Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS UJIAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN


DASAR PROFESI

DISUSUN OLEH:

WISPA HANYDAAYNI,SST P017204220 38

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Ns Afrida Hayati S.Kep Ns.Hendri Heryanto, M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. Pengertian Istirahat Tidur
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah
keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya
aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu keadaan relative tanpa
sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang
berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang
berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau
mungkin hanya melibatkan istirahat untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar,
2011:203). Istirahat adalah suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya
(Lynda Juall, 2012:522). Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas
waktu tidur akibat faktor eksternal (NANDA NIC-NOC,2013:603).
Insomnia adalah gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi. Deprivasi tidur adalah periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic
dan alami secara terus-menerus). Kesiapan meningkatkan tidur adalah pola “tidur
ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat, mempertahankan
gaya hidup yang diinginkan dan dapat ditingkatkan (NANDA, 2012).

1. Fisiologi Tidur
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang
berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga
tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid
Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga
keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya
mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan

1
otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif,
baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata
cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur
REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)


Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi empat
tahapan yaitu:
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat.
Tahap I ini ditandai dengan:
a) Mata menjadi kabur dan rileks
b) Seluruh otot menjadi lemas
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa
f) Dapat terbangun dengan mudah
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang
otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan:
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak
b) Suhu tubuh menurun
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang
disebut gelombang tidur
3) Tahap III

2
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30
menit. Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus/detik
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan:
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam bangun
pagi
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total)
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi 1-2
siklus/detik
f) Gerak bola mata mulai meningkat
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol)

b. Rapid Eye Movement (REM)


Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-
25 % dari tidurnya.
1) Tahap REM ditandai dengan:
a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan
yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi
f) Metabolisme meningkat

3
g) Lebih sulit dibangunkan
h) Sekresi ambung meningkat
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20
menit
2) Karakteristik tidur REM
a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea
d) Nadi : Cepat dan ireguler
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi
f) Sekresi gaster : Meningkat
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik
h) Gelombang otak : EEG aktif
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur


a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti
asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat
tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.

4
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
g. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein
(Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan
Narkotika (Mensupresi REM).

3. Gangguan Tidur
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah
insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di
malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari ( Maslow, 2005).
a. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau
tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui
pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena
faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia
yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten
insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga,
terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
b. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Misalnya tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal,
enuresis (mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).

5
c. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama
pada siang hari.
d. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba
pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti
nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan
dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau
berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya (Guilleminaultt
dan Fromberz, 2005).
e. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga
jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang
paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA). OSA
mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun sering
terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak
(Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga
mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas
tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung (hiponea)
atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan Bassiri,
2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan perut terus
bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan suara mendengus
atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian atau seluruhnya
berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi kuat sampai
penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur,
namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur
REM.

6
4. Kebutuhan dan Pola Tidur Normal
Tingkat
Perkembangan Pola Tidur Normal
Usia
Neonatus (Bayi Tidur 14-18 jam sehari, Gerak tubuh sedikit, 50 %
baru lahir) tidur NREM

Tidur 12-14 jam sehari, 20-30 % tidur REM, Tidur


Bayi
lebih lama pada malam hari dan punya pola terbangun
pada malam hari
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25 % tidur REM,
Todler
Banyak tidur di malam hari dan kebiasaan terbangun
pada dini hari berkurang
Prasekolah Tidur 11 jam sehari dan 20% adalah tidur REM
Tidur 10 jam sehari dan tergantung dari aktivitas yang
Usia Sekolah
dilakukan
Remaja Tidur 7,5 jam pada malam hari dan 20 % tidur REM
Tidur sekitar 7-9 jam per hari, 5-10 % tidur tahap I
Dewasa Muda dan 50 % tidur tahap II, 10-20 % tidur tahap III –IV,
20-25% tidur REM
Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM dan
Dewasa Tengah
kadang-kadang insomnia
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25 % tidur REM dan
Lansia
sering insomnia, Sering terbangun pada malam hari

B. Gejala dan Tanda


1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood

7
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan, enuresis,
atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk
mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.

