Anda di halaman 1dari 7

PERMUKIMAN KUMUH, SEBUAH KEGAGALAN PEMENUHAN ASPEK

PERMUKIMAN ISLAMI

Aisyah Nur Handryant Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi,
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia
e-mail: abu2putih@yahoo.com

Abstract
As a social being, interaction with others is one of human’s essential needs. These interaction and socialization
in a society is often conducted in a settlement. A settlement as a community ecosystem has an important role
in shaping people’s characters in a society. The condition of settlement can be an indication of the condition of
its community. On the other hand, Islam as a rahmatan lil 'alamin religion actually provides its followers a set
of values on islamic aspects in the house and settlement. Islam gives some lessons of how a house could
become not only as a gathering place for family members, but could also be a place of education and learning
for its inhabitants. Islam also gives us lessons of how a house is closely related to its settlement and
environment, and how every elements in a house should be in harmony and unity with its social and natural
environment. This paper tries to analyze many aspects of slums based on some aspects of islamic housing. The
deficiencies and problems found in slums are expected as a consideration in the future efforts to overcome the
problems holistically and integrally.

Keywords: Slum, islamic settlement, house

Abstrak
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan manusia lain di dalam kehidupannya. Sebagian
besar interaksi dan sosialisasi antar manusia di dalam sebuah masyarakat diwadahi di dalam permukiman.
Permukiman yang merupakan sebentuk ekosistem masyarakat dalam beraktivitas tentunya memiliki peran yang
sangat potensial sebagai pembentuk karakter masyarakat tersebut. Keadaan permukiman turut menjadi indikasi
bagi kondisi masyarakat yang ada di dalamnya. Di sisi lain, Islam sebagai sebuah agama rahmatan lil ‘alamin
memberikan wacana mengenai aspek-aspek yang Islami dalam sebuah rumah dan permukiman. Islam
memberikan wawasan bagaimana sebuah rumah tidak hanya menjadi tempat berkumpul anggota keluarga,
namun dapat pula menjadi tempat pendidikan dan pembelajaran. Islam juga menjelaskan bagaimana hubungan
sebuah rumah, perumahan, dan permukiman dengan alam, bagaimana setiap elemen di dalam rumah harus
mencerminkankan kedamaian dan kesatuan dengan lingkungan, serta banyak lagi aspek-aspek lain mengenai
rumah di dalam Islam. Tulisan ini menjelaskan permukiman kumuh dengan berbagai aspek dan kategori
pembentuknya yang selanjutnya akan disandingkan dengan kaidah-kaidah atau aspek-aspek pemukiman di
dalam Islam. Diharapkan dengan penyandingan kedua hal tersebut dapat dianalisis kekurangan dan masalah di
dalam permukiman kumuh, yang selanjutnya dapat dilakukan analisa permasalahan untuk mengatasi hal
tersebut.

Kata kunci: slum, rumah, permukiman islami

Pendahuluan salah satu contohnya adalah dengan menerapkan


Perumahan dan permukiman adalah dua hal persyaratan rumah sehat.
yang tidak dapat kita pisahkan dan memiliki kaitan Omer menyebutkan bahwa rumah adalah suatu
yang sangat erat dengan aktivitas ekonomi, indus- lambang dari status orang mulia di atas bumi,
trialisasi, dan pembangunan. Permukiman dapat kemerdekaan, dan kebebasan relatif. Rumah mem-
diartikan sebagai perumahan atau kumpulan rumah butuhan kenyamanan, sekaligus merupakan tempat
dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitan pengasingan, keamanan, dan keselamatan. Rumah
dan yang ada di dalam permukiman. Berbagai bagi sebuah masyarakat mewakili seluruh identi-
fenomena yang berkaitan dengan perumahan dan tasnya dan identitas dari kultur mereka1. Lebih
permukiman dapat kita temui di Indonesia, salah lanjut, rumah merupakan sebuah konsep mengenai
satunya adalah fenomena permukiman kumuh. tempat memperoleh perlindungan-Nya di bumi.
Padahal, permukiman dapat terhindar dari kondisi Rumah adalah suatu tempat perlindungan atau suatu
kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan tempat pribadi yang dihuni, seperti yang tersebut di
perumahan sesuai dengan standar yang berlaku, dalam al-Qur’an Surat an-Nahl sebagai berikut:

