Anda di halaman 1dari 19

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KIRINYU (Chromolaena odorata)

TERHADAP BAKTERI Stapilococcus aureus dan Escherichia coli

UJIAN AKHIR SEMESTER


METODELOGI PENELITIAN

Oleh :
ORIN CHIA ELGA
08061381823063

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
UJIAKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN KIRINYU
(Chromolaena odorata) TERHADAP Staphylococcus aureus dan e. coli

ABSTRAK

Tumbuhan memiliki banyak komponen kimia. Ada banyak pengobatan dengan


menggunakan bahan alam yang dapat dipilih sebagai solusi mengatasi penyakit.
Salah satu dari sekian banyak tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional
adalah tumbuhan kirinyu (Chromolaenaodorata). Tumbuhan kirinyu dapat
dimanfaatkan untuk terapi penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak daun kirinyu terhadap Staphylococcus
aureus, mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri pada berbagai konsentrasi, dan
mengetahui Kadar Hambat Minimum ekstrak.
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran. Aktivitas
antibakteri ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar lubang sumuran
yang disebut dengan zona hambat. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan
konsentrasiyaitu 15%, 30%, 45%, 60%, dan 100%, serta Eritromycinsebagai
kontrol positif danakuadessteril sebagai kontrol negatif.
Berdasarkan hasil uji One Way ANOVA, menunjukkan adanya pengaruh aktivitas
antibakteri pada Staphylococcus aureusdengan nilai signifikansi (α<0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan pada penggunaan berbagai
konsentrasi ekstrak daun kirinyu dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Konsentrasi ekstrak 100% merupakan konsentrasi paling
baik dalam membentuk zona hambat yaitu dengan diameter 7.47 mm. Kadar
Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun kirinyu masih belum dapat ditentukan
karena berdasarkan hasil dari uji KHM ekstrak daun kirinyu masih ada koloni
bakteri yang tumbuh pada media.

Kata kunci: antibakteri, Staphylococcus aureus, kirinyu (Chromolaenao


dorata)
THE TEST OF ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF KIRINYU LEAF
(Chromolaenao dorata) EXTRACTON Staphylococcus aureus dan E.coli

ABSTRACT

Plants have many chemical components. There are many treatments using natural
ingredients that can be selected as a solution to overcome disease. One of the
many plants used as traditional medicine is the kirinyu plant
(Chromolaenaodorata). Kirinyu plants can be used to treat infectious diseases.
This study aims to test the presence of antibacterial activity in kirinyu leaf extract
against Staphylococcus aureus, measure the antibacterial activity at various
concentrations, and see the extract's minimum inhibitory content.
Antibacterial activity test was carried out by using the well diffusion method.
Antibacterial activity that occurs with the formation of a clear zone around the
well that is called the inhibition zone. The study used 5 concentrations of
treatment, namely 15%, 30%, 45%, 60%, and 100%, and Erythromycin as a
positive control and sterile as a negative control.
Based on the results of the One Way ANOVA test, it shows that there is an effect
of antibacterial activity on Staphylococcus aureus with a significance value (α
<0.05). This shows that there is a significant difference in the use of various
concentrations of kirinyu leaves in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus
bacteria. The 100% extract concentration was the best concentration in forming
the inhibition zone with a diameter of 7.47 mm. The minimum inhibitory level
(MIC) of kirinyu leaf extract is still not determined because based on the results of
the KHM test, there are still bacterial colonies growing on the media.

Keywords: antibacterial, Staphylococcus aureus, Kirinyu (Chromolaenao


dorata)
1. Buat jawaban teratur BAB 1 lengkap dengan perumusan masalah dsb. Latar

belakang lengkapi bila menurut saudara perlu.

