Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

AL-QUR’AN : MAKNA, FUNGSI DAN KEDUDUKANNYA

OLEH:

UNTUNG

0001.03.50.2022

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai Khalifah diatas muka bumi, anusia merupakan makhluk yang

paling sempurna dari segi penciptaannya, diciptakan oleh Allah Yang Maha

Pencipta dan Maha Sempurna. Untuk memandu manusia-manusia itu, maka Allah

Swt. mengutus Nabi dan Rasul diantara mereka, lalu Allah Swt. juga menurunkan

kitab-kitab-Nya sebagai wahyu untuk umat manusia yang tersampaikan melalui

dakwah para Nabi dan Rasul. Termasuk didalamnya adalah Al-Qur’an yang

diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai pedoman hidup bagi umatnya

hingga akhir zaman.

Al-Qur’an yang merupakan kitab final dari kitab-kitab pendahulunya,

tentunya memiliki kompleksitas yang lebih tinggi dengan relevansi hingga akhir

zaman. Olehnya itu, disetiap zaman atau periode kehidupan manusia, perlu

melakukan pengkajian atau ijtihad kembali oleh Mujtahid terhadap Al-Qur’an

agar menemukan kembali makna-makna baru yang lebih relevan. Al-Qur’an

mengandung makna yang tak terhitung dan tak terbatas jumlahnya, sehingga

proses mengkajinya mesti dilakukan terus-menerus untuk memperoleh makna

relevan.

Jika pemaknaan Al-Qur’an dari seorang mujtahid tidak lagi relevan

dengan kondisi perkembangan hidup umat, maka mujtahid perlu melakukan

ijtihad kembali untuk menemukan makna yang relevan. Karena isi Al-Qur’an
tidak mungkin lagi berubah, tentu saja yang harus berubah adalah hasil ijtihad

terhadapnya, karena ijtihad dapat berubah dan relevan sesuai dengan

perkembangan zaman. Hal-hal yang menjadikan AL-Qur’an tidak dapat dirubah

isinya akan penulis paparkan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, rumusan dari makalah ini dapat diketahui

sebagai berikut:

1. Bagaimana memaknai Al-Qu’ran?

2. Apa Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an bagi umat manusia?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Al-Qur’an

Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab dala bentuk kata

benda masdar dari kata qara’a - yaqro’u - quranan yang berarti bacaan.1

Berkaitan dengan asal-usul kata Al-Qur’an, para ulama berselisih pendapat,

diantaranya Lihyani seorang ahli bahasa wafat 215 H, berpendapat bahwa kata Al-

Qur’an merupakan kata benda masdar dari kata kerja fi’il qoro’a - yaqro’u -

quranan yang berarti membaca.

Yang kedua, al-Farra seorang ahli bahasa dan pengarang kitab Ma’anil

Qur’an wafat tahun 207 H, berpendapat bahwa kata Al-Qur’an memiliki arti al-

Huda (petunjuk). Hal itu dikarenakan sebagian ayat-ayat Al-Qur’an itu serupa

satu sama lain, sehingga seolah-olah sebagian ayat-ayatnya itu merupakan

indikator (petunjuk) dri yang dimaksud oleh ayat lain yang serupa.

Menurut al-Ash’ari, seorang ahli ilmu Kalam aliran Sunni wafat 324 H,

kata Al-Qur’an berasal dari kata qarana yang berarti menggabungkan. Dikatakan

demikian, karena surah dan ayat-ayat Al-Qur’an itu telah digabungkan antara

yang satu dengan yang lain menjadi satu. Al-Hajaj berpendapat Al-Qur’an yang

berarti himpunan. Hal itu berdasarkan kenyataan bahwa Al-Qur’an telah

menghimpun inti kitab-kitab suci terdahulu.2

Sedangkan pengertian Al-Qur’an menurut istilah para ulama berbeda

pendapat dalam memberikan defini, sesuai dengan segi pandangan dan keahlian

1
M Yasir dan Ade Jamaruddin, Studi Al-Qur’an, (Pekan Baru Riau: Asa Riau, 2016) h. 1.
2
Citra Ayu M, Bahan Ajar Studi Al-Qur’an, (Surabaya: UIN SA Press, 2018) h. 2-4.
masing-masing, antara lain:

1. Menurut Jalaluddin Suyuti seorang ahli dalam ilmu tafsir didalam

kitabnya “itman al-Dirayah” menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah

firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sa. untuk

melemahkan pihak-pihak yang menentang dakwah rasul, walaupun hanya

satu ayat saja padanya.

