Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN ICRA ( Infection Control Risk Assessment )

AKIBAT DAMPAK DARI RENOVASI DAN KONSTRUKSI GEDUNG RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH

TIM PPI

2022

RUMAH SAKIT JANTUNG BINAWALUYA


KATA PENGANTAR

Salah satu program PPI adalah mengidentifikasi proses pelayanan yang beresiko infeksi.
Dalam program ini proses penentuan potensi resiko penularan dapat terjadi melalui udara, air,
serangga, fasilitas pelayanan selama proses pembangunan dan renofasi serta pemeliharaan sarana
rumah sakit.

Pengaruh dari desain dan konstruksi terhadap infeksi RS ( HAIs ) adalah sulit untuk
dievaluasi. Melakukan identifikasi konstribusi dari lingkungan untuk menaksir resiko, seperti
ILO merupakan tantangan tersendiri karena banyak berhubungan dengan pasien dan praktik para
dokter dan praktisi kesehatan lainnya.

ICRA harus diterapkan/ dilakukan di rumah sakit, sebab sebuah rumah sakit tidak
mungkin terhindar dari kegiatan – kegiatan yang berpotensi terjadinya resiko infeksi terhadap
pasien, petugas dan juga pengunjung. Resiko yang berhubungan dengan pekerjaan konstruksi/
renovasi pada awalna dihubungkan dengan mutu udara yang terlalu turun dan kontaminasi
lingkungan dari jamur.

Peran PPI dalam hubungannya dengan pekerjaan konstruksi/ renovasi belum optimal.
Untuk itu rumah sakit harus mempersyaratkan untuk menggabungkan issue risk assessment
dengan tim PPI dalam setiap melaksanakan konstruksi/ renovasi bangunan.

Dengan dijalankanna program ICRA di rumah sakit maka dampak dari kegiatan yang
bias menjadi penyebab timbulnya HAIs dapat dicegah sehingga program PPI dapat dijalankan
secara efektif.

Program ICRA harus dapat dilaksanakan oleh semua staf yang berkompeten dalam
proses renovasi dan pembangunan di rumah sakit sehingga perlu adanya pemahaman yang benar.

Buku Panduan ICRA Akibat Dampak Dari Renovasi Dan Konstruksi Gedung Rumah
Sakit ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman bagaimana cara
melakukan renovasi dan konstruksi baru yang sesuai dengan program PPI sehingga dampak yang
bias menyebabkan HAIs karena proses renovasi/ pembangunan gedung baru di Rumah Sakit
Jantung Binawaluya dapat dihindari.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………2

Daftar Isi ……………………………………………3

BAB I DEFINISI ……………………………………………4

A. PENGERTIAN
B. TUJUAN

BAB II RUANG LINGKUP …………………………………………...5

BAB III TATA LAKSANA …………………………………………6-19

A. PERAN TIM PPI


B. KEGIATAN PEMBANGUNAN
C. PERSYARATAN KINERJA
D. PRODUK DAN BAHAN
E. BARRIER/ PENGHALANG
F. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM
G. IZIN KERJA ICRA
H. IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
I. PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
J. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT
K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN
L. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA
M. PENGAWASAN
N. YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR
O. KETERLIBATAN TIM PPI DALAM ASPEK PENGENDALIAN INFEKSI DAN
DESAIN RUMAH SAKIT
P. KESIMPULAN

BAB IV DOKUMENTASI ………………………………………20-26

3
BAB I
DEFINISI

A. PENGERTIAN

ICRA ( Infection Control Risk Assesment ) adalah proses menetapkan resiko


potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui air kotor dalam
fasilitas pelayanan kesehatan selama konstruksi, renovasi dan kegiatan maintenance.

Kegiatan ICRA merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang mengevaluasi jenis/


macam kegiatan konstruksi dan kelompok resiko untuk klasifikasi penetapan tingkat.

B. TUJUAN ICRA ( Infection Control Risk Assessment )

Tujuan dari Program ICRA adalah untuk meminimalkan resiko terjadinya Healthcare
Associated Infections ( HAIs ) kepada pasien yang dapat terjadi bila jamur atau bakeri
tersebar ke udara melalui debu atau air aerosolisasi selama konstruksi, renovasi, atau proses
pemeliharaan di area terdekat dan juga untuk mengontrol penyebaran debu dari komponen
bangunan selama renovasi.

4
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Tim PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan
pelatihan
2. Bagian Tekhnik untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan dan
perijinan
3. Sanitasi Lingkungan terkait dengan pembuangan limbah ( Baku mutu limbah )
4. Im K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervise tentang keamanan dan
keselamatan
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi bangunan

5
BAB III
TATA LAKSANA

A. PERAN TIM PPI

Peran Tim PPI pada program ini antara lain :

1. Membuat Infection Control Risk Assessment ( ICRA ) dampak dari renovasi


2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditanda angani oleh ketua komite PPI,
pimpinan/ departemen/ unit kerja dari pimpinan proyek
3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan Personal
Protective Equipment ( PPE/ APD )
4. Melakukan supervise, monitoring dan evaluasi menggunakan check list
5. Mengikuti pertemuan/ rapat selama proses renovasi dengan seluuh tim

B. KEGIATAN PEMBANGUNAN

Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih dahulu


tipe/jenis aktifitas debu yang dihasilkan, potensi terbentuknya aerosol udara, durasi
dari aktifitas dan jumlah system HVAC.

