PEMBAHASAN
2
Erman Saragih, Analisis Dan MaknaTeologi Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Konteks Pluralisme Agama Di
Indonesia, Jurnal Teologi Cultivation, Vol.2, 2017, hlm, 3.
3
Stephen Renaldi dan Rusliansyah Anwar “Tantangan Mengaktualisasikan...” diakses pada 13 Oktober 2021 pukul
21.00)
Indonesia ini, sehingga dapat mempengaruhi sila-sila Pancasila, terutama rasisme agama
yang mempengaruhi sila pertama. Beberapa solusi yang bisa ditawarkan4 :
Menanamkan sikap saling menghormati antara pemeluk agama yang berbeda.
Membangun kerukunan antar pemeluk agama baik yang seagama maupun
bukan.
Menanamkan toleransi beragama dalam menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
Tidak boleh memaksakan suatu agama atau kepercayaan tertentu terhadap
orang lain.
Menghilangkan sikap diskriminasi di dalam kehidupan bermasyarakat.
Menghayati dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
utamanya sila “Ketuhanan yang Maha Esa”.
d) Pengamalan Butir-Butiri Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Indonesia adalah Negara yang majemuk dalam berbagai hal dan salah satunya
adalah agama.5Setiap warga berhak untuk memilih agama yang dipercayainya,
dengan beragama seseorang meyakini bahwa ia percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Setiap umat yang bertakwa kepada Tuhan berarti harus menjalankan dan
menjauhi segala larangan-Nya. Tuhan telah menciptakan manusia yang segambar
dan serupa dengan-Nya. Selain itu, Tuhan juga menciptakan manusia dengan akal
budi serta pikiran dan tujuan Tuhan menciptakan manusia yaitu untuk penuhi bumi
dan taklukan itu semua.
Hal itu berarti kita sebagai umat manusia untuk mengembangkan hidup dan
menjaga seluruh makhluk hidup, serta alam yang di anugerahkan kepada kita. Agar
kita bisa menggunakannya untuk kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
datang.6
4
Ibid.
5
Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol 2, No. 1, Juli 2018
6
Debora Agustina, “Makna Beriman Pada Tuhan” (https://binus.ac.id/character-building/2020/04/makna-
beriman-pada-tuhan/ diakses pada 23 September 2021 pukul 22.05)
Cara mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu mempelajari
setiap rencana yang Tuhan yang diberikan. Artinya setiap proses perjalanan
kehidupan kita tidak selalu berjalan dengan lurus, pasti akan ada masalah yang
datang.7 Dengan menanggap setiap masalah atau pencobaan di dalam hidup memiliki
arti bahwa Tuhan sedang menguji kita.
Jangan sampai kita tidak pernah takut dan khawatir dalam menghadapi itu
semua, karena kita harus percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan tantangan
atau pencobaan yang melebihi batas kemampuan umat-Nya sesuai yang dijelaskan
pada QS Al-Baqarah ayat 286 :
7
Ibid
8
Weinata Sairin “Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-Butir Pemikiran (2002),
Karena setiap orang berhak memilih agama yang dianutnya maka dengan pilihan
tersebut juga harus bertanggung jawab penuh dengan tetap mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Dasar dari adil itu sendiri terdapat 3
hubungan, diantaranya adil dengan diri sendiri, adil dengan manusia lain, adil dengan
Tuhan Yang Maha Esa, dan adil dengan lingkungan sekitar, maka pentinglah keadilan
dalam menjalani kehidupan.9
9
Ibid
10
Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol. 2, No. 1,Juli 2018
11
Ibid
kegiatan yang dilakukan yang merugikan agama lain. Maka jelas akan menjadi
sumber konflik yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.12
12
Ibid
13
Muhammad Rifa’I Subhi, Jurnal Madaniyah Edisi VIII, Januari 2015
14
WJS. Poerwadarmita,Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta,balai Pustaka, 1980)h.106
15
Drs. Jirhanuddin M.AG, Perbandingan Agama,(Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2010)h.190
kerukunan hidup antar umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan unsur-
unsur tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak nilai
agama itu sendiri.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi
antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus
bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu
masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal
beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.16
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu bentuk hubungan yang harmonis dalam
dinamika pergaulan hidup bermasyarakat yang saling menguatkan yang di ikat oleh
sikap pengendalian hidup dalam wujud:
a. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya.