2. Muhammad Saw. Ali Shabuni berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah

kalam Allah yang tiada tandingannya, yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw. Saw. penutup para nabi dengan perantara Malaikat Jibril

as. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara

mutawatir serta membacanya bernilai ibadah yang dimulai dari surah al

Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas.

3. Muhammad Saw. Khudhary Beik Al-Qur'an adalah kitab Allah yang

berbahasa arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Saw.

untuk dipahami isinya, diingat selalu, yang sampai kepada kita dengan

mutawatir yang tertulis dalam satu mushaf yang dimulai dari surat al

Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.

Berdasarkan definisi tersebut maka unsur-unsur yang terpenting yang

dapat diambil dari hakikat Al-Qur'an yaitu;

1. Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw.

2. Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab.

3. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk umatnya


hingga akhir zaman.

4. Al-Qur'an disampaikan secara berangsur-angsur dan mutawatir.

5. Membaca Al-Qur'an merupakan suatu ibadah.3

Maka dari itu, Al-Qur’an dapat didefenisikan sebagai firman Allah Swt. yang-

hanya-diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. sehingga menutup pintu

perubahan isi didalamnya, diturunkan dalam bahasa Arab dengan makna yang

kompleks untuk umat manusia hingga akhir zaman sehingga membutuhkan hasil

ijtihad yang relevan, teriwayatkan secara berangsur-angsur, mutawatir, dan

membacanya merupakan suatu ibadah.

B. Nama dan Fungsi Al-Qur’an

Selain pengertian-pengertian tersebut di atas, Al Qur'an juga mempunyai

bermacam-macam nama yang sekaligus menunjukkan fungsinya, namun yang

sering dipergunakan di antaranya adalah:

1. Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah salah satu nama kitab suci umat Islam yang terbanyak

dipergunakan oleh Allah Swt. Al Qur'an, secara harfiah, berarti bacaan yang

mencapai puncak kesempurnaan. Al-Qur’an menyempurnakan kitab-kitab

pendahulunya dan kandungannya telah mencapai puncak kesempurnaan sehingga

tidak memerlukan revisi apapun. Al-Qur'an al-Karim berarti bacaan yang Maha

Sempurna dan Maha Mulia.

2. Al-Kitab

Al-Qur'an dinamai al-Kitab (Al-Qur'an) karena ditulis. Al-Kitab secara


3
Ibid., h. 3-9.
harfiah berarti tulisan, buku, atau ketetapan. Ditulis oleh nabi dan rasul yang

menerimanya atau oleh para pengikutnya dalam bentuk lembaran-lembaran.

3. Al-Dzikr

Al-Qur'an dinamai al-Dzikr karena merupakan pemberi peringatan, yang

datang dari Allah Swt. Al-Dzikr, secara harfiah, berarti 'peringatan'. Al-Qur'an

disebut al Dzikr karena kehadirannya di tengah-tengah umat manusia menjadi

peringatan dalam perjalanan hidup mereka. Di samping ia menjadi peringatan

dalam segala hal, baik dalam bidang teologi (akidah), tata sopan santun (akhlak),

maupun yuridis (hukum), dan sebagainya.

4. Al-Furqon

Al-Qur'an dinamai al-Furqan karena membedakan mana yang hak dan

mana yang batil, atau karena diturunkan secara terpisah pisah. Al-Furqan secara

harfiah berarti pembeda antara yang benar dengan yang salah. Al-Qur'an disebut

al-Furqan karena ia mampu membedakan antara yang benar dan yang salah, yang

sejati dan yang palsu, yang baik dan yang buruk.4

5. Al-Tanzil

Al-Tanzil yaitu diturunkan untuk oleh Allah Swt. kepada Nabi

Muhammad Saw. Saw. sebagai mukjizat yang paling agung di antara mukjizat

yang lainnya. Artinya Al-Qur’an diturunkan untuk mematahkan segala

penyangkalan terhadap Rasulullah Saw. dan terhadap Al-Qur’an itu sendiri.