Jawab:

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keragaman
tanamanobat di dunia. Wilayah hutan tropis Indonesia memiliki keanaekaragaman
hayatitertinggi ke-2 di dunia setelah Brazil. Sebanyak 40.000 jenis flora yang ada
didunia, terdapat 30.000 jenis dapat dijumpai di Indonesia dan 940 jenis
diketahuiberkhasiatsebagaiobatdantelahdipergunakandalampengobatantradisionals
ecara turun-temurun oleh berbagai etnis di Indonesia. Jumlah tumbuhan
obattersebut sekitar 90% dari jumlah tumbuhan obat yang terdapat diAsia
(Masyhud,2010). Tumbuhan memiliki banyak komponen kimia. Ada banyak
pengobatandengan bahan alam yang dapat dipilih sebagai solusi mengatasi
penyakit yang salah satunya ialah penggunaan ramuan obat berbahan herbal
(Kardinan dan Kusuma, 2004).

Salah satu dari sekian banyak tumbuhanyang digunakan sebagai


obattradisional adalah tumbuhan kirinyu (Chromolaenao dorata). Tumbuhan
kirinyu dapat dimanfaatkan untuk terapi penyakit infeksi. Ekstrak daun kirinyu
mengandung senyawa flavonoids yang diketahui dapat berfungsi sebagai antivirus
dan antibakteri. Daun tersebut telah digunakan untuk membantu pembekuan darah
akibat luka bisul atau borok (Hadiroseyani, dkk, 2005). Selain itu dapat juga
digunakan sebagai obat luka baru, demam, batuk, dan menghentikan pendarahan
(Purwati, 2003). Namun, tanaman ini masih sangat jarang dimanfaatkan di
Indonesia karena tanaman ini dianggap sebagai tanaman pengganggu yang sulit
diberantas.
Kemampuan daun tumbuhan kirinyu sebagai antibakteri didukung
olehpenelitian yang dilakukan oleh Benjamin dalam Hasnawati dan Prawita
(2010)yang menyatakan bahwa tumbuhan kirinyu mengandung senyawa utama
sepertitannin, fenol, flavonoid, saponin, dan steroid. Selain itu Rungnapa (2003)
juga menyatakan bahwa daun kirinyu kaya akan flavonoid, quersetin, sinensetin,
sakuranetin, padmatin, keampferol, dan salvagenin, isosakuranetin, ramnetin,
tamariksetin, kaempferid, dan ombuin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Irobi (1997), ekstrak etanol dari daun Kirinyu menunjukkan aktivitas
antibakteri terhadap Pseudomonas sp, Escherichia coli, B. thuringensis, Klebsiella
sp,dan Streptococcus faecalis. Hanphakphoom, dkk (2016) menyatakan bahwa
ekstrak daun kirinyu lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dari
golongan gram positif dibandingkan dengan bakteri gram negatif.

Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang pada saat ini
masihserius untuk ditangani. Hal ini dikarenakan penyakit infeksi yang dapat
menularkepada orang lain sehingga harus segera ditangani (Rostinawati, 2009).
Salah satu bakteri penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini
merupakan bakteri patogen yang paling banyak menyerang manusia.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang hidup sebagai
saprofit didalam saluran membran tubuh manusia, permukaan kulit,kelenjar
keringat, dan saluran usus (Nurwah daniati,2 014). Bakteri Staphylococcus aureus
dapat menyebabkan beberapa penyakit, yaitu penyakit kulit seperti impetigo,
paronikia, abses, selulitis, dan infeksi kulit. Pada tulang dan sendi dapat
menyebabkan osteomyelitis dan arthritis septik, menyebabkan pneumonia pada
organ pernafasan, dan menyebabkan infeksi pada organ pernafasan, dan
menyebabkan endocarditis infektif pada organ kardiovaskular (Lockeetal, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah zat antibakteri yang terdapat
dalam daun tumbuhan kirinyu (Chromolaenao dorata) berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.Pelarut yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metanol dengan konsentrasi 96%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ekstrak daun kirinyu (Chromolaena odorata) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan e. coli?
2. Apakah terdapat perbedaan aktivitas antibakteri dengan penggunaan
berbagai konsentrasi ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan e.coli?
3. Konsentrasi berapakah yang memiliki zona hambat yang paling besar dalam
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan e.coli?
4. Berapa konsentrasi minimum ekstrak daun kirinyu (Chromolaena odorata)
untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan e.coli?
1.3 Tujuan
1. Menguji adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak daun kirinyu
(Chromolaenao dorata) terhadap bakteri Sthapylococcus aureus dan e.
coli.
2. Mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri dengan penggunaan berbagai
konsentrasi ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
dan e.coli.
3. Mengetahui konsentrasi ekstrak yang dapat menghasilkan zona hambat
paling besar dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan e.coli.
4. Mengetahui konsentrasi minimum ekstrak daun kirinyu (Chromolaenao
dorata) yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan e.coli.