8
C. Pohon Masalah

Lingkungan tidak nyaman


Latiha
Obat
& Gaya hidup Stress / n
Substan emosion

Mengubah Mengurangi kenyamana n tidur


Kecemasan
Rutinitas & bekerja rotasi
pola tidur Sulit tidur

Nutrisi & kalori Tegang /


frustasi
Ganggua
Kesulitan menyesuaika n perubahan jadwal tidur
n Motivasi tidur
pencerna Sering
terbangun
Gangguan tidur
Keinginan
menanti
Penyakit infeksi
Gangguan proses tidur
Gangguan
Lemah & letih

Tidak dapat tidur dalam periode


Tidak dapat tidur dengan kualitas baik
Butuh lebih banyak tidur
Perbaikan
pola

Akibat Kesiapan
Akibat Depriva
faktor meningka
factor si
tk an

Gangguan Insomnia
pola

9
D. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Remelda (2008) untuk mendiagnosis seseorang mengalami gangguan
atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan melalui penilaian terhadap :
1. Pola tidur penderita
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang
3. Tingkatan stres psikis
4. Riwayat medis
5. Aktivitas fisik.
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram
(EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat ini kita dapat mengkaji
aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi
merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari. The Multiple Sleep
Latency Test (MSLT) memberikan informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-
aspek tertentu dari struktur tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG,
perubahan tonus otot menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan
EEG. Klien dapat memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola
tidur selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu tidur,
efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan istirahat (Buysse,
2005).

E. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara
yang dapat dilakukan antara lain :
a) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang
dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan
kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.

1
b) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur
dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d) Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli
atau dokter psikiatri.
e) CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau
merasa bahwa dirinya masih berharga.
f) Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.
g) Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu
bangun pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur
malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya
sesaat.
h) Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i) Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita
yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.

1
j) Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2) Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara
lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur
yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya:
Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi efek
samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik, gangguan fungsi
mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir, mulut kering, dsb.

F. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien dengan
format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku bangsa, alamat,
pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara pasien dengan
penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan
pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan

1
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung
lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun
karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien. Meliputi
pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit keturunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali atau
sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
a. Bernapas
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur
f. Berpakaian
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Personal Hygiene
i. Rasa Aman Nyaman
j. Komunikasi
k. Spiritual
l. Rekreasi
m. Bekerja
n. Pengetahuan atau belajar
4. Data Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum Pasien

1
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna
kulit.
b. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut,
telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh
berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi.
5. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan
pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
6. Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai
taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

G. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda International diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1) Insomnia
 Definisi: Gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi.
 Batasan Karakteristik
1. Sering membolos
8. Menyatakan sulit tertidur
(mis., kerja, sekolah)
9. Menyatakan sulit tidur
2. Afek tampak berubah
nyenyak
3. Tampak kurang bergairah
10. Menyatakan kurang puas
4. Menyatakan perubahan
tidur (saat ini)
alam perasaan
11. Menyatakan peningkatan
5. Menyatakan penurunan
terjadi kecelakaan
status kesehatan
12. Menyatakan kurang
6. Menyatakan penurunan
bergairah
kualitas hidup
13. Menyatakan sulit tidur
7. Menyatakan sulit
kembali setelah terbangun
konsentrasi

1
14. Menyatakan gangguan 15. Menyatakan bangun terlalu
tidur yang berdampak pada pagi.
keesokan hari

 Faktor yang Berhubungan


1. Pola aktivitas (mis., waktu, kuantitas)
2. Ansietas
3. Depresi
4. Faktor lingkungan (mis., kebisingan lingkungan sekitar, pajanan
terhadap cahaya/gelap, suhu/kelembapan lingkungan sekitar,
tatanan yang tidak familier)
5. Ketakutan
6. Tidur siang terlalu lama
7. Perubahan hormone terkait jenis kelamin
8. Berduka
9. Gangguan pola tidur normal (mis., bepergian, kerja shift)
10. Higiene tidur tidak adekuat (saat ini)
11. Konsumsi alcohol
12. Konsumsi stimulant
13. Tidur terputus
14. Tanggung jawab orang tua
15. Obat
16. Ketidaknyamanan fisik (mis., nyeri, napas pendek, batuk,
refluks gastroesofagus, mual, inkontinensia/urgensi)
17. Stress (mis., pola/kebiasaan merenung sebelum tidur).

