out by using the well diffusion method.
Antibacterial activity that occurs with the formation of a clear zone around the
well that is called the inhibition zone. The study used 5 concentrations of
treatment, namely 15%, 30%, 45%, 60%, and 100%, and Erythromycin as a
positive control and sterile as a negative control.
Based on the results of the One Way ANOVA test, it shows that there is an effect
of antibacterial activity on Staphylococcus aureus with a significance value (α
<0.05). This shows that there is a significant difference in the use of various
concentrations of kirinyu leaves in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus
bacteria. The 100% extract concentration was the best concentration in forming
the inhibition zone with a diameter of 7.47 mm. The minimum inhibitory level
(MIC) of kirinyu leaf extract is still not determined because based on the results of
the KHM test, there are still bacterial colonies growing on the media.
Jawab:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman
tanamanobat di dunia. Wilayah hutan tropis Indonesia memiliki keanaekaragaman
hayatitertinggi ke-2 di dunia setelah Brazil. Sebanyak 40.000 jenis flora yang ada
didunia, terdapat 30.000 jenis dapat dijumpai di Indonesia dan 940 jenis
diketahuiberkhasiatsebagaiobatdantelahdipergunakandalampengobatantradisionals
ecara turun-temurun oleh berbagai etnis di Indonesia. Jumlah tumbuhan
obattersebut sekitar 90% dari jumlah tumbuhan obat yang terdapat diAsia
(Masyhud,2010). Tumbuhan memiliki banyak komponen kimia. Ada banyak
pengobatandengan bahan alam yang dapat dipilih sebagai solusi mengatasi
penyakit yang salah satunya ialah penggunaan ramuan obat berbahan herbal
(Kardinan dan Kusuma, 2004).
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang pada saat ini
masihserius untuk ditangani. Hal ini dikarenakan penyakit infeksi yang dapat
menularkepada orang lain sehingga harus segera ditangani (Rostinawati, 2009).
Salah satu bakteri penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini
merupakan bakteri patogen yang paling banyak menyerang manusia.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang hidup sebagai
saprofit didalam saluran membran tubuh manusia, permukaan kulit,kelenjar
keringat, dan saluran usus (Nurwah daniati,2 014). Bakteri Staphylococcus aureus
dapat menyebabkan beberapa penyakit, yaitu penyakit kulit seperti impetigo,
paronikia, abses, selulitis, dan infeksi kulit. Pada tulang dan sendi dapat
menyebabkan osteomyelitis dan arthritis septik, menyebabkan pneumonia pada
organ pernafasan, dan menyebabkan infeksi pada organ pernafasan, dan
menyebabkan endocarditis infektif pada organ kardiovaskular (Lockeetal, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah zat antibakteri yang terdapat
dalam daun tumbuhan kirinyu (Chromolaenao dorata) berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.Pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metanol dengan konsentrasi 96%.
1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Pendidikan
3. Bagi Masyarakat
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan Agar, air suling (aquadestillata), aluminium foil,
biakan bakteri murni (Escherichia coli dan Staphylococcus aureus), tetrasiklin
500 mg, dietil eter, DMSO (Dimetil Sulfoksida), etil asetat, HCL, silikal gel 60 GF
254, etanol 96%, medium Nutrient Agar (NA), sampel ekstrak daun kirinyu,
larutan fisiologis Natrium Klorida (NaCl) 0,9%, N-heksan, Besi (III) Klorida
(FeCl3), Dragenddrof, H2SO4, dan Libermann-Burchard.