1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti mendapat pengetahuan tambahan bahwa

ekstrak daun kirinyu (Chromolaenao dorata) memiliki aktivitas antibakteri

terhadap Staphylococcus aureus dan e.coli.

2. Bagi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitan selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tambahan mengenai manfaat daun kirinyu sebagai

obat kepada masyarakat.

2. Bagaimana menuliskan rancangan percobaan? Dengan informasi diatas


Jawab:
1. Lakukan ekstraksi daun kirinyudengan pelarut etanol 96% metode ekstraksi
infundasi dan dekoksi
2. Sterlisasi alat dan bahan untuk pengujian antibakteri dengan autoklaf suhu
121°C selama 20 menit
3. Pengujian antibakteri dengan menginokulasi 0,1 mL biakan bakteri ke media
nutrien agar
4. Dibuat lubang dengan pelubang gabus diameter 8 mm
5. Ekstrak dimasukkan ke dalam lubang media agar dan diinkubasi suhu 37°C
selama 24 jam
6. Diamati daya hambat dengan terbentuknya zona bening.

3. Berapa banyak perlakuan? Faktor sudah diketahui!


Jawab: Berdasarkan data ada total 12 perlakuan yaitu dengan menggunakan
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Pada bakteri Staphylococcus
aureus dengan 6 perlakuan percobaan konsentrasi ekstrak maserasi 15%, 30 %,
45%, 60%, dan menggunakan kontrol positif, dan kontrol negatif, sedangkan pada
bakteri Escherichia coli juga sama dengan 6 perlakuan percobaan konsentrasi
ekstrak maserasi 15%, 30 %, 45%, 60%, dan menggunakan kontrol positif, dan
kontrol negatif.

4. Susun Bab 3 nya sesuai sesuai pemikiran saundara


Jawab:
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2021 sampai dengan
selesai. Penelitian ini dikerjakan di Laboratorium Jurusan Farmasi FMIPA
UNSRI, Laboratorium Pengujian, Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UNSRI.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Autoklaf , bejana maserasi, batang pengaduk, botol coklat, cawan petri,
cawan porselin, chamber,gelas Erlenmeyer, gelas ukur 10 ml, gelas ukur 50 ml,
gelas kimia, inkubator, kompor gas, Laminar Air Flower (LAF), lampu spirtus,
lampu UV 254 nm dan 366 nm, lemari pendingin, oven, ose bulat, penangas air,
pinset,rak tabung, rotary evaporator, sendok besi, sendok tanduk, spoit 10 ml,
tabung reaksi, timbangan analitik,timbangan ohaus dan vial.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan Agar, air suling (aquadestillata), aluminium foil,
biakan bakteri murni (Escherichia coli dan Staphylococcus aureus), tetrasiklin
500 mg, dietil eter, DMSO (Dimetil Sulfoksida), etil asetat, HCL, silikal gel 60 GF
254, etanol 96%, medium Nutrient Agar (NA), sampel ekstrak daun kirinyu,
larutan fisiologis Natrium Klorida (NaCl) 0,9%, N-heksan, Besi (III) Klorida
(FeCl3), Dragenddrof, H2SO4, dan Libermann-Burchard.