Pedoman petunjuk Tipe Aktifitas Konstruksi :

1. Langkah pertama
Menggunakan table berikut untuk melakukan identifikasi type/ jenis konstruksi
kegiatan proyek ( Tipe A – D )

Tipe Kriteria
Tipe Inspeksi dan kegiatan non – invasive
A Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
- Mengganti Ubin langit – langit ( Plafon ) untuk inspeksi visual saja
Misalnya terbatas pada 1 genting/ plafon per 50 meter persegi
- Pengecatan ( tetapi tidak dengan pengamplasan )
- Dinding meliputi pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang tidak
menghasilkan debu atau memerlukan pembongkaran dinding atau
akses ke langit – lamgit selain untuk pemeriksaan yang kelihatan
Tipe Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menghasilkan debu minimal
B Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
- Pembukaan tidak lebih dari satu ceiling ubin per 10 ubin
- Pemasangan kabel telephone dan computer
- Pembongkaran dinding atau atap dimana penyebaran debu dapat
dikontrol
- Renovasi kecil dari suatu ruangan

6
- Pengamplasan dinding basah
- Akses ke ruang terbuka
Tipe Pekerjaan yang menghasilkan debu yang banyak
C Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
- Pengamplasan dinding kering, untuk pengecatan atau penutup dinding
- Pembongkaran dinding, merobohkan dinding kering atau
menyelesaikan bangunan, dimana pekerjaan terbatas satu kamar
- Pembongkaran dinding atau pembanguna tembok baru
- Pekerjaan kecil saluran, pipa, listrik di langit – langit ( Tidak termasuk
pembongkaran atau instalasi )
- Renovasi ruangan yang ada
- Menarik kabel utama dari beberapa kamar ke jalur akses yang
dibutuhkan
- Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam shift kerja
tunggal
- Setiap aktifitas yang tidak memerlukan penutup/ barrier yang tidak
memenuhi syarat sebagai tipe D
Tipe Pembongkaran besar dan proyek – proyek konstruksi utama namun tidak
D terbatas pada :
- Kegiatan yang memerlukan penutupan unit / relokasi pasien
- Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa, perlengkapan ga
atau system listrik
- Pembongkaran komponen gedung utama
- Konstruksi baru yang terletak didekat gedung Rumah Sakit
(sebagaimana ditentukan oleh TIM ICRA primer)
- Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar pasien dari area
perawatan ( Yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA primer )
- Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan Rumah
Sakit ( sebagaimana telah ditetapkan oleh TIM ICRA primer )

2. Langkah kedua
Identifikasi group pasien yang beresiko

Resiko rendah Resiko menengah Resiko Tinggi Resiko Highest


- Area - Cardiology - HCU - Tempat
Perkantoran - Echocardiogr - IGD perawata
aphy - Laboratorium n pasien
- Endoscopy klinik, Imunosu
- Koridor - Nuclear spesimen presan
Umum Medicine - Medical Unit - Bank
- Physical - Ruang RR darah
Therapy - Farmasi - Klinik
- Radiologi/ - Ruang Anak Lab
MRI - Surgical Unit Mikrobi
- Respiratory - Ruang ologi,

7
Therapy perawatan Virologi
bayi - HCU
- Rawat Jalan - Ruang
Isolasi
tekanan
negative
- Oncolog
y
- Ruang
operasi

3. Langkah ketiga
IC MATRIX – CLASS OF PRECAUTION : CONTRUCTION PROJECT BY
PATIENS RISK

Patiens Risk Type A Type B Type C Type D


Group
Low Risk Group I II II III/IV
Medium Risk I II III IV
Group
High Risk Group I II III/IV IV
Highest Risk II III/IV III/IV IV
Group
Catatan : Persetujuan IC diperlukan bila kegiatan konstruksi dan tingkat resiko
menunjukkan kelas III atau IV, maka prosedur pengendalian diperlukan.

4. Langkah keempat
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas

Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek


I 1. Laksanakan pekerjaan dengan 1. Bersihkan area kerja
metode meminimalisasi timbulnya setelah menyelesaikan
debu dari pelaksanaan kegiatan tugas
konstruksi
2. Segera meletakkan kembali ke
tempat semula plafon atap yang
diganti untuk pemeriksaan yang
kelihatan
II 1. Menyediakan sarana aktif untuk 1. Lap permukaan kerja
mencegah debu udara dari dengan pembersihan/
penyebaran ke atmosfer desinfektan
2. Air kabur permukaan kerja untuk 2. Wadah yang berisi
mengendalikan debu pada waktu limbah konstruksi

