Anda di halaman 1dari 13

TUGAS SOSIOLOGI PERKOTAAN

“KRISIS DI PERKOTAAN”

Oleh:

WA KURNIATI
C1B119024

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota sebagai tempat berkumpulnya penduduk yang cepat mengalami perkembangan karena
mempunyai daya tarik tersendiri bagi penduduk pedesaan. Perkembangan kota ini akan lebih
cepat bila didukung oleh potensi alamiah dari kota itu, kota yang berada di jalur pelayaran yang
ramai didukung potensi daerah binterland yang baik akan berkembang dengan cepat. Kecepatan
perkembangan kota akan memerlukan penyediaan fasilitas yang cukup banyak, dan ini tentu
tidak bisa dengan cepat dipenuhi. Seiring berjalannya waktu di kota tersebut akan timbul
berbagai masalah kerena adanya ketidak seimbankan antara kebutuhan penduduk dengan daya
dukung lingkungan. untuk mengatasi hal tersebut dalam pembankunan perkotaan perlu
memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga pembankunan yang dilakukakan dapat
berkesinanmbungan. Kota merupakan ruang paling krusial dalam perebutan kepentingan para
pengusaha berfikiran bahwa di seluruh penjuru kota harus disediakan pasar, mall dan
perkantoran yang mendukung kegiatan perekonomian mereka, supaya dapat menampung tenaga
kerja yang berkembank secara pesat. Sedang pecinta lingkungan menginginkan sebuah kota yang
hijau dan nyaman sehingga mendukung keberlanjutan ekologis secara alami, termasuk
mendukung kesehatan warganya.

Permasalahan perkotaan yang dihadapi saat ini semakin sulit untuk diselesaikan seperti
kemacetan, perkumuhan, banjir, longsor, kurangnya kesehatan masyarakat dan semakin
hilangnya ruang terbuka hijau. Hal itu disebabkan karena padatnya pembangunan yang
mengakibatkan pemanfaatan ruang masih belum sesuai seperti kondisi yang aman, nyaman dan
berkelanjutan. Bentuk ruang terbuka seperti jalan, trotoar, taman, hutan kota dan lain sebagainya
sengaja dibentuk langsung (Rustam, 2014).

Perubahan pembangunan di sektor ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi di


Indonesia telah menghasilkan kemajuan yang cukup pesat. Namun, selama pembangunan dan
perubahan itu berlangsung, tidak dapat dipungkiri menghasilkan dampak yang kurang baik,
antara lain munculnya kesenjangan sosial di Indonesia, baik di level nasional bahkan daerah.
Kesenjangan sosial merupakan sesuatu yang menjadi sebuah momok atau tugas besar bagi
pemerintah untuk diselesaikan. Dimana kesenjangan sosial merupakan masalah yang sukar untuk
diselesaikan kerena menyangkut aspek-aspek yang harus diketahui secara mendalam dan
pendekatan lebih dalam serta adanya saling keterkaitan berbagai aspek. Kesenjangan sosial
sebuah keadaan ketidak seimbangan sosial yang ada di masyarakat misalnya antara si kaya dan si
miskin. Kesenjangan sosial tersebut memunculkan permasalahan di Indonesia khususnya
pedesaan maupun perkotaan yang masalahnya relatif lebih komplek. Dari sekian banyak dampak
perubahan pembangunan nasional yang tidak merata, memunculkan permaslahan. Salah satunya
adalah anak jalanan. Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan
memang tidak bisa di sama ratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak
jalanan berada di jalan karena tekanan ekonomi keluarga, boleh jadi karena pergaulan, pelarian,
atau atas dasar pilihannya sendiri.

Nilai-nilai solidaritas sosial dan partisipasi masyarakat secara suka rela perlu dijaga dan
dilestarikan. Tradisi solidaritas sosial yang ada pada masyarakat kita secara terus menerus harus
tetap dilestarikan dari generasi ke generasi. Akan tetapi karena dinamika budaya tidak ada yang
statis, maka terjadilah beberapa perubahaan secara eksternal dan internal. Unsur kekuatan yang
mengubah adalah modernisasi yang telah mempengaruhi tradisi solidaritas sosial. Selain itu
perubahan solidaritas sosial tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain, meningkatnya
tingkat pendidikan anggota masyarakat sehingga dapat berfikir lebih luas dan lebih memahami
arti dan kewajiban mereka sebagai manusia.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimanakah Krisis Lingkungan Yang Terjadi Di Perkotaan?