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Preparasi Simplisia dan Ekstraksi
Sampel daun kirinyu diambil dari Indralaya, Ogan Ilir, Provinsi Sumatera
Selatan. Daun kirinyu yang diambil berupa daun segar. Daun kirinyu yang telah
dipetik dibersihkan kemudian dipisahkan dari kotoran yang menempel pada
sampel daun, lalu dicuci dengan air mengalir, kemudian diangin-anginkan
ditempat yang tidak terkena langsung sinar matahari. Setelah kering, lalu
diserbukkan kemudian sampel siap untuk diekstraksi.
Sampel diekstraksi dengan pelarut etanol 96%. Sampel daun Kirinyu yang
telah kering ditimbang sebanyak 400 gram di masukkan ke dalam wadah
maserasi, kemudian ditambahkan etanol 96% sebanyak 2 liter hingga terendam
seluruhnya. Wadah maserasi ditutup dan disimpan selama 24 jam di tempat yang
terlindung dari sinar matahari langsung sambil sesekali diaduk. Selanjutnya
disaring, dipisahkan antar ampas dan filtrate. Ampas diekstraksi kembali dengan
etanol 96% yang baru dengan jumlah yang sama. Hal ini dilakukan selama 3×24
jam. Filtrate etanol 96% yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan diuapkan
cairan penyarinya dengan rotavapor, selanjutnya dianginkan hingga diperoleh
ekstrak etanol kering.

3.3.2 Uji Skrining Fitokimia Ekstrak


Uji skrining fitokimia ekstrak daun kirinyu dilakukan untuk mengetahui
kandungan metabolit sekunder dan golongan senyawa yang terkandung di dalam
daun tersebut. Skrining fitokimia yang dilakukan diuraikan pada penjelasan di
bawah ini.
1. Pemeriksaan Kandungan Flavonoid
Ekstrak daun kirinyu sebanyak 0,1 gram ditambahkan 5 mL etanol lalu
dipanaskan selama 5 menit. Hasil ekstraksi disaring, kemudian filtratnya ditambah
dengan 10 tetes asam klorida pekat. Serbuk magnesium ditambahkan sebanyak
0,1 g. Warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoid,
sedangkan warna kuning jingga menunjukkan adanya kalkon, flavon, dan auron
(Depkes RI, 1995).
2. Pemeriksaan Kandungan Alkaloid
Sebanyak 0,5 gram ekstrak daun kirinyu ditambahkan 10 mL kloroform dan
3 tetes amonia untuk uji alkaloid. Fraksi amonia kemudian diasamkan dengan 10
tetes asam sulfat dan fraksi asamnya diambil menjadi 3 bagian. Masing-masing
bagian ditambahkan pereaksi Dragendorf, Mayer, dan Wagner. Hasil positif
ditunjukkan dengan endapan merah pada penambahan pereaksi Dragendorf,
endapan putih pada penambahan pereaksi Mayer, dan endapan cokelat pada
penambahan pereaksi Wagner (Harborne, 2006).
3. Pemeriksaan Kandungan Saponin
Sebanyak 0,5 gram ekstrak daun kirinyu dilarutkan ke dalam 5 mL
akuades dan dididihkan selama 5 menit dalam penangas air. Tabung dikocok
dengan vortex dan didiamkan selama 10 menit. Hasil positif ditunjukkan dengan
terbentuknya buih yang stabil dan tidak hilang. Ukur tinggi buih yang telah stabil
dan tidak hilang (Harborne, 2006).
4. Pemeriksaan Kandungan Fenolik
Uji fenolik dilakukan terhadap 0,5 gram ekstrak daun kirinyu dilarutkan
dengan akuades 10 mL, dipanaskan selama 5 menit, dan disaring. Filtrat yang
terbentuk ditambahkan 4-5 tetes FeCl3. Hasil positif senyawa fenol ditunjukkan
dengan adanya warna biru tua atau hijau kehitaman (Harborne, 1987).
5. Pemeriksaan Kandungan Tanin
Metode pengujian kandungan senyawa tanin dilakukan dengan mengambil
filtrat sebanyak 5 mL, lalu ditambahkan gelatin 10%. Hasil positif tanin ditandai
dengan adanya endapan putih (Farnsworth, 1966).
6. Pemeriksaan Kandungan Terpenoid dan Steroid
Identifikasi senyawa steroid dan triterpenoid dilakukan dengan
menggunakan lapisan bawah yang telah didapat dari identifikasi alkaloid,
diteteskan di plat tetes dan dibiarkan hingga mengering. Lapisan bawah yang
sudah mengering ditambahkan asam asetat anhidrat (CH 3COOH) 1 tetes,
kemudian diaduk dan ditambahkan 3 tetes asam sulfat pekat (H 2SO4). Hasil positif
steroid jika terjadi perubahan warna menjadi biru atau hijau. Hasil positif
triterpenoid jika terjadi perubahan warna menjadi merah atau ungu (Harborne,
1987).