8
pemotongan sebelum di
3. Seal pintu yang tidak terpakai transportasi harus
dengan lakban tertutup rapat
4. Blokir dan tutup ventilasi udara 3. Pel basah dan atau
5. Tempatkan tirai debu di pintu masuk vakum dengan HEPA
dan keluar area kerja filter, vakum sebelum
6. Hilangkan atau isolasi system HVAC meninggalkan area
( Heating, Ventilation, dan Air kerja
Conditioning ) yang sedang 4. Setelah selesai,
dilaksanakan mengembalikan
system HVAC
dimana pekerjaan
dilakukan
III 1. Untuk mencegah kontaminasi 1. Jangan
dari system saluran maka menghilangkan
hilangkan/ lepaskan atau isolasi barrier dari area kerja
system HVAC diarea, dimana sampai proyek selesai
pekerjaan sedang dilakukan diperiksa oleh Komite
2. Lengkapi semua barrier penting PPIRS, dibersihkan
yaitu sheetrock, playwood, oleh bagian
plastic untuk menutup area dari kebersihan RS
area yang tidak untuk kerja atau 2. Hilangkan barrier
menerapkan metode material dengan hati –
pengendalian kubus ( gerobak hati untuk
dengan penutup plastic dan meminimalisasi
koneksi disegel ke tempat penyebaran dari
bekerja dengan HEPA vakum kotoran dan puing –
untuk menyedot debu sebelum puing yang terkait
keluar ) sebelum konstruksi dengan konstruksi
dimulai 3. Vakum area kerja
3. Menjaga tekanan udara negative dengan HEPA filter
di dalam tempat kerja dengan vakum
menggunakan HEPA unit yang 4. Area untuk lap basah
dilengkapi dengan penyaringan dengan pembersih/
udara desinfektan/ cleaner
4. Wadah tempat limbah konstruksi 5. Setelah selesai
sebelum di transportasi harus kembalikan system
tertutup rapat HVAC
5. Tutup wadah transportasi atau
gerobak.

Identifikasi daerah sekitar area proyek, menilai dampak potensial

Unit Below Unit Above Lateral lateral behind front


Risk Group Risk Group Risk Group Risk group Risk Group Risk Group

9
5.Langkah keLima , Identifikasi kegiatan ditempat khusus, misalnya ruang
perawatan, ruang farmasi
6. Langkah keenam, identifikasi masalah yang berkaitan dengan : ventilasi,pipa
ledeng, listrik dalam hal terjadinya kemungkinan pemadaman
7. langkah ketujuh, Identifikasi langkah – langkah pencegahan menggunakan
penilaian sebelumnya, apa jenis barrier nya ( misalnya barriernya dinding yang
tertutup rapat ). Apakah HEPA filter diperlukan ?
Catatan : Selama dilakukan konstruksi maka area yang direnovasi/ konstruksi
seharusnya diisolasi dari area yang diperguankan dan merupakan area negative
terhadap sekitarnya
8. Langkah kedelapan, pertimbangkan potensial resiko dari kerusakan air. Apakah
ada resiko akibat merusak kesatuan struktur ( Misalnya dinding atap, plafon )
9. Lngkah kesembilan, Jam kerja : pekerjaan yang akan dilakukan selama bukan jam
pelayanan pasien
10.Langkah kesepuluh, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang
isolasi/ ruang aliran udara negative yang memadai
11. Langkah kesebelas, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe
tempat cuci tangan
12. langkah keduabelas, Apakah PPIRS/ IPCN setuju dengan jumlah minimum
tempat cuci tangan tersebut
13. Langkah ketigabelas, Apakah PPIRS/ IPCN setuju dengan rencana relative
terhadap utilitas ruangan bersih dan kotor
14. Langkah keempatbelas, rencanakan untuk membahas masalah pencegahan
tersebut dengan tim proyek ( missal arus lalu lintas, rumah tangga, pembersihan
puing, bagaimana dan kapan )

C. PERSYARATAN KINERJA

1. infeksi sangat penting dalam semua bidang fasilitas konstruksi, renovasi dan
pemeliharaan karena menyebabkan gangguan debu yang ada atau menciptakan debu
baru sehingga harus ditutup dengan ketat untuk mencegah setiap aliran partikel ke
daerah pasien
2. Pemilik membutuhkan kontraktor yang terikat dengan kebijakan ini sehingga
sebelum kegiatan dimulai pemilik dan kontraktor harus mengadakan pertemuan
terlebih dahulu sehingga kontraktor dapat menjalankan renovasi atau konstruksi
sesuai dengan prosedur yang berlaku
3. Infection Control dapat mengubah persyaratan kinerja dari ICRA sesuai yang
diperlukan dengan kondisi lapangan. Modifikasi ini tidak mengubah maksud dan
kebijakan yang ada

10
D. PRODUK DAN BAHAN

1. Tipe Barrier
Untuk menghindari kebakaran polyethylene biasanya ketebalan 6mill, dinding
gypsum, fiberglass diperkuat plastic ( mirip dengan api – X Glassboard )
kayu lapis dan Masonite ( harus dicat dengan cat tahan api ) sebagaimana
ditentukan dalam ijin kerja ICRA
2. Bleach
Sebuah disenfektan berbasis air dengan bahan narium hipoklorit biasanya
dengan ukuran 1 bagian pemutih di 10 bagian air ( 1¾ cangkir pemutih dalam
1 galon air ) harus dibuat baru setiap 24 jam
3. Karpet vakum dengan HEPA filter
4. Kontrol cube
5. Jenis pintu
Pintu kayu maupun logam harus berbingkai logam, handle pintu dipolietilena,
atau polietilena masuk tumpang tindih ganda sebagaimana ditentukan dalam
ijin ICRA
6. Exhaust selang
Flexible, baja yang kuat, ventilasi Blower Hose, WPG
7. HEPA Vacum
Harus dapat melakukan penyaringan sampai dengan @ 0,5 mikron
8. Mesin tekanan negative
Harus mampu menyaring 200 – 2000 kaki kubik permenit
9. Kipas angina tekanan negative
Bertekanan udara tinggi, tekanan statis, tanpa filter
10. Walk – off mats
Sediakan karpet ukuran minimal 18 inch x 24 inch dibasahi dengan larutan
pemutih untuk akses jalan petugas sehingga mencegah debu keluar dari zona

