Anda di halaman 1dari 28

 

TUGAS KEPERAWATAN ANAK MAKALAH LEUKEMIA


Disusun guna memenuhi tugas Kep Anak

Disusun Oleh :

Afriza Prima Safira ( 2107025 )


Beny Sancaya ( 2107033 )
Iin Werdining Rahayu ( 2107044 )
Jefri Bayu Permana ( 2107046 )
Nida Nur Afida ( 2107054 )
Istikharoh (2107078)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak yang
berjudul “Leukemia pada Anak”. Penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
2. Teman-teman Sarjana Keperawatan Transfer Tahun 2022 yang telah memberikan
masukan dan saran dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini.Penulis


mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, semoga yang penulis sampaikan
ini dapat membantu dan berguna bagi kita semua.

Semarang, Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
C. Manfaat Penulisan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Konsep Teori.................................................................................... 3
1. Pengertian .................................................................................. 4
2. Epidemiologi.............................................................................. 4
3. Etiologi....................................................................................... 6
4. Manifestasi Klinis...................................................................... 7
5. Klasifikasi.................................................................................. 9
6. Patofisiologi............................................................................... 10
7. Pemeriksaan penunjang.............................................................. 11
8. Patoflowdiagram........................................................................ 13
9. Penatalaksanaan......................................................................... 14
10. Pencegahan................................................................................. 16
11. Prognosis.................................................................................... 17
B. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................... 17
1. Pengkajian.................................................................................. 17
2. Diagnosa Keperawatan............................................................... 18
3. Nursing Care Plan (NCP)........................................................... 19
4. Implementasi.............................................................................. 22
5. Evaluasi...................................................................................... 22
6. Discharge Planning.................................................................... 22
BAB III PENUTUP......................................................................................... 23
A. Kesimpulan...................................................................................... 23
B. Saran................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau
banyak sel disumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada
waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis.
Proliferasi patologis terjadi pada sel hemopoetik muda yang ditandai dengan kegagalan
sumsum tulang dalam membentuk sel darah merah normal dan adanya infiltrasi ke
jaringantubuh lain (Soegijanto, 2016). Di Amerika pada tahun 2016 diperkirakan
muncul 60.140 kasus baru leukemia dan sekitar 75% nya adalah kasus leukemia
limfoblastik akut (Fernandes, 2020). Selain itu, di Cina leukemia termasuk kedalam
penyakit kanker yangpalingbanyak terjadi pada anak dan remaja yaitu sekitar 20-50 juta
anak setiap tahunnya (Wuetal., 2010).
Leukemia merupakan penyakit dengan jumlah kasus baru dan jumlah kematian
terbanyak. Kasus baru dan kematian akibat leukemia cenderung meningkat setiap
tahunnya. Pada kuesioner Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI tahun 2013
didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar
1,4%. Prevalensi kanker tertinggi berada pada Provinsi DI Yogyakarta yaitu sebesar
4,1%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional. Prevalensi tertinggi
berikutnya berada pada Provinsi Jawa Tengah dan Bali, yaitu sebesar 2,1% dan 2,0%.
Menurut data Union for International Cancer Control (UICC), setiap tahun terdapat
sekitar 176.000 anak yang didiagnosis kanker mayoritas berasal dari negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Kejadian kanker pada anak di seluruh dunia masih
cukup jarang, namun kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian 90.000
anak setiap tahunnya. Di negara berpenghasilan tinggi, kanker merupakan penyebab
kedua terbesar kematian anak umur 5-14 tahun, setelah cedera dan kecelakaan.
Sementara itu, di Indonesia terdapat sekitar 11.000 kasus kanker anak setiap tahunnya,
dan terdapat sekitar 650 kasus kanker anak di Jakarta. Jenis penyakit kanker anak
cenderung berbeda dengan kanker pada dewasa. Secara umum, sepertiga dari kanker
anak adalah leukemia (KEMENKES RI, 2013).
2

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran
asuhan keperawatan pada pasien anak dengan penyakit Leukemia.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang konsep teori penyakit Leukemia pada anak.
b. Mengetahui tentang konsep keperawatan pada pasien anak dengan penyakit
Leukemia.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan dan sebagai sumber informasi mengenai asuhan
keperawatan pasien anak dengan penyakit Leukemia secara tepat.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk mencegah dan merawat
anak dengan penyakit Leukemia.
3. Bagi Pendidikan
Menambah ilmu pengetahuan dan sebagai sumber informasi untuk pembelajaran
asuhan keperawatan secara holistik pada pasien anak dengan penyakit Leukemia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Hematologi
1. Darah
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan
organ yang lain karena berbentuk cairan. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu
berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai
pembawa oksigen (oxygencarrier), mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi
dan mekanisme hemostasis (Handayani, 2014).
Darah merupakan jaringan yang terdiri dari dua komponen, plasma dan sel darah
(korpuskili). Plasma merupakan komponen intraseluler yang berbentuk cair dan
berjumlah sekitar 55% dari volume darah, sedangkan sel darah merupakan
komponen padat yang terdapat di dalam plasma darah yang terdiri dari sel eritrosit
(sel darah merah), leokosit (sel darah putih), dan trombosit (bekuan darah) dengan
jumlah 45% dari volume darah (Evelyn C, 2014).
Darah arteri berwarna merah terang, itu menandakan bahwa darah
teroksigenasi dengan baik. Sementara darah vena berwana gelap karena
kuranngteroksigenasi. Darah mengalir 4-5 kali lebih lamban dibanding air karena
darah 4-5 kali lebih kental dari pada air. Berat jenis darah bervariasi berkisar
anatara1,054-1,065, suhu darah adalah 38 celcius dan pHnya adalah 7,38. Volume
darah dalam tubuh berkisar 8% dari berat badan, rata-rata mendekati 5-6 liter
(Syaifuddin, 2014).
2. Plasma Darah
Plasma darah termasuk dalam kesatuan cairan ekstra seluler, dengan
volumenya kira-kira 5% dari berat badan. Susunan plasma terdiri dari 91,0% air,
8,0% protein (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen), mineral 0,9%
(kalsium, fosfor, magnesium, besi dan lainnya) dan 0,1% diisi oleh sejumlah bahan
organik seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolestrol dan asam
amino. Plasma darah juga berisi hormon-hormon, enzim dan antibodi (Pearce,
2009).
3. Eritrosit
Eritrosit atau Sel darah merah adalah sel yang memiliki fungsi khusus
4

