Anda di halaman 1dari 27

Nama Kelompok:

 Vionita Sakinah (05010121038)


 Haykal Diaz Maulana (05010121013)
 Atinal Husna (05010121006)

PEMBAHASAN

Pengamalan butir-butir pancasila sila ke 1 dan 2


A. NILAI KETUHANAN YANG MAHA ESA

a) Pengertian Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa


Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang ada dan
semua mahluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zat-
Nya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya. Artinya bahwa zat Tuhan tidak
terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, sifat Tuhan adalah sempurna dan
perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa,
mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam
semesta, beserta isinya.1
Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan
yang Maha Esa, dan Negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk
memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya. Bagi dan di dalam Negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam
hal ketuhanan yang Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti ketuhanan
yang Maha Esa, dan anti keagamaan serta tidak boleh ada paksaan agama dengan kata
lain dinegara Indonesia tidak ada paham yang meniadakan Tuhan yang Maha Esa
(ataisme).
Sebagai sila pertama Pancasila Ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok
kehidupan bangsa Indonesia, karena menjiwai dan mendasari serta membimbing
1
Stephen Renaldi dan Rusliansyah Anwar “Tantangan Mengaktualisasikan Nilai Ketuhanan dalam Masyarakat
Indonesia (https://binus.ac.id/character-building/pancasila/tantangan-mengaktualisasikan-nilai-ketuhanan-dalam-
kehidupan-masyarakat-indonesia/ diakses pada 13 Oktober 2021 pukul 21.00)
perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang
telah membentuk Negara republik Indonesia yang berdaulat penuh, bersifat kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan guna
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b) Tujuan Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Seperti yang kita ketahui bahwasanya sila pertama pada Pancasila berbunyi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila pertama ini memiliki hal mendasar yang perlu
dipahami. Kita perlu memahami bahwa sila pertama dalam pancasila berfungsi sebagai
dasar negara Indonesia. Sila pertama tidak merujuk pada salah satu Agama, sebab Negara
Indonesia menjamin hak hidup bagi semua agama dan umat beragama di Indonesia.
Namun masih ada kelompok masyarakat Indonesia yang kurang memahami istilah ke
Tuhan-nan pada sila pertama Pancasila, sehingga orang-orang cenderung memiliki nilai
agama yang sempit, seperti masih adanya penganut agama yang tidak menghormati
penganut kepercayaan orang lain, hal ini disebabkan sebab mereka masih belum
mengetahui dan memahami mengapa nilai sila pertama pada Pancasila ini dibentuk.
Adapun tujuan serta fungsi nilai ‘Ketuhanan Yang Maha Esa” yaitu :
1) Mengakui bahwasanya dengan adanya sila pertama Pancasila, Bngsa Indonesia
mengaku bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta dan segala
yang ada didalamnya
2) Mengendalikan sikap manusia yang tidak terbatas, yang dicerminkan dengan
sikap individual agar senantiasa taat dalam menjalankan agama sesuai dengan
kepercayaan yang dianut.
3) Mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang antar sesame manusia
Indonesia, antar bangsa, maupun dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya
4) Menciptakan suasana yang baik, memajukan toleransi dan kerukunan agama,
serta menjalankan tugas untuk meningkatkan kesejahteraan umum sebagai
tanggung jawab yang suci
5) Memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa tidak ada paksaan dalam
menganut agama dan kepercayaan
6) Menciptakan sikap jujur, tidak membeda-bedakan, dan menghormati orang lain
dalam beribadah sebagai bentuk menghindari dari Deskriminasi Agama.2
c) Urgensi Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Di Indonesia, Pancasila sejatinya adalah landasan utama setiap kegiatan
pemerintahan maupun masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Namun
dalam kenyataannya, banyak penyimpangan yang terjadi di dalam masyarakat. Berikut
adalah beberapa contoh penyimpangan sila Ketuhanan yang Maha Esa.3
 Gerakan radikal kelompok yang mengatasnamakan agama. Munculnya
kelompok-kelompok yang mengatasnamakan agamanya sendiri untuk
kepentingan kelompok sendiri.
 Perusakan tempat-tempat ibadah. Terjadinya rasis agama sehingga terjadinya
perilaku yang tidak bermoral seperti merusak tempat ibadah agama lain.
 Perilaku diskriminatif terhadap pemeluk agama yang
berbeda. Memperilakukan pemeluk agama lain tidak seperti biasanya,
biasanya dilakukan dengan hal yang bermotif negatif
 Munculnya aliran-aliran sesat. Munculnya teori-teori tentang agama yang
baru berdasarkan agama yang ada sehingga menjadi aliran-aliran agama yang
seharusnya dilarang.
 Fanatisme yang bersifat anarki. Menghubungkan segala sesuatu sampai ke
titik yang negatif dengan keagamaan yang dimilikinya.
 Perilaku yang menyimpang dari ajaran agama. Melakukan perilaku yang
tidak berdasarkan dengan ajaran agamanya.
Melihat banyaknya penyimpangan yang dilakukan di Indonesia, yang melanggar
sila pertama Pancasila, hal inilah yang menjadi salah satu penyebab Indonesia sulit untuk
maju dibanding dengan negara lainnya. Menurut saya, perilaku-perilaku demikian berasal
dari kejadian yang seharusnya sepele, sehingga tidak seharusnya menimbulkan
permasalahan tersebut. Salah satu penyebab yang sangat terlihat ialah rasisme di

2
Erman Saragih, Analisis Dan MaknaTeologi Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Konteks Pluralisme Agama Di
Indonesia, Jurnal Teologi Cultivation, Vol.2, 2017, hlm, 3.
3
Stephen Renaldi dan Rusliansyah Anwar “Tantangan Mengaktualisasikan...” diakses pada 13 Oktober 2021 pukul
21.00)
Indonesia ini, sehingga dapat mempengaruhi sila-sila Pancasila, terutama rasisme agama
yang mempengaruhi sila pertama. Beberapa solusi yang bisa ditawarkan4 :
 Menanamkan sikap saling menghormati antara pemeluk agama yang berbeda.
 Membangun kerukunan antar pemeluk agama baik yang seagama maupun
bukan.
 Menanamkan toleransi beragama dalam menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
 Tidak boleh memaksakan suatu agama atau kepercayaan tertentu terhadap
orang lain.
 Menghilangkan sikap diskriminasi di dalam kehidupan bermasyarakat.
 Menghayati dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
utamanya sila “Ketuhanan yang Maha Esa”.
d) Pengamalan Butir-Butiri Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Indonesia adalah Negara yang majemuk dalam berbagai hal dan salah satunya
adalah agama.5Setiap warga berhak untuk memilih agama yang dipercayainya,
dengan beragama seseorang meyakini bahwa ia percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Setiap umat yang bertakwa kepada Tuhan berarti harus menjalankan dan
menjauhi segala larangan-Nya. Tuhan telah menciptakan manusia yang segambar
dan serupa dengan-Nya. Selain itu, Tuhan juga menciptakan manusia dengan akal
budi serta pikiran dan tujuan Tuhan menciptakan manusia yaitu untuk penuhi bumi
dan taklukan itu semua.
Hal itu berarti kita sebagai umat manusia untuk mengembangkan hidup dan
menjaga seluruh makhluk hidup, serta alam yang di anugerahkan kepada kita. Agar
kita bisa menggunakannya untuk kehidupan yang lebih baik di masa yang akan
datang.6