3.3.3 Karakterisasi Ekstrak


1. Organoleptik
Penetapan organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau,
dan rasa dari ekstrak daun kirinyu yang digunakan (Depkes RI, 2000).
2. Susut Pengeringan
Sebanyak 1 gram sampel ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam
krus porselen bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105°C
selama 30 menit dan telah ditara. Sampel diratakan dalam krus porselen dengan
menggoyangkan krus hingga merata. Masukkan ke dalam oven, buka tutup krus,
panaskan pada temperatur 100°C sampai dengan 105°C, timbang dan ulangi
pemanasan sampai didapat berat yang konstan (Depkes RI, 2000).
3. Kadar Air (Metode Gravimetri)
Sampel ekstrak daun kirinyu sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam
cawan porselen, lalu ditutup. Kemudian dilakukan pengeringan menggunakan
oven pada suhu 105oC selama 3 jam, selanjutnya didinginkan dalam desikator lalu
ditimbang. Dilakukan pengulangan proses pengeringan hingga diperoleh bobot
yang tetap (konstan) (Depkes RI, 2000).
4. Kadar Abu Total
Sampel sebanyak 1 gram ditimbang dengan seksama ke dalam krus
porselen yang telah dipijarkan dan ditimbang bobot krus kosong. Sampel dipijar
dengan menggunakan tanur secara perlahan-lahan dengan suhu dinaikkan secara
bertahap hingga 600oC ± 25oC hingga arang habis. Kemudian didinginkan dalam
desikator dan ditimbang hingga bobot tetap (konstan). Kadar abu total dihitung
dalam persen terhadap berat sampel awal (Depkes RI, 2000).
5. Kadar Abu Tidak Larut Asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu dididihkan dengan
penambahan 25 mL asam sulfat encer P selama 5 menit. Bagian yang tidak larut
asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air
panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu tidak larut asam dihitung
dalam persen terhadap berat sampel awal (Depkes RI, 2000).
6. Kadar Senyawa Larut dalam Air
Sampel sebanyak 1 gram dimaserasi dengan 20 mL pelarut air-kloroform
LP (2,5 mL kloroform dalam air suling sampai 1 liter) selama 24 jam, lalu
disaring. Filtrat diambil kemudian diuapkan dalam cawan yang telah ditara
dengan cara didiamkan sampai pelarutnya menguap dan tersisa residunya.
Selanjutnya residu dipanaskan pada suhu 105⁰C hingga bobot tetap (konstan).
Kadar senyawa yang terlarut dalam air dihitung dalam persen terhadap berat
sampel awal (Depkes RI, 2000).
7. Kadar Senyawa Larut dalam Etanol
Sampel sebanyak 1 gram dimaserasi dengan 20 mL pelarut etanol 96%
selama 24 jam, lalu disaring. Filtrat diambil kemudian diuapkan dalam cawan
yang telah ditara dengan cara didiamkan sampai pelarutnya menguap dan tersisa
residunya. Selanjutnya residu diapanaskan pada suhu 105⁰C hingga bobot tetap
(konstan). Kadar senyawa yang terlarut dalam etanol dihitung dalam persen
terhadap berat ekstrak awal (Depkes RI, 2000).
8. Penentuan Kadar Tanin Total
Larutan induk standar Katekin dibuat dengan konsentrasi 100 ppm dengan
cara menimbang 1 mg katekin standar dalam etil asetat p.a hingga 10 mL.
Pengenceran dilakukan dengan variasi konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm.
Absorbansi diukur dengan Spektrofotometer UV pada panjang gelombang
maksimumnya, lalu dibuat kurva kalibrasi serta persamaan regresi.
Penetapan kadar Tanin total sampel dilakukan dengan menimbang 1 mg
sampel, lalu dilaurtkan dalam etil asetat p.a. hingga 10 mL. Absorbansi diukur
dengan Spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum katekin, lalu
dihitung kadar Tanin total menggunakan persamaan dari kurva kalibrasi katekin
(Kirana, 2018).
9. Uji Cemaran Mikroba
Siapkan 7 buah tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 9 mL
pengencer PDF. Pipet 1 mL sampel, masukkan ke dalam tabung 1. Larutan di
dalam tabung disebut larutan induk. Ambil 1 mL lautan dari tabung 1, masukkan
ke dalam tabung 2. Larutan dalam tabung 2 disebut larutan pengenceran 10 -1.
Lakukan hal yang sama hingga diperoleh pengenceran 10 -6. Dari setiap larutan
pengenceran dipipet 1 mL ke dalam cawan petri, lalu tuangkan media PCA 15-20
mL ke tiap cawan petri. Cawan petri yang berisi media PCA diinkubasi pada suhu
35-37°C selama 24-48 jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh
diamati dan dihitung (Depkes RI, 2000).
10. Uji Cemaran Logam
Uji cemaran logam bertujuan untuk menunjukkan bahwa cemaran logam
tidak melebihi batas logam berat yang dipersyaratkan. Kadar logam berat dalam
fraksi ditentukan dengan peralatan spektroskopi serapan atom (AAS) (Depkes RI,
2000). Logam berat yang diujikan pada penelitian ini adalah Timbal (Pb).