b. Saling hormat menghormati dan berkerjasama intern pemeluk agama, antar
berbagai golongan agama dan umatumat beragama dengan pemerintah yang
sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan Negara.
c. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada orang
lain.
d. Memetuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan Negara
atau Pemerintah.
Adapun tujuan kerukunan hidup beragama itu diantaranya ialah:
a. Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagamaan masing-masing
pemeluk agama. Masing- masing penganut agama adanya kenyataan agama lain,
akan semakin mendorong untuk menghayati dan sekaligus memperdalam ajara-
ajaran agamanya serta semakin berusaha untuk mengamalkannya.
b. Untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap. Dengan terwujudnya
kerukunan hidup beragama, maka secara praktis ketegangan-ketegangan yang
ditimbulkan akibat perbedaan paham yang berpangkal pada keyakinan keagamaan
dapat dihindari. Dapat dibayangkan kalau pertikainan dan perbedaan paham
terjadi di antara pemeluk agama yang beraneka ragam ini, maka ketertiban dan
16
Wahyuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinngi,(Jakarta PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia,2009)h. 32
keamanan nasional akan terganggu. Tapi sebaliknya kalau antar pemeluk agama
sudah rukun, maka hal yang demikian akan dapat mewujudkan stabilitas nasional
yang semakin mantap.
c. Menunjang dan mensukseskan pembangunan. Dari tahun ke tahun pemerintah
senantiasa berusaha untuk melaksanakan dan mensukseskan pembangunan dari
segala bidang. Usaha pembangunan akan sukses apabila didukung dan ditopang
oleh segenap lapisan masyarakat. Sedangkan apabila umat beragama selalu
bertikai, saling curiga-mencurigai tentu tidak dapat mengarahkan kegiatan untuk
mendukung serta membantu pembangunan. Bahkan dapat berakibat sebaliknya,
yakni bisa menghambat usaha pembangunan itu sendiri.
d. Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan. Rasa kebersamaan dan
kebangsaan akan terpelihara dan terbina dengan baik, bila kepentingan pribadi
atau golongan dapat dikurangi. Sedangkan dalam kehidupan beragama sudah jelas
kepentingan kehidupan agamanya sendiri yang menjadi titik pandang kegiantan.
5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Salah satu hak kita sebagai warga negara mendapat kebebasan menjalankan
ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Kita harus bisa menerima
keputusan atau pilihan seseorang akan agama dan kepercayaannya. Yang kita harus
lakukan hanya saling menghormati agar tidak timbul perpecahan dan kekacauan.
Pasal 29 ayat (2) tersebut menunjukkan bahwa negara menjamin salah satu hak
manusia yang paling asasi, yaitu kebebasan beragama. Kebebasan beragama bukanlah
pemberian negara atau golongan tetapi bersumber pada martabat manusia sebagai
ciptaan Tuhan.17
Negara Indonesia adalah negara yang berpenduduk majemuk dari segi suku bangsa,
budaya, dan agama. Penduduk Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang
tersebar di berbagai wilayah. Penduduk ini menganut agama dan kepercayaan yang
17
Maria Farida Indrati, S, Prospek Hukum Dan Peta Legislasi Untuk Perjuangan Kebebasan Berkeyakinan Di
Indonesia, Newsletter Interfidei No. 5/II Desember 2007
berbeda-beda. Bagian terbesar dari penduduk menganut agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu dan juga beberapa aliran lainnya. 18
Karena itu, diperlukan kearifan dan kedewasaan di kalangan umat beragaman untuk
memelihara keseimbangan antara kepentingan kelompok dan kepentingan nasional.