4
Ibid.
5
Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol 2, No. 1, Juli 2018
6
Debora Agustina, “Makna Beriman Pada Tuhan” (https://binus.ac.id/character-building/2020/04/makna-
beriman-pada-tuhan/ diakses pada 23 September 2021 pukul 22.05)
Cara mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu mempelajari
setiap rencana yang Tuhan yang diberikan. Artinya setiap proses perjalanan
kehidupan kita tidak selalu berjalan dengan lurus, pasti akan ada masalah yang
datang.7 Dengan menanggap setiap masalah atau pencobaan di dalam hidup memiliki
arti bahwa Tuhan sedang menguji kita.
Jangan sampai kita tidak pernah takut dan khawatir dalam menghadapi itu
semua, karena kita harus percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan tantangan
atau pencobaan yang melebihi batas kemampuan umat-Nya sesuai yang dijelaskan
pada QS Al-Baqarah ayat 286 :

ْ َ‫ف اللَّهُ َن ْف ًسا ِإاَّل ُو ْس َع َها ۚ ل ََها َما َك َسب‬


‫ت َو َعلَْي َها َما ا ْكتَ َسبَت‬ ُ ِّ‫اَّل يُ َكل‬

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia


mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya.” Hal ini termasuk iplementasi dari taqwa itu sendiri
dalam agama islam
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa pada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Butir kedua mengandung penjelasan yang konteksnya religious karena
menyangkut masalah antara manusia dengan tuhannya, yang disandarkan atas dasar
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Artinya dalam hal ini, Indonesia mempercayai
akan agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Karena itu hubungan
pribadi dengan Tuhan, maka perlunya mengembangkan sikap saling menghormati,
menghargai serta bertoleransi dalam kebebasan menjalankan ibadah yang dianut
tanpa memaksakan untuk menganut agama lainnya.8
Ketika hal yang demikian dilakukan maka sifat Adil terhadap kemanusiaan akan
muncul dan selaras dengan pengamalnnya. Oleh karena itu segala sesuatu nya dalam
bidang apapun perlulah dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga
Implementasi nilai Pancasila Sila Ketuhanan akan terwujud.

7
Ibid
8
Weinata Sairin “Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-Butir Pemikiran (2002),
Karena setiap orang berhak memilih agama yang dianutnya maka dengan pilihan
tersebut juga harus bertanggung jawab penuh dengan tetap mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Dasar dari adil itu sendiri terdapat 3
hubungan, diantaranya adil dengan diri sendiri, adil dengan manusia lain, adil dengan
Tuhan Yang Maha Esa, dan adil dengan lingkungan sekitar, maka pentinglah keadilan
dalam menjalani kehidupan.9

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk


agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Semua agama menghargai manusia oleh karena itu, semua umat beragama wajib
saling menghargai dan menghormati. Dengan demikian, dalam kehidupan
masyarakat hendaknya dikembangkan sikap bekerjasama antar-pemeluk agama
sehingga terbina toleransi umat beragama. Dari sikap toleransi itu akan terpancar
kerukunan hidup antarumat beragama. Toleransi antar umat beragama tidak berarti
bahwa ajaran agama yang satu akan tercampur aduk dengan ajaran agama orang
lain.10
Disadari bahwa agama telah berhasil menembus batas-batas kesukuan,
kedaerahan, dan malah batas-batas kebangsaan. Terlihat bahwa agama mempunyai
potensi mempersatukan bangsa. Agama adalah pembawa damai yang menyokong
pembangunan. Namun sebaliknya agama dapat pula merupakan sumber pertentangan
yang dapat mengganggu kesatuan bangsa, kestabilan dan ketahanan nasional yang
diperlukan bagi pembangunan.11
Hal ini akan terjadi manakala terbinanya sikap toleransi atau sikap berlapang
dada dari masyarakat. Sebab dalam masyarakat bangsa yang memeluk bermacam-
macam agama, setiap waktu dapat terjadi pertentangan, konflik yang jelas
mengganggu ketahanan nasional dan ke stabilan nasional. Sikap memandang rendah
cara beramal dan beribadat dari penganut agama, pelaksanaan nilai yang dianut atau

9
Ibid
10
Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol. 2, No. 1,Juli 2018
11
Ibid
kegiatan yang dilakukan yang merugikan agama lain. Maka jelas akan menjadi
sumber konflik yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.12

Manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan adanya hubungan dengan


manusia lainnya, hal ini dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sehingga ia harus memeluk suatu agama. Tentulah agama mempengaruhi
jalannya masyarakat, demikian juga pertumbuhan masyarakat itu mempengaruhi
pemikiran terhadap agama. Agama dalam masyarakat tentunya saling pengaruh
mempengaruhi. Tidak ada warga negara atau agama yang dianakemaskan,
sedangkan agama lain dibiarkan terlantar.13
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya rukun
adalah perihal keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan tolong
menolong dan persahabatan.14
Secara etimologi kata kerukunan pada mulanya adalah dari Bahasa Arab, yakni
ruknun yang berarti tiang, dasar, atau sila. Jamak rukun adalah arkaan. Dari kata
arkaan diperoleh pengertian, bahwa kerukunan merupakan suatu kesatuan yang
terdiri dari berbagai unsur yang berlainan dari setiap unsur tersebut saling
menguatkan.15
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing
untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang
baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama
tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak
keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa

12
Ibid
13
Muhammad Rifa’I Subhi, Jurnal Madaniyah Edisi VIII, Januari 2015
14
WJS. Poerwadarmita,Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta,balai Pustaka, 1980)h.106
15
Drs. Jirhanuddin M.AG, Perbandingan Agama,(Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2010)h.190
kerukunan hidup antar umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan unsur-
unsur tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak nilai
agama itu sendiri.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi
antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus
bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu
masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal
beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.16
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu bentuk hubungan yang harmonis dalam
dinamika pergaulan hidup bermasyarakat yang saling menguatkan yang di ikat oleh
sikap pengendalian hidup dalam wujud:
a. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya.
b. Saling hormat menghormati dan berkerjasama intern pemeluk agama, antar
berbagai golongan agama dan umatumat beragama dengan pemerintah yang
sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan Negara.
c. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada orang
lain.
d. Memetuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan Negara
atau Pemerintah.
Adapun tujuan kerukunan hidup beragama itu diantaranya ialah:
a. Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagamaan masing-masing
pemeluk agama. Masing- masing penganut agama adanya kenyataan agama lain,
akan semakin mendorong untuk menghayati dan sekaligus memperdalam ajara-
ajaran agamanya serta semakin berusaha untuk mengamalkannya.
b. Untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap. Dengan terwujudnya
kerukunan hidup beragama, maka secara praktis ketegangan-ketegangan yang
ditimbulkan akibat perbedaan paham yang berpangkal pada keyakinan keagamaan
dapat dihindari. Dapat dibayangkan kalau pertikainan dan perbedaan paham
terjadi di antara pemeluk agama yang beraneka ragam ini, maka ketertiban dan
16
Wahyuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinngi,(Jakarta PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia,2009)h. 32
keamanan nasional akan terganggu. Tapi sebaliknya kalau antar pemeluk agama
sudah rukun, maka hal yang demikian akan dapat mewujudkan stabilitas nasional
yang semakin mantap.
c. Menunjang dan mensukseskan pembangunan. Dari tahun ke tahun pemerintah
senantiasa berusaha untuk melaksanakan dan mensukseskan pembangunan dari
segala bidang. Usaha pembangunan akan sukses apabila didukung dan ditopang
oleh segenap lapisan masyarakat. Sedangkan apabila umat beragama selalu
bertikai, saling curiga-mencurigai tentu tidak dapat mengarahkan kegiatan untuk
mendukung serta membantu pembangunan. Bahkan dapat berakibat sebaliknya,
yakni bisa menghambat usaha pembangunan itu sendiri.
d. Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan. Rasa kebersamaan dan
kebangsaan akan terpelihara dan terbina dengan baik, bila kepentingan pribadi
atau golongan dapat dikurangi. Sedangkan dalam kehidupan beragama sudah jelas
kepentingan kehidupan agamanya sendiri yang menjadi titik pandang kegiantan.
5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Salah satu hak kita sebagai warga negara mendapat kebebasan menjalankan
ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Kita harus bisa menerima
keputusan atau pilihan seseorang akan agama dan kepercayaannya. Yang kita harus
lakukan hanya saling menghormati agar tidak timbul perpecahan dan kekacauan.
Pasal 29 ayat (2) tersebut menunjukkan bahwa negara menjamin salah satu hak
manusia yang paling asasi, yaitu kebebasan beragama. Kebebasan beragama bukanlah
pemberian negara atau golongan tetapi bersumber pada martabat manusia sebagai
ciptaan Tuhan.17

Negara Indonesia adalah negara yang berpenduduk majemuk dari segi suku bangsa,
budaya, dan agama. Penduduk Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang
tersebar di berbagai wilayah. Penduduk ini menganut agama dan kepercayaan yang

17
Maria Farida Indrati, S, Prospek Hukum Dan Peta Legislasi Untuk Perjuangan Kebebasan Berkeyakinan Di
Indonesia, Newsletter Interfidei No. 5/II Desember 2007
berbeda-beda. Bagian terbesar dari penduduk menganut agama Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu dan juga beberapa aliran lainnya. 18

Karena itu, diperlukan kearifan dan kedewasaan di kalangan umat beragaman untuk
memelihara keseimbangan antara kepentingan kelompok dan kepentingan nasional.
Dari sisi Pemerintah, diperlukan kebijaksanaan dan strategi untuk menciptakan dan
memelihara suasana kebebasan beragama dan kerukunan umat beragama guna
mewujudkan masyarakat Indonesia yang aman, damai, sejahtera dan bersatu. 19Contoh
sikap / perbuatan yang bisa kita lakukan antara lain :
a. Tidak meremehkan agama lain.
b. tidak membeda-bedakan agama.
c. memberi kesempatan untuk agama lain jika akan merayakan hari kebesarannya.
6. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang
memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi
kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan
agama yang dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam
kehidupan individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.20Sila Ketuhanan
Yang Maha esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.
Dengan sila ini bangsa indonesia menyatakan bahwa kepercayaan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya masyarakat indonesia percaya
dan bertakwa kepada Tuhan Maha Esa sesuai dengan agama dan kerpcayaan yang
dianut oleh seluruh masyarakat. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha esa terkandung
nilai bahwa negara yang didirikan merupakan pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha esa.21 Nilai ini dikatakan nilai pancasila yang
tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan

18
Atho Mudzhar, Intervensi Pemerintah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, (www.google.com)
19
Ibid
20
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 14
21
(Asep Sulaiman 2015:45)
diturunkan dari nilai sila pertama ini, suatu berbuatan tidak dapat dikatan baik jika
nilai atau tindakan bertentangan dengan nilai dan kaidah hukum Tuhan.22
Namun, menurut Bung Karno dalam pidatonya didepan siding BPUPKI 1 Juni
1945 mengatakan bahwa “prinsip ketuhanan” Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan,
tetapi setiap masing-masing orang Indonesia wajib ber Tuhan menurut keyakinannya
masingmasing, artinya yang kristen bertuhan menurut petunjuk Isa AL Masih, Islam
menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW, orang Budha menjalankan ibadah menurut
kitab-kitab yang ada padanya. “Tetapi marilah kita semua bertuhan” Pancasila.23 Dari
itu pemimpin selain regius (bertuhan) namun juga harus mempunyai jiwa nasionalis,
artinya pemimpin harus bersifat profesional dalam bertindak dan mengambil sebuah
kebijakan, sebagai pemimpin yang mempunyai masyarakat yang beraneka ragam
keyakinan.
7. Tidak memaksakan suatu Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha
Esa kepada orang lain.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman, masyarakatnya
merupakan masyarakat yang multicultural dan memiliki kepercayaan yang beragam,
maka dari itu Indonesia memberikan hak kepada setiap warganya untuk memilih
kepercayaan yang benar dan diyakininya. Hal ini bahkan sudah termaktub pada Pasal
28E ayat (2) yang berbunyi “Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya” 24. Begitupun juga pada
Pasal 29 Ayat (2) yang berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk Agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut Agamanya
dan kepercayaannya itu”25.
Jika kita mengamati 2 Pasal diatas dan menghubungkannya dengan pengamalan
Pancasila pada Butir ketujuh , maka didapatkan bahwasanya meskipun pada Sila
pertama berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” namun dalam pengamalannya setiap
warga negara bebas memilih Agama dan Kepercayaannya, mengingat bahwasanya
Agama serta Kepercayaan kepada Tuhan yang maha Esa merupakan masalah pribadi

22
(Rahman, Surip, & Syarbaini, 2015, hal. 180).
23
(Taniredja & Haryono, 2014, hal. 8)
24
UUD 1945 Pasal 28E ayat (2) tentang kebebasan beribadah
25
UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) tentang hak beragama
antara manusia dengan Tuhannya, sehingga kita harus mengembangkan sebuah sikap
saling menghormati kebebasan dan kepercayaan dalam menganut Agama tanpa
memaksakannya kepada orang lain, Sehingga ini menjadi selaras juga jika di
bandingkan dengan penggalan ayat suci Al-Qur’an Surat ke 2 ayat 256 yaitu “Tidak
ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan)
antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat”.