6. Al-Qaul

Al-Qaul dengan pengertian ia merupakan perkataan atau wahyu yang

4
Mardan, Sebuah Pengantar untuk Memahami Al-Qur'an Secara Utuh (Jakarta: Pustakamapan,
2010), 29-32.
disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw. Saw. sebagaimana yang terdapat

dalam surat al-Qahsas ayat 51. Berarti, orang yang membaca Al-Qur’an seakan-

akan sedang berdialog dengan pencipta-Nya.

7. Al-Haq

Al-Haq memiliki arti kebenaran. Sudah sewajarnya Al-Qur'an diberi nama

sebagai Al-Haq karena isinya dari awal hingga ahir mengandung kebenaran.

Kebenaran ini datang dari Allah untuk menciptakan kehidupan manusia yang

sesuai dengan isi Al-Qur'an serta untuk mengatur sistem kehidupan manusia.5

Karena isinya adalah kebenaran, maka tidak ada keraguan lagi atas apapun yang

disampaikan didalamnya.

8. Al-Kalam

Al-Qur'an dinamai al-Kalam karena berasal dari al Kalim yang artinya

memberi pengaruh, sebab Al-Qur'an mempengaruhi pendengarnya. Dalam surah

al-Baqarah Allah menjelaskan tentang pengertian bahwa di antara nama Al-Qur'an

adalah Al Kalam yaitu "Adalah segolongan di antara mereka orang yang

mendengarkan kalam (Allah) lalu merubahnya."

9. Al-Naba' al-'Azhil

Tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur'an itu merupakan kabar yang agung.

Sejak manusia diciptakan dan diadakan, tidak pernah terlihat dan terdengar seperti

Al-Qur'an al-Azhim ini. Dia agung dalam uslub (gaya bahasa)-nya, agung dalam

nasihatnya, agung dalam maknanya, agung dalam.

10. An-Nur

Al-Qur'an dinamai an-Nur yang berarti Cahaya diambil dari kata an-Nur
5
Fatma Hakim, Mujizat Al-Qur'an dan Ijaz Ilmi dalam Al-Qur'an (Padang: IKIP, 1998), h. 6.
yang terdapat pada ayat yang ke 35. Dalam ayat ini Allah Swt. menjelaskan

tentang Nur Ilahi, yakni Al-Qur'an yang mengandung petunjuk petunjuk

11. Al-Syifa'

Al-Syifa yang berarti penyembuh. Al-Qur'an diwahyukan kepada Nabi

Muhammad Saw. Saw. untuk diturunkan kepada manusia telah disifatkan sebagai

penyembuh dan penawar bagi umat manusia. Penawar dan penyembuh berkaitan

dengan penyakit, baik itu secara zahir dan batin.

12. Al-Huda yang berarti petunjuk bagi umat manusia, secara khusus bagi

orang-orang yang bertakwa. Memberikan petunjuk atas perkara-perkara yang

telah kasat secara duniawi dan perkara-perkara yang belum kasat oleh empiris

manusia.

C. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an Terhadap Kehidupan Manusia

Selain dilihat dari nama-namanya, fungsi al-Qur‘an juga bisa dilihat dari

kedudukannya dalam konteks kesejarahan kitab suci. Sebagaimana diketahui, Al-

Qur‘an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan Allah Swt kepada nabi dan

rasul-Nya. Ia diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. Saw yang merupakan

penutup para nabi dan rasul. Tidak ada kitab suci lain sesudahnya. Sebagai

konsekwensi dari kitab suci terakhir, al-Qur‘an mengemban misi yang lebih besar

dibanding kitab-kitab suci sebelumnya. Jangkauan misinya pun lebih luas. Kalau

kitab suci sebelumnya ditujukan untuk kaum tertentu dan masa yang terbatas, al-

Qur‘an diturunkan bagi seluruh manusia hingga akhir zaman.


