Anda di halaman 1dari 8

Notulensi Kelompok 6

Pengantar Hukum Dan Perundang-Undangan Sosial

Moderator : Iis Okta Nurria Putri (2102042)

Notulensi : Muhammad Hafizh Putra Darmawan (2102080)

Senin, 25 April 2022


Pembahasan oleh kelompok 3
1. Fauzan Adha Noviansyah (2102087)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir miskin. Negara
berkewajiban untuk memajukan kesejahteraan sosial dan melindungi segenap bangsa
Indonesia dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Indonesia Tahun 1945 yang
mengamanatkan bahwa pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu negara adalah
Pemerintah dimana berhak untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.
Pasal 28 H Ayat (1) 34 Ayat (3) sudah jelas disebutkan bahwa negara bertanggung
jawab dalam pemenuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

2. Rio Rita Aura Sagara Lasina (2102034)


Pasal 31 Ayat (1-5) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sudah
jelas disebutkan setiap orang berhak mendapat pendidikan yang layak, dan biaya
pendidikan wajib dialokasikan 20% dari pendapatan belanja negara baik itu
pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi atau pemerintah Kabupaten/kota.
Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 juga mengatur mengenai penyediaan
pelayanan kesehatan Pasal 15 dan penyediaan pelayanan pendidikan Pasal 16.
Pemerintah memenuhi tanggung jawabnya dalam mengentaskan kemiskinan dengan
memberikan/ memenuhi hak-hak mayarakat miskin membuat program bantuan yang
diberikan kepada mayarakat miskin melalui bidang pendidikan yaitu dengan
memberikan bantuan program Keluarga Harapan (PKH) dan dinbidang kesehatan
yaitu melaui BPJS-KIS.

3. Sindy Lulut Fitriani (2102011)


Kendala yang dihadapi Pemerintah Terhadap Penanganan Fakir Miskin adalah Data
yang menjadi ajuan yang diperoleh yang menjadi calon peserta penerima BPJS- KIS
dan bantuan PKH yang didapat dari data PPLS masih banyak yang double dan
beberapa masyarakatnya adalah masyarakat mampu, dan banyak nama yang tidak
sesuai dengan nama asli dari pada penerima bantuan tersebut menyebabkan menjadi
sulit untuk memverifikasi. Pola pikir masayarakat yang lebih mementingkan mencari
nafkah daripada melanjutkan pendidikan. Akses daerah yang terisolir sulitnya untuk
menyalurkan bantuan untuk penanganan kemiskinan dalam memenuhi hak
masyarakat miskin.

Pertanyaan Kelompok Pembahas


1. Nisa Dian Afifatulloh (2102070)
Menurut UU no 13 th 2011 pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa Penanganan fakir
miskin adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dalam bentuk kebijakan,
program dan kegiatan pemberdayaan, pendampingan, serta fasilitasi untuk memenuhi
kebutuhan dasar setiap warga negara. Tapi kenyataannya pada saat ini fakir miskin
pengemis maupun pengamen di jalanan masih belum terurus dan masih banyak yang
terlantar di jalanan , bagaimana upaya pemerintah untuk mengatasi hal tersebut agar
sesuai relevan dengan pasal 13 tahun 2011 ayat 2 tersebut?
Jawaban: Dijawab oleh Sahla Zulfika (2102045) dan Tiara Tri Sofiani (2102051)
 Secara umum menjelaskan bahwa tujuan negara sebagaimana diamanatkan
dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
 Untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Negara berkewajiban
mensejahterakan seluruh warga negaranya dari kondisi kefakiran dan
kemiskinan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Kewajiban negara dalam membebaskan dari kondisi tersebut dilakukan
melalui upaya penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak atas
kebutuhan dasar. Upaya tersebut harus dilakukan oleh negara sebagai prioritas
utama dalam pembangunan nasional termasuk untuk mensejahterakan fakir
miskin.
 Seperti yang di jelaskan Dalam pasal 5 bahwa Penanganan fakir miskin
dilaksanakan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Selanjutnya pasal 7 menjelaskan
Penanganan fakir miskin dilaksanakan dalam bentuk:
pengembangan potensi diri;
1) Bantuan pangan dan sandang;
2) Penyediaan pelayanan perumahan;
3) Penyediaan pelayanan kesehatan;
4) Penyediaan pelayanan pendidikan;
5) Penyediaan akses kesempatan kerja dan berusaha;
6) Bantuan hukum; dan/atau
7) Pelayanan sosial.
 Oleh karenanya, pendataan fakir miskin serta optimalisasi pemberian bantuan
dan/atau pemberdayaan kepada fakir miskin harus terus dimaksimalkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah, agar hak fakir miskin terpenuhi, salah
satunya atas penyediaan pelayanan perumahan. Apabila hak ini tidak
terpenuhi, berarti amanat dari Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 dan UU Fakir
Miskin belum dijalankan sebagaimana semestinya.
 Tambahan Oleh Tiara
izin menambahkan, menurut saya, penanganan fakir miskin juga sudah
dikerahkan, kalau soal masih terlantar itu pasti karena banyak faktor,
pendataan dll kan sudah diusahakan tapi Indonesia aja kan sangat luas,
bentuknya kepulauan (17.000) jadi, walaupun masih di data juga untuk
mencapai ke daerah terpencil juga aksesnya sulit. Tujuan dari terbentuknya
UU juga untuk menangani hal tersebut.
Jadi, upaya itu udah maksimal, tapi mengingat luasnya wilayah Indonesia
juga menjadi suatu tantangan.