Dari sisi Pemerintah, diperlukan kebijaksanaan dan strategi untuk menciptakan dan
memelihara suasana kebebasan beragama dan kerukunan umat beragama guna
mewujudkan masyarakat Indonesia yang aman, damai, sejahtera dan bersatu. 19Contoh
sikap / perbuatan yang bisa kita lakukan antara lain :
a. Tidak meremehkan agama lain.
b. tidak membeda-bedakan agama.
c. memberi kesempatan untuk agama lain jika akan merayakan hari kebesarannya.
6. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang
memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi
kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan
agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam
kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.20Sila Ketuhanan
Yang Maha esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.
Dengan sila ini bangsa indonesia menyatakan bahwa kepercayaan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya masyarakat indonesia percaya
dan bertakwa kepada Tuhan Maha Esa sesuai dengan agama dan kerpcayaan yang
dianut oleh seluruh masyarakat. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha esa terkandung
nilai bahwa negara yang didirikan merupakan pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha esa.21 Nilai ini dikatakan nilai pancasila yang
tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan
18
Atho Mudzhar, Intervensi Pemerintah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, (www.google.com)
19
Ibid
20
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 14
21
(Asep Sulaiman 2015:45)
diturunkan dari nilai sila pertama ini, suatu berbuatan tidak dapat dikatan baik jika
nilai atau tindakan bertentangan dengan nilai dan kaidah hukum Tuhan.22
Namun, menurut Bung Karno dalam pidatonya didepan siding BPUPKI 1 Juni
1945 mengatakan bahwa “prinsip ketuhanan” Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan,
tetapi setiap masing-masing orang Indonesia wajib ber Tuhan menurut keyakinannya
masingmasing, artinya yang kristen bertuhan menurut petunjuk Isa AL Masih, Islam
menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW, orang Budha menjalankan ibadah menurut
kitab-kitab yang ada padanya. “Tetapi marilah kita semua bertuhan” Pancasila.23 Dari
itu pemimpin selain regius (bertuhan) namun juga harus mempunyai jiwa nasionalis,
artinya pemimpin harus bersifat profesional dalam bertindak dan mengambil sebuah
kebijakan, sebagai pemimpin yang mempunyai masyarakat yang beraneka ragam
keyakinan.
7. Tidak memaksakan suatu Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha
Esa kepada orang lain.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman, masyarakatnya
merupakan masyarakat yang multicultural dan memiliki kepercayaan yang beragam,
maka dari itu Indonesia memberikan hak kepada setiap warganya untuk memilih
kepercayaan yang benar dan diyakininya. Hal ini bahkan sudah termaktub pada Pasal
28E ayat (2) yang berbunyi “Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya” 24. Begitupun juga pada
Pasal 29 Ayat (2) yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk Agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut Agamanya
dan kepercayaannya itu”25.
Jika kita mengamati 2 Pasal diatas dan menghubungkannya dengan pengamalan
Pancasila pada Butir ketujuh , maka didapatkan bahwasanya meskipun pada Sila
pertama berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” namun dalam pengamalannya setiap
warga negara bebas memilih Agama dan Kepercayaannya, mengingat bahwasanya
Agama serta Kepercayaan kepada Tuhan yang maha Esa merupakan masalah pribadi
22
(Rahman, Surip, & Syarbaini, 2015, hal. 180).
23
(Taniredja & Haryono, 2014, hal. 8)
24
UUD 1945 Pasal 28E ayat (2) tentang kebebasan beribadah
25
UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) tentang hak beragama
antara manusia dengan Tuhannya, sehingga kita harus mengembangkan sebuah sikap
saling menghormati kebebasan dan kepercayaan dalam menganut Agama tanpa
memaksakannya kepada orang lain, Sehingga ini menjadi selaras juga jika di
bandingkan dengan penggalan ayat suci Al-Qur’an Surat ke 2 ayat 256 yaitu “Tidak
ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan)
antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat”.