144 | Journal of Islamic Architecture Volume 1 Issue 3 June 2011


“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai manusia dilarang membuat kerusakan. Karenanya,
tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah- fenomena rumah kumuh dapat diartikan sebagai
rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang
kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu
sebuah kerusakan yang dilakukan oleh manusia yang
berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya ingkar atas nikmat Allah. Hal tersebut disebutkan
pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, seperti yang terdapat dalam al-Qur’an sebagai
alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu berikut:
pakai) sampai waktu (tertentu).”2
“Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu
Di lain pihak, munculnya kawasan permukiman pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum
kumuh (Gambar 1) merupakan salah satu indikasi 'Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu
kegagalan program perumahan yang terlalu berpihak dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan
pada produksi rumah langsung, terutama bagi kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah;
maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu
masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas, merajalela di muka bumi membuat kerusakan.”3
dengan prioritas program perumahan pada rumah
Lebih lanjut, fenomena urbanisasi merupakan
milik dan mengabaikan potensi rumah sewa. Program
fenomena global yang berdampak pada timpangnya
pemberdayaan masyarakat dalam menyediakan
penyediaan perumahan dan permukiman di kawasan
rumah yang layak bagi dirinya sendiri belum
perkotaan. Permintaan yang besar dan terjadi terus-
terlaksana dengan optimal. Sementara itu, konsen-
menerus, akhirnya tidak dapat dipenuhi oleh pihak
trasi program pemerintah pada rumah milik telah
penyedia perumahan. Di sisi lain, pada kota-kota di
mengabaikan realitas potensi rumah sewa sebagai
negara-negara berkembang, masalah yang timbul
salah satu alternatif pemecahan masalah perumahan
lebih rumit karena pertumbuhan penduduk yang
terutama bagi masyarakat golongan ekonomi lemah
terjadi lebih cepat dibandingkan dengan yang terjadi
ke bawah.
di negara-negara lebih maju. Kemampuan penyedia-
an perumahan secara formal, seperti real estate,
dan perumahan dari pemerintah atau swasta, sangat
terbatas dan hanya menyentuh golongan menengah
ke atas. Sementara itu, golongan berpendapatan
rendah tak terjamah dan dibiarkan mencari jalan
keluar sendiri. Pada akhirnya, dampak yang timbul
adalah tumbuh subur permukiman informal -yang di
Indonesia lazim dinamakan kampung- dengan ciri-ciri
padat, kumuh, jorok, tidak mengikuti aturan-aturan
resmi, dan mayoritas berpenghuni miskin.
Permasalahan permukiman kumuh merupakan
permasalahan yang membutuhkan tindak lanjut
secara cepat, tepat, akurat, efektif, dan efisien.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia, maka diindikasikan akan terjadi pening-
katan jumlah permukiman kumuh yang sebelumnya
sudah banyak ditemui di sini. Besarnya jumlah
penduduk tersebut secara tidak langsung tentu turut
Gambar 1. Kondisi permukiman kumuh membawa lapisan penduduk berpenghasilan rendah
sebagai salah satu elemen permukiman kumuh.
Selain itu, latar belakang lain dari menjamur- Lapisan penduduk ini pada umumnya merupakan
nya permukiman kumuh adalah karena tingginya penduduk dengan sumber daya manusia (human)
tingkat urbanisasi yang selanjutnya berimplikasi yang memiliki kepala keluarga dengan tingkat
pada berbagai aspek kehidupan kota, baik itu pendidikan rendah, yaitu antara berkisar SD dan
menyangkut transportasi, perumahan, kesehatan SMP. Kondisi ini menyebabkan sulitnya mereka
lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana umum, memperoleh pekerjaan tetap, sehingga mereka
sektor tenaga kerja, perekonomian kota, tata secara umum bekerja pada sektor informal, seperti
ruang, dan sebagainya. Sementara itu, perbedaan pedagang dan buruh bangunan. Usaha masyarakat
karakteristik model urbanisasi di negara industri dan lapisan ini dalam meningkatkan kualitas SDM adalah
negara berkembang menyebabkan permasalahan dengan membekali pendidikan anak setinggi mungkin
yang muncul memiliki ciri-ciri yang berbeda. Oleh sampai tingkat SLTA4. Namun demikian, kualifikasi
karena itu, kondisi tersebut memerlukan pendekatan lulusan SLTA masih sangat sulit untuk memperoleh
yang berbeda pula dalam memandang dan meme- pekerjaan karena belum adanya keahlian.
cahkan permasalahan yang muncul. Penjelasan selanjutnya akan diarahkan pada
Di dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa rumah upaya kritik terhadap permukiman kumuh ditinjau
merupakan salah satu wujud dari nikmat Allah, dan dari sisi kelayakan berdasarkan aspek-aspek permu-