Pertanyaan Bebas
1. Fatimatuhzahrania Mutiara Hati Mulyawan (2102056)
Apakah termasuk pembiaran oleh pemerintah jika masih ada masyarakat miskin yang
tidur di pinggir jalan? Dan apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah dalam
menangani kasus tersebut?
Jawaban: Dijawab oleh Magdalena Boru Sihite (2102060)
 fenomena masih banyaknya fakir miskin yang tidur di pinggir jalan
berhubungan dengan pendataan fakir miskin. Sebab, data fakir miskin yang
telah diverifikasi dan divalidasi serta ditetapkan oleh Menteri Sosial
merupakan dasar bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan
bantuan dan pemberdayaan kepada fakir miskin.
 Terkait pendataan ini, UU Fakir Miskin telah memberikan sanksi bagi orang
yang memalsukan data verifikasi dan validasi atas data fakir miskin dengan
ancaman pidana penjara paling lama 2 tahun atau denda paling banyak Rp50
juta. Oleh karena itu, pendataan fakir miskin serta optimalisasi pemberian
bantuan dan pemberdayaan kepada fakir miskin harus terus dimaksimalkan
oleh pemerintah dan pemerintah daerah, agar hak fakir miskin terpenuhi, salah
satunya atas penyediaan pelayanan perumahan. Apabila hak ini tidak
terpenuhi, berarti amanat dari Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 dan UU Fakir
Miskin belum dijalankan sebagaimana semestinya.
 Sehingga, bukan termasuk pembiaran orang miskin, karena sudah jelas dalam
pasal 34 UUD RI Tahun 1945 mengatakan bahwa "fakir miskin dan anak
telantar dipelihara oleh negara
 Dan upaya pemerintah untuk menangani kasus tersebut adalah :
1. Pengembangan potensi diri, yaitu upaya untuk mengembangkan potensi yang ada
dalam diri seseorang, antara lain mental, spiritual, dan budaya.
2. Bantuan pangan dan sandang, yaitu bantuan untuk meningkatkan kecukupan dan
diversifikasi pangan serta kecukupan sandang yang layak.
3. Penyediaan pelayanan perumahan, yakni bantuan untuk memenuhi hak
masyarakat miskin atas perumahan yang layak dan sehat.
4. Penyediaan pelayanan kesehatan, yakni penyediaan pelayanan kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan dasar fakir miskin.
5. Penyediaan pelayanan pendidikan, yakni penyediaan pelayanan pendidikan untuk
memenuhi kebutuhan dasar fakir miskin dalam memperoleh layanan pendidikan
yang bebas biaya, bermutu, dan tanpa diskriminasi gender.
6. Penyediaan akses kesempatan kerja dan berusaha, untuk memenuhi hak fakir
miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha yang layak.
7. Bantuan hukum, yaitu bantuan yang diberikan kepada fakir miskin yang
bermasalah dan berhadapan dengan hukum dan
8. Pelayanan sosial.

2. Intan Dhea Arnava (2102005)


Di indonesia kasus kemiskinan masih terbilang belum diatasi dgn baik pdhl uu
mengenai fakir miskin telah ter regulasi dengan baik secara tertulis di dalam uu,tapi
mengapa angka kemiskinan itu blm bisa diatasi pdhl sudah ditegaskan dengan adanya
uu no 13 th 2011? bahkan bantuan2 pun telah di kerahkan,kira2 menurut kelompok
kalian apasih yang membuat kejadian angka kemiskinan yang tidak bisa teratasi?
Jawaban: Dijawab Oleh Alifiya Firjatullah Ramadhan (2102057)
 Masalah kemiskinan kami kira masalah seluruh negara, tidak hanya di
Indonesia. Bahkan, di negara maju juga banyak terdapat penduduk miskin
yang notabene negara maju itu kan negara yang kaya, canggih, semua serba
teknologi, contohnya saja amerika. apalagi di negara yang mau maju seperti
Indonesia, tentunya kemiskinan juga sudah menjadi suatu masalah yang bisa
dikatakan mendarah daging.
 Segala upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, namun pada
kenyataannya hanya bisa mengurangi angka kemiskinan. Ironinya, penduduk
miskin yang dibiayai oleh pemerintah, jadi menggantungkan segalanya ke
pemerintah seperti, beras nunggu dari pemerintah, bantuan uang nunggu cair
dari pemerintah, dan banyak bantuan-bantuan lain. sehingga, cenderung
memanjakan penduduk miskin.
 selain itu, bentuk negara juga sangat berpengaruh betapa sulitnya
mengentaskan kemiskinan, kepulauan, terdiri dari 17.000 pulau karena itu,
pulau-pulau kecil, pulau terpecil, menjadi sulit dijangkau pusat untuk
diberdayakan, jadi bisa dibayangkan yahh berapa manusia di Indonesia yang
mengalami kemiskinan, yang didata baru 26 juta lebih, yang belum terdata
juga masih banyak.
 Yang paling kompleks penyebab kemiskinan itu kebutuhan hidup era modern
yang semakin meningkat, oleh karena itu seluruh masyarakat membutuhkan
pekerjaan yang layak dengan gaji yang setara dengan pengeluarannya.
 Pada kenyataannya, sekarang harga kebutuhan tinggi namun penghasilan
masyarakat masih rendah, jadii yaa begitulah keadaan sehingga masalah
kemiskinan itu sangatlah sulit diatasi.