B. NILAI KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

a) Pengertian Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Kemanusiaan berasal dari kata manusia yakni makhluk ciptaan Tuhan yang Maha
Esa yang memiliki potensi, rasa, pikiran, karsa, dan cipta. Karena kemampuan ini
manusia memiliki kedudukan dan martabat yang tinggi. Kata adil mengandung makna
bahwa suatu keputusan dan tindakan bahwa didasarkan atas ukuran atau norma-norma
yang objektif dan subjektif sehingga tidak sewenang-wenang.26
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti bahwa bangsa
Indonesia
sebagai bagian dari umat manusia di dunia dan menginginkan kesejahteraan bagi seluruh
umat. Peraturan perundang-undangan di Indonesia harus dapat mewujudkan tujuan
tercapainya hak dan martabat manusia. Hukum di Indonesia manusia mempunyai
kedudukan yang sama serta mempunyai hak yang sama sebagai warga Negara Indonesia.
Manusia harus bisa bersikap adil terhadap diri sendiri, sesama manusia, masyarakat
bangsa, Negara dan lingkungan, serta Tuhan yang Maha esa. Apabila ada suatu tindakan
pelecehan atau perbuatan yang merugikan orang lain maka akan dikatakan dia melanggar
hak asasi manusia.27
b) Tujuan Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab merupakan sebuah kesadaran sikap dan
perbuatan manusia yang di dasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma kebudayaan pada umumnya. Dalam Nilai Kemanusiaan
26
Naharia Finni, 2021“Kandungan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dalam perspektif siyayah” diakses
tanggal 22 februari hal. 14
27
Ibid hal. 21
Yang Adil Dan Beradab ada nilai yang merupakan refleksi dari martabat manusia yang
memiliki potensi kultural. Potensi ini dihayati sebagi hal yang bersifat umum dan di
punyai oleh semua bangsa. Menurut sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab setiap
manusia Indonesia adalah bagian dari warga dunia yang meyakini adanya prinsip
persamaan harkat dan martabat sebagai hamba Tuhan.
Dalam sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ada nilai yang menyangkut hak
dan kewajiban asasi warga negara manusia Indonesia. Ada nilai cita kasih yang harus
dikembangkan, nilai etis yang menghargai keberanian untuk membela kebenaran, santun
dan menghormati, harkat dan kemanusian. Namun walaupun negara menjamin hak dan
kebebasan serta menjaga harkat martabat para warganya, masih banyak orang yang
memperlakukan orang lain tidak berdasarkan kodratnya, hal ini disebabkan karena
ketidak tahuan mereka akan adanya Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Adapun Tujuan yang perlu diketahui dari sila ke 2 Pancasila yaitu :
1) Menempatkan sesama manusia sebagai makhluk Tuhan dengan segala martabat
dan hak asasinya
2) Memperlakukan sesama manusia secara adil dan beradab seperti memperlakukan
dirinya sendiri
3) Memperlakukan sesama manusia sebagai manusia pribadi dan manusia secara
seimbang
4) Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah
5) Memunculkan dan mengembangkan sikap tenggang rasa atau saling hormat
menghormati dalam hubungan sosial, baik antar individu maupun kelompok
masyarakat
6) Menjadikan setiap warga negara punya kewajiban dan hak yang sama, juga
dijamin haknya serta kebebasannya terkait hubungan baik dengan Tuhan, orang,
negara, dan masyarakat.28
c) Urgensi Nilai Kemanusiaan yang Adil dan beradab
Kekerasan yang merampas hak – hak sipil dan politik berkelanjutan dengan
perampasan hak – hak ekonomi, sosial dan budaya. Situasi ini tidak dapat disederhanakan
hanya sebutan “ Warisan Orde Baru” yang militeritik dan melindungi impunitas para
28
Lusiana Mustinda, Sila Kedua Pancasila Dilambangkan Dengan Rantai Emas, https://www.detik.com/sila-kedua-
pancasila-dilambngkan-dengan-rantai-emas, Diakses pada 14 Oktober 2021.
pelakunya. Sampai 10 tahun setelah “ Reformasi “ 1998, Negara tak hanya gagal
membangun system dan legitimasi untuk menolak kekerasan. Sebaliknya kekerasan
justru digunakan atas nama “ mendisiplinkan dan melindungi nilai – nilai moral dan
ajaran “ dari satu perspektif kebenaran logika hukum “ mayoritanisme “ atas nama
Demokrasi menghasilkan kebijakan - kebijakan yang diskriminatif dan menciptakan
tekanan hidup yang melahirkan beragam tindakan kekerasan terhadap orang lain, anggota
keluarga, maupun diri sendiri. 29
Rentetan peristiwa kekerasan bergerak seperti kilat berebut menghuni ruang
ingatan, sampai melupakan daya tampungnya. Orang menjadi cepat lupa, bahkan
menganggap kekerasan seperti hal biasa, the banality of evil, meminjam istilah filosof
Hanuah Arendt.30
Ketika penglihatan tak tampak makin tidak cukup produktif menghadapi
kekerasan,
pendekatan kewajiban dan tanggung jawab warga untuk masuk ke wilayah kepengurusan
publik yang multi skala, dimulai dari ruang – ruang hidup ditingkat paling bawah, seperti
RT dan dukuh, tampaknya harus dipikirkan suara serius. Gagasan ini terkait dengan ide
kewargaan publik yang tak tersikat dan multi skala, dengan landasan syarat kesatuan
sosial, ekologis yang harus terus dipelajari.
Gagasan ini bisa dibaca rekam jelajah pemikirannya dari para ilmuwan dunia,
secara antropologis di bedah antara lain oleh antropolog, Amerika Serikat , Ann Stoler.
Diyakini mampu membongkar dan melucuti wajah kekuasaan dan kekerasan struktural
Negara yang dihasilkannya.31 Contohnya sudah terlihat di Negara – Negara yang
demokrasinya sudah mapan, seperti di AS dan Negara – Negara di Eropa diantaranya
Perancis dan Jerman. Kewargaan publik tak bersifat disatukan kesadaran bahwa
keberlangsungnya hidup dan kehidupan hanya bisa diciptakan dengan menjaga,
melindungi dan memelihara secara bersama ruang – ruang hidup.
Dari sini warga belajar menghormati diri sendiri , orang lain dalam dan
kemanusiaan dan terus bernegosiasi dengan siapapun, diatas pilihan dan pengamatan