1. Petunjuk bagi manusia

Fungsi pertama al-Qur‘an adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Seperti

diketahui, fungsi utama sebuah kitab suci dalam agama dan keyakinan apapun

adalah menjadi pedoman bagi penganutnya. Begitu pula al-Quran, menjadi

pedoman bagi umat Islam. Meskipun begitu, al-Qur‘an menyatakan bahwa ia

bukan hanya menjadi petunjuk bagi kaum Muslimin, tapi juga bagi umat manusia

seluruhnya. Kemenyeluruhan misi al-Qur‘an ini tidak lepas dari kemenyeluruhan

misi Nabi Muhammad Saw. Saw yang diutus untuk seluruh manusia. Hal ini

ditegaskan Allah Swt dalam beberapa firman-Nya yang di antaranya adalah sbb.:

Dan Kami (Allah) tidak mengutus kamu (Muhammad Saw.), melainkan

kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan

sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.

(Qs. Saba: 28).

Di dalam al-Qur‘an memang ada dua versi penyebutan al-Qur‘an sebagai petunjuk.

Pertama, ia petunjuk bagi seluruh manusia. Kedua, ia petunjuk bagi orang-orang

yang beriman atau bertakwa. Ayat yang menyatakan hal pertama di antaranya

adalah:

Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)

Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan

mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

(Q.S. al-Baqarah: 185)


Sedangkan ayat yang menyatakan hal kedua di antaranya adalah:

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka

yang bertakwa. (Q.S. al-Baqarah: 2)

Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan

segala sesuatu, dan sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira

bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S. al-Nahl: 89).

Dua versi pernyataan yang berbeda tersebut tidak berarti ada pertentangan di

dalam al-Quran. Perbedaan antara keduanya sesungguhnya hanya pada batas

pengertian petunjuk yang dimaksud oleh masing-masing pernyataan. Para ulama

tafsir mengatakan bahwa kata huda/hidayah (petunjuk) memiliki dua pengertian,

umum dan khusus. Dalam pengertian umum, petunjuk berarti pedoman atau

bimbingan bagi siapa saja menuju jalan yang benar. Sedangkan dalam pengertian

khusus, petunjuk berarti taufik yang diberikan Allah kepada hambanya yang telah

menerima kebenaran. Yang pertama masih dalam tahap proses, yang kedua sudah

menjadi hasil. Yang pertama bisa dilakukan oleh siapa saja termasuk manusia,

yang kedua hanya Allah yang bisa melakukannya.

Ketika disebut bahwa al-Qur‘an adalah petunjuk bagi manusia, kalimat ini

masih pada tataran ide dan harapan, belum menjadi kenyataan. Petunjuk dalam

pengertian ini masih berkemungkinan untuk diterima atau ditolak oleh yang
menjadi sasaran ajakan. Namun, ketika disebut bahwa al-Qur‘an adalah petunjuk

bagi orang-orang yang beriman atau bertakwa, petunjuk di sini menunjukkan

kenyataan yang sudah terjadi. Petunjuk di sini berarti taufik yang diberikan Allah

kepada orang-orang yang beriman karena mereka telah membuka hati untuk

menerima kebenaran al-Quran. Dua pengertian petunjuk di atas terkadang hadir

bersamaan dalam satu ayat seperti pada dua ayat berikut:

Al-Quran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi

kaum yang meyakini. (Q.S. al-Jatsiyah: 20)

(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk

serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali Imran: 138)

2. Penyempurna kitab-kitab suci untuk umat terdahulu

Al-Qur‘an juga berfungsi sebagai penyempurna kitab-kitab suci

sebelumnya. Fungsi ini hadir karena al-Qur‘an adalah kitab suci terakhir yang

diturunkan oleh Allah Swt kepada rasul dan nabi-Nya. Sebagai kitab suci terakhir,

al-Qur‘an membawa tugas menyempurnakan kitab-kitab suci terdahulu.

Rasionalitas di balik fungsi ini setidaknya bisa diterangkan melalui dua alasan.