2) Deprivasi Tidur
 Definisi
Periode panjang tanpa tidur (“tidur ayam” yang periodic dan alami
secara terus-menerus.
 Batasan Karakteristik

1
1. Konfusi akut 13. Ketidakmampuan
2. Agitasi konsentrasi
3. Ansietas 14. Iritabilitas
4. Apatis 15. Letargi
5. Sering memberontak 16. Lesu
6. Mengantuk di siang 17. Malaise
hari
18. Gangguan persepsi (mis.,
7. Penurunan kemampuan
gangguan sensasi tubuh,
berfungsi
waham, merasa “melayang”)
8. Keletihan
19. Gelisah
9. Fleeting nystagmus
20. Reaksi lambat
10. Halusinasi
21. Paranoia sementara
11. Tremor tangan
12. Peningkatan sensitivitas
terhadap nyeri

 Faktor yang Berhubungan


1. Pergeseran tahap tidur terkait penuaan
2. Demensia
3. Paralisis tidur familial
4. Hipersomnolen sistem saraf pusat idiopatik
5. Aktivitas di siang hari tidak adekuat
6. Narkolepsi
7. Mimpi buruk
8. Peran sebagai orang tua yang mengakibatkan tidak dapat tidur
9. Pergerakan ekstremitas periodic (mis., sindrom resah kaki, mioklonus
nocturnal)
10. Ketidaknyamanan lama (mis., fisik psikologis)
11. Higiene tidur selalu tidak adekuat
12. Penggunaan obat atau suplemen penahan kantuk
13. Apnea tidur
14. Enuresis terkait tidur
15. Ereksi nyeri terkait tidur

1
16. Teror tidur
17. Tidur berjalan
18. Sindrom Sundowner
19. Ketidaksingkronan irama sirkadian yang terus menerus
20. Stimulasi lingkungan yang terus menerus
21. Higiene tidur tidak adekuat yang terus menerus
22. Ketidaknyamanan kontinu pada lingkungan tidur.

3) Kesiapan Meningkatkan Tidur


 Definisi
Pola “tidur ayam” yang periodic dan alami, yang memberi istirahat adekuat,
mempertahankan gaya hidup yang diinginkan, dan dapat ditingkatkan.
 Batasan Karakteristik
1. Jumlah tidur sesuai kebutuhan perkembangan
2. Mengekspresikan perasaan dapat beristirahat setelah tidur
3. Mematuhi rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur
4. Penggunaan obat penginduksi tidur hanya kadang-kadang saja
5. Menyatakan merasa cukup istirahat setelah tidur.

4) Gangguan Pola Tidur


 Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
 Batasan Karakteristik
1. Perubahan pola tidur normal
2. Penurunan kemampuan berfungsi
3. Ketidakpuasan tidur
4. Menyatakan sering terjaga
5. Menyatakan tidak mengalami kesulitan tidur
6. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat.
 Faktor yang Berhubungan
1. Kelembapan lingkungan sekitar
2. Suhu lingkungan sekitar
3. Tanggung jawab memberi asuhan

1
4. Perubahan pajanan terhadap cahaya-gelap
5. Gangguan (mis., untuk tujuan terapeutik, pemantauan,
pemeriksaan laboratorium)
6. Kurang control tidur
7. Kurang privasi
8. Pencahayaan
9. Bising
10. Bau gas
11. Restrain fisik
12. Teman tidur
13. Tidak familier dengan perabot tidur.

H. Intervensi Keperawatan
Tujuan & Kriteria
No Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
1 Insomnia Setelah dilakukan 1. Peningkatan Koping : 1. Mengurangi tekanan
asuhan keperawatan Membantu pasien pada diri pasien.
selama... x 24 jam untuk beradaptasi 2. Kenyamanan
diharapkan pasien tidak dengan persepsi, membuat pasien
mengalami insomnia stressor, perubahan relaksasi dan
dengan kriteria hasil : atau ancaman yang membantu pasien
1. Jumlah jam tidur mengganggu santai.
(sedikitnya 5 jam pemenuhan tuntutan 3. Agar pasien mampu
per 24 jam untuk dan peran hidup. membangun pola
orang dewasa. 2. Manajemen tidur yang sesuai
2. Pola, kualitas dan Lingkungan
rutinitas tidur. Kenyamanan:
3. Perasaan segar Memanipulasi
setelah tidur. lingkungan sekitar
4. Terbangun di waktu pasien untuk
yang sesuai. meningkatkan
kenyamanan yang
optimal.