29
Heru Santoso, “ANCAMAN TERHADAP DASAR NEGARA “PANCASILA” BAGI RAKYAT INDONESIA DALAM
BERBANGSA DAN BERNEGARA” file:///C:/Users/user/Downloads/20997-52275-1-SM.pdf hal.5
30
Ibid.
31
Ibid hal.6
pada hidup dan kehidupan. Kesadaran akan pengelolaan bersama ruang hidup membuat
keberadaban dan keadilan sebagai nilai – nilai yang menyatu dalam diri warga, membuat
persoalan mayoritas – minoritas tidak lagi relevan. Demokrasi tidak menukik pada
substansinya. Pemahaman akan sejarah kesatuan sosial – ekologis membuat pendidikan
kebangsaan kembali pada sisi pembukakaan konstitusi, suatu pilihan kebangsaan tak
bersekat nasionalisme yang bermakna luas. Barangkali dengan gagasan ini, sila kedua
Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab, menemukan maknanya.32
d). Pengamalan Butir-Butiri Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabat
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Bersumber pada filosofi antropologis, bahwa hakekat manusia adalah susunan
kodrat rohani dan raga, sifat kodrat makhluk individu dan makhluk sosial yang
kedudukan kodrat makhluk individu berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa.33 Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial ini sendiri berarti membutuhkan
bantuan dari orang lain dan tidak bisa berdiri sendiri, dengan begitu manusia harus
mempunyai kesadaran moral ketika menjalin hubungan dengan manusia lain. Kesadaran
sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi pekerti manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan baik terhadap diri sendiri,
terhadap sesama manusia maupun terhadap lingkungannya, adalah perwujudan dari
pengamalan nilai-nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya bermoral dan
beragama.34
Adapun wujud nyata dari pengamalan sila dua butir pertama ini adalah mengakui
dan memperlakukan semua manusia sama sesuai dengan harkat dan martabat yang
dimilikinya. Dasarnya Negara Indonesia sendiri sudah menjamin harkat dan martabat
setiap warganya diatas segala-galanya, dengan begitu warga Indonesia seharusnya bisa
memperlakukan satu sama lain dengan baik. Tidak memandang rendah orang lain,
menghargai di setiap perbedaan yang ada, bersikap baik kepada siapapun tidak

32
Ibid.
33
(Asep Sulaiman 2015:45)
34
Dwi Yanto,Pengamalan nilai-nilai pancasila sebagai pandangan hidup dalam kehidupan sehari-hari,2016,hal:40-
41
memandang ras,suku,agama,ataupun warna kulit itu merupakan contoh-contoh penerapan
di dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia
tanpa membedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, kedudukan sosial, jenis
kelamin, warna kulit dan sebagainya.
Semua warga Negara Indonesia sama kedudukannya, hak dan kewajibannya.
Setiap individu mendapat pengakuan dan perlakuan yang sama dari negara. Ketentuan ini
termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab XIV pasal 27
sampai pasal 34.35 berikut ini dijelaskan secara rinci tentang persamaan kedudukan warga
negara, dalam berbagai bidang kehidupan sekaligus contohnya
a. Persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”36 Pasal ini juga memperjelas adanya
persamaan kedudukan setiap manusia dalam lingkungan hukum dan pemerintahan di
Indonesia. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu semua warga Indonesia
akan mendapatkan hukum yang setimpal sesuai undang-undang saat melakukan
pelanggaran aturan yang sudah ditetapkan tanpa melihat dari sisi latar belakang
ataupun yang lainnya.
Setiap warga Indonesia berhak memilih dan di pilih dalah suatu pemilihan umum
yang menyangkut pemerintahan Indonesia. Setiap orang dianggap tidak bersalah
sebelum adanya putusan hakim yang tetap (asas praduga tidak bersalah), selain itu
setiap orang yang menjadi terdakwa berhak mendapatkan bantuan hukum. Persamaan
kedudukan warga negara dalam bidang hukum sangat penting untuk dipenuhi karena
hal tersebut menjadi prasyarat tegaknya demokrasi karena salah satu ciri dari negara
demokrasi adalah adanya persamaan hukum.
Semua orang mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum berarti sama
dengan semua orang mempunyai kedudukan yang sama di dalam Lembaga
pemasyarakatan. Semua orang adalah subyek hukum. Tidak peduli kaya atau miskin,

35
Agre,elle,umar,dkk “Kedudukan Warga Negara dan penduduk Indonesia dalam konteks kenegaraan”, hal.6
Makalah
36
Ibid
anak presiden atau anak pengemis, bahkan tidak peduli sebelumnya berstatus pejabat
atau pengangguran. Semuanya sama. Yang berpangkat harus menanggalkan
kepangkatannya, yang anak presiden harus meninggalkan semua fasilitas dan
kemewahan yang pernah dimilikinya, yang kaya harus meninggalkan kekayaan dan
gaya hidupnya.

b. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi


kemanusiaan(ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”37 Pasal ini menjelaskan
tentang persamaan hak yang didapatkan setiap warga Indonesia atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak.
Hal ini mengartikan bahwa ekonomi masyarakat dan kelayakan hidup setiap
warganya sudah dijamin oleh Negara, seperti jumlah upah para pekerja harus sesuai
dan adil, selain itu juga pemerintah harusnya membuka lapangan kerja yang seluas-
luasnya, agar pengangguran dapat berkurang. Tujuan dari adanya hak ini sendiri yaitu
agar kesejahteraan setiap wilayah ataupun daerah yang ada di Indonesia merata.
c. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan hak warga negara dan setiap orang untuk
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.38 Pasal ini mencerminkan bahwa
negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung
jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam
bidang politik. Dasarnya manusia harus berserikat dan berkumpul untuk
mengembangakan sesuatu yang sudah ada baik pada dirinya sendiri maupun bagi
masyarakat sekitar, selain itu manusia juga pasti memiliki pemikiran yang beragam
atas suatu hal ataupun problema kehidupan, disinilah hak untuk mengeluarkan
pendapat harus direalisasikan.
Hak politik diberikan kepada warga negara karena pada hakekatnya bahwa warga
negara memiliki hak seperti yang diatur dalam UUD 1945 bahwa setiap warga negara