3.3.4 Pembuatan Sampel Penelitian


Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian dibuat dalam konsentrasi 0,1%;
1% dan 2% b/v. Untuk konsentrasi 0,1% ditimbang sebanyak 0,01 gr ekstrak
etanol daun kirinyu kemudian dilarutkan dalam 10 ml pelarut (etanol 96%),
konsentrasi 1% ditimbang 0,1 gr ekstrak dan dilarutkan dalam 10 ml pelarut.
Untuk konsentrasi 2% ditimbang 0,2 gr ekstrak dan dilarutkan dalam 10 ml
pelarut. Digunakan pula eritromisin 500 mg sebagai control positif.

3.3.5 Sterilisasi Alat


Alat-alat yang diperlukan dicuci kemudian setelah itu alat-alat dikeringkan
dengan posisi terbalik di udara terbuka setelah kering dibungkus dengan kertas
tahan panas. Tabung reaksi dan gelas erlenmeyer terlebih dahulu disumbat dengan
kapas bersih. Alat-alat dari kaca disterilkan dalam oven pada suhu 140°C selama
2 jam. Alat-alat suntik seperti spoit yang tidak tahan dalam pemanasan tinggi,
disterilkan pada autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit dengan tekanan 2 atm.
Jarum inokulasi atau ose disterilkan dengan pemanasan langsung hingga memijar.

3.3.6 Penyiapan Bakteri Uji


Bakteri uji digunakan dalam penelitian ini meliputi Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Bakteri-bakteri ini berasal dari Laboratorium
Mikrobiologi Farmasi UNSRI yang diremajakan dalam medium NA dan
diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.

3.3.7 Pengujian Daya Hambat


Pengujian daya hambat ekstrak etanol 96% daun kirinyu dilakukan dengan
menggunakan metode difusi menggunakan kertas cakram. Disiapkan medium
nutrient agar (NA) steril dengan suhu 45-50oC sebanyak 15 ml kemudian
dicampur dengan 0,2 ml suspensi bakteri yang telah disiapkan sebelumnya,
selanjutnya dituang secara aseptik kedalam cawan petri steril dan dibiarkan
hingga membeku. Selanjutnya kertas cakram yang telah ditetesi sebanyak 20µl
dengan masing-masing konsentrasi sampel yaitu konsentrasi 15,30,45, dan 60
%b/v dibiarkan hingga kering dan dibebas etanolkan dengan mengetahui
hilangnya bau etanol pada pipir disk serta pada kontrol positif diletakkan di atas
permukaan medium secara aseptik dengan jarak titik tengah kertas cakram dengan
yang lain lebih kurang 3cm dan jarak dari pinggir cawan petri 2 cm. Selanjutnya
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam.
3.3.8 Pengujian Deskriptif Kuantitatif
Pengujian dilakukan dengan menguji normalitas data menggunakan
aplikasi SPSS kemudian dilanjutkan dengan ke uji one-way anova jika data
terdistribusi normal, dan uji non-parametrik Kruskal Wallis jika data tidak
terdistribusi normal.