29
Heru Santoso, “ANCAMAN TERHADAP DASAR NEGARA “PANCASILA” BAGI RAKYAT INDONESIA DALAM
BERBANGSA DAN BERNEGARA” file:///C:/Users/user/Downloads/20997-52275-1-SM.pdf hal.5
30
Ibid.
31
Ibid hal.6
pada hidup dan kehidupan. Kesadaran akan pengelolaan bersama ruang hidup membuat
keberadaban dan keadilan sebagai nilai – nilai yang menyatu dalam diri warga, membuat
persoalan mayoritas – minoritas tidak lagi relevan. Demokrasi tidak menukik pada
substansinya. Pemahaman akan sejarah kesatuan sosial – ekologis membuat pendidikan
kebangsaan kembali pada sisi pembukakaan konstitusi, suatu pilihan kebangsaan tak
bersekat nasionalisme yang bermakna luas. Barangkali dengan gagasan ini, sila kedua
Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab, menemukan maknanya.32
d). Pengamalan Butir-Butiri Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabat
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Bersumber pada filosofi antropologis, bahwa hakekat manusia adalah susunan
kodrat rohani dan raga, sifat kodrat makhluk individu dan makhluk sosial yang
kedudukan kodrat makhluk individu berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa.33 Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial ini sendiri berarti membutuhkan
bantuan dari orang lain dan tidak bisa berdiri sendiri, dengan begitu manusia harus
mempunyai kesadaran moral ketika menjalin hubungan dengan manusia lain. Kesadaran
sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi pekerti manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan baik terhadap diri sendiri,
terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya, adalah perwujudan dari
pengamalan nilai-nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya bermoral dan
beragama.34
Adapun wujud nyata dari pengamalan sila dua butir pertama ini adalah mengakui
dan memperlakukan semua manusia sama sesuai dengan harkat dan martabat yang
dimilikinya. Dasarnya Negara Indonesia sendiri sudah menjamin harkat dan martabat
setiap warganya diatas segala-galanya, dengan begitu warga Indonesia seharusnya bisa
memperlakukan satu sama lain dengan baik. Tidak memandang rendah orang lain,
menghargai di setiap perbedaan yang ada, bersikap baik kepada siapapun tidak
32
Ibid.
33
(Asep Sulaiman 2015:45)
34
Dwi Yanto,Pengamalan nilai-nilai pancasila sebagai pandangan hidup dalam kehidupan sehari-hari,2016,hal:40-
41
memandang ras,suku,agama,ataupun warna kulit itu merupakan contoh-contoh penerapan
di dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia
tanpa membedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, kedudukan sosial, jenis
kelamin, warna kulit dan sebagainya.
Semua warga Negara Indonesia sama kedudukannya, hak dan kewajibannya.
Setiap individu mendapat pengakuan dan perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini
termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27
sampai pasal 34.35 berikut ini dijelaskan secara rinci tentang persamaan kedudukan warga
negara, dalam berbagai bidang kehidupan sekaligus contohnya
a. Persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”36 Pasal ini juga memperjelas adanya
persamaan kedudukan setiap manusia dalam lingkungan hukum dan pemerintahan di
Indonesia. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu semua warga Indonesia
akan mendapatkan hukum yang setimpal sesuai undang-undang saat melakukan
pelanggaran aturan yang sudah ditetapkan tanpa melihat dari sisi latar belakang
ataupun yang lainnya.
Setiap warga Indonesia berhak memilih dan di pilih dalah suatu pemilihan umum
yang menyangkut pemerintahan Indonesia. Setiap orang dianggap tidak bersalah
sebelum adanya putusan hakim yang tetap (asas praduga tidak bersalah), selain itu
setiap orang yang menjadi terdakwa berhak mendapatkan bantuan hukum. Persamaan
kedudukan warga negara dalam bidang hukum sangat penting untuk dipenuhi karena
hal tersebut menjadi prasyarat tegaknya demokrasi karena salah satu ciri dari negara
demokrasi adalah adanya persamaan hukum.