37
Agre,elle,umar,dkk “Kedudukan Warga Negara dan penduduk Indonesia dalam konteks kenegaraan”, hal.6
Makalah
38
Ibid
berhak menyampaikan pendapatnya baik secara lisan mauupun tulisan, nah dengan
adanya hak politik ini maka ini merupakan sebuah cara dan jalur dimana masyarakat
dapat menyampaikan segala aspirasinya dan ikut terjun juga dalam kepemerintahan. 39
Hak politik warga negara terutama dalam hal menggunakan hak pilihnya pada setiap
pemilihan merupakan hak mutlak yang dimiliki yang disalurkan melalui pemilihan
sekali lima tahun. Menurut Jimly Asshiddiqie, pemilihan umum merupakan salah satu
sarana penyaluran hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. 40 Oleh karena itu
dalam rangka pelaksanaan hak asasi warga negara adalah keharusan bagi pemerintah
untuk menjamin terlaksananya penyelenggaraan pemilihan umum sesuai dengan
jadwal ketatanegaran yang telah ditentukan.
d. Persamaan dalam HAM
Dalam Bab X A tentang hak asasi manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara
memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan
HAM.41 Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A
sampai dengan pasal 28 J. Sebenarnya pada persamaan hak asasi manusia ini sudah
mencakup semua aspek yang sudah di sebutkan sebelumnya maupun setelah point ini,
yaitu terdapat banyak hal persamaan manusia baik hak maupun kewajibannya yang
harus dijaga dan diakui agar tercipta rasa saling menghargai antar warganya. Jika
berbicara tentang penerapan persamaan ham ini sendiri sudah banyak dan tidak
terhitung, sama halnya dengan saat berbicara tentang pelanggaran persamaan ham ini
sendiri terkadang menjadi pengingat untuk kita agar tidak melakukan hal yang sama.
Seringkali dalam peristiwa kekerasan horisontal, aparat keamanan seolah-olah
tidak berdaya melindungi kelompok-kelompok yang menjadi sasaran kekerasan
tersebut. Kasus-kasus pelanggaran HAM berat masa lalu, seperti, kasus pembunuhan,
penculikan, penahanan sewenang-wenang terhadap ratusan ribu orang yang disangka
mempunyai kaitan dengan PKI, dan beberapa kasus lainnya, sampai hari ini belum
memperoleh penanganan yang adil.
e. Persamaan dalam agama
39
Adrianus Bawamenewi, 2019 “IMPLEMENTASI HAK POLITIK WARGA NEGARA” hal.50, Jurnal
40
Ibid hal,51 (menurut Jimly Asshiddiqie)
41
Agre,elle,umar,dkk “Kedudukan Warga Negara dan penduduk Indonesia dalam konteks kenegaraan”, hal.6
Makalah
Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia ada pada
konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945
(“UUD 1945”)“Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya,
serta berhak kembali.”42
Pasal 28E ayat (2)  UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD
1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia.
Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama. Tentunya mengenal hak
dalam beragama ini sudah dijelaskan sejak awal bahwa semua manusia berhak untuk
menganut agama kepercayaan yang diyakini.
Implementasinya sendiri sudah sering terjadi dalam lingkup kehidupan sehari-hari
seperti bertetangga, berteman di kuliah, sekolah atau dimanapun pasti terdapat
perbedaan agama jika memang ruang lingkupnya bersifat universal atau umum,
seperti saling menghargai ketika orang lain sedang menjalankan ajaran agamanya,
tidak berkomentar yang buruk-buruk tentang ibadah, prinsip atau apapun yang
menyangkut dengan agamanya.
f. Persamaan dalam upaya pembelaan Negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”43 Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945
memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara
jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.
Dalam upaya bela Negara ini sebenarnya bukan sebagai hak saja tapi wajib untuk
dilakukan bagi setiap warga Indonesia contoh kita sebagai mahasiswa Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dalam pelaksanaannya Bela negara tidak

42
Shanti Rachmadsyah, 2010 “HAM dan Kebebasan Beragama di Indonesia”,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6556/ham-dan-kebebasan-beragama-di-indonesia
43
Agre,elle,umar,dkk “Kedudukan Warga Negara dan penduduk Indonesia dalam konteks kenegaraan”
hal.7Makalah
harus dalam wujud perang tetapi sebagai mahasiswa kita bisa melakukan bela
negara dengan cara lain seperti belajar dengan rajin,tidak menyebarkan berita Hoax
dan ujaran kebencian,hidup bertoleransi,melestarikan budaya,memakai produk
Indonesia,berprestasi mengharumkan nama bangsa dan lain sebagainya.

g. Persamaan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan


Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai
hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. 44
Pendidikan adalah suatu hak sekaligus kewajiban sebenarnya bagi seluruh warga
Negara Indonesia, tanpa pendidikan seseorang tidak dapat berkembang. Dikondisi
pandemic seperti ini hak itu semakin luas karena banyak sekali platform-platform
gratis untuk menempuh pendidikan walaupun melalui daring, tapi tetap hasilnya
membuahkan banyak ilmu yang sangat bermanfaat. Begitu juga dengan kebudayaan,
Indonesia memiliki beragam budaya di setiap daerahnya karena itu adalah suatu
kodrat masyarakat untuk memunculkan kebiasaan-kebiasaan atau buadaya tersendiri
bagi wilayah mereka selama tidak mengandung unsur kekerasan atau pelanggaran
norma-norma.
h. Persamaan dalam perekonomian dan kesejahteraan sosial
Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan
diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur masalah perekonomian
nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan dengan prinsip
demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan. 45 Selanjutnya
pasal 34 memuat ketentuan tentang kesejahteraan sosial dan jaminan sosial dimana
fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 1) dan negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayananumum yang layak (pasal 3). Sebenarnya persamaan hak kesejahteraan
sosial ini hampir sama dengan persamaan hak kelayakan hidup, karena dasarnya
kehidupan yang layak akan mendukung kesejahteraan sosial di suatu wilayah tertentu.
44
Ibid
45
Ibid
Dengan semua persamaan yang sudah diuraikan tentunya itu sebagai pedoman
manusia agar selalu menyamaratakan sikap yang harus dilakukan kepada sesama
manusia, tiada perbedaan antara kita semua, sama-sama bertempat tinggal di
Indonesia, sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang sudah dijamin dan
dilindungi oleh Negara. Jika demikian seharusnya tidak ada lagi peristiwa-peristiwa
diskriminasi karna adanya suatu perbedaan, sikap intoleran yang berakhir pertikaian
ataupun yang lainnya.

3. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain


Beberapa manusia yang kurang sadar akan moral dan etika yang harus di terapkan
sesuai dengan pedoman dari pancasila sendiri kadang bersikap semena-semena terhadap
orang lain yang dianggapnya lebih rendah kedudukannya dari dirinya. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia etika adalah ilmu apa yang baik dan yang buruk, hak dan
kewajiban moral(moral).46 Perilaku yang mencerminkan seseorang bermoral dan beretika
baik sering kita temukan dan harusnya kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya seseorang yang menghargai pendapat orang lain, menerima
kritikan yang baik dari siapapun, bertutur kata yang sopan, meyakini bahwa semua
manusia memiliki kedudukan yang sama, dan selalu berusaha bersikap adil terhadap
orang lain, sehingga akan sangat kecil kemungkinan untuk seseorang berbuat semena-
mena terhadap orang lain. Sikap atau perilaku yang mengacu kepada nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat menjadi sistem etika yangsangat kuat
dan bisa mewujudkan dengan pengamalan nilai Pancasila dalam hidupermasyarakat,
nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar, tetapi juga realistis dan aplikatif .47
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira
Seperti yang sudah dituliskan dari awal pembahasan bahwa manusia itu makhluk
sosial, tidak bisa hidup sendiri, dan selalu bersosial, melakukan interaksi dengan orang
lain, nah dalam interaksi dalam bersosial ini hendaknya berpedoman pada pancasila ke 2
butir ke 4 yaitu mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. Tenggang
rasa adalah sikap dalam ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang mencerminkan sikap

46
Nandy, 2021 “Pengertian etika, macam-macam etika dan manfaat etika” https://www.gramedia.com/best-
seller/pengertian-etika/,
47
 (Sri Rahayu:2008)
menghargai dan menghormati diantara sesama manusia. 48 Nah tenggang rasa dengan tepa
selira ini adalah 2 istilah yang saling berkaitan satu sama lain.
Tenggang rasa adalah hasil dari sikap tepa selira, dimana tepa selira ini adalah
sikap menjaga perasaan orang lain saat berbicara, agar tidak menimbulkan
ketersinggungan. Dengan bertutur kata yang baik seseorang akan mudah menerima
pendapat kita atau apapun yang akan kita bicarakan, karena seperti yang kita tahu bahwa
Negara Indonesia adalah Negara yang demokratis49 dimana beropini adalah suatu budaya
dalam bernegara, nah dalam beropini ini hendaknya mengamalkan sikap yang sesuai
dengan podeman dasar Negara Indonesia dalam menjalankan kehidupan yaitu Pancasila,
sehingga nantinya akan terwujud rasa persatuan dan kesatuan sesama warga Indonesia
seperti pancasila di sila selanjutnya.
5. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
Ini adalah dasar rasa yang harus dimiliki setiap warga Indonesia. Jika seseorang
sudah memiliki rasa cinta tanah air maka dia akan mencintai warganya, bila cinta itu
sudah tertanam maka sikap-sikap yang seharusnya dilakukan pasti diterapkan secara
sadar maupun tidak sadar. Jika kita menerapkan sikap saling mencintai satu sama lain,
maka hubungan antar warga Indonesia akan terus membaik dan itu baik untuk ketahanan
Negara.
Sikap rela berkorban untuk Negara akan sendirinya muncul, karena rasa cintanya
yang mendalam, dan pasti akan muncul sikap-sikap baik lainnya antar sesama manusia
seperti, membantu tetangganya atau temannya yang sedang sakit covid-19 dengan
memberi makanan,uang, saran pengobatan atau apapun yang bermanfaat, inisiatif
membantu jika ada orang lain yang sekiranya membutuhkan bantuan, dan sikap-sikap
lain yang akan muncul dalam diri setiap manusia yang terdapat rasa cinta.
6. Berani Membela Kebenaran dan Keadilan
Pengamalan yang satu ini adalah salah satu pengamalan yang wajib kita lakukan
sebab jika pengamalan dari butir yang satu ini dapat diimplementasikan dengan baik,
maka pastilah ada hasil yang begitu signifikan yang akan di peroleh, tentunya hasil yang
48
Alfi Yuda, 2021 “Contoh-Contoh Sikap Tenggang Rasa dalam Kehidupan Bermasyarakat Sehari-hari” diakses
tanggal 7 oktober

49
 sistem pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat, dimana setiap orang dapat mengambil bagian
perihal keputusan yang akan mempengaruhi kehidupannya dalam bernegara.
positif. Untuk mengamalkannya kita dituntut harus berani menyampaikan kebenaran
sesuai dengan apa yang terjadi, kita tidak boleh menutup nutupi suatu kebenaran.
Sebenarnya membela kebenaran dan keadilan bukan hanya untuk mengungkap perbuatan
jahat saja, melainkan untuk setiap warga negara yang tinggal didalamnya, hak manusia,
persamaan derajat”. 50Walaupun terdengar sepele, faktanya butir yang satu ini sangat sulit
diamalkan secara benar. Hal ini dapat dicontohkan pada segi Hukum, walaupun kita
tinggal di Negara Indonesia yang notabenenya adalah Negara Hukum, namun hukum di
Indonesia sendiri masih tidak berjalan semestinya sehingga butir yang satu ini sukar
diamalkan.
Di zaman sekarang ini menyampaikan kebenaran dan keadilan, adalah suatu hal
yang sukar dilakukan, dikarenakan adanya oknum-oknum yang membuat kebenaran dan
keadilan tidak dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga dampaknya adalah banyak
orang yang tidak bersalah namun mereka di hukum, banyak orang-orang yang tidak
mendapatkan keadilan sebab keadilannya telah dirampas, dan mirisnya mereka yang
tidak mendapatkan keadilan adalah orang-orang bawahan. Keberanian dalam
menyampaikan kebenaran dan keadilan sangat dibutuhkan, karena 2 hal ini akan sangat
lemah dihadapan harta dan jabatan, jadi mustahil kita dapat mengamalkannya jika kita
tidak memiliki sifat Berani dan sadar akan hak yang semestinya didapat.
7. Gemar Melakukan Kegiatan Kemanusiaan
Butir-butir sila kedua , gemar melakukan kegiatan kemanusian. Gemar adalah suatu
hal yang kita sukai, yang ketika kita lakukan akann menimbulkan rasa senang, contohnya
seperti gemar membaca yang artinya kita suka membaca dan timbul rasa senang dari
membaca. Namun ada kegemaran yang harus kita lakukan sebagai bentuk pengamalan
nilai-nilai pnacasila, yaitu gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan adalah sebuah bentuk kesadaran yang bisa
menjadikan manusia sebagai satu kesatuan, berkelompok, dan berorganisasi, serta
interaksi dengan manusia lainnya51. Untuk mewujudkan nilai Pancasila ini maka
hendaknya kita mau bersama dengan siapapun dan mau melakukan suatu kebaikan tanpa
50
Hadi Rianto, 2016. Implementasi Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Di Lingkungan Sekolah, (Sosial
Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial), vol.3,hal.87.