Pertama, kitab-kitab suci terdahulu memang diturunkan untuk kaum tertentu dan

zaman yang terbatas. Kedua, dalam perkembangan sejarah, kitab-kitab suci

terdahulu tidak bebas dari perubahan dan penyimpangan. Terkait fungsi al-

Qur‘an sebagai penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya, ada tiga rincian tugas,
sebgaimana beikut ini:

a. Al-Qur‘an membenarkan kitab-kitab suci yang diturunkan

sebelumnya. Al-Qur‘an hadir bukan untuk menyangkal adanya kitab-kitab suci

tersebut. Bahkan, dalam doktrin Islam, seorang Muslim diwajibkan percaya

adanya kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi sebelum Muhammad

Saw.,

seperti yang terdapat pada ayat berikut:

Dan (di antara ciri orang yang bertakwa adalah) mereka yang beriman

kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-

kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya

(kehidupan) akhirat. (Q.S. al-Baqarah: 4).

Kehadiran al-Qur‘an adalah melanjutkan ajaran kitab-kitab suci sebelumnya. Misi

pokok semua kitab suci adalah mengajak manusia untuk menyembah satu tuhan,

yaitu Allah Swt. Kalau pun ada perbedaan, hal itu tidak lebih dari hal-hal yang

menyangkut masalah cabang (furuiyah), misalnya terkait ritus peribadatan dan

beberapa aspek hukum. Itu pun disebabkan karena faktor perbedaan zaman,

tempat dan masyarakat di mana kitab-kitab itu diturunkan. Akan tetapi, dalam

masalah aqidah, semua kitab suci mengajarkan hal yang sama, yaitu penyembahan

kepada satu Tuhan (tauhid). Agama ini di dalam Al-Qur‘an disebut Islam,

sebagaimana para nabi terdahulu juga sebagai kaum Muslimin. Kesamaan aqidah

yang dibawa oleh semua rasul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad Saw.
ditegaskan oleh beberapa ayat al-Quran:

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan

Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)

melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Q.S. Al-

Anbiya: 25)

Dia (Allah) telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang

telah diwasiatkan kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan

kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa

dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah

tentangnya. (Q.S. Asy-Syura: 13)

b. Al-Qur‘an meluruskan hal-hal yang telah diselewengkan dari ajaran kitab-

kitab terdahulu.

Hal ini karena kitab-kitab sebelum al-Quran, dalam perjalanan sejarah,

tidak bebas dari penyimpangan, perubahan, pergantian, penambahan atau

pengurangan, sehingga diperlukan upaya pemurnian. Kitab suci terdahulu seperti

Taurat, Zabur dan Injil yang ada sekarang tidak bisa disebut asli atau sama dengan

kitab yang diturunkan kepada nabi-nabinya dahulu. Fenomena penyimpangan

semacam ini telah disinggung oleh al-Quran:

Di antara orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan (dalam


kitab suci) dari tempat-tempatnya. (Q.S. An-Nisa: 46)

Sesungguhnya diantara mereka (ahli kitab) ada segolongan yang

memutarmutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka

yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al

Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi

Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap

Allah sedang mereka mengetahui. (Q.S. Ali Imrah: 78)

Karena itu, al-Qur‘an datang sebagai batu ujian (verifikator, korektor) terhadap

kitab-kitab terdahulu. Al-Qur‘an bertugas mengoreksi hal-hal yang diselewengkan

dari kitab-kitab tersebut. Koreksi itu bisa menyangkut masalah aqidah, hukum,

berita masa lalu, dan sebagainya. Fungsi al-Qur‘an sebagai batu ujian (korektor)

terhadap kitab-kitab terdahulu ditegaskan dalam ayat al-Qur‘an berikut:

Dan Kami telah turunkan kepadamu (Muhammad Saw.) Al-Qur’an

dengan membawa kebenaran, (yang berfungsi) sebagai pembenar

terhadap apa yang sebelumnya dari kitab-kitab, dan batu ujian (korektor)

terhadap kitab-kitab itu; (Q.S. Al-Maidah: 48)

c. Al-Qur‘an berfungsi sebagai alternatif pengganti kitab-kitab suci terdahulu.