Journal of Islamic Architecture Volume 1 Issue 3 June 2011 | 145


kiman islami. Dengan demikian, diharapkan akan untuk dapat hidup sebagai sebuah komuniti yang
dapat diidentifikasi lebih holistik mengenai mandiri. Beraneka ragamnya jasa pelayanan atau
permasalahan-permasalahan permukiman, khususnya diversifikasi jasa pelayanan yang ada telah
permukiman kumuh yang semakin berkembang pesat memungkinkan masyarakat permukiman kumuh
di Indonesia. Upaya identifikasi ini pada akhirnya untuk dapat saling menghidupi dalam batas-batas
bertujuan memberikan alternatif-alternatif solusi tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam sektor informal
dari permasalahan yang ada. telah menyebabkan munculnya fenomena rumah
sekedar sebagai tempat untuk beristirahat, tidur,
melakukan kegiatan-kegiatan pribadi dan keluarga,
Gambaran Permukiman Kumuh tetapi juga sebagai tempat bekerja. Bahkan,
Gambaran dari permukiman kumuh diperoleh fenomena ini tidak hanya ditemukan pada rumah-
dari identifikasi beberapa kasus permukiman kumuh rumah saja, tetapi juga pada ruang-ruang terbuka
yang terdapat di Indonesia. Permukiman kumuh yang ada (halaman rumah atau lapangan terbuka).
merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir Ruang-ruang terbuka ini dimanfaatkan untuk tempat
semua kota-kota besar di Indonesia bahkan kota- kegiatan bekerja dan untuk mempersiapkan produk-
kota besar di negara berkembang lain. Beberapa produk kerja yang disiapkan maupun digunakan
permukiman kumuh ini pada umumnya berada di sebagai tempat penyimpanan atau gudang.
kota-kota besar dengan tingkat urbanisasi yang Dari gambaran fenomena di atas, dapat
tinggi. Beberapa kota yang memiliki kasus dilakukan analisis kritis mengenai permukiman
permukiman kumuh yang cukup berat di antaranya kumuh di Indonesia. Namun, sebelum melakukan
adalah DKI Jakarta, Medan, Surabaya, dan Bali5. analisis ini, terlebih dahulu harus dipahami beberapa
Telaah tentang permukiman kumuh (slum istilah yang terdapat dalam permukiman kumuh, di
area), pada umumnya mencakup tiga segi, yaitu antaranya adalah sebagai berikut:
(1) kondisi fisik, (2) kondisi sosial, ekonomi, bu-
1. Pengertian Permukiman
daya komuniti yang bermukim di sana, dan (3)
Permukiman sering disebut perumahan, begitu
dampak oleh kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik
pula sebaliknya. Permukiman berasal dari kata
antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang
housing dalam bahasa Inggris, yang artinya adalah
sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah,
perumahan, dan kata human settlement yang artinya
jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras,
permukiman. Perumahan memberikan kesan tentang
sanitasi umum dan drainase tidak berfungsi, serta
rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan
sampah belum terkelola dengan baik6. Sementara
sarana lingkungannya. Perumahan menitikberatkan
itu, kondisi sosial ekonomi masyarakat di kawasan
pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land
permukiman kumuh, antara lain memiliki (1)
settlement. Sementara itu, permukiman memberi-
tingkat pendapatan rendah, (2) norma sosial yang
kan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim
longgar, (c) budaya kemiskinan yang mewarnai
beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan,
kehidupan yang tampak dari sikap dan perilaku
sehingga permukiman menitikberatkan pada sesuatu
yang apatis7.
yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu
Berbagai kondisi tersebut sering juga mengaki-
manusia (human)8. Dengan demikian perumahan dan
batkan kondisi kesehatan yang buruk, pencemaran,
permukiman merupakan dua hal yang tidak dapat
penyebaran penyakit dan perilaku menyimpang, dan
dipisahkan dan sangat erat hubungannya, dan pada
pada akhirnya berdampak pada kehidupan kota
hakekatnya saling melengkapi.
keseluruhannya. Karenanya, kawasan permukiman
kumuh dianggap sebagai penyakit perkotaan yang 2. Pengertian Kumuh
harus diatasi. Kumuh adalah kesan atau gambaran secara
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah
utama yang mendorong pertumbuhan permukiman, dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas
sedang kondisi sosial ekonomi masyarakat dan ke- menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan
mampuan pengelola kota akan menentukan kualitas sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas
permukiman yang terwujud. Maka, permukiman yang sudah mapan kepada golongan bawah yang
kumuh adalah produk pertumbuhan penduduk ke- belum mapan. Gambaran seperti itu diungkapkan
miskinan dan kurangnya upaya pemerintah dalam oleh Herbert J. Gans dengan kalimat sebagai
mengendalikan pertumbuhan dan menyediakan berikut:
pelayanan kota yang memadai. “Obsolescence per se is not harmful and designation of
Lebih jauh, masyarakat di permukiman kumuh an area as a slum for the reason alone is merely a
memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam reflection of middle clas standards and middle alass
dan sebagian besar adalah pada sektor informal, incomes.”9
khususnya di bidang jasa pelayanan. Kondisi tersebut Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab dan
telah memungkinkan bagi warga permukiman kumuh dapat pula ditempatkan sebagai akibat. Namun,