51
Leni Yulia dan Dinie Anggraeni Dewi. 2021. Pengamalan Butir Pancasila: Perwujudan Implementasi Pancasila
Sebagai Etika Dalam Hidup Bermasyarakat, Jurnal Kewarganegaraan, Vol.3,205.
memandang kelas dan tahta, sebagai contoh kecil adalah melakukan bakti lingkungan,
musyawarah mufakat, dan melakukan donor darah.

8. Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Kemanusiaan


Setiap manusia sudah seharusnya memiliki pola pikir, sikap, serta perilaku yang
mencerminkan kemanusiaan, Manusia hidup secara sosial dan bermasyarakat, tentunya
dalam kehidupan bermasyarakat ini kita butuh yang Namanya sikap dan pola pikir yang
semestinya, namun banyak orang yang sering melupakan Nilai-nilai kemanusiaan,
sehingga mereka memperlakukan manusia tidak selayaknya manusia.
Menjunjung nilai-nilai kemanusian artinya kita harus bisa memperlakukan manusia
sesuai kodratnya atau harkat martabatnya. Ada banyak sifat dan tipe orang, ada yang
berbuat baik, dan ada yang berbuat buruk, namun tidak menutup kemungkinan bahwa
orang yang melakukan kebaikan bisa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, karena
ini tidak bisa diukur oleh sikap dasar manusia itu sendiri, namun ini menyangkut soal
Kesadaran manusia dalam berbagi, saling menghormati, toleransi dalam hidup Bersama,
maka kesadaran yang seperti inilah yang akan menumbuhkan sifat menjunjung nilai-nilai
kemanusiaan.
9. Mengembangkan Sikap Hormat Menghormati dan Bekerjasama dengan Bangsa
Lain
Sebagai individu yang beragama kita harus menumbuhkan dan menjaga sikap saling
menghormati antar umat dan bangsa lain. Kita hidup didunia yang penuh dengan banyak
keragaman, tentunya dalam menjalani kehidupan seperti ini, kita tidak bisa membuat
mereka yang berbeda dengan kita untuk mengikuti dan percaya terhadap kita, janganlah
merasa paling benar sendiri, karena mereka juga memiliki hak.
Bila sikap saling menghormati ini tidak kita kembangkan dalam kehidupan
bermasyarakat, maka mustahil akan tercipta yang Namanya ‘”Sejahtera”. Tapi beda cerita
kalua kita mengembangkan sikap saling menghormati, maka bangsa Indoneisa akan
sejahtera sehingga akan mudah dalam melakukan kerjasama dengan bangsa lain, baik
kerjasama bisnis, ataupun kerjasama lainnya. Dengan begitu maka hidup dengan
berdampingan dan bekerjasama dengan bangsa lain akan memberikan manfaat tersendiri
bagi bangsa Indonesia.

10. Bangsa Indonesia Merasa Dirinya sebagai Bagian dari Seluruh Umat Manusia
Seperti yang kita ketahui, Manusia adalah makhluk sosial yang butuh akan
bantuan orang lain, karena manusia mustahil dan tak akan mampu bila hidup sendiri. Jika
kita berpisah-pisah maka kita akan lemah dan rapuh, namun jika kita bersatu dan
Bersama maka kita akan kuat dan kokoh. Sudah seharusnya Manusia saling bahu
membahu, saling tolong menolong, dan bersaing dengan negara lain secara sportif demi
meraih kemakmuran rakyat52.
Janganlah kita memusuhi terhadap bangsa sendiri karena bisa menimbulkan
perpecahan, sebaliknya tumbuhkan sikap ramah agar bisa menciptakan kerjasama antar
golongan dan dapat disalurkan ke negara lain. Karena logisnya, bagaimana kita welcome
terhadap bangsa lain jika kita saja belum bisa menyelesaikan konflik yang terjadi dengan
orang sendiri. Marilah kita saling menghormati dan menjalin hubungan baik dengan
bangsa lain, karena sekuat dan sebesar apapun pemerintahan namun jika kita tidak
bersatu, pemerintah seakan bekerja sendiri.

52
Hadi Rianto, 2016. Implementasi Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Di Lingkungan Sekolah, (Sosial
Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial), vol.3,88.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
Asep Sulaiman, 2015. “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”CV Arfino Raya:
Bandung.
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008).
Drs. Jirhanuddin M.AG,”Perbandingan Agama”,(Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2010).
Wahyuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinngi,(Jakarta: PT. Gramedi
Widiasara Indonesia 2009)
Weinata Sairin “Kerukunan Umat Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa: Butir-Butir
Pemikiran (2002).
WJS. Poerwadarmita,Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta,balai Pustaka, 1980).

JURNAL :
Adrianus Bawamenewi, 2019 “IMPLEMENTASI HAK POLITIK WARGA NEGARA”.
Agre,elle,umar,dkk “Kedudukan Warga Negara dan penduduk Indonesia dalam konteks
kenegaraan”.
Alfi Yuda, 2021 “Contoh-Contoh Sikap Tenggang Rasa dalam Kehidupan Bermasyarakat
Sehari-hari”.
Dwi Yanto,Pengamalan nilai-nilai pancasila sebagai pandangan hidup dalam kehidupan
sehari-
hari, Kalimantan, Vol. 14, 2016.
Hadi Rianto, 2016. Implementasi Nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Di Lingkungan
Sekolah, (Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial), vol.3.
Jurnal Teologi “Cultivation”, Vol 2, No. 1, Juli 2018.
Leni Yulia dan Dinie Anggraeni Dewi. 2021. Pengamalan Butir Pancasila: Perwujudan
Implementasi Pancasila Sebagai Etika Dalam Hidup Bermasyarakat, Jurnal Kewarganegaraan,
Vol.3.
Maria Farida Indrati, S, Prospek Hukum Dan Peta Legislasi Untuk Perjuangan Kebebasan
Berkeyakinan Di Indonesia, Newsletter Interfidei No. 5/II Desember 2007.
Muhammad Rifa’I Subhi, Jurnal Madaniyah Edisi VIII, Januari 2015.
Umam, Muchammad Helmi dkk. 2021. Pancasila. (Surabaya: Uin Sunan Ampel Press).

ARTIKEL :
Atho Mudzhar, Intervensi Pemerintah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
(www.google.com).
Debora Agustina, “Makna Beriman Pada Tuhan”
https://binus.ac.id/characterbuilding/2020/04/makna-beriman-pada-tuhan diakses pada 23
September 2021 pukul 22.05.
Nandy, 2021 “Pengertian etika, macam-macam etika dan manfaat etika”
https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-etika/.
Shanti Rachmadsyah, 2010 “HAM dan Kebebasan Beragama di Indonesia”.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6556/ham-dan-kebebasan-beragama-di
indonesia.
Lusiana Mustinda, Sila Kedua Pancasila Dilambangkan Dengan Rantai Emas,
https://www.detik.com/sila-kedua-pancasila-dilambngkan-dengan-rantai-emas, Diakses pada 14
Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai