PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI
OLEH:
DIO ALIF ANANTA S
08051281924036
KELAS B
KELOMPOK 1
DOSEN PENGAMPU:
GUSTI DIANSYAH, S. Pi., M. Sc
DR. WIKE AYU EKA PUTRI, S. Pi., M. Si
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat melakukan cara penentuan kadar air kering tanah.
2. Mahasiswa dapat melakukan cara penentuan ukuran butir sedimen.
3. Mahasiswa dapat melakukan pengelompokkan ukuran butir sedimen.
4. Mahasiswa dapat mealakukan hitungan statistik ukuran butir sedimen (mean,
sorting, skweness dan kurtosis).
5. Mahasiswa melakukan analisis kondisi sedimen berdasarkan ukuran butirnya,
6. Mahasiswa dapat melakukan metode pengukuran C-organik.
7. Mahasiswa melakukan analisis Total Suspended Solid (TSS) di kolom
perairan.
8. Mahasiswa dapat melakukan analisis data Total Suspended Solid (TSS).
9. Mahasisma dapat menghitung gelombang yang dibangkitkan oleh angin.
10. Mahasisma dapat menghitung transpor sedimen akibat pengaruh gelombang.
11. Mahasiswa dapat melakukan analisis pengaruh energi gelombang terhadap
kestabilan pantai.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar Air dan Ukuran Butir Sedimen
Sedimen merupakan suatu proses akumulasi mineral yang diakibatkan
oleh adanya pengendapan dari material maupun partikel lain yang terbentuk
melalui proses kimia yang terjadi di laut. Muatan sedimen yang masuk kedalam
lingkungan perairan melalui media air dan kemudian diendapkan (sedimentasi)
sehingga dengan proses yang terjadi secara terus-menerus pada material tersebut
akan terjadi pengendapan. Proses pengendapan sedimen dapat diperkirakan
berdasarkan sebaran ukuran butir sedimen. Analisis yang digunakan untuk
mendapatkan parameter nilai pada pengukuran butir sedimen seperti rata-rata,
keseragaman butir, skewness dan kurtosis analisa granulometri (Pratiwi et al.
2017).
Material sedimen akan terendapkan oleh proses mekanik arus yang berasal
dari sungai dan atau oleh arus laut. Sedimentasi disuatu lingkungan perairan
terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang tinggi di lingkungan
tersebut.Faktor oseanografi seperti arus tentu membantu dalam mekanisme
pendistribusian sedimen.Sebaran sedimen mempengaruhi karakteristik jenis
sedimen.Perpindahan sedimen, proses sedimentasi dan distribusi ukuran butir
sedimen sangat dipengaruhi oleh pergerakan arus laut. (Khatib et.al, 2013).
Analisis granulometri salah satu tahapan yang dapat digunakan dalam
menganalisis perubahan ukuran butir, untuk mengetahui proses pengendapan dan
mekanisme transportasi material sedimen serta penentuan distribusi mean, sortasi,
skweness, dan kurtosis. Sortasi ini dapat menunjukan suatu batasan dari ukuran
butir sedimen dan sekaligus dapat menentukan kaeakteristik keanekaragaman dari
ukuran butir sedimentasi setiap populasi material sedime (Iqbal dan Harnani,
2018).
Skewness merupakan suatu nilai yang mengalami ketidakselasaran atau
penyimpangan distribusi perhitungan ukuran butir terhadap distribusi normal.
Adapun distribusi normal suatu ukuran butir sedimen mempunyai jumlah ukuran
butir atau butiran yang lebih dominan lebih besar. Jika di suatu distribusi
mempunyai ukuran butir yang lebih kasar lebih dominan maka nilai perhitungan
akan berdampak negative dan sebaliknya (Pratiwi et al. 2017).
Kurtosis merupakan suatu harga perbandingan antara pemilahan bagian
tengah terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Kurtosis ini dapat menunjukan suatu
derajat dominan atau derajat tertinggi dari kedataran distribusi material sedimen
dengan dibandingkan pada distribusi normal. Ukuran kurtosis ini tidak sering
digunakan dalam pengukuran nilai distribusi material sedimen pada daerah sungai
yang memiliki ukuran material butyl kasar atau dasar sungai (Randa et al. 2021).