E. BARRIER/PENGHALANG

1. Ada pintu yang dapat menjadi penghalang ICRA bagi pekerja proyek dengan
paparan ruangan. Ini akan dapat dilaksanakan dengan memperhaikan
kontruksi ruang, jenis kegiatan dan kelompok resiko
2. Penghalang yang mungkin ditentukan :
a. A. Polyethlene

11
b. Halaman, disamping pintu masuk zona kerja
c. Menutup langit – langit, ruangan tempat – tempat interstitial
d. Metode penutupan lain yang sesuai dengan ketentuan ICRA
3. Penghalang plastic dapat dipakai dengan bingkai logam menggunakan
semprot perekat, sekru dan lain – lain
4. Hambatan dinding kering bias dengan memiliki sendi dan sekrup ditutupi atau
disegel
5. Flaps Polyethylene ganda yang digunakan sebagai pintu masuk ke tempat
kerja harus tumpang tindih maksimal 2 meter
6. Jika pintu masuk berengsel digunakan untuk pintu penghalang sebuah mesin
udara 2000 CFM negative yang besar harus digunakan untuk memastikan 100
kaki permenit udara keluar dari ruang kerja, ini dapat dimodifikasi dengan
ruangan yang kecil
7. Bukaan pintu ganda mungkin diperlukan sebagai airlock dan PPE area
Hanya satu pintu yang boleh dibuka pada suatu waktu, pengecualian dibuat
untuk pengiriman barang besar. Dua pintu dibuka secara bersamaan harus
diminimalkan

F.PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM

1. Fasilitas ( pelaksana ) kegiatan dan IC akan diberitahu sejak awal perencanaan

2. Untuk memenuhi persyaratan ICRA, Tim ICRA primer akan meninjau proyek
lingkup pekerjaan, desain, lokasi sekitar dan dampak dari system utilitas

3. Seluruh tahapan proyek berdasarkan ICRA dapat revisi, tergantung kondisi

4. TIM ICRA primer bertanggung jawab untuk mengembangkan ICRA dan


menyikapi kebutuhan lain di liar ICRA

5. Pengawas proyek akan mengevaluasi setiap proyek untuk menentukan


klasifikasi peringkat. Pengawas proyek akan mengevaluasi setiap III tingkat
dan IV tingkat

6. Fasilitas pemeliharan dan petugas akan mengikuti intervensi ICRA untuk


proyek tingkat I dan II secara rutin tanpa penilaian ICRA resmi atau izin kerja.
Untuk tingkat II dan IV proyek mereka harusmendapat izin kerja ICRA dari
Pengawas proyek

7. Jika mesin udara negative bermasalah pengawas proyek dan kontraktor akan
meninjau instalasi sebelum koneksi

12
8. Kontraktor bertanggung jawab untuk memperoleh surat izin ICRA sebelum
memulai bekerja, posting dipintu masuk zona kerja, informasikan persyaratan
ICRA kepada orang sekitar yang terkena dampak

9. Kontraktor bertanggung jawab menyediakan tenaga kerja dan peralatan sesuai


yang disyaratkan oleh ICRA

10.Kontraktor bertanggung jawab untuk menjaga peralatan mereka termasuk


penggantian HEPA dan filter sesuai program sertifikasi filter

11. Tergantung pada lingkup pekerjaan, fase pekerjaan dan lokasi pembuangan
udara tanpa filter udara negative dapat diizinkan

12. Kontraktor bertanggung jawab untuk menjamin penghalang ICRA sesuai


standard

13. Pada setiap awal shift ketika tekanan udara diperlukan petugas harus dapat
memenuhi semuanya

14. Kontraktor harus dapat menyediakan peralatan dan tenaga kerja sesuai
kebutuhan untuk pembersihan area kerja sehingga dapat mencegah akumulasi
debu dan puing

15. Penetrations ( pipa, saluran dan kabel ) harus disegel

16. Penghalang harus ada pada lift atau tangga yang ada di zona kerja

17. Investigasi yang mungkin memerlukan pembukaan ubin atau langit – langit
harus segera diganti setelah selesai penyelidikan dan ketika tanpa
pengawasan

18. Pekerjaan yang dilakukan di ICRA bias diberi penghalang sementara tapi
harus segera dipindahkan dan dibersihkan setelah proses selesai

19. Jika cube pengendalian wajib memiliki udara negative sebuah sertifikat mesin
udara negative harus digunakan

20. Mesin udara negative dapat dihubungkan ke data normal atau darurat dan
harus dijalankan terus menerus

21. Efektifitas penghalang harus dipantau dan penghalang diperbaiki atau


ditingkatkan untuk mencegah debu dan puing – puing keluar dari zona

22. HVAC register dan ventilasi dalam bidang konstruksi harus capped
kecualikhusus disetujui oleh pengawas proyek

13
23. Metode untuk menyerap debu ketat harus menahan tekanan udara statis

24. Wadah transportasi, gerobak, kotak peralatan dan lain – lain harus bebas debu

25. Debu harus dibersihkan dari zona kerja dalam wadah tertutup rapat dan
diangkut melalui rute yang diidentifikasi dan ditentukan oleh ICRA