2. Bagaimanakah Krisis Kesenjangan Ssial Yang Terjadi Di Perkotaan?
3. Bagaimanakah Krisis Solidaritas Sosisal Di Perkotaan?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Krisis Lingkungan Yang Terjadi Di Perkotaan.
2. Untuk Mengetahui Krisis Kesenjangan Sosial Yang Terjadi Di Perkotaan.
3. Untuk Mengetahui Krisis Solidaritas Sosisal Di Perkotaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Krisis Lingkungan Di Kota Kendari

Masalah lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah masalah


bersama dan secara kolektif hal ini menjadi masalah nasional. Untuk dapat mewujudkan
penanganan hal tersebut diatas, diperlukan komitmen berbagai pihak untuk mengubah
pendekatan pembangunan yang selama ini terlalu berorientasi pada pertumbuhan ekonomi
semata tanpa memperhitungan batasan toleransi daya dukung lingkungan ataupun ekologi.

Program ini memerlukan dukungan tidak hanya dari kalangan pemerintah atau birokrat
tetapi juga dunia usaha dan masyarakat. Pemerintah memandang perlu untuk melakukan
intervensi terhadap penanganan masalah lingkungan mengingat situasi dan kondisi yang ada
tidak mengalami perbaikan justru mengalami penurunan kualitas lingkungan. Hal ini makin
dipercepat dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah dalam bidang lingkungan. Tidak ada
common platform yang jelas diantara daerah otronom dalam menangani masalah lingkungan
hidup. Demikian pula kurang ada law enforecement dalam masalah lingkungan hidup secara
transparan. Keberhasilan program ini akan sangat tergantung dari sejauhmana pelaksanaan
kepemerintahan dan pengelolaan pembangunan yang baik (good governance and management)
dapat dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan masyarakat secara
bertanggung jawab.

Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika mendengar istilah sampah,
pasti yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma busuk
yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses yang cenderung merusak lingkungan di sekitarnya. Dalam proses alam,
sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah
dan selama proses alam itu berlangsung.

Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila
sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan
menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah yang dibiarkan begitu
saja akan mendatangkan serangga (lalat, kecoa, kutu, dan lai-lain) yang membawa kuman
penyakit. Akan tetapi manusia tidak menyadari bahwa setiap hari pasti manusia menghasilkan
sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik.

Berdasarkan temuan lapangan kelompok mahasiswa, Permasalahan sampah yang ada di


Kota Kendari khususnya wilayah kerja Puskesmas Lepo - Lepo di sebabkan karena tidak semua
sampah terangkut ke tempat pembuangan. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam
membuang sampah tidak sesuai dengan tempat dan waktu pembuangan sampah. Sebagian
sampah yang tidak terangkut petugas oleh masyarakat ada yang dibuang dengan cara ditimbun,
dibuang kekali, dibakar dan berbagai cara lainnya. Selain itu tidak adanya pegaturan hukum yang
tegas membuat masyarakat tidak peduli dengan sampah, dan mereka masih terus melakukan
pembuangan sampah. Jumlah Samapah Terangkut (68%) Sampah Tidak Terangkut (32%).

Sampah yang di buang sembarangan sehingga akhirnya menyebabkan pencemaran


lingkungan. Untuk mencegah kebuntuan sistem pengelolaan sampah, perlu dikembangkan
metodemetode lain. Salah satu metode yang sangat mungkin dikembangkan adalah implementasi
prinsip 3R.

Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah telah


mengatur mengenai cara pengelolaan sampah rumah tangga. Cara pengelolaan yang dimaksud
dalam undang-undang tersebut adalah dengan menerapkan prinsip 3R yaitu meliputi kegiatan
pengurangan/pembatasan timbulan sampah (reduce), pemanfaatan kembali sampah (reuse) dan
pendauran ulang sampah (recycle). Prinsip 3R harus diterapkan dan menjadi alternatif
pemecahan untuk mengurangi permasalahan tingginya timbulan sampah di TPS (Tempat
Penampunga Sementara) dan keterbatasan daya tampung TPA (Tempat Penampungan Akhir)
Penanganan permasalahan sampah yang kurang tepat dapat mengancam aspek keindahan kota
dan pencemaran lingkungan serta masalah kesehatan.