146 | Journal of Islamic Architecture Volume 1 Issue 3 June 2011


ditempatkan dimanapun juga kata kumuh tetap beranekaragam, begitu juga asal muasalnya.
menjurus pada sesuatu hal yang bersifat negatif. Dalam masyarakat permukiman kumuh juga
Pemahaman kumuh dapat ditinjau sebagai berikut: dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas
a. Sebab kumuh, kumuh adalah kemunduran atau kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-
kerusakan lingkungan hidup dilihat dari (1) segi beda tersebut.
fisik, yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh f. Sebagian besar penghuni permukiman kumuh
unsur-unsur alam seperti air dan udara, (2) segi adalah mereka yang bekerja di sektor informal
masyarakat atau sosial, yaitu gangguan yang atau mempunyai mata pencaharian tambahan di
ditimbulkan oleh manusia sendiri seperti sektor informal.
kepadatan lalulintas dan sampah. Perumahan atau permukiman tidak layak huni
b. Akibat kumuh, kumuh adalah akibat adalah kondisi rumah beserta lingkungannya yang
perkembangan dari gejala-gejala antara lain (1) tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk
kondisi perumahan yang buruk, (2) penduduk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun
yang terlalu padat, (3) fasilitas lingkungan yang sosial12, dengan kriteria sebagai berikut:
kurang memadai, (4) tingkah laku menyimpang, a. Tiga per empat luas lantai per kapita, di kota
(5) budaya kumuh, (6) apati dan isolasi. kurang dari 4 m2 sedangkan di desa kurang dari
10 m2
3. Kawasan Kumuh
b. Tiga per empat jenis atap rumah terbuat dari
Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah
daun dan lainnya
dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut
c. Tiga per empat jenis dinding rumah terbuat dari
sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana
anyaman bambu yang belum diproses
yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku,
d. Tiga per empat jenis lantai adalah tanah
baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan,
e. Tiga per empat tidak mempunyai fasilitas
persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air
tempat untuk mandi, cuci, kakus (MCK)
bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan
prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan
fasilitas sosial lainnya10. Faktor Penyebab Meningkatnya Permukiman
Kumuh
Ciri-ciri Permukiman Kumuh Penyebab adanya kawasan kumuh atau pening-
katan jumlah kawasan kumuh yang ada di kota
Ciri-ciri permukiman kumuh, seperti yang
adalah (1) faktor ekonomi seperti kemiskinan dan
diungkapkan oleh Parsudi Suparlan11 adalah sebagai
krisis ekonomi, dan (2) faktor bencana. Faktor
berikut:
ekonomi atau kemiskinan mendorong bagi pendatang
a. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di
tidak memadai.
kota-kota. Dengan keterbatasan pengetahuan, kete-
b. Kondisi hunian rumah dan permukiman serta
rampilan, dan modal, maupun adanya persaingan
penggunaan ruang-ruangannya mencerminkan
yang sangat ketat di antara sesama pendatang maka
penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
pendatang-pendatang tersebut hanya dapat tinggal
c. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume
dan membangun rumah dengan kondisi yang sangat
yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang
minim di kota-kota. Di sisi lain, pertambahan jumlah
ada di permukiman kumuh sehingga mencer-
pendatang yang sangat banyak mengakibatkan peme-
minkan adanya kesemrawutan tata ruang dan
rintah tidak mampu menyediakan hunian yang layak.
ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
Sementara itu, faktor bencana dapat pula menjadi
d. Permukiman kumuh merupakan suatu satuan-
salah satu pendorong perluasan kawasan kumuh.
satuan komuniti yang hidup secara tersendiri
Adanya bencana, baik bencana alam seperti misalnya
dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang
banjir, gempa, gunung meletus, longsor, maupun
jelas, yaitu terwujud sebagai (1) Sebuah
bencana akibat perang atau pertikaian antar suku
komuniti tunggal, berada di tanah milik negara,
juga dapat menjadi penyebab jumlah rumah kumuh
dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian
meningkat dengan cepat.
liar, (2) Satuan komuniti tunggal yang merupa-
kan bagian dari sebuah RT atau sebuah RW, (3)
Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud Standar Kelayakan Permukiman
sebagai sebuah RT atau RW atau bahkan
Menurut Sri Kurniasih13, rumah yang layak dan
terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan
sehat memiliki beberapa aspek di antaranya sebagai
hunian liar.
berikut:
e. Penghuni permukiman kumuh secara sosial dan
a. Menciptakan kawasan penghijauan di antara
ekonomi tidak homogen, warganya mempunyai
kawasan pembangunan sebagai paru-paru hijau
mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang

Journal of Islamic Architecture Volume 1 Issue 3 June 2011 | 147


b. Memilih tapak bangunan yang sebebas mungkin muh merupakan suatu masalah di dalam masyarakat.
dari gangguan atau radiasi geobiologis dan Kata masalah mengindikasikan adanya sebuah penye-
meminimalkan medan elektromagnetik buatan lewengan, ketidaksesuaian dengan aturan, dan
c. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggu- pertentangan dengan standar permukiman beserta
nakan bahan bangunan alamiah aspek-aspek islaminya.
d. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan Selanjutnya, jika disandingkan dengan penda-
udara dalam bangunan pat Sri Kurniasih, permukiman kumuh pada umumnya
e. Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam sangat banyak membawa sisi negatif dan tidak
konstruksi bangunan dan memajukan sistem mampu dikategorikan sebagai rumah yang sehat.
bangunan kering Dengan komposisi permukiman yang sangat padat,
f. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit- tidak teratur, dan sangat minim ruang terbuka hijau,
langit ruang yang mampu mengalirkan uap air permukiman ini menjadi permukiman yang sangat
g. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai tidak nyaman untuk dihuni. Beberapa alasan lain
hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan seperti tidak tersedianya sumber air bersih, sirkulasi
struktur bangunan yang sulit, baik dalam pencapaian maupun dalam
h. Mempertimbangkan bentuk atau proporsi ruang hubungan antar massa, juga menyebabkan suasana
berdasarkan aturan harmonikal bermukim yang tidak nyaman.
i. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan Pada umumnya, masyarakat yang tinggal di
tidak menimbulkan masalah lingkungan dan kawasan permukiman kumuh ini memiliki kondisi
membutuhkan energi sedikit mungkin (menguta- lingkungan dengan sanitasi yang sangat buruk,
makan energi terbarukan) mereka tidak mempunyai kamar mandi yang meme-
j. Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga nuhi persyaratan, baik dari segi standar perancangan
dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni kamar mandi maupun dari segi kesehatan. Sebagian
(termasuk anak-anak, orang tua, maupun orang besar kamar mandi yang terletak di lokasi peruma-
cacat tubuh) han mereka tidak dapat digunakan untuk kegiatan
Sementara itu, Spahic Omer dalam tulisannya buang air besar, kamar mandi tersebut hanya ber-
menyebutkan adanya referensi al-Qur’an untuk fungsi untuk mandi dan cuci saja.
sebuah rumah14, yaitu sebagai berikut: Lebih jauh lagi, hampir semua kondisi rumah
a. The house as a shelter and private sanctuary yang ada termasuk kategori rumah yang tidak layak
(rumah sebagai tempat perlindungan dan tempat huni. Luas satu unit bangunan rata-rata berkisar 15
suci). m2, dengan komposisi bangunan sebagai berikut:
b. Peaceful and constructive coexistence with the a. Dinding terbuat dari seng, papan, triplek, dan
environment (the houses of bees, ants and the sebagian dari tembok (Gambar 3).
spider) (rumah untuk kedamaian dan kesatuan b. Lantai terbuat dari plesteran semen dan di-
dengan lingkungan). finishing dengan karpet plastik (Gambar 4).
c. The house and the subject of privacy (rumah dan c. Atap menggunakan atap genteng dan seng.
subjek pribadi).
d. The house and harboring superstitions (rumah
dan kepercayaan akan takhayul)
e. The house as a place of delight (rumah sebagai
tempat yang menyenangkan)
f. The house and people’s spiritual failings (rumah
dan hancurnya kepercayaan spiritual masyarakat)
g. The house as a microcosm of culture and
civilization (rumah sebagai mikrokosmos
kebudayaan dan peradaban).
Selanjutnya, beberapa aspek di atas dapat Gambar 3. Kondisi dinding permukiman kumuh
menjadi sebuah tolak ukur untuk menetukan apakah
rumah tersebut merupakan rumah sehat atau kumuh.
Standar ini nantinya dapat pula dijadikan sebuah
acuan untuk mengembangkan kawasan perumahan
dan permukiman yang baik.