26. Kontraktor dan bahan yang tidak boleh melewati area pasien harus ditunjuk
elevator

27. Kontraktor harus bebas dari debu sebelum keluar dari zona kerja, jika
menggunakan coverral harus dibersihkan dizona kerja sebelum keluar
ruangan

28. Karpet untuk berjalan harus selalu bersih, diganti setiap hari atau lebih sering
lebih efektif

29. Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengan cairan pemutih untuk


mencegah debu keluar dari zona kerja

30. Kontraktor wajib segera membersihkan debu yang keluar dari zona kerja

31. Semua debu yang harus dilakukan dengan menggunakan vacuum HEPA
disaring

G. IZIN KERJA ICRA

1. Tulis ICRA diperlukan untuk pekerjaan tingkat III dan IV tapi bisa juga
mungkin untuk tingkat II

2. Ditulis Infection Control Risk Mitigation Plan untuk semua konstruksi baru
dan renovasi besar dari kamar pasien atau ruang perawatan

3. Formulir izin kerja dan intervensi yang terdaftar dapat dimodifikasi sesuaiyang
diperlukan

4. IC akan mengeluarkan nomor izin kerja dan kemudian memberikankepada


pengawas proyek

5. Izin kerja akan ditandatangani oleh pengawas proyek disimpan di file proyek
dan akan diberi salinannya

6. Salinan akan ditempel ditempat kerja dan akan ditampilkan untuk durasi proyek

7. Pengawas proyek dapat menambahkan rincian komentar atau persyaratan yang


diperlukan untuk pekerjaan tertentu

14
8. Kontraktor harus mematuhi semua intervensi komentar tambahan persyaratan
kalau perlu intervensi tambahan pengendalian ifeksi

H. IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI

1.Pengawas proyek dan pemilik akan mengatur untuk relokasi persediaan,


peralatan, mebel dan lain – lain dari zona kerja sebelum penghalang dibuat

2. Segel jendela, area masuk bangunan harus terjamin untuk meminimalkan


infiltrasi dari luar yang mencemari ketika zona kerja berada di bawah tekanan
negative

3. Kontraktor akan menjalankan mesin udara negative di zona kerja sebelum


penghalang dipasang

4. Izin kerja akan ditunjukkan sebelum memasang penghalang diarea debu

5. Kontraktor akan memasang penghalang sesuai dengan persyaratan yang


disetujui ICRA

6. Serambi akan dibangun untuk menjaga aliran udara dari sisi bersih melalui
serambi dan masuk ke zona kerja

7. ICRA akan menunjukkan apakah perangkat pemantauan tekanan udara


negative diperlukan, kontraktor akan mengatur untuk instalasi

8. Setelah menyelesaikan barrier, kontraktor akan memverifikasi tekanan negative

I. PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI

Pimpinan proyek akan memverifikasi bahwa utilitas serta system mekanik


yang ditugaskan berfungsi sesuai spesifikasi :

1. Setelah pembersihan semua peralatan kontraktor, kontraktor akan mengecek


semua pipa dengan membilas semua perlengkapan selama 5 menit kemudian
disiram ke toilet selama beberapa kali
2. Setelah pembilasan pipa penghalang, peralatan dan seluruh zona kerja
dibersihkan

15
3. Setelah membersihlkan penghalang, pimpinan proyek yang ditunjuk akan
melakukan pemeriksaan
4. HVAC akan dibersihkan dan ditutup serta dimatikan. Penutup udara pasokan
akan dibersihkan sebelum penutup udara kembali dilepas. Jika tindakan ini
menghasilkan debu atau kotoran pembersihan dan pemeriksaan akan diulang
5. Pembersihan hambatan ICRA harus dilakukan dengan hati – hati untuk
mencegah kontaminasi daerah sekitar
6. Untuk meminimalkan debu aerosolisasi selama pembersihan hambatan
polietilena mungkin ringan semprot dengan larutan pemutih
7. Kontraktor harus melipat polietyline dengan meminimalkan debu yang
mungkin bertebaran
8. Puing – puing harus ditempatkan diwadah tertutup untuk proses transportasi
9. Pembersihan penghalang segera dilakukan jika penghalang akan diambil
10. Bersihkan mesin udara negative
11. Sedot dengan mesin HEPA debu atau kotoran yang dihasilkan saat
pembersihan
12. Seimbangkan system HVAC
13. Pembersihan penghalang dilihat dan disetujui oleh pimpinan proyek yang
ditunjuk

J. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT

1. Tingkat 1

a. Izin kerja tidak diperlukan, tetapi pimpinan proyek dapat membuat jika
diperlukan

b. Pimpinan proyek dan kontraktor bertanggung jawab untuk mengidentifikasi


tingkat intervensi yang berlaku jika belum jelas bias berkonsultasi dengan
pimpinan proyek

c. Pimpinan proyek dan kontraktor memverifikasi dan bertanggung jawab


terhadap proyek yang dilakukan

2. Tingkat 2

a. Izin kerja ICRA tidak diperlukan tetapi bias membuat jika diinginkan

b. Kontraktor dan pimpinan proyek bertanggung jawab untuk mengidentifikasi


intervensi tingkat II jika belum jelas bias konsultasikan dengan pimpinan proyek

3. Tingkat 3

Harus mematuhi semua tingkat I dan II

16
a. Pimpinan proyek diperlukan untuk menyelesaikan ICRA

4. Tingkat 4

Patuhi semua tingkat IV,III,II,I

a. Pimpinan proyek kembali diminta untuk melengkapi ICRA


b. Pimpinan proyek diperlukan untuk menyelesaikan ICRMR untuk semua
konstruksi baru dan renovasi kamar perawatan pasien
c. Setelah kegiatan, debu hasil dari pembongkaran/ konstruksi dan sepatu
dibersihkan

Jika intervensi dilakukan dilokasi resiko tertinggi ( OK, CSSD, Bone Transplantasi sum-
sum dll )

1. Jika pekerjaan dilakukan di ruang operasi, kontraktor harus mematuhi intervensi


pengendalian infeksi yang diterapkan di daerah beresiko tinggi yang diterapkan di
daerah beresiko tinggi yang ditetapkan oleh tim ICRA
2. Semua peralatan yang akan masuk keruang resiko tinggi harus dilakukan penyekaan
dengan disenfektan sampai bebas debu dan kotoran
3. Kontraktor harus memakai pakaian sesuai dengan ketetapan ruang operasi atau CSSD
4. Semua pekerjaan yang dilakukan dalam lokasi resiko tinggi harus dijadwalkan oleh
pimpinan proyek dan perawat manager
5. Semua pekerjaan yang dilakukan diatas langit – langit atau pekerjaan yang
menciptakan debu dan air aerosolisasi harus dilakukan dalam pengawasan atau
control cube memanfaatkan HEPA mesin udara negative yang bersertifikat

K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN

1. Pimpinan proyek akan menentukan kapan sampling udara diperlukan

2. Kontraktor mendokumentasikan visual konfirmasi tekanan negative pada negative air


pressure log verifikasi

3. Pemilik boleh memilih untuk memonitor kualitas udara seluruh proyek

4. Pimpinan proyek dan kontraktor mungkin diperlukan untuk menyelesaikan setiap hari
check list monitor kepatuhan konstruksi pengendalian infeksi sehari – hari

L. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA

1. Semua kontraktor dan pimpinan proyek harus mengikuti pelatihan ICRA

2. Pendidikan ICRA harus diberlakukan sebelum pekerjaan awal individu

17
3. Kontraktor terlatih harus dikawal ICRA terlatih, persetujuan untuk menggunakan non
kontraktor ICRA terlatih harus disetujui oleh pimpinan proyek

M. PENGAWASAN

1. Pimpinan proyek dan fasilitas kesehatan akan memastikan kepatuhan dalam


menjalankan kebijakan ini, dan mereka mempunyai wewenang untuk menghentikan
semua pekerjaan jika kegiatan beresiko terhadap pasien, staf dan public

2. ICRA memantau kepatuhan konstruksi dengan melihat inspeksi dari ICRA dan zona
kerja

3. Pelanggaran kebijakan ini dapat mempengaruhi status sebagai kontraktor yang


berkualitas

4. Pimpinan proyek akan memberitahukan Associated Director sesuai fasilitas jika


kontraktor melakukan pelanggaran ulang

N. YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM PROSEDUR

1. Epidemiologi RS

2. Koordinator proyek

3. Asosiasi Direktur Fasilitas Perencanaan dan Konstruksi

4. Direktur pemeliharaan Fasilitas

5. Direktur Keselamatan

O.KETERLIBATAN TIM PPI DALAM ASPEK PENGENDALIAN INFEKSI


RENOVASI/ PEMBANGUNAN DAN DESAIN RS

I. Prinsip dasar

 Pencegahan infeksi terhadap pasien, staf RS, pekerja bangunan dan pengunjung
akibat gangguan kualitas lingkungan saat renovasi/ pembangunan dan sesudah
nya
 Desain harus memungkinkan staf melaksanakan pedoman PPI

Masalah yang terjadi saat renovasi/ pembanguna RS adalah

 Debu
Renovasi/ pembangunan akan mengotori udara sehingga berdebu dengan
konsentrasi spora jamur ( Aspergillus sp ) dan kuman ( Legionella sp )
 Kontaminasi Air dan system pendingin udara

18
 Pasien High Risk

Q.KESIMPULAN

1. IPCO dan IPCN harus dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

2. Pelatihan terhadap pekerja bangunan

3. Tentukan alur pekerja, bahan material dan sampah bangunan

4. Pekarja tidak boleh dimulai sebelum penilaian resiko lengkap dilakukan

5. Waspada terhadap Construction Related Hospital Infections

6. Fokus perhatian pada lingkungan sekitar area, pipa air dan ventilasi

19
BAB IV
DOKUMENTASI

Standar Prosedur Operasional ICRA Akibat Dampak dari Renovasi dan Konstruksi
Gedung RS, terlampir

INFECTION RISK ASSESSMENT


RENOVASI BANGUNAN RUMAH SAKIT
No. Dokumen No. Revisi HALAMAN :
014/PPI/XII/2017 01 1/2
DITETAPKAN OLEH :
TANGGAL
STANDAR PROSEDUR TERBIT :
OPERASIONAL 26 Desember
Dr.Jimmy Agung Pambudi,MARS
(SPO) 2017
Direktur

PENGERTIAN : Infection Control Risk Assesment (ICRA) adalah penilaian yang


dilakukan terhadap kontrol infeksi oleh komite PPI bila ada
rencana perbaikan, renovasi, dan pembangunan baru atau
pembangunan kembali bangunan yang ada di rumah sakit, yang
memungkinkan terjadinya infeksi bagi pasien, bekerja dan orang
yang beraktivitas di rumah sakit. Rekomendasi dari komite PPI
sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
aktivitas pembangunan tersebut.