Timbulnya permasalahan sampah saat ini tidak terlepas dari perilaku warga masyarakat
sebagai penghasil sampah. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak warga
masyarakat yang belum melakukan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga dengan baik,
mulai dari memilah sampah, menyimpannya, dan membuang sampah pada tempatnya, sehingga
banyak kita temui sampah yang tidak terangkut. Selain itu Pemerintah Kota Kendari telah
mengupayakan sarana kebersihan yang disediakan diberbagai tempat tetapi banyak yang belum
mendapat perhatian dan pemeliharaan dari masyarakat. Fakta di lapangan 7 menunjukkan masih
banyak sampah yang berserakan di luar TPS bahkan sungaisungai kecil banyak dipenuhi sampah
sehingga mencemari lingkungan sekitar baik udara, tanah maupun air. Permasalahan di atas
muncul sebagai akibat dari belum dilakukannya pengelolaan sampah sesuai prinsip 3R di sumber
sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Selain itu kurang optimalnya
pengelolaan sampah akibat kurang koordinasi antar intansi yang menangani permasalahan
sampah.

B. Krisis Kesenjangan Sosial Di Kota Kendari

Tingginya jumlah penduduk di Indonesia khususnya Di Kota Kendari dan jarak antar
masyarakat atau yang biasa kita sebut dengan kesenjangan sosial. Hal ini disebabkan karena
perilaku tidak adil terhadap seseorang di dalam bermasyarakat. Masalah kesenjangan sosial ini
bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu bisa karena kedudukan, pendidikan,pendapatan, dan
faktor-faktor lain yang harus menjadi perhatian bagi pemerintah karena kalau dibiarkan akan
berdampak pada kehancuran negara ini sendiri. Di Indonesia pertumbuhan penduduk semakin
meningkat, terutama didaerah Kota Kendari. Banyak masyarakat desa mencari kehidupan yang
lebih baik di perkotaan. Mereka berfikir bahwa di perkotaan adalah sumber mata pencaharian
terbesar dibandingkan dipedesaan.mereka juga menganggap bahwa kehidupan di kota lebih baik
dari pada kehidupan didesa. Namun, pada kenyataanya kehidupan dikota tidak sebaik yang
mereka bayangkan. Selain peningkatan jumlah penduduk, tingkat pengangguran di kota juga
semakin tinggi.

Hal ini disebabkan karena melajunya tingkat urbanisasi di kota-kota besar dan kurangnya
lapangan pekerjaan. Adanya hal ini menyebabkan masyarakat desa mengalami kekecewaan
karena, masyarakat desa sebelumnya telah menggantungkan harapannya di kota. Untuk
mengurangi tingkat pengangguran di perkotaan. Sebaiknya masyarakat pedesaan yang berharap
mendapatkan kehidupan yang lebih layak di kota lebih berfikir ulang untuk melakukannya.
Karena jika hal itu terjadi bukan mereka saja yang akan merasakan kekecewaan. Tetapi
masyarakat perkotaan juga akan mengalami kesulitan karena kesempatan mereka untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik tentunya akan menjadi terhambat. Dan tentunya hal ini
sangat berpengaruh pada tingkat pengangguran yang terus meningkat.

Kesenjangan sosial merupakan suatu kondisi dimana ada hal yang tidak seimbang di dalam
kehidupan masyarakat entah itu secara personal maupun kelompok dimana ada ketimpangan
sosial yang terbentuk dari sebuah ketidakadilan distribusi banyak hal yang dianggap penting oleh
masyarakat. Kesenjangan tersebut seringkali dikaitkan dengan adanya suatu bentuk perbedaan
yang sangat nyata serta dapat dilihat dalam segi keuangan masyarakat, seperti kekayaan harta.
Terlebih untuk hal kesenjangan dalam bidang ekonomi. Sekarang ini sangat mudah dilihat dari
adanya potensi serta peluang yang tidak sama dalam posisi sosial di masyarakat. Selain hal di
atas, kesenjangan juga dapat dilihat dari adanya ketidaksetaraan antara barang, jasa, hukum, dan
kesempatan yang didapatkan oleh setiap individu.