3. Nabila Amalia Putri (2102079)


Tadi dijelaskan didalam PPT tentang UU No. 24 Tahun 2007 dengan HAM
mengenai tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana, dimana pada point c berbunyi "penjaminan pemenuhan hak masyarakat
dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai dengan standar
pelayanan umum". Semisal disuatu daerah terjadi bencana lalu pemerintah pusat
mengirimkan bantuan berupa uang dan sembako. Tetapi dalam lembaga pemerintah
itu sendiri ada sebagian orang yang mengambil jatah dari bantuan tersebut. Misalnya
uang yang diberikan setengahnya mereka pakai untuk kepentingan pribadi lalu
sembako yang diberikan juga dibagi tidak secara adil dan merata. Untuk kasus seperti
itu apa sanksi yang tepat untuk diberikan pada sebagian orang tersebut? Lalu,
bagaimana agar kasus seperti itu tidak lagi terjadi, mengingat di Indonesia masih ada
penyalahgunaan bantuan seperti kasus tersebut.
Jawaban: Dijawab oleh Tiara Tri Sofiani (2102051)
 Kasus tersebut dinamakan korupsi bantuan sosial, dijelaskan dalam Pengertian
tindak pidana korupsi berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU
Tipikor) yang kemudian mengalami perubahan lagi dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 25/PUU-XIV/2016 adalah:
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”
 Melalui pengertian tindak pidana korupsi dari Pasal 2 Ayat 1 UU Tipikor ini,
terlihat bahwa terdapat 3 (tiga) unsur yaitu melawan hukum, untuk
memperkaya diri sendiri, dan kerugian negara.[1] Ketiga unsur ini harus saling
berhubungan dan dapat dibuktikan keberadaannya.
 Jadi, sanksinya dihukum penjara dan diambil harta yang telah dikorupsinya
melalui denda.
 Untuk penanganannya sendiri, pemerintah juga sudah mencoba berbagai cara
untuk memberantas korupsi, Undang-undang sudah sangat jelas bagaimana
sanksi dan hukuman bagi pelaku korupsi, namun hal yang paling penting
digunakan untuk mencegah korupsi adalah penanaman mindset sejak dini
kalau korupsi itu adalah tindakan tidak terpuji, merugikan orang lain bahkan
negara, maka dari itu mata kuliah pendidikan anti korupsi menjadi mata kuliah
wajib dan pilihan.

4. Syahla Julia Hasbi (2102039)


Kan UU No 24 tentang penanggulangan bencana th baru lahir pada tahun 2007 karena
didasarkan pada banyaknya bencana yg terjadi. Jadi, bagaimana peran pemerintah
sebelum adanya uu tersebut dlm menangani banyak nya bencana yg menimpa
masyarakat? Apakah jaminan perlindungan dan pemberdayaan untuk masyarakat
dianggap sepele atau hanya mengharapkan bantuan relawan? Bagaimana mnururt
kalian terhadap hal ini?
Jawaban: Dijawab oleh Sahla Zulfika (2102045)
 Dari dulu, setelah proklamasi sistem penanggulangan bencana itu sudah ada,
hanya saja UU No 24 Tahun 2007 itu sebagai penyempurna.
 Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia memiliki
129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of fire, serta terletak berada
pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, Lempeng Indo-Australia,
Eurasia, dan Pasifik.
 Wilayah Indonesia
Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia memiliki
129 gunung api aktif, atau dikenal dengan ring of fire, serta terletak berada
pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia?Lempeng Indo-Australia,
Eurasia, dan Pasifik.
 Cincin Api Pasifik dan berada di pertemuan tiga lempeng tektonik
menempatkan negara kepulauan ini berpotensi terhadap ancaman bencana
alam, posisi Indonesia yang berada di wilayah tropis serta kondisi hidrologis
memicu terjadinya bencana alam lainnya.
 Menghadapi ancaman bencana tersebut, Pemerintah Indonesia berperan
penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana di tanah air.
Pembentukan lembaga merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah
berproses dari waktu ke waktu. kalau sekarang Badan penanggulangan
bencana namanya BNPB, kalau dulu tahun 45 karena masih zaman perang
namanya Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). dan terus
berkembang sampai menjadi BNPB karena bencananya bukan hanya bencana
perang dan bencana alam, namun juga bencana sosial. Jadi, dulu konsep
gulben itu ada, hanya tidak di Undang-undangkan.

Anda mungkin juga menyukai