TUJUAN : Menjadi pedoman dalam menilai resiko infeksi yang dapat terjadi
akibat debu pembangunan baru atau perbaikan gedung di rumah
sakit

KEBIJAKAN : SK Direktur No.050/DIR/SK/RSBW/II/2017 tentang Pencegahan


dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Binawaluya

PROSEDUR : 1. Managerial RS menginformasikan kepada Tim PPI tentang


rencana pembangunan / renovasi gedung rumah sakit.
2. Tim menganalisa dampak pembangunan terhadap
lingkungan rumah sakit dengan menggunakan langka-

20
langkah ICRA, terlampir
3. Telaah ICRA menghasilkan rekomendasi dari Tim PPI
kepada Tim konstruksi / renovasi bangunan
4. Bila Tim konstruksi / renovasi bangunan menyetujui
rekomendasi tim PPI maka Tim PPI, dan Tim Konstruksi
dan Renovasi menandatangani format kesepakatan
Pengendalian Infeksi Dampak Konstruksi dan Renovasi
Bangunan
5. Pembangunan dapat dilanjutkan bila Tim Konstruksi dan
Renovasi bangunan telah melaksakan Rekomendasi Tim PPI
6. Tim PPI bersama Managemen Rumah Sakit mengawasi
jalannya pekerjaan Konstruksi / Renovasi Bangunan
7. BIla dalam pekerjaannya Tim Konstruksi / Renovasi
bangunan tidak menjalankan rekomendasi yang dianjurkan
tim PPI, maka Pihak managemen dapat meninjau kembali
izin pelaksanaan konstruksi / renovasi bangunan tersebut.

UNIT TERKAIT : 1. Tim PPI


2. Manajerial Rumah Sakit
3. Tim Konstruksi dan Renovasi Bangunan Rumah Sakit

21
LAMPIRAN

Matrix Infection Control Risk Assesment


Pengendalian Infeksi untuk Konstruksi & Renovasi

Langkah 1, identifikasi Tipe Aktifitas Konstruksi (Tipe A-D)


Tipe A Aktifitas Inspeksi dan Non Invasive
Termasuk:
 penggantian genteng sampai seluas 50 square feet
 pengecetan
 memasang wall paper, membenarkan aliran listrik, membenarkan
saluran air, dan aktifitas yang tidak menimbulkan debu
Tpe B Skala Kecil, aktifitas singkat dan debu minimal
Termasuk:
 instalasi telepon dan pemasangan kabel computer
 access to chase spaces
 memecah tembok atau atap dimana debu bisa dikendalikan
Tipe C Pekerjaan yang menimbulkan debu sedang hingga tinggi atau
memerlukan pemindahan benda-benda yang ada di gedung
Termasuk:
 menyemen dinding
 mengganti lantai, genteng
 konstruksi dinding baru
 Membenahi listrik diatas atap
 Mengerjakan pemasangan kabel mayor
 Aktifitas yang tidak mungkin diselesaikan dalam satu kali ganti jaga (
7 jam)
Tipe D Major demolition and construction projects
Termasuk:
 aktifitas yang membutuhkan waktu lebih dari satu kali jaga
 mengganti system kabel secara lengkap
 konstruksi baru .

22
Langkah 2, Identifikasi Kelompok Risiko Pasien yang akan terkena dampak.
Risiko Risiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Paling Tinggi
Rendah
Area  Cardiology  CCU  Any area caring for
Kantor  Echocardiography  Emergency immunocompromised
 Endoscopy Room patients
 Nuclear Medicine  Labor &  Burn Unit
 Physical Therapy Delivery  Cardiac Cath Lab
 Radiology/MRI  Laboratories  Central Sterile Supply
 Respiratory (specimen)  Intensive Care Units
Therapy  Newborn  Medical Unit
Nursery  Negative pressure
 Outpatient isolation rooms
Surgery  Oncology
 Pediatrics  Operating rooms
 Pharmacy including C-section
 Post rooms
Anesthesia
Care Unit
 Surgical Units
Catatan : Jika lebih dari satu kelompok risiko akan terkena dampak, pilih kelompok risiko yang
lebih tinggi

Langkah 3. Penentuan Kelas Risio dengan menggunakan Tabel Matriks

I. TABEL MATRIX ICRA UNTUK RENOVASI BANGUNAN RUMAH SAKIT:

PATIENT /
TIPE PROYEK KONSTRUKSI
OFFICIAL RISK
A B C D

LOW KELAS I KELAS II KELAS II KELAS III

MEDIUM KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV

23
TINGGI KELAS II KELAS II KELAS III KELAS IV

TERTINGGI KELAS II KELAS III KELAS III KELAS IV

KETERANGAN : Jika lebih dari satu kelompok risiko akan terkena dampak, pilih kelompok
risiko yang lebih tinggi
REKOMENDASI KOMITE PPI KEPADA PENANGGUNG JAWAB KONTRUKSI
BANGUNAN