1
3. Peningkatan Tidur :
Memfasilitasi siklus
tidur-terjaga yang
teratur.
2 Deprivasi Setelah dilakukan 1. Manajemen Energi : 1. Menghilangkan
Tidur asuhan keperawatan Mengatur penggunaan pencetus deprivasi
selama ...X24 jam energi untuk tidur.
diharapkan pasien tidak mengatasi atau 2. Mengurangi
mengalami deprivasi mencegah keletihan gangguan tidur.
tidur dengan kriteria dan mengoptimalkan 3. Membuat pasien
hasil : fungsi. lebih santai.
1. Menunjukkan Tidur, 2. Manajemen Medikasi : 4. Agar pasien mampu
yang dibuktikan Memfasilitasi membangun pola
oleh indikator penggunaan obat resep tidur yang sesuai
berikut (gangguan dan obat bebas yang
ekstrem, berat, aman dan efektif.
sedang, ringan, atau 3. Manajemen Alam
tidak mengalami Perasaan:
gangguan ) Menciptakan
- Perasaan segar keamanan , kestabilan,
setelah tidur pemulihan, dan
- Pola dan kualitas pemeliharaan pasien
tidur yang mengalami
- Rutinitas tidur disfungsi alam
- Jumlah waktu perasaan baik depresi
tidur yang maupun peningkatan
terobservasi alam perasaan.
- Terjaga pada 4. Peningkatan Tidur :
waktu yang tepa Memfasilitasi siklus
- Melaporkan tidur-bangun yang
penurunan gejala teratur.
Deprivasi tidur
(misalnya, konfusi,

1
ansietas,
mengantuk pada
siang hari,
gangguan
perseptual, dan
kelelahan).
2. Mengidentifikasi
kan dan
melakukan
tindakan yang
dapat
meningkatkan
tidur atau
istirahat
3. Mengidentifikasi
kan faktor yang
dapat
menimbulkan
Deprivasi tidur
(misalnya, nyeri,
ketidakadekuatan
aktivitas pada
siang hari)
3 Kesiapan Setelah dilakukan 1. Manajemen Energi : 1. Membantu pola tidur
Meningkat asuhan keperawatan Mengatur penggunaan yang adekuat pada
kan Tidur selama...x 24 jam energy untuk pasien.
diharapkan pasien dapat mengatasi atau 2. Kenyamanan
meningkatkan tidur mencegah keletihan membuat pasien
dengan kriteria hasil dan mengoptimalkan relaksasi dan
Pasien akan : fungsi membantu pasien
1. Mengidentifikasi 2. Manajemen santai.
tindakan yang Lingkungan 3. Agar pasien mampu
akan Kenyamanan: membangun pola

2
meningkatkan Memanipulasi tidur yang sesuai
istirahat atau tidur lingkungan sekitar
2. Mendemonstrasik pasien untuk
an kesejahteraan meningkatkan
fisik dan kenyamanan optimal
psikologis 3. Peningkatan Tidur :
3. Mencapai tidur Memfasilitasi siklus
yang adekuat tidur-bangun yang
tanpa teratur
menggunakan obat

4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Determinasi efek-efek 1. Mengetahui


Pola Tidur asuhan keperawatan medikasi terhadap pengaruh obat
selama... x 24 jam pola tidur. dengan pola tidur
diharapkan px tidak 2. Jelaskan pentingnya pasien.
terganggu saat tidur tidur yang adekuat. 2. Memberikan
dengan kriteria hasil : 3. Fasilitas untuk informasi kepada
1. Jumlah jam tidur mempertahankan pasien dan keluarga
dalam batas normal aktivitas sebelum tidur pasien.
6-8 jam/hari. (membaca). 3. Meningkatkan tidur.
Pola tidur, kualitas 4. Ciptakan lingkungan 4. Agar periode tidur
dalam batas normal. yang nyaman. tidak terganggu dan
3. Perasaan segar 5. Kolaborasi pemberian rileks.
sesudah tidur atau obat tidur. 5. Mengurangi
istirahat. 6. Diskusikan dengan gangguan tidur.
4. Mampu pasien dan keluarga 6. Meningkatkan pola
mengidentifikasi tentang teknik tidur tidur yang baik
hal-hal yang pasien. secara mandiri.
meningkatkan tidur. 7. Instruksikan untuk 7. Mengetahui
memonitor tidur perkembangan pola
pasien. tidur pasien.
8. Monitor waktu makan 8. Mengetahui
dan minum dengan pengaruh waktu

2
waktu tidur. makan dan minum
9. Monitor/catat terhadap pola tidur
kebutuhan tidur pasien pasien.
setiap hari dan jam. 9. Mengetahui
perkembangan pola
tidur pasien.

2
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi


13.Jakarta:EGC
Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction
NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta: EGC
Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku
3.Jakarta: Salemba Medika
Potter, Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan
Praktik, Edisi 4.Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah.2006.Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Medika Salemba.
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
EGC

Mengetahui
Pembimbing Praktik
2
Mengetahui
Pembimbing Akademik

(NS.I.G.A. Ari Rasdini.,S.Pd., S.Kep., M.Pd.)


NIP. 195910151986032001

Anda mungkin juga menyukai