Robert Chambers menjelaskan bahwa kesenjangan sosial adalah adalah seluruh gejala yang
muncul di dalam lapisan masyarakat karena adanya bentuk perbedaan dalam hal keuangan dan
yang lainnya di antara masyarakat yang menempati suatu daerah tertentu.

Kesenjangan sosial menyebabkan masyarakat berada dalam kondisi yang berbeda dan tidak
seimbang. Contohnya kelompok miskin dan kelompok kaya. Kondisi kesenjangan sosial
memengaruhi kehidupan masyarakat di berbagai bidang, seperti pendidikan dan ekonomi.
Namun, yang paling mencolok dari kondisi kesenjangan ini ialah ketidakadilan dalam kelompok
masyarakat. Menurut Tim Pusat Studi Pancasila UGM dalam buku Membangun Kedaulatan
Bangsa Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila: Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kawasan Terluar,
Terdepan, dan Tertinggal (3T) (2015), kesenjangan sosial adalah kondisi ketidakseimbangan
sosial di masyarakat yang menimbulkan perbedaan yang mencolok.

Salah satu bentuk kesenjangan sosial adalah kesenjangan sosial ekonomi. Dikutip dari buku
Perubahan Sosial Budaya (2020) karya Sriyana, kesenjangan sosial ekonomi merupakan kondisi
sosial yang mana tingkat kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat berbeda satu sama lain.
Artinya ada kelompok masyarakat yang punya kondisi kesejahteraan dan kemakmuran tinggi,
tetapi ada pula yang rendah. Misalnya kelompok kaya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya,
sedangkan kelompok miskin tidak mampu.
Pekerjaan rumah (PR) terbesar pemerintah saat ini adalah mengurangi kesenjangan sosial
yang sudah sangat meresahkan. Krisis yang dipicu pandemi Covid-19 diyakini akan
memperlebar kesenjangan pendapatan. Berbagai strategi dan terobosan kebijakan perlu didesain
untuk mengatasi kesenjangan dan kemiskinan, baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang.

Undang-Undang Cipta Kerja yang bertujuan untuk menarik investasi diharapkan dapat
membantu menurunkan kesenjangan, kemiskinan, dan pengangguran. Selain itu,
reindustrialisasi, hilirisasi khususnya produk agro industri, reformasi agraria, perbaikan
manajemen jaring pengaman sosial, dan pembenahan kebijakan fiskal merupakan beberapa
solusi untuk mengurangi kesenjangan sosial.

C. Krisis Solidaritas Sosial Di Kota Kendari

Paul Johnson (1986: 181) menyatakan bahwa solidaritas merupakan suatu keadaan
hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan
kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.
Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok yang mendasari
keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang
hidup dalam masyarakat.Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman
emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Jadi, solidaritas berarti keadaan
dimana individu merasa telah menjadi bagian dari sebuah kelompok.Atas dasar perasaan moral,
senasib sepenanggungan, dan kepercayaan ditambah pengalaman emosional bersama sehingga
memperkuat hubungan diantara mereka.

Solidaritas sosial dalam konteks masyarakat itu bergerak dari solidaritas mekanik menuju
solidaritas organik dengan ditandai dengan ciri-ciri masing masing kategori tersebut.Pertama,
Solidaritas mekanis, Solidaritas mekanis ini terjadi dalam masyarakat yang memiliki ciri khas
keseragaman pola-pola relasi sosial, memiliki latar belakang pekerjaan yang sama dan
kedudukan semua anggota. Paul Johnson (1986: 188) secara terperinci menegaskan indikator
sifat kelompok social atau masyarakat yang di dasarkan pada solidaritas mekanis, yakni: 1)
Pembagian kerja rendah; 2) Kesadaran kolektif kuat; 3) Hukum represif dominan; 4)
Individualitas rendah; 5) Konsensus terhadap pola normatif penting; 6) Adanya keterlibatan
komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang; 7) Secara relatif sifat ketergantungan
rendah; 8) Bersifat primitif atau pedesaan.