Penyandingan Kondisi Permukiman Kumuh


dengan Aspek Permukiman Islami
Menanggapi kasus permukiman kumuh secara
garis besar dapat dianalisis bahwa permukiman ku- Gambar 4. Kondisi lantai permukiman kumuh

148 | Journal of Islamic Architecture Volume 1 Issue 3 June 2011


jangka waktu yang panjang dapat menjadi suatu
kebudayaan dan peradaban. Dengan jumlah
penduduk 200.000 juta lebih jiwa dan banyaknya
titik-titik kepadatan di wilayah Indonesia, dapat
diperkirakan akan semakin banyaknya permukiman
kumuh. Lebih jauh, apabila kuantitas permukiman
kumuh di Indonesia semakin meningkat dan tidak ada
upaya yang berarti dalam menyelesaikan, maka
bukan tidak mungkin Indonesia akan memiliki citra
yang buruk dari sudut pandang kemampuan untuk
Gambar 5. Kondisi atap permukiman kumuh menyejahterakan rakyatnya.

Dari gambar-gambar di atas (Gambar 3, 4, dan


5), dapat dilihat kondisi yang terdapat di permu- Penutup
kiman jika ditinjau dari faktor-faktor yang dapat Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah
menentukan tingkat kekumuhan suatu permukiman. dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut
Selanjutnya, kondisi permukiman kumuh terse- sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana
but lalu dianalisis menggunakan teori Spahic Omer yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku,
mengenai rumah dalam referensi al-Qur’an. Hasil baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan,
analisis yang didapat adalah sebagai berikut: persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana air
a. Rumah harus mampu menjadi tempat berlindung bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan
(bernaung) dan tempat suci. Menunjuk pada prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan
kondisi permukiman kumuh yang memiliki dinding fasilitas sosial lainnya.
dan atap yang berlubang, terbuka, menunjukkan Permukiman kumuh merupakan masalah yang
keadaan rumah yang kurang mampu memberikan dihadapi oleh hampir semua kota-kota besar di
naungan, penggabungan zona servis, publik, dan Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkem-
privat, misalnya rumah dengan tempat BAB bang lainnya. Telaah tentang permukiman kumuh
(Buang Air Besar) yang sangat berdekatan juga (slum area) pada umumnya mencakup tiga segi,
mengisyaratkan tidak adanya hierarki kesucian. pertama kondisi fisiknya, kedua kondisi sosial
b. Rumah harus terdapat kedamaian dan kesatuan ekonomi budaya komuniti yang bermukim di
dengan lingkungan. Keadaan yang sangat penuh permukiman tersebut, dan ketiga dampak oleh
sesak dan bising (crowded), kurang mampu kedua kondisi tersebut. Kondisi fisik tersebut antara
menciptakan suasana kedamaian yang memberi- lain tampak dari kondisi bangunan yang sangat rapat
kan ketenangan untuk penghuninya. Kesatuan dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan
dengan alam tidak dapat diwujudkan pada tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi
permukiman kumuh. Hal tersebut diketahui dari umum, dan drainase tidak berfungsi, serta sampah
hampir tidak adanya ruang terbuka hijau, area belum dikelola dengan baik.
resapan, dan pemberdayaan alam di kawasan Keadaan permukiman kumuh masih belum
tersebut. Ruang-ruang terbuka pada umumnya mampu menggambarkan permukiman yang memiliki