Semua orang mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum berarti sama
dengan semua orang mempunyai kedudukan yang sama di dalam Lembaga
pemasyarakatan. Semua orang adalah subyek hukum. Tidak peduli kaya atau miskin,
35
Agre,elle,umar,dkk “Kedudukan Warga Negara dan penduduk Indonesia dalam konteks kenegaraan”, hal.6
Makalah
36
Ibid
anak presiden atau anak pengemis, bahkan tidak peduli sebelumnya berstatus pejabat
atau pengangguran. Semuanya sama. Yang berpangkat harus menanggalkan
kepangkatannya, yang anak presiden harus meninggalkan semua fasilitas dan
kemewahan yang pernah dimilikinya, yang kaya harus meninggalkan kekayaan dan
gaya hidupnya.
37
Agre,elle,umar,dkk “Kedudukan Warga Negara dan penduduk Indonesia dalam konteks kenegaraan”, hal.6
Makalah
38
Ibid
berhak menyampaikan pendapatnya baik secara lisan mauupun tulisan, nah dengan
adanya hak politik ini maka ini merupakan sebuah cara dan jalur dimana masyarakat
dapat menyampaikan segala aspirasinya dan ikut terjun juga dalam kepemerintahan. 39
Hak politik warga negara terutama dalam hal menggunakan hak pilihnya pada setiap
pemilihan merupakan hak mutlak yang dimiliki yang disalurkan melalui pemilihan
sekali lima tahun. Menurut Jimly Asshiddiqie, pemilihan umum merupakan salah satu
sarana penyaluran hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. 40 Oleh karena itu
dalam rangka pelaksanaan hak asasi warga negara adalah keharusan bagi pemerintah
untuk menjamin terlaksananya penyelenggaraan pemilihan umum sesuai dengan
jadwal ketatanegaran yang telah ditentukan.
d. Persamaan dalam HAM
Dalam Bab X A tentang hak asasi manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara
memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan
HAM.41 Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A
sampai dengan pasal 28 J. Sebenarnya pada persamaan hak asasi manusia ini sudah
mencakup semua aspek yang sudah di sebutkan sebelumnya maupun setelah point ini,
yaitu terdapat banyak hal persamaan manusia baik hak maupun kewajibannya yang
harus dijaga dan diakui agar tercipta rasa saling menghargai antar warganya. Jika
berbicara tentang penerapan persamaan ham ini sendiri sudah banyak dan tidak
terhitung, sama halnya dengan saat berbicara tentang pelanggaran persamaan ham ini
sendiri terkadang menjadi pengingat untuk kita agar tidak melakukan hal yang sama.
Seringkali dalam peristiwa kekerasan horisontal, aparat keamanan seolah-olah
tidak berdaya melindungi kelompok-kelompok yang menjadi sasaran kekerasan
tersebut. Kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, seperti, kasus pembunuhan,
penculikan, penahanan sewenang-wenang terhadap ratusan ribu orang yang disangka
mempunyai kaitan dengan PKI, dan beberapa kasus lainnya, sampai hari ini belum
memperoleh penanganan yang adil.
e. Persamaan dalam agama
39
Adrianus Bawamenewi, 2019 “IMPLEMENTASI HAK POLITIK WARGA NEGARA” hal.50, Jurnal
40
Ibid hal,51 (menurut Jimly Asshiddiqie)
41
Agre,elle,umar,dkk “Kedudukan Warga Negara dan penduduk Indonesia dalam konteks kenegaraan”, hal.6
Makalah
Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia ada pada
konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945
(“UUD 1945”)“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya,
serta berhak kembali.”42
Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD
1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia.
Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama. Tentunya mengenal hak
dalam beragama ini sudah dijelaskan sejak awal bahwa semua manusia berhak untuk
menganut agama kepercayaan yang diyakini.