5. Buatlah analisa data dengan SPSS. Uji normalitas dulu, kemudian kalau
terdistribusi normal lanjut ke Anova. Kalau tidak normal, lanjut ke non parametric
Kruskal Wallis
Jawab :
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan Metode penelitian adalah

deskriptif kuantitatif menggunakan 2 faktor, yaitu factor I variabel bebas dan

factor II variabel terikat

Variabel Penelitian

Variabel bebas : Konsentrasi Ekstrak Daun Kirinyu

Variabel terikat : Kadar Hambat Minimum (KHM)

Variabel terkendali : Pelarut Etanol 96%, Suhu

Data diameter hambat :

Bakter Konsentrasi Diameter Kriteria kekuatan antibakteri


ekstrak (mm)
maseriasi
(%)
Sa 15 0 Kurang
30 0,51 Kurang
45 2,13 Kurang
60 6,78 Kurang
Kontrol + 39,1 Kuat
Kontrol - 0 Kurang

Ec 15 0.1 Kurang
30 0,80 Kurang
45 2,72 Kurang
60 8,02 Sedang
Kontrol + 43,51 Kuat
Kontrol - 0 Kurang
Menurut Elganyar (2006), kekuatan antimikroba digolongkan menjadi 3, yakni
aktivitas kuat dengan diameter hambat lebih dari 8 mm, aktivitas sedang dengan
diameter zona hambat 7-8 mm, dan yang terakhir aktivitas lemah dengan diameter
zona hambat kurang dari 7 mm.
Uji Normalitas

Hasil diameter zona hambat menunjukan >0.05 pada uji normalitas kolmogorov-
smirnov yang menunjukan data terdistribusi normal.
Uji One Way Anova

Berdasarkan output diatas, diperoleh nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.000


< 0.05 maka hipotesis diatas ditolak.
6. Buatlah hasil dan pembahasan
Jawab :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Determinasi Tumbuhan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kirinyu yang
didapat dari kampus UNSRI Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Determinasi tanaman dilakukan oleh jurusan Biologi Universitas Andalas,
Padang, Sumatera Barat untuk memastikan bahwa sampel daun yang digunakan
benar-benar diperoleh dari tumbuhan kirinyu. Hasil yang didapatkan bahwa
tanaman yang digunakan benar daun kirinyu.
4.2 Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli
Berdasarkan hasil pengujian antibakteri ekstrak etanol daun kirinyuh
terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
memperlihatkan kejernihan pada setiap konsentrasi yaitu konsentrasi 15%, 30%,
45%, dan 60%. Kontrol negatif menunjukkan hasil larutan keruh, sedangkan
kontrol positif larutan jernih. Sehingga hasil KHM untuk Escherichia coli berada
pada konsentrasi 60%, begitu pula KHM untuk Staphylococcus aureus berada
pada konsentrasi 60% namun masih terklasifikasi buruk menuju sedang.
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus berdasarkan penentuan Konsentrasi Hambat Minimal
(KHM) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus diperoleh adanya
pertumbuhan koloni pada konsentrasi 60% dengan lebar zona hambat 6,78mm.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi tersebut ekstrak etanol daun
kirinyuh belum optimal dan masih terklasifikasi kurang menuju sedang.
Sedangkan pada bakteri E coli pada konsentrasi 60% sudah menunjukan zona
hambat 8,02 yang terklasifikasi sedang namun berbeda signifikan dengan control
positif. Untuk lebih jelasnya, hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimal
(KHM) terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Data Diameter Zona Hambat
Bakter Konsentrasi Diameter Kriteria kekuatan antibakteri
ekstrak (mm)
maseriasi
(%)
Sa 15 0 Kurang
30 0,51 Kurang
45 2,13 Kurang
60 6,78 Kurang
Kontrol + 39,1 Kuat
Kontrol - 0 Kurang