Seperti diterangkan di atas, kitab-kitab terdahulu telah mengalami

perubahan, penyimpangan dan penyelewengan, sehingga sulit untuk disebut asli


seperti saat mereka diturunkan kepada nabi atau rasul yang membawanya. Karena

itu, al-Qur‘an hadir sebagai solusi dan alternatif pengganti bagi mereka. Sebagai

kitab suci terakhir, Al-Qur‘an adalah petunjuk sempurna yang tidak perlu

diragukan kebenarannya. Dilihat dari berbagai sisi, al-Qur‘an memiliki

keunggulan yang tidak bisa ditandingi oleh kitab-kitab sebelumnya, baik dari sisi

orisinilitas, kesempurnaan, maupun kekuatannya sebagai mukjizat. Karena itu,

tidak ada alasan bagi orang yang beriman untuk tidak menjadikan al-Qur‘an

sebagai pedoman, sebagaimana al-Qur‘an juga mengajak mereka yang mencari

kebenaran untuk berlabuh kepada al-Quran, seperti seruan Al-Qur‘an kepada Ahli

Kitab berikut:

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,

menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan,

dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang

kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (Q.S. al-

Maidah: 15)

Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,

melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang

mereka perselisihkan dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang

beriman. (Q.S. An-Nahl: 64)


3. Sumber Acuan Pokok Umat Islam

Sebagaimana diketahui, sumber agama Islam itu ada tiga, yakni: al-Quran,

Sunnah, dan Ijtihad. Al-Qur‘an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw.. Sunnah adalah sabda, tindakan dan ketetapan Rasulullah

Muhammad Saw.. Sedangkan ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh yang

dilakukan oleh ulama mujtahid untuk menyimpulkan hukum agama dengan tetap

mengacu kepada Al-Qur‘an dan Sunnah. Ada dua bentuk ijtihad yang disepakati

oleh ulama, yaitu Ijma‘ (kesepakatan umat pasca wafatnya Rasulullah) dan Qiyas

(analogi).

Al-Qur‘an merupakan sumber pokok seluruh ajaran Islam. Yusuf al-

Qardlawi mengatakan bahwa al-Qur‘an adalah pokok Islam dan jiwanya. Dari al-

Quranlah diperoleh ajaran tentang keimanan (aqidah), ibadah, akhlak, dan prinsip-

prinsip hukum serta syariat.6 Secara garis besar, Al-Qur‘an sebagai sumber ajaran

Islam dapat dirinci sebagai berikut:

a. Sumber pokok aqidah. Dalam banyak ayat, al-Qur‘an berbicara kepada banyak

kalangan, termasuk mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, Hari Akhir, atau

kenabian Muhammad Saw.. Al-Qur‘an berusaha meyakinkan mereka tentang

adanya Allah yang menciptakan alam semesta dengan argumen-argumen yang

bisa diterima oleh akal. Al-Qur‘an juga menjelaskan prinsip-prinsip ketuhanan,

menegaskan kenabian Muhammad Saw. Saw yang diutus sebagai penerus para

nabi dan rasul sebelumnya. Al-Qur‘an juga mengabarkan berita tentang umat-

umat terdahulu untuk dijadikan pelajaran bagi yang hidup sesudahnya. Al-Qur‘an

6
Yusuf Qardlawi, Kaifa Nata’amal ma’a al-Quran al-‘Adhim (Kairo: Dar
al-Syuruq, 2000), hal. 49.
juga menginformasikan tentang adanya Hari Akhir dan kehidupan Akhirat kelak

dimana setiap manusia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang

pernah dilakukannya di dunia.

b. Sumber pokok syariah. Selain sumber pokok aqidah, al-Qur‘an juga menjadi

sumber pokok syariah Islam. Syariah adalah sistem hukum yang mengatur amal

perbuatan manusia dalam hidupnya, baik yang terkait hubungannya dengan Allah

Swt maupun hubungannya dengan sesama manusia dan mahluk lain. Di dalam al-

Qur‘an ada sekitar 500 ayaat atau lebih yang membicarakan masalah syariat ini. 7

Di antaranya, al-Qur‘an mengajarkan tata cara menjalankan ibadah kepada

Allah Swt melalui perintah salat, zakat, puasa, haji, umrah, dan sebagainya.