Implementasinya sendiri sudah sering terjadi dalam lingkup kehidupan sehari-hari
seperti bertetangga, berteman di kuliah, sekolah atau dimanapun pasti terdapat
perbedaan agama jika memang ruang lingkupnya bersifat universal atau umum,
seperti saling menghargai ketika orang lain sedang menjalankan ajaran agamanya,
tidak berkomentar yang buruk-buruk tentang ibadah, prinsip atau apapun yang
menyangkut dengan agamanya.
f. Persamaan dalam upaya pembelaan Negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”43 Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945
memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara
jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.
Dalam upaya bela Negara ini sebenarnya bukan sebagai hak saja tapi wajib untuk
dilakukan bagi setiap warga Indonesia contoh kita sebagai mahasiswa Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dalam pelaksanaannya Bela negara tidak
42
Shanti Rachmadsyah, 2010 “HAM dan Kebebasan Beragama di Indonesia”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6556/ham-dan-kebebasan-beragama-di-indonesia
43
Agre,elle,umar,dkk “Kedudukan Warga Negara dan penduduk Indonesia dalam konteks kenegaraan”
hal.7Makalah
harus dalam wujud perang tetapi sebagai mahasiswa kita bisa melakukan bela
negara dengan cara lain seperti belajar dengan rajin,tidak menyebarkan berita Hoax
dan ujaran kebencian,hidup bertoleransi,melestarikan budaya,memakai produk
Indonesia,berprestasi mengharumkan nama bangsa dan lain sebagainya.
46
Nandy, 2021 “Pengertian etika, macam-macam etika dan manfaat etika” https://www.gramedia.com/best-
seller/pengertian-etika/,
47
(Sri Rahayu:2008)
menghargai dan menghormati diantara sesama manusia. 48 Nah tenggang rasa dengan tepa
selira ini adalah 2 istilah yang saling berkaitan satu sama lain.
Tenggang rasa adalah hasil dari sikap tepa selira, dimana tepa selira ini adalah
sikap menjaga perasaan orang lain saat berbicara, agar tidak menimbulkan
ketersinggungan. Dengan bertutur kata yang baik seseorang akan mudah menerima
pendapat kita atau apapun yang akan kita bicarakan, karena seperti yang kita tahu bahwa
Negara Indonesia adalah Negara yang demokratis49 dimana beropini adalah suatu budaya
dalam bernegara, nah dalam beropini ini hendaknya mengamalkan sikap yang sesuai
dengan podeman dasar Negara Indonesia dalam menjalankan kehidupan yaitu Pancasila,
sehingga nantinya akan terwujud rasa persatuan dan kesatuan sesama warga Indonesia
seperti pancasila di sila selanjutnya.
5. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
Ini adalah dasar rasa yang harus dimiliki setiap warga Indonesia. Jika seseorang
sudah memiliki rasa cinta tanah air maka dia akan mencintai warganya, bila cinta itu
sudah tertanam maka sikap-sikap yang seharusnya dilakukan pasti diterapkan secara
sadar maupun tidak sadar. Jika kita menerapkan sikap saling mencintai satu sama lain,
maka hubungan antar warga Indonesia akan terus membaik dan itu baik untuk ketahanan
Negara.
Sikap rela berkorban untuk Negara akan sendirinya muncul, karena rasa cintanya
yang mendalam, dan pasti akan muncul sikap-sikap baik lainnya antar sesama manusia
seperti, membantu tetangganya atau temannya yang sedang sakit covid-19 dengan
memberi makanan,uang, saran pengobatan atau apapun yang bermanfaat, inisiatif
membantu jika ada orang lain yang sekiranya membutuhkan bantuan, dan sikap-sikap
lain yang akan muncul dalam diri setiap manusia yang terdapat rasa cinta.
6. Berani Membela Kebenaran dan Keadilan
Pengamalan yang satu ini adalah salah satu pengamalan yang wajib kita lakukan
sebab jika pengamalan dari butir yang satu ini dapat diimplementasikan dengan baik,
maka pastilah ada hasil yang begitu signifikan yang akan di peroleh, tentunya hasil yang
48
Alfi Yuda, 2021 “Contoh-Contoh Sikap Tenggang Rasa dalam Kehidupan Bermasyarakat Sehari-hari” diakses
tanggal 7 oktober
49
sistem pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat, dimana setiap orang dapat mengambil bagian
perihal keputusan yang akan mempengaruhi kehidupannya dalam bernegara.
positif. Untuk mengamalkannya kita dituntut harus berani menyampaikan kebenaran
sesuai dengan apa yang terjadi, kita tidak boleh menutup nutupi suatu kebenaran.
Sebenarnya membela kebenaran dan keadilan bukan hanya untuk mengungkap perbuatan
jahat saja, melainkan untuk setiap warga negara yang tinggal didalamnya, hak manusia,
persamaan derajat”. 50Walaupun terdengar sepele, faktanya butir yang satu ini sangat sulit
diamalkan secara benar. Hal ini dapat dicontohkan pada segi Hukum, walaupun kita
tinggal di Negara Indonesia yang notabenenya adalah Negara Hukum, namun hukum di
Indonesia sendiri masih tidak berjalan semestinya sehingga butir yang satu ini sukar
diamalkan.
Di zaman sekarang ini menyampaikan kebenaran dan keadilan, adalah suatu hal
yang sukar dilakukan, dikarenakan adanya oknum-oknum yang membuat kebenaran dan
keadilan tidak dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga dampaknya adalah banyak
orang yang tidak bersalah namun mereka di hukum, banyak orang-orang yang tidak
mendapatkan keadilan sebab keadilannya telah dirampas, dan mirisnya mereka yang
tidak mendapatkan keadilan adalah orang-orang bawahan. Keberanian dalam
menyampaikan kebenaran dan keadilan sangat dibutuhkan, karena 2 hal ini akan sangat
lemah dihadapan harta dan jabatan, jadi mustahil kita dapat mengamalkannya jika kita
tidak memiliki sifat Berani dan sadar akan hak yang semestinya didapat.
7. Gemar Melakukan Kegiatan Kemanusiaan
Butir-butir sila kedua , gemar melakukan kegiatan kemanusian. Gemar adalah suatu
hal yang kita sukai, yang ketika kita lakukan akann menimbulkan rasa senang, contohnya
seperti gemar membaca yang artinya kita suka membaca dan timbul rasa senang dari
membaca. Namun ada kegemaran yang harus kita lakukan sebagai bentuk pengamalan
nilai-nilai pnacasila, yaitu gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan adalah sebuah bentuk kesadaran yang bisa
menjadikan manusia sebagai satu kesatuan, berkelompok, dan berorganisasi, serta
interaksi dengan manusia lainnya51. Untuk mewujudkan nilai Pancasila ini maka
hendaknya kita mau bersama dengan siapapun dan mau melakukan suatu kebaikan tanpa
50
Hadi Rianto, 2016. Implementasi Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Di Lingkungan Sekolah, (Sosial
Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial), vol.3,hal.87.
51
Leni Yulia dan Dinie Anggraeni Dewi. 2021. Pengamalan Butir Pancasila: Perwujudan Implementasi Pancasila
Sebagai Etika Dalam Hidup Bermasyarakat, Jurnal Kewarganegaraan, Vol.3,205.
memandang kelas dan tahta, sebagai contoh kecil adalah melakukan bakti lingkungan,
musyawarah mufakat, dan melakukan donor darah.