Kedua, solidaritas organis.Solidaritas organis terjadi di masyarakat yang relatif kompleks


dalam kehidupan sosialnya, namun terdapat kepentingan bersama atas dasar tertentu.Solidaritas
organis muncul karena pembagian kerja bertambah besar.Solidaritas ini di dasarkan pada tingkat
saling ketergantungan yang tinggi.Ketergantungan ini diakibatkan karena spesialisasi yang tinggi
di antara keahlian individu. Paul Johnson (1986: 188) pun secara terperinci menegaskan
indikator sifat kelompok sosial atau masyarakat pada solidaritas organis, yakni: 1) Pembagian
kerja tinggi; 2) Kesadaran kolektif lemah; 3) Hukum restitutif/memulihkan dominan; 4)
Individualitas tinggi. 5) Konsensus pada nilai abstrak dan umum penting; 6) Badan-badan
kontrol sosial menghukum orang yang menyimpang. 7) Saling ketergantungan tinggi; 8) Bersifat
industrial perkotaan.

Berdasarkan hasil penelitian di Kota Kendari khususnya masyarakat di bagian Keluraha


Watubangga Kecamatan Baruga memiliki tingkat solidaritas yang sangat tinggi. Sikap solidaritas
mereka terlihat dari segala sesuatu yang mereka lakukan dengan cara kebersamaan atau gotong-
royong. Kesadaran kolektif yang tinggi, tidak individual, menyelesaikan segala persoalan dengan
cara kekeluargaan dengan memperhatikan norma-norma yang berlaku dan bersifat pedesaan.
Bangunan-bangunan yang dibutuhkan untuk kepentingan umum, seperti mesjidmesjid atau
mushola-mushola, sekolah, balai adat bahkan sampai ke rumah kemenakan yang baru menikah
yang belum mampu membangun rumah dilaksanakan secara gotong royong. Sehingga bangunan
yang mereka dirikan mulai dari awal pembuatannya sampai selesai dilaksanakan dengan cara
gotong royong (berdasarkan grand tour).

Seiring berkembangnya zaman solidaritas yang biasa dilakukan oleh masyarakat di


Kelurahan Watubangga Kecamatan Baruga tersebut mulai memudar akibat beberapa faktor.
Diantara faktor yang terlihat adalah dari aktivitas dan sikap masyarakat sekarang yang lebih
mementingkan diri sendiri dari pada kebersamaan, kesadaran kolektif mulai melemah, persoalan
hukum yang biasanya seracara represif sekarang bersifat restitutif, mulai tingginya
ketergantungan, bersifat kekota-kotaan dan sebagainya masyarakat sekarang enggan mengikuti
gotongroyong, tidak memperlihatkan sikap solidaritas antar sesama. Namun bukan berarti
pembangunan pada zaman sekarang tidak dilakukan dengan cara gotong royong. Gotong royong
tetap ada, akan tetapi cenderung hanya dilaksanakan oleh para orang tua saja. Sementara para
generasi muda tidak mengindahkan lagi solidaritas dalam bentuk gotongroyong, malahan
kesadaran kolektif melemah (berdasarkan grand tour)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah masalah


bersama dan secara kolektif hal ini menjadi masalah nasional. Untuk dapat mewujudkan
penanganan hal tersebut diatas, diperlukan komitmen berbagai pihak untuk mengubah
pendekatan pembangunan yang selama ini terlalu berorientasi pada pertumbuhan ekonomi
semata tanpa memperhitungan batasan toleransi daya dukung lingkungan ataupun ekologi.

Program ini memerlukan dukungan tidak hanya dari kalangan pemerintah atau birokrat tetapi
juga dunia usaha dan masyarakat. Pemerintah memandang perlu untuk melakukan intervensi
terhadap penanganan masalah lingkungan mengingat situasi dan kondisi yang ada tidak
mengalami perbaikan justru mengalami penurunan kualitas lingkungan. Hal ini makin dipercepat
dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah dalam bidang lingkungan. Tidak ada common
platform yang jelas diantara daerah otronom dalam menangani masalah lingkungan hidup.
Demikian pula kurang ada law enforecement dalam masalah lingkungan hidup secara transparan.
Keberhasilan program ini akan sangat tergantung dari sejauhmana pelaksanaan kepemerintahan
dan pengelolaan pembangunan yang baik (good governance and management) dapat dilakukan
oleh pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan masyarakat secara bertanggung jawab.