AlQur‘an juga menerangkan beberapa unsur teknis terkait pelaksanaan ibadah itu,

seperti tata cara bersuci (thaharah) dan keharusan menghadap qiblat sebagai syarat

menjalankan salat, bagaimana melaksanakan salat di saat perang atau dalam

perjalanan, bagaimana tata cara menjalankan haji, dan sebagainya. Al-Qur‘an juga

menerangkan hukum-hukum yang mengatur masalah pribadi dan keluarga, seperti

pernikahan, talak, pembagian waris, dan sebagainya. Juga menerangkan hukum-

hukum kemasyarakat baik yang menyangkut ekonomi, perdagangan, transaksi,

pidana, pemerintahan, kehakiman, hubungan sosial, baik dengan sesama Muslim

atau dengan umat lain, dan sebagainya. Islam, melalui alQur‘an dan Sunnah,

mengatur semua aspek kehidupan manusia. Ketetapan hukum yang ada dalam Al-

Qur‘an hakikatnya bertujuan unuk menciptakan kemaslahan dan kebaikan bagi

manusia, mewujudkan keadilan, serta menghindarkan kehidupan dari kerusakan

7
Ibid., h. 55
dan kehancuran.

Sebagaimana disimpulkan oleh ulama, tujuan ketetapan hukum dalam

Islam utamanya adalah untuk menjaga unsur-unsur penting hidup, yakni agama,

nyawa, akal, keturunan, harta, dan kehormatan manusia.

c. sumber pokok akhlak. Al-Qur‘an juga merupakan sumber ajaran agama Islam

yang terkait dengan akhlak, baik akhlak ketuhanan (rabbaniyah) maupun akhlak

kemanusiaan (insaniyah). Di antara akhlak ketuhanan yang diajarkan al-Qur‘an

adalah seperti ikhlas dalam beribadah hanya untuk Allah Swt, bertawakkal

kepada-Nya, mengharap rahmat dan ridlo-Nya, takut akan siksa-Nya, merasa

malu kepada-Nya, bersyukur atas nikmat-Nya, sabar atas cobaan-Nya, menerima

dengan rela segala keputusan-Nya, mengutamakan kehidupan akhirat daripada

dunia, dan sebagainya. Akhlak rabbaniyah bertujuan untuk menjalin hubungan

intim dengan Allah dan memperkuat ketakwaan kepada-Nya.8

Adapun akhlak insaniyah adalah akhlak pergaulan dengan sesama manusia.

Al-Qur‘an misalnya mengajarkan kejujuran dalam perkataan maupun perbuatan,

amanah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, keberanian dalam

memperjuangkan kebenaran, sikap rendah hati, menepati janji, santun, sabar, adil,

bijaksana, saling mengasihi, memuliakan yang lebih tua, menyayangi yang lebih

muda, menghormati sesama, menjalin hubungan baik dengan orang lain,

bekerjasama dalam kebaikan, toleransi dalam perbedaan, peduli terhadap

orangorang lemah seperti anak yatim dan orang miskin, dan sebagainya. Dalam

banyak ayat, al-Qur‘an mengapresiasi orang-orang yang berakhlak baik dan

8
Ibid., h. 58
mencela orang-orang yang berakhlak buruk. Misalnya, dalam bagian akhir

sejumlah ayat, al-Qur‘an sering menyebut bahwa Allah menyukai orang-orang

yang bertakwa, orang-orang yang sabar, orang-orang yang berbuat baik, dan

sejenisnya. Sebaliknya, al-Qur‘an menyebutkan bahwa Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat dholim, orang-orang yang membuat kerusakan,

orangorang yang ingkar atau kufur, dan sebagainya.

D. Garis Besar Kandungan Al-Qur'an

Al-Qur'an itu adalah firman Allah Swt., bukan rekayasa manusia. Sebab

itu, betapa pun pintarnya dan tingginya ilmu pengetahuan manusia, maka manusia

tidak akan sanggup menjangkau seluruh isi dan kandungan wahyu Allah tersebut.

Meskipun demikian, sekedar untuk menunjukkan garis-garis besar yang dapat

dijangkau oleh akal dan pikiran manusia yang terbatas, ada beberapa kandungan

Al-Qur'an, yaitu:

1. Keimanan

Yaitu ajaran-ajaran tentang kepercayaan atau keimanan kepada Allah Swt.,

meliputi beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat Allah, beriman kepada

rasul Allah, beriman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada hari akhir dan

beriman kepada Qada' dan Qadar.