10. Bangsa Indonesia Merasa Dirinya sebagai Bagian dari Seluruh Umat Manusia
Seperti yang kita ketahui, Manusia adalah makhluk sosial yang butuh akan
bantuan orang lain, karena manusia mustahil dan tak akan mampu bila hidup sendiri. Jika
kita berpisah-pisah maka kita akan lemah dan rapuh, namun jika kita bersatu dan
Bersama maka kita akan kuat dan kokoh. Sudah seharusnya Manusia saling bahu
membahu, saling tolong menolong, dan bersaing dengan negara lain secara sportif demi
meraih kemakmuran rakyat52.
Janganlah kita memusuhi terhadap bangsa sendiri karena bisa menimbulkan
perpecahan, sebaliknya tumbuhkan sikap ramah agar bisa menciptakan kerjasama antar
golongan dan dapat disalurkan ke negara lain. Karena logisnya, bagaimana kita welcome
terhadap bangsa lain jika kita saja belum bisa menyelesaikan konflik yang terjadi dengan
orang sendiri. Marilah kita saling menghormati dan menjalin hubungan baik dengan
bangsa lain, karena sekuat dan sebesar apapun pemerintahan namun jika kita tidak
bersatu, pemerintah seakan bekerja sendiri.
52
Hadi Rianto, 2016. Implementasi Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Di Lingkungan Sekolah, (Sosial
Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial), vol.3,88.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Asep Sulaiman, 2015. “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”CV Arfino Raya:
Bandung.
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008).
Drs. Jirhanuddin M.AG,”Perbandingan Agama”,(Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2010).
Wahyuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinngi,(Jakarta: PT. Gramedi
Widiasara Indonesia 2009)
Weinata Sairin “Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-Butir
Pemikiran (2002).
WJS. Poerwadarmita,Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta,balai Pustaka, 1980).
JURNAL :
Adrianus Bawamenewi, 2019 “IMPLEMENTASI HAK POLITIK WARGA NEGARA”.
Agre,elle,umar,dkk “Kedudukan Warga Negara dan penduduk Indonesia dalam konteks
kenegaraan”.
Alfi Yuda, 2021 “Contoh-Contoh Sikap Tenggang Rasa dalam Kehidupan Bermasyarakat
Sehari-hari”.
Dwi Yanto,Pengamalan nilai-nilai pancasila sebagai pandangan hidup dalam kehidupan
sehari-
hari, Kalimantan, Vol. 14, 2016.
Hadi Rianto, 2016. Implementasi Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Di Lingkungan
Sekolah, (Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial), vol.3.
Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol 2, No. 1, Juli 2018.
Leni Yulia dan Dinie Anggraeni Dewi. 2021. Pengamalan Butir Pancasila: Perwujudan
Implementasi Pancasila Sebagai Etika Dalam Hidup Bermasyarakat, Jurnal Kewarganegaraan,
Vol.3.
Maria Farida Indrati, S, Prospek Hukum Dan Peta Legislasi Untuk Perjuangan Kebebasan
Berkeyakinan Di Indonesia, Newsletter Interfidei No. 5/II Desember 2007.
Muhammad Rifa’I Subhi, Jurnal Madaniyah Edisi VIII, Januari 2015.
Umam, Muchammad Helmi dkk. 2021. Pancasila. (Surabaya: Uin Sunan Ampel Press).
ARTIKEL :
Atho Mudzhar, Intervensi Pemerintah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
(www.google.com).
Debora Agustina, “Makna Beriman Pada Tuhan”
https://binus.ac.id/characterbuilding/2020/04/makna-beriman-pada-tuhan diakses pada 23
September 2021 pukul 22.05.
Nandy, 2021 “Pengertian etika, macam-macam etika dan manfaat etika”
https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-etika/.
Shanti Rachmadsyah, 2010 “HAM dan Kebebasan Beragama di Indonesia”.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6556/ham-dan-kebebasan-beragama-di
indonesia.
Lusiana Mustinda, Sila Kedua Pancasila Dilambangkan Dengan Rantai Emas,
https://www.detik.com/sila-kedua-pancasila-dilambngkan-dengan-rantai-emas, Diakses pada 14
Oktober 2021.