Dikarenakan mengandung berbagai macam material pada suatu sedimen,
butiran sedimen digunakan untuk mentukan jenis sedimen yang terdapat pada
suatu wilayah. Hal ini disebabkan karena ukuran butir yang terdapat pada sedimen
dapat menunjukan mudah tidaknya serta banyak sedikitnya sedimen yang
ditranspor agen pengangkut seperti air. Selain itu, butiran yang ada juga dapat
digunakan untuk mengetahui dinamika dan energi di lingkungan pengendapannya.
Bentukan dari butiran sedimen yang ada pada suatu wilayah sanagt beragam dan
tidak berarutan. Terdapat butiran yang berbentuk mendekati bulat sampai dengan
bentuk yang sangat pipih, sehingga tidak mudah untuk mendefinisikan ukuran
dari butiran yang mempunyai bentuk sangat tidak teratur tersebut (Antari et al.
2020).
Selain itu terdapat proses atau mekanisme suspensi yang mempengaruhi
material – material atau butir sedimen yang lebih halus. Dalam hal ini butiran
sedimen yang halus akan mengalami transpotasi secara turbulence sehingga akan
mengalami perubahan secara fisik dari pengendapan menjadi batuan silt dan juga
clay, atau sering disebut dengan silt and clay suspended by turbulence. Tingkat
transfortasi yang terjadi juga akan mempengaruhi fisik dari butiran sedimen. Hal
yang sangat mempengaruhi perubahan ini adalah keresistenan dari material
butiran sedimen, ada sebagian butir masih bisa mempertahankan bentuk atau
morfologi butir walaupun telah mengalami transportasi yang jauh (Iqbal dan
Harnani, 2017).
Tekstur dari sedimen dapat diketahui memlaui proses penyaringan
bertingkat atau sieving. Pada proses ini sampel sampel sedimen yang dimabil akan
terbagi berdasarkan ukuran butirnya. Untuk mentukan ukuran butir sendiri
digunakan skala wentworth yang membagi butiran sedimen menjadi gravel, sand,
silt dan clay. Proses klasisifikasi sedimen berdasarkan nilai butiraannya juga dapat
dilakukan menggunakn diagram segitiga shepahard. Selain itu, butiran sedimen
juga dapat digunkan untuk menentukan berat jenis dari sedimen. Ini dikarenakan
berat jenis sedimen merupakan rasio berat butir partikel sedimen terhadap berat
volume air. Umumnya berat jenis sedimen sekitar 2,65 (Hutari et al. 2018).
2.2 Karbon Organik
Proses pengendapan material terjadi karena faktor transpor material
pelapukan dari daratan ke laut dan faktor transpor material yang terjadi di dalam
laut. Material organik (OM) merupakan salah satu parameter pencemar perairan
yang paling umum dijumpai, karena OM merupakan kumpulan senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi yang dapat
menimbulkan dampak penurunan kandungan oksigen terlarut. Sedimen laut
memiliki kandungan organik dan anorganik baik terlarut atau tersuspensi dengan
tekstur partikel tidak terkonsolidasi (Dewanti et al. 2018).
Kandungan karbon organik dalam sedimen merupakan sumber makanan
penting bagi fauna bentik disertai dengan faktor kimia lainnya yang bervariasi
dengan ukuran partikel sedimen. Kelimpahan karbon organik dapat menyebabkan
berkurangnya kekayaan spesies, kelimpahan, dan biomassa karena penipisan
oksigen dan penumpukan produk sampingan beracun dari amonia dan sulfida
sehingga berperan dalam pengaruh proses fotosintesis. Karbon, yang merupakan
penyusun utama bahan organik, jumlahnya melimpah pada semua makhluk hidup
dan sumber energi bagi semua organisme (Permanawati dan Hernawan, 2018).
Senyawa organik umumnya berasal senyawa karbon yang terbentuk secara
alamiah. Karbon organik (organic carbon/OC) terdiri dari dua tipe, yaitu material
OC dari daratan yang terbawa oleh limpasan hujan atau sungai, dan material OC
dari lautan berupa hasil produksi organisme laut (biogenous) seperti karbonat
biogenik berasal dari foram atau moluska. Contoh senyawa karbon organik yaitu
alkanon, alkanal, propanon, etanol, urea dan lain-lainnya (Permanawati et al.
2019).
Karbon organik memiliki manfaat sebagai parameter kesuburan tanah,
karbon organic terdapat dalam bahan organic (BO), BO butuh tanah untuk
berlindung secara fisik dari proses oksidasi, sedangkan tanah butuh BO untuk
kesuburan fisik, kimia dan biologi. Bahan organik adalah kumpulan beragam
senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa
anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan
ototrofik yang terlibat dan berada di dalamnya. Bahan organik tersusun oleh
unsur-unsur C, H, O, dan dalam beberapa hal mengandung N, S, P dan Fe.