Selama Proses Konstruksi Setelah Proses Konstruksi selesai

Kelas 1 1. Minimalkan debu dari konstruksi yang


dikerjakan
2. Segera ganti atap jika letaknya sudah
tidak sesuai.
Kelas II 1. Cegah infeksi karena udara berdebu 1. Bersihkan permukaan kerja
2. Basahi permukaan kerja dengan air dengan desinfektan
untuk mengendalikan debu saat 2. Tutup limbah konstruksi sebelum
membongkar gedung diangkut dalam wadah yang
3. Kunci pintu-pintu yang tidak tertutup rapat
digunakan dengan duct tape. 3. Pel basah dan atau vakum dengan
4. Halangi dan tutup ventilasi udara HEPA filter sebelum
5. Letakkan keset debu di pintu masuk meninggalkan area kerja
dan keluar area kerja 4. Pindahkan system HVAC dari
6. Pindahkan atau jauhkan system HVAC area kerja
dari area kerja
Kelas III 1. Pindahkan atau jauhkan system HVAC 1. Jangan pindahkan penghalang
dari area kerja untuk mencegah debu dari area kerja sampai ada
kontaminasi sistem duktus petugas yang berwenang
2. Pasang penghalang debu seperti melakukan inspeksi
sheetrock, 2. Pindahkan material dengan hati-
3. plywood, plastic, untuk menutup area hati untuk meminimalkan
kerja dengan area non kerja sebelum penyebaran kotoran dan debu
melakukan konstruksi terkait konstruksi
4. Jaga tekanan udara negative dalam 3. Vacuum area kerja dengan HEPA
area kerja dengan menggunakan filter
HEPA 4. Pel basah area kerja dengan
5. Tutup limbah konstruksi sebelum desinfektan
diangkut dalam wadah yang tertutup 5. Pindahkan system HVAC dari
rapat area kerja

24
6. Tutup troli angkutan dengan rapat
KELAS 1. Jauhkan system HVAC dari area kerja 1. Pindahkan material dengan hati-
IV untuk mencegah kontaminasi system hati untuk meminimalkan
duktus penyebaran kotoran dan debu
2. Pasang penghalang debu seperti terkait konstruksi
sheetrock, 2. Tutup limbah konstruksi sebelum
3. plywood, plastic, untuk menutup area diangkut dalam wadah yang
kerja dengan area non kerja sebelum tertutup
melakukan konstruksi 3. Tutup troli angkutan dengan
4. Jaga tekanan udara negative dalam rapat
area kerja dengan menggunakan 4. Vacuum area kerja dengan
HEPA HEPA filter
5. Tutup lubang-lubang, saluran, pipa, 5. Pel basah area dengan
celah dengan benar desinfektan
6. Bangun anteroom dan minta semua 6. Pindakan system HVAC dari area
personil melewati anteroom sehingga kerja
mereka bisa divakum menggunakan
HEPA sebelum meninggalkan area
kerja atau mereka dapat memakai baju
atau kain kertas yang menutupi yang
dapat diganti setiap mereka
meninggalkan area kerja
7. Semua personil yang memasuki area
kerja diminta menggunakan pelindung
sepatu. Pelindung sepatu harus diganti
setiap pekerja keluar area kerja
8. Jangan pindahkan penghalang debu
dari area kerja sampai proses
konstruksi diinspeksi oleh Tim dalin

Langkah 4. Identifikasi area sekitar proses konstruksi, ases potensial dampak

Unit di bawah Unit di atas Samping kiri Samping Belakang Depan


kanan

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko

Langkah 5. Identifikasi ruang khusus, cth ruang pasien, ruang medikasi dll

Langkah 6. Identifikasi isu terkait: ventilasi, saluran air, listrik seandainya ada gangguan

Langkah 7. Identifikasi penghalang debu apa yang digunakan. (cth, penghalang tembok) ;
apakah diperlukan HEPA filter?

25
(Catatan: Selama konstruksi area renovasi/konstruksi hendaknya dipisahkan dari area hunian
dan hendaknya negative dengan memperhatikan area sekitar)

Langkah 8. Pertimbangkan potensial risiko kerusakan air. Apakah ada risiko terkait
struktur bangunan (cth, tembok, atap, plafon)

Langkah 9. Jam kerja: Bisakah konstruksi dilakukan diluar jam perawatan pasien?

Langkah 10. Apakah plan membutuhkan ruangan isolasi atau aliran udara negative?

Langkah 11. Apakah plan membutuhkan tempat cuci tangan (handwashing sinks)?

Langkah 12. Apakah staf pengendalian infeksi setuju dengan jumlah minimal tempat cuci tangan
untuk proses ini? (lihat pedoman AIA untuk tipe dan area)

Langkah 13. Apakah staf pengendalian infeksi setuju dengan plan kebersihan ruangan?

Langkah 14. Plan untuk membicarakan isu berikut terkait proses Cth, alur lalu lintas,
housekeeping, menghilangkan kotoran atau debut (bagaimana dan kapan)

26
27

Anda mungkin juga menyukai