2. Hukum dan Peraturan-peraturan

Yaitu ajaran yang mengatur tentang aturan-aturan yang berhubungan

dengan segala tindakan manusia dalam segala bidang baik dalam hubungan

dengan tuhan maupun berhubungan dengan sesama manusia. Hukum-hukum yang


mengatur hubungan komunikasi manusia dengan Allah disebut ibadah dan hukum

yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya disebut muamalah.

3. Ajaran tentang Ibadah

Yaitu pengabdian makhluk kepada sang pencipta yaitu Allah Swt. Begitu

juga ajaran-ajaran tentang budi pekerti yang baik, akhlak yang luhur, dan

berperilaku baik kepada siapapun.

4. Wa'du

Yaitu adalah janji dalam bentuk harapan yang diberikan Allah Swt. kepada

orang-orang yang beriman dan beramal sholeh bahkan kelak akan diberikan

pahala dan balasan sebagai balasan atas keiman dan amal sholeh yang mereka

lakukan semasa hidupnya.

5. Riwayat atau cerita mengenai perjuangan yang dialami oleh para-para

nabi dari cerita tersebut maksudnya adalah agar manusia mengambil i'tibar dan

mengambil pelajaran dari cerita tersebut.

6. Dasar ilmu pengetahuan.

Selain dari pokok-pokok ajaran yang disebutkan di atas, al-Qur'an juga

berisi dasar-dasar ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, oleh karena itu umat

Islam diwajibkan untuk menggali, mempelajari, dan menyelidikinya agar dapat

membawa manusia kepada kemajuan dan kesejahteraan pengetahuan.9

9
Kuswoyo, Pengantar Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Pekalongan: PT. Nasya Expanding Manajemen,
2021) h. 15-20.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Makna Al-Qur’an adalah firman Allah Swt. yang-hanya-diwahyukan

kepada Nabi Muhammad Saw. sehingga menutup pintu perubahan isi didalamnya,

diturunkan dalam bahasa Arab dengan makna yang kompleks untuk umat manusia

hingga akhir zaman sehingga membutuhkan hasil ijtihad yang relevan,

teriwayatkan secara berangsur-angsur, mutawatir, dan membacanya merupakan

suatu ibadah.

2. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an adalah sebagai mukjizat Nabi

Muhammad Saw., media komunikasi Tuhan kepada Hamba/ciptaan-Nya,

penyempurna kitab-kitab pendahulunya, pengingat, pembawa peringatan,

penyelamat/syafaat, dan acuan utama pokok ijtihad umat Islam.

B. Saran

Makalah ini disusun berdasarkan hasil bacaan penulis dari beberapa buku

yang sebagian besarnya menjadi referensi dari makalah ini. Disamping minim

referensi, kemampuan penulis juga belum ahli dalam penulisan karya ilmiah,

sehingga penulis makalah ini tentu sangat meyarankan kepada para pembaca

untuk menambah referensi bacaanya diluar makalah ini. Penulis dengan senang

hati mengakui adanya kekurangan dalam makalah ini, sehingga penulis bersifat

terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca utamanya dari Dosen

Pengajar Mata Kuliah Studi Al-Qur’an di kelas Magister Pendidikan Agama Islam
dalam Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia.
Daftar Pustaka

Ayu M. Citra, 2018, Bahan Ajar Studi Al-Qur’an, Surabaya: UIN SA Press.

Hakim. Fatma, 1998, Mujizat Al-Qur'an dan Ijaz Ilmi dalam Al-Qur'an, Padang:
IKIP.

Kuswoyo., 2021, Pengantar Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Pekalongan: PT. Nasya


Expanding Manajemen.

Mardan., 2010, Sebuah Pengantar untuk Memahami Al-Qur'an Secara Utuh,


Jakarta: Pustakamapan.

Qardlawi. Yusuf, 2000, Kaifa Nata’amal ma’a al-Quran al-‘Adhim, Kairo: Dar
al-Syuruq.

Yasir. M., dan Jamaruddin. Ade, 2016, Studi Al-Qur’an, Pekan Baru Riau: Asa
Riau.

Anda mungkin juga menyukai