(Hutasoit et al, 2017).
Salah satu material pembentuk bahan organik yang penting adalah unsur
karbon. Kandungan karbon organik yang terdapat di dalam sedimen menunjukkan
kandungan bahan organik. Kandungan bahan organik tersebut dapat digunakan
untuk mengindinkasikan kuantitas nutrient di dalam sedimen. Berdasarkan
pernyataan tersebut nilai dari karbon organik dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan lingkungan laut. Pada awalnya Karbon organik perairan yang bebas
disimpan dalam bentuk lepasan, lama kelamaan akan jatuh ke dasar kemudian
diadsorpsi oleh sedimen. Kadar karbon yang terserap ke dalam sedimen
dipengaruhi oleh ukuran partikel serta jumlah dari adsorben, diamana semakin
luas permukaan adsorben akan semakin tinggi zat yang teradsorpsi (Siregar et al.
2021).
Hutan mangrove adalah hutan yang paling dominan penyimpan karbon
dari hutan lainnya, dengan sebagian besar dialokasikan secara proporsional lebih
banyak karbon di bawah tanah. Pengambilan sampel untuk mengetahui cadangan
karbon pada ekosistem mangrove difokuskan pada bahan organik tanah atau
sedimen pada ekosistem mangrove yang dilakukan dengan metode langsung titik
lokasi pengambilan sampel (Verisandria et al. 2018).
Simpanan karbon tanah (below ground C-stock) adalah jumlah atau berat
karbon yang tersimpan di dalam tanah pada suatu luasan tertentu. Tinggi
rendahnya simpanan karbon tanah ditentukan dari tiga variabel yang saling terkait
yaitu konsentrasi karbon organik, berat jenis tanah, dan kedalaman tanah.
Cadangan karbon secara transparan, konsisten, dapat dibuktikan secara lengkap
dan akurat di atas atau bawah permukaan tanah dengan berbagai metode (Fauziah
et al. 2021).
Karbon organik merupakan salah satu komponen penting sebagai
penyusun kimiawi sedimen. Meskipun komponen organik dapat terdekomposisi
dan dikembalikan sebagian ke komponen anorganik, sebagiannya lagi masih
terpreservasi dan menjadi komponen penting sebagai bagian dari penyusunan
partikel sedimen di perairan. Kberadaan karbon organik ini juga dipengaruhi oleh
proses sedimentasi karena bahan organik yang ada pada kolom periaran juga kan
mengendap dalam sedimen. Namun pada kondisi toksik, jumlah senyawa organik
yang terendap di sedimen dapat berkurang akibat terjadinya peristiwa oksidasi.
Sedimen yang terkontaminasi akan berdampak pada spesies akuatik, rantai
makanan dan akhirnya pada kesehatan manusia (Yolanda et al. 2019).
2.3 Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan tersupensi yang terdiri dari
lumpur dan jasad renik yang berasal dari kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke
dalam air. Sifat fisis suspensi, seperti titik beku atau tekanan uap suspensi padatan
dalam cairan, kurang dipengaruhi oleh partikel yang tersuspensi. Jadi, air
berlumpur membeku pada 0℃ seperti halnya air murni. Partikel tersuspensi
terlalu besar, dan jumlahnya terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah molekul air
dalam campuran sehingga pengaruhnya tidak terukur. Partikel yang menurunkan
intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton,
zooplankton, kotoran hewan, sisa tanaman dan sisa hewan yang sudah mati,
kotoran manusia dan limbah industry (Fatimah et al. 2019).
Padatan tersuspensi total (Total suspended Solid atau TSS) adalah bahan-
bahan tersuspensi (diameter > 1 μm). TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta
jasad-jasad renik yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang
terbawa ke badan air. Zat padat tersuspensi merupakan bahan pembentuk endapan
yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di
suatu perairan. Penetrasi cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih
dalam tidak berlangsung efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi,
sehingga fotosintesa tidak berlangsung sempurna (Lestari dan Samsunar, 2021).
Salah satu parameter kualitas perairan yang diduga berubah adalah Total
Suspended Solid (TSS). Total Suspended Solid (TSS) merupakan zat padat (pasir,
lumpur, dan tanah liat) atau partikel tersuspensi dalam air dan dapat berupa
komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun
komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel anorganik (Ainy et al. 2021).
Aktivitas pertanian, dan banyaknya lahan hutan yang ditebang untuk
pembangunan wilayah terbangun juga menyebabkan tingginya pencemar, erosi
dan sedimen terbawa arus sampai ke estuari. Terbawanya sedimen sampai ke
estuari menyebabkan adanya TSS di perairan tersebut. Nilai TSS yang tinggi akan
menunjukkan tingkat pencemaran yang tinggi. Hal tersebut dapat mempengaruhi
kondisi fisik perairan dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis dari
biota air pada suatu perairan (Fathiyah et al. 2017).
Nilai TSS air dapat diketahui menggunakan metode gravimetri. Metode
gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan hasil reaksi
pengendapan. Langkah pengukuran pada gravimetri adalah pengukuran berat.
Analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya maupun dengan
solvennya. Persyaratan yang harus dipenuhi agar gravimetri dapat berhasil ialah
terdiri dari proses pemisahan yang harus cukup sempurna sehingga kualitas analit
yang tidak mengendap secara analit tidak ditentukan dan zat yang ditimbang harus
mempunyai susunan tertentu dan harus murni atau mendekati murni. Baku mutu
air berdasarkan peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001, batas ambang dari TSS
dalam air yaitu 50 mg/L yang diukur dengan metode gravimetric (Fatimah et al.
2019).
Secara spasial dan temporal keberadaan dan kondisi TSS di estuari dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti arus laut, pasang surut, debit sungai dan
tutupan lahan. TSS merupakan materi padat seperti pasir, lumpur, tanah maupun
logam berat yang tersuspensi didaerah perairan akibat dari pengikisan tanah atau
erosi tanah yang terbawa ke badan air. Kondisi fisik suatu perairan tersebut dapat
diamati dan dipantau dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh, karena
kapasitasnya menyediakan informasi spasial dan temporal (Fathiyah et al. 2017).
Kondisi hidrooseanografi (arus, gelombang dan pasang surut)
merupakan aspek yang berpengaruh secara langsung terhadap sebaran TSS,
dimana sirkulasi arus dan gelombang mampu mentransport massa dan
menggerakan TSS pada suatu tempat ke tempat lainnya pada ruang lingkup yang
lebih luas. sementara pasang surut berperan dalam sebaran TSS. Proses sedimen
tersuspensi dipengaruhi oleh proses yang terjadi di lautan seperti pasang surut dan
arus. Tingginya konsentrasi total padatan tersuspensi mengakibatkan
berkurangnya oksigen dalam perairan akibat penurunan aktivitas fotosintesa dari
tumbuhan laut (Ainy et al. 2021).
Limbah tekstil merupakan salah satu limbah cair yang sangat sering
dijumpai dan berpotensi mencemari lingkungan. Hal ini disebabkan oleh
tingginya pencemaran air dan derajat kekotoran air menunjukkan adanya zat padat
TSS. Perubahan fisik meliputi penambahan padatan zat organik atau anorganik ke
dalam air untuk meningkatkan kekeruhan, sehingga membatasi penetrasi sinar
matahari ke dalam air. Penurunan penetrasi sinar matahari akan mempengaruhi
proses fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air (Lestari dan Samsunar, 2021).
2.4 Transpor Sedimen Pengaruh Gelombang
Gelombang laut adalah pergerakan naik turunnya air dengan arah tegak
lurus permukaan air laut yang membentuk kurva sinusoidal. Pada umumnya
gelombang laut disebabkan oleh tiupan angin baik secara langsung atau pun tidak
langsung. Pembentukan gelombang umumnya terjadi di daerah perairan lepas,
saat gelombang terbentuk gelombang tersebut akan bergerak dalam jarak yang
panjang melintasi laut, dengan hanya kehilangan sedikit energinya. Gelombang
merupakan salah satu parameter laut yang domain terhadap laju mundurnya garis
pantai. Gelombang laut berbentuk gelombang transversal dengan membentuk
lembah dan puncak, sama seperti keadaan aslinya di laut (Wakkary et al. 2017).
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan
laut dan sebagian lagi oleh tekanan tanggensial pada partikel air. Angin yang
bertiup dipermukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika
kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan
permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin bertiup lama maka riak
gelombang akan hilang dan prmukaan gelombang merata kembali. Tetapi angin
ini bertiup lama maka riak gelombang membesar terus sama walaupun pada
akhirnya sampai pada kondisi dimana anginya berhenti bertiup (Kodoatie dan
Syarif, 2010).