Ec 15 0.1 Kurang
30 0,80 Kurang
45 2,72 Kurang
60 8,02 Sedang
Kontrol + 43,51 Kuat
Kontrol - 0 Kurang

Pada tabel 1 memperlihatkan hasil bahwa perlakuan dengan konsentrasi


15%, 30%, 45% dan 60% yang telah dilakukan pengulangan sebanyak belum
mampu menghambat pertumbuhan bakteri secara optimal dan masih berbeda
sangat signifikan dengan control positif.

7. Buat Kesimpulan dan Saran


Jawab:
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak daun kirinyu memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus
2. Berbagai konsentrasi ekstrak yang digunakan 15%, 30%, 45%, 60%, dan
100% berbeda secara signifikan dalam menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus
3. Konsentrasi 100% memiliki zona hambat paling besar dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Stahpylococcus aureus
4. Dalam pengujian Kadar Hambat Minimal (KHM), berbagai konsentrasi
ekstrak yang digunakan belum dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphlococcus aureus

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penentuan stadar terhadap usia tumbuhan kirinyu yang akan
digunakan sebagai sampel dalam penelitian.
2. Perlu dilakukan sterilisasi pada daun dengan menggunakan bahan kimia
karena morfologi daun yangb erbulu sehingga lebih sulit disterilkan
3. Perlu dilakukan pengujian fitokimia terhadap ekstrak daun kirinyu untuk
mengetahui kandungan senyawa antibakteri yang terdapat didalamnya.
4. Perlu dilakukan pengujian Kadar Bunuh Minimal (KBM) untuk mengetahui
kemampuan ekstrak daun kirinyu dalam membunuh bakteri Staphylococcus
aureus.
5. Perlu dilakukan pengujian antibakteri menggunakan bagian lain dari
tumbuhan kirinyu (Chromolaenao dorata).

DAFTAR PUSTAKA
Hadiroseyani,Y., Hafifuddin., Alifudin, M., dan Supriyadi, H. 2005, Potensi Daun
Kirinyu (Chromolaena odorata) Untuk Pengobatan Penyakit Cacar Pada
Ikan Gurame (Osphronemus gourami) yang disebabkan Aeromonas
Hydrophilla. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4(2):139-144.
Hanphakphoom, S., Thophon, S., Waranusantigul, P., Kangwanrangsan, N.,and
Krajangsan,S. 2016, Antimicrobial Activity of Chromolaena odorata
Extracts Agains Bacterial Human Skin Infections, Research Journal by
National Research Council of Thailand and Suandusit University, 159-168.
Hapsari, Endah. 2015, Uji Anti Bakteri Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus
niruri) terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus cereus dan Escherichia coli,
Skripsi, Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
Indonesia.
Hasnawati, dan Prawita, E. 2010, Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Antibakteri
dari Daun Eupatorium odoratumL. terhadap Bakteri Staphylococcu saureus
ATCC25923 dan Escherichia coli ATCC25922, Majalah Obat Tradisional,
41-50.
Hridya,K.V., dan Kulandhaivel, M. 2017, Antimicrobial Activityof Chromolaena
odorata Against Selected Pyogenic Pathogens, International Journalof
Pharmacognosy and Phytochemical Research.
Irobi,O.N. 1997, Antibotik Properties of Ethanol Extract of Chromolaena odorata
(Asteraceae), International Journalof Pharmacognosy,111-115.
Kardinan,A.,dan Kusuma,F.R. 2004, Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh
Alami. Agromedia Pustaka, Jakarta, Indonesia.
Masyhud. 2010, Tanaman Obat Indonesia, http://www.dephut.go.id/indexphp?
=id/node/54 , diakses pada tanggal 16 Desember 2017.

Anda mungkin juga menyukai