5. Buatlah analisa data dengan SPSS. Uji normalitas dulu, kemudian kalau
terdistribusi normal lanjut ke Anova. Kalau tidak normal, lanjut ke non parametric
Kruskal Wallis
Jawab :
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan Metode penelitian adalah
Variabel Penelitian
Ec 15 0.1 Kurang
30 0,80 Kurang
45 2,72 Kurang
60 8,02 Sedang
Kontrol + 43,51 Kuat
Kontrol - 0 Kurang
Menurut Elganyar (2006), kekuatan antimikroba digolongkan menjadi 3, yakni
aktivitas kuat dengan diameter hambat lebih dari 8 mm, aktivitas sedang dengan
diameter zona hambat 7-8 mm, dan yang terakhir aktivitas lemah dengan diameter
zona hambat kurang dari 7 mm.
Uji Normalitas
Hasil diameter zona hambat menunjukan >0.05 pada uji normalitas kolmogorov-
smirnov yang menunjukan data terdistribusi normal.
Uji One Way Anova
Ec 15 0.1 Kurang
30 0,80 Kurang
45 2,72 Kurang
60 8,02 Sedang
Kontrol + 43,51 Kuat
Kontrol - 0 Kurang
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak daun kirinyu memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus
2. Berbagai konsentrasi ekstrak yang digunakan 15%, 30%, 45%, 60%, dan
100% berbeda secara signifikan dalam menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus
3. Konsentrasi 100% memiliki zona hambat paling besar dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Stahpylococcus aureus
4. Dalam pengujian Kadar Hambat Minimal (KHM), berbagai konsentrasi
ekstrak yang digunakan belum dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphlococcus aureus
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penentuan stadar terhadap usia tumbuhan kirinyu yang akan
digunakan sebagai sampel dalam penelitian.
2. Perlu dilakukan sterilisasi pada daun dengan menggunakan bahan kimia
karena morfologi daun yangb erbulu sehingga lebih sulit disterilkan
3. Perlu dilakukan pengujian fitokimia terhadap ekstrak daun kirinyu untuk
mengetahui kandungan senyawa antibakteri yang terdapat didalamnya.
4. Perlu dilakukan pengujian Kadar Bunuh Minimal (KBM) untuk mengetahui
kemampuan ekstrak daun kirinyu dalam membunuh bakteri Staphylococcus
aureus.
5. Perlu dilakukan pengujian antibakteri menggunakan bagian lain dari
tumbuhan kirinyu (Chromolaenao dorata).
DAFTAR PUSTAKA
Hadiroseyani,Y., Hafifuddin., Alifudin, M., dan Supriyadi, H. 2005, Potensi Daun
Kirinyu (Chromolaena odorata) Untuk Pengobatan Penyakit Cacar Pada
Ikan Gurame (Osphronemus gourami) yang disebabkan Aeromonas
Hydrophilla. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4(2):139-144.
Hanphakphoom, S., Thophon, S., Waranusantigul, P., Kangwanrangsan, N.,and
Krajangsan,S. 2016, Antimicrobial Activity of Chromolaena odorata
Extracts Agains Bacterial Human Skin Infections, Research Journal by
National Research Council of Thailand and Suandusit University, 159-168.
Hapsari, Endah. 2015, Uji Anti Bakteri Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus
niruri) terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli,
Skripsi, Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
Indonesia.
Hasnawati, dan Prawita, E. 2010, Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Antibakteri
dari Daun Eupatorium odoratumL. terhadap Bakteri Staphylococcu saureus
ATCC25923 dan Escherichia coli ATCC25922, Majalah Obat Tradisional,
41-50.
Hridya,K.V., dan Kulandhaivel, M. 2017, Antimicrobial Activityof Chromolaena
odorata Against Selected Pyogenic Pathogens, International Journalof
Pharmacognosy and Phytochemical Research.
Irobi,O.N. 1997, Antibotik Properties of Ethanol Extract of Chromolaena odorata
(Asteraceae), International Journalof Pharmacognosy,111-115.
Kardinan,A.,dan Kusuma,F.R. 2004, Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh
Alami. Agromedia Pustaka, Jakarta, Indonesia.
Masyhud. 2010, Tanaman Obat Indonesia, http://www.dephut.go.id/indexphp?
=id/node/54 , diakses pada tanggal 16 Desember 2017.