Ketika menuju perairan dangkal, gelombang akan mengalami penurunan
kecepatan, dan perubahan bentuk. Penurunan kecepatan dan perubahan bentuk
tersebut diakibatkan karena pengaruh perubahan dari kedalaman laut. Perubahan
bentuk gelombang yang menjalar menuju perairan dangkal dapat diakibatkan oleh
refraksi (pembelokan gelombang sehingga sejajar dengan kontur dasar laut),
difraksi (pembelokan gelombang ke daerah terlindung dari rintangan dengan
mentransfer energi secara tegak lurus), refleksi dan juga gelombang pecah
Gelombang akan pecah karena tidak stabil akibat kecepatannya lebih rendah
dibandingkan dengan kecepatan partikel air (Bayhaqi, 2018).
Transpor sedimen merupakan gerakan sedimen dari satu daerah yang
disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya menuju daerah lain.
Selain gelombang dan arus, laju transpor sedimen juga dapat disebabkan oleh
aktivitas manusia yang berada di daratan. Aktivitas penambangan di sekitar pantai
mempengaruhi sebaran butiran sedimen karena aktivitas ini mensuplai Poorly
Sorted Sediment. Transpor sedimen yang ada di pelabuhan juga dapat disebabkan
karena beberapa faktor seperti arus, pasang surut, gelombang, dan aktivitas
aktivitas pelabuhan seperti kapal (Hutari et al. 2018).
Transpor sedimen merupakan faktor utama yang memicu beberapa
fenomena dinamika pantai. Terjadinya proses transport sedimen sendiri
dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta oseanografi yang sangat fluktuatif.
Analisis mengenai transport sedimen sangat penting, karena dapat memberkan
informasi mengenai besarnya suatu proses atau laju tingkat respon, lokasi sedimen
dan waktu pengendapan atau untuk mengeksplorasi pengaruhberkontribusi
terhadap perubahan morfologi daerah pesisir. Pendekatan transport sedimen yang
dikombinasikan dengan pemahaman geomorfologi pesisir dan distribusi sedimen
menggunakan kerangka geologi dapat memahami perpindahan sedimen dan garis
pantai pada skala waktu saat ini dan masa depan (Wisha dan Gemilang, 2019).
Arus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pengangkutan
sedimen di daerah pantai. Sedimen tersebut akan terperangkap di suatu tempat
jika kondisi arus dan oseanografi lainnya tidak dominan dibandingkan gaya
gravitasi. Salah satu fenomena yang diakibatkan oleh pengendapan sedimen yakni
tanah timbul. Tanah timbul merupakan sebuah daratan yang muncul akibat adanya
endapan sedimen yang terbawa oleh arus yang selanjutnya mengalami perubahan
ketinggian permukaan (Dwinanto et al. 2017).
Transpor sedimen oleh aliran air adalah transpor seluruh butir padat (solid)
yang melewati tampang lintang suatu aliran air. Salah satu cara transport sedimen
yaitu dengan transport material dasar. TS material dasar dibagi menjadi dua yaitu
Transpor sedimen dasar (bed load), adalah gerak butir sedimen yang selalu berada
di dekat dasar saluran atau sungai. Butir sedimen bergerak dengan cara bergeser
atau meluncur, mengguling, atau dengan lompatan pendek. Transpor dengan cara
ini umumnya terjadi pada butir sedimen yang berukuran relatif besar. Transpor
sedimen suspensi (suspended solid), adalah gerak butir sedimen yang sesekali
bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran. Butir sedimen bergerak dengan
lompatan yang jauh dan tetap didalam aliran. Transpor dengan cara ini umumnya
terjadi pada butir sedimen yang berukuran relatif kecil (Kalay et al. 2018).
III METODOLOGI
Keluarkan sampel dari lemari pendingin – Siapkan Oven dan alumunium foil
secukupnya – Lalu, hidupkan oven dan setting suhu oven – Masukkan sampel
tadi kedalam oven – Tunggu hingga sampel cair – Lalu kelurkan dari oven.
Keluarkan sampel dari dalam oven – Timbang sampel yang sudah kering
sebanyak 100 gr – Tumbuk sampel sedimen hingga halus menggunakan mortar –
Masukkan sampel yang sudah halus kedalam gelas beaker.
Siapkan ayakan, botol spray, gelas ukur 1000 ml, sampel sedimen dan air 1 L –
Lalu, ayak sampel yang sudah ditumbuk sampai denagan ukuran ayakan 38µm
dan sesekali diseprotkan dengan air agar mempermudah turunnya material
sedimen.
Timbang material sedimen satu persatu dari uk 1mm – 38 µm, Hitung berat awal
sampel (wadah + materian sedimen) dan Kurangin dengan berat akhir sampel
(pure material sedimen) dan catat hasilnya.
Siapkan 10 Erlenmeyer dan 10 kertas saring yang telah dibentuk (timbang setiap
kertas sarinynya) - Lakukan pemipetan menggunakan pipet volume dan
penyaringan menggunakan kertas saring pada larutan sampel selama ± 4,45 jam
(atur waktu mengunakan stofwatch) tanpa jeda sesuai dengan ketentuan yang
sudah ada.
Diamkan sampai kertas saring kering – Timbang kembali berat awal sampel dan
kurangi berat akhir sampel sdan catat hasilnya.
Olah data hasil menggunakan microsoft excel dan lakukan analisa butiran material
dasar.
Buat larutan stanart 0 dan 250 ppm sebagai pembanding, Dan catat hasil dari
semua prosesnya
b. Kertas Saring
Keringkan pada oven selama 24 jam pada kisaran suhu 60 oC
Hasil timbangan dicatat sebagai berat kering filter (Wo) yang dilakukan tiga kali
pengulangan
c. Prosedur Analisis
Adapun cara kerja prosedur analisis yang dilakukan pada praktikum kali
ini, yaitu:
Saring sampel air menggunakan kertas saring GF/C dan vacum pump
Buka menu fore cast, dataset, reanalysis dataset, erainterim, dan download era
interim data
Pilih bulan dan tahun, time select all, step pilih 0 dan 3, parameter pilih U10 meter
danV10 meter
Pilih use dummy variable kemudian next - Pilih daerah kajian kemudian
finish - Tekan enter untuk melihat preview data - Export ke ODV spread sheet
Cari data tambahan lainnya seperti Hmo (M), T(s), Q bulanan, Q tahunan, Q 6
tahun dan lainnya
4. Buat wadah alumunium sesuai dengan mesh yang digunakan lalu timbang
5. Masukan sampel yang sudah dihaluskan ke dalam Sieve shaker lalu lakukan
pengayakan hingga mesh terakhir
7. Masukan sisa sampel pada mesh terakhir ke dalam gelas ukur yang berisikan 1
liter air
8. Lakukan pemipetan, lalu masukan ke dalam erlemeyer sesuai waktu yang
ditentukan kemudian timbang kertas saring
Bayhaqi A. 2018. Gelombang tsunami dan dampaknya. Oseana Vol. 40(2): 53-61
Dwinanto AW, Purba NP, Harahap SA, Syamsudin ML. 2017. Pola Arus dan
Transpor Sedimen pada Kasus Pembentukan Tanah Timbul Pulau
Puteri Kabupaten Karawang. Perikanan dan Kelautan Vol. 8(2): 152-
160
Fathiyah N, Pin TG, Saraswati R. 2017. Pola Spasial dan Temporal Total
Suspended Solid (TSS) dengan Citra SPOT di Estuari Cimandiri, Jawa
barat. Industrial Research Workshop and National Seminar Politeknik
Negeri Bandung. Bandung: 26-27 Juli 2017. 513-521
Fatimah A, Harmadi, Wildian. 2019. Perancangan Alat Ukur TSS (Total
Suspended Solid) Air Menggunakan Sensor Serat Optik Secara Real
Time. Ilmu Fisika Vol. 6(2): 67-72
Firdaus L. 2017. Oseanografi Pendekatan Dari Ilmu Kimia, Fisika, Dan Geologi.
Yogyakarta: leutikaprio. Hlm 17-25
Hutari PZ, Johan Y, Negara BFSP. 2018. Analisis sedimentasi di Pelabuhan Pulau
Balai Kota Bengkulu. Enggano Vol.3 (1): 129-143
Kalay DE, Lopulissa VF, Noya YA. 2018. Coastline Slope Analysis and Sediment
Distribution of Waai Village Waters, District of Salahutu, Maluku
Province. TRITON Vol. 14(1): 10-18
Putra TWL, Kunarso, Dwi ART. 2020. Distribusi Suhu, Salinitas Dan Densitas Di
Lapisan Homogen Dan Termoklin Perairan Selat Makassar.
Oceanography Vol. 2(2): 1-11
LAMPIRAN
Link drive Microsoft Excel Ukuran Butir Sedimen
https://drive.google.com/drive/folders/1Jlrz3AgbHVrtl21QMiorhAq2ZggSLFbP?
usp=sharing