digunakan untuk menjemur pakaian yang selain kandungan nilai-nilai Islami. Dari uraian yang ada
mengurangi efektivitas pergerakan, penghawaan, diketahui, bahwa hampir keseluruhan aspek dalam
juga menyebabkan minus visual comfort. rumah kumuh mengalami kegagalan (failure) baik
c. Rumah dan subjek pribadi. Pada dasarnya sebuah dalam struktur dan fungsinya sebagai rumah. Hiruk
kenyamanan tidak dapat diukur secara pasti, pikuk penataan perumahan dalam permukiman
karena kenyamanan memiliki tolak ukur yang kumuh menjadikan kawasan ini menjadi kawasan
relatif, bergantung pada masing-masing individu. permukiman yang sangat buruk.
Namun apabila dianalisis, rasa nyaman akan
diperoleh apabila keadaan sekeliling mampu
memberikan suasana tenang, aman, terlindungi, Daftar Referensi
ternanungi, sehat dan segar. Mengamati kondisi
1 Spahic Omer. The Holy Qur’an and Housing.
permukiman kumuh yang kurang bahkan tidak Malaysia: International Islamic University
mampu memberikan pernaungan, perlindungan, Malaysia
keadaan sehat, tenang dan aman, dapat 2 Departemen Agama RI. 2005. Al-Jumaanatul
diasumsikan bahwa masyarakat permukiman ‘Ali Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surah an-
kumuh merasa tidak nyaman. Nahl 16:80. Bandung: CV. Penerbit J-Art.
Fenomena permukiman kumuh dengan segala 3 Departemen Agama RI. 2005. Al-Jumaanatul
permasalahan, ketimpangan dan keadaan mempriha- ‘Ali Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surah al-
tinkan lainnya secara tidak langsung dan dalam A’raaf 7:74. Bandung: CV. Penerbit J-Art.

Journal of Islamic Architecture Volume 1 Issue 3 June 2011 | 149


4 Tjuk Kuswartojo. 2005. Perumahan dan 10 Sri Kurniasih. 2007. Usaha Perbaikan
Permukiman di Indonesia: Upaya membuat Permukiman Kumuh di Petukangan Utara –
perkembangan kehidupan yang berkelanjutan. Jakarta Selatan. Jakarta: Teknik Arsitektur
Bandung: Penerbit ITB. Universitas Budi Luhur.
5 Muhtadi Muhd. 1987. Gejala Permukiman 11 Parsudi Suparlan dalam Tjuk Kuswartojo. 2005.
Kumuh Jakarta: Selayang Pandang. Jakarta: Perumahan dan Permukiman di Indonesia:
Departemen Pekerjaan Umum. Upaya membuat perkembangan kehidupan
6 Muhtadi Muhd. 1987. Gejala Permukiman yang berkelanjutan. Bandung: Penerbit ITB.
Kumuh Jakarta: Selayang Pandang. Jakarta: 12 Sri Kurniasih. 2007. Usaha Perbaikan
Departemen Pekerjaan Umum. Permukiman Kumuh di Petukangan Utara –
7 Sri Kurniasih. 2007. Usaha Perbaikan Jakarta Selatan. Jakarta: Teknik Arsitektur
Permukiman Kumuh di Petukangan Utara – Universitas Budi Luhur.
Jakarta Selatan. Jakarta: Teknik Arsitektur 13 Sri Kurniasih. 2007. Usaha Perbaikan
Universitas Budi Luhur. Permukiman Kumuh di Petukangan Utara –
8 Komarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Jakarta Selatan. Jakarta: Teknik Arsitektur
Perumahan dan Permukiman. Yayasan REI: PT. Universitas Budi Luhur.
Rakasindo 14 Spahic Omer. The Holy Qur’an and Housing.
9 Herbert J. Gans dalam Tjuk Kuswartojo. 2005. Malaysia: International Islamic University
Perumahan dan Permukiman di Indonesia: Malaysia
Upaya membuat perkembangan kehidupan yang
berkelanjutan. Bandung: Penerbit ITB.

150 | Journal of Islamic Architecture Volume 1 Issue 3 June 2011

Anda mungkin juga menyukai