Dan Tingginya jumlah penduduk di Indonesia khususnya Di Kota Kendari dan jarak antar
masyarakat atau yang biasa kita sebut dengan kesenjangan sosial. Hal ini disebabkan karena
perilaku tidak adil terhadap seseorang di dalam bermasyarakat. Masalah kesenjangan sosial ini
bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu bisa karena kedudukan, pendidikan,pendapatan, dan
faktor-faktor lain yang harus menjadi perhatian bagi pemerintah karena kalau dibiarkan akan
berdampak pada kehancuran negara ini sendiri. Di Indonesia pertumbuhan penduduk semakin
meningkat, terutama didaerah Kota Kendari. Banyak masyarakat desa mencari kehidupan yang
lebih baik di perkotaan. Mereka berfikir bahwa di perkotaan adalah sumber mata pencaharian
terbesar dibandingkan dipedesaan.mereka juga menganggap bahwa kehidupan di kota lebih baik
dari pada kehidupan didesa. Namun, pada kenyataanya kehidupan dikota tidak sebaik yang
mereka bayangkan. Selain peningkatan jumlah penduduk, tingkat pengangguran di kota juga
semakin tinggi.

Sehingga Sikap solidaritas mereka terlihat dari segala sesuatu yang mereka lakukan dengan
cara kebersamaan atau gotong-royong. Kesadaran kolektif yang tinggi, tidak individual,
menyelesaikan segala persoalan dengan cara kekeluargaan dengan memperhatikan norma-norma
yang berlaku dan bersifat pedesaan. Bangunan-bangunan yang dibutuhkan untuk kepentingan
umum, seperti mesjidmesjid atau mushola-mushola, sekolah, balai adat bahkan sampai ke rumah
kemenakan yang baru menikah yang belum mampu membangun rumah dilaksanakan secara
gotong royong. Sehingga bangunan yang mereka dirikan mulai dari awal pembuatannya sampai
selesai dilaksanakan dengan cara gotong royong (berdasarkan grand tour).

Seiring berkembangnya zaman solidaritas yang biasa dilakukan oleh masyarakat di


Kelurahan Watubangga Kecamatan Baruga tersebut mulai memudar akibat beberapa faktor.
Diantara faktor yang terlihat adalah dari aktivitas dan sikap masyarakat sekarang yang lebih
mementingkan diri sendiri dari pada kebersamaan, kesadaran kolektif mulai melemah, persoalan
hukum yang biasanya seracara represif sekarang bersifat restitutif, mulai tingginya
ketergantungan, bersifat kekota-kotaan dan sebagainya masyarakat sekarang enggan mengikuti
gotongroyong, tidak memperlihatkan sikap solidaritas antar sesama. Namun bukan berarti
pembangunan pada zaman sekarang tidak dilakukan dengan cara gotong royong. Gotong royong
tetap ada, akan tetapi cenderung hanya dilaksanakan oleh para orang tua saja. Sementara para
generasi muda tidak mengindahkan lagi solidaritas dalam bentuk gotongroyong, malahan
kesadaran kolektif melemah (berdasarkan grand tour)
DAFTAR PUSTAKA

Arief, A.1994. Hutan : Habitat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta Balai Inventarisasi dan Pemetaan Hutan Sulawesi Tenggara. 2003. Data dan
Informasi: Kendari. Sulawesi Tenggara. Balai UPTD TAHURA Nipa-Nipa. 2003. Data dan
Informasi. Kendari, Sulawesi Tenggara. Departemen Kehutanan Kantor Wilayah Propinsi
Sulawesi Tenggara Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tenggara: 1997:
Informasi Kawasan Konserwsi Propinsi Sulawesi Tenggara. Proyek Pengembangan Kawasan
Konservasi Propinsi Sulawesi Tenggara. Kendari

Aan Djam’an dan Komariah Satori. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Miles& Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru.

Nana Syaodih. 2006. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Paul
Johnson, Doyle. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern.Diterjemahkan oleh Robert M.Z.
Lawang. Jakarta: Gramedia. Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta:
Rajawali pers

Arief, Sritua (1979), Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi. Disparitas Pendapatan, dan Kemiskinan
Massai, Jakarta, Lembaga Studi Pembangunan,

Anda mungkin juga menyukai