mengangkut oksigen ke jaringan-jaringan tubuh dan membantu pembuangan karbon


dioksida dan proton yang dihasilkan oleh metabolisme jaringan tubuh. Masa hidup
eritrosit ialah 120 hari sejak dibentuk di jaringan hematopoietik (Kiswari R, 2014)

B. Konsep Leukemia
1. Pengertian
Leukemia adalah proliferasi patologin dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir dengan fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah
yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuatan sel darah yaitu pada
sumsum tulang. Leukemia yaitu proliferasi sel darah putih yang masih teratur dalam
jaringan pembentuk darah (Bararah & Jauhar, 2013).
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat
menyebabkan anemia, trombositopeni dan diakhiri dengan kematian (Nurarif &
Kusuma, 2015)
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini
yang berlebihan dari sel darah putih. Leukemia juga bisa didefinisikan sebagai
keganasan hematologis akibat proses neoplastic yang disertai gangguan diferensiasi
pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik (Handayani &Haribowo, 2010).
Leukemia ditandai oleh proliferasi ganas sel darah putih abnormal (sel blas) dalam
sumsum tulang. Leukemia limfoblastik akan terjadi pada 85%, lebih sering muncul
pada anak laki-laki dan insiden puncak terjadi antara usia 2 hingga 5 tahun (Nurarif
& Kusuma, 2015).

2. Epidemiologi
Leukemia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya merupakan
sebagian kecil dari kanker secara keseluruhan. Beberapa data epidemiologi
menunjukkan hasil sebagai berikut :
a) Insiden
Insiden leukemia di negara Barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun. Leukemia
merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada angka pasti mengenai
insiden leukemia di Indonesia.
b) Frekuensi relatif
Frekuensi relatif leukemia di negara barat menurut Gunz adalah sebagai berikut :
5

1) Leukemia akut : 60%


2) CLL : 25%
3) CML : 15%
Di Indonesia, frekuensi CLL sangat rendah, CML merupakan leukemia kronis
yang paling sering dijumpai.
c) Usia
Insiden leukemia menurut usia didapatkan data sebagai berikut:
1) ALL terbanyak pada anak-anak dan dewasa
2) AML pada semua semua usia, lebih sering pada orang dewasa
3) CML pada semua usia tersering usia 40-60 tahun
4) CLL terbanyak pada orang tua
d) Jenis kelamin
Leukemia lebih seing dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita dengan
perbandingan 2:1.
Leukemia limfoblastik akut atau acutelymphoblastic leukemia (ALL) lebih sering
terjadi pada anak-anak, dengan insiden yang paling tinggi pada usia 4 tahun. Pada
sebagian besar pasien, penyebab leukemia akut tidak dapat ditentukan, walaupun
infeksi dapat berperan dalam terjadinya ALL pada masa kanak-kanak (Handayani
&Haribowo, 2010).
Menurut Soegijanto (2016), leukemia akut merupakan bentuk keganasan yang
paling umum pada anak-anak dan merupakan 35% dari seluruh keganasan pada
anak-anak. Angka kejadian di Negara Barat adalah 4/100.000 anak-anak di bawah
usia 15 tahun, di Amerika Serikat sekitar 2000 kasus baru/tahun, Inggris 380 kasus,
dan 400 kasus di Prancis. Adanya variasi angka kejadian dapat diterangkan oleh
factor-faktor penyebab genetik dan lingkungan. Angka kejadian yang terendah di
Afrika (1,18-1,61/100.000) dan tertinggi di antara anak-anak Hispanik (Costa Rica
5,94/100.000 dan Los Angeles 5,02/100.000). Puncak insiden terjadi pada umur 4
tahun, dengan rentang insiden umur 2,5 tahun terutama di Negara maju bila
dibandingkan dengan di Asia dan Afrika.
Di Indonesia belum ada angka kejadian leukemia secara pasti. Moeslichan (1994)
menemukan angka insiden leukemia pada anak di Jakarta pada tahun 1993 adalah
27,6 per satu juta anak usia 1-14 tahun. Sedangkan Sutaryo (2000) menyatakan
bahwa ada 80 juta anak Indonesia berusia di bawah 15 tahun. Setiap tahunnya ada
sekitar 2000-3000 kasus baru LLA. Lusiana dkk pada tahun 2001 melaporkan bahwa
6

di RSUD Dr. Soetomo LLA menduduki ranking pertama untuk keganasan pada anak
selama 10 tahun terakhir (1991-2000). Ada 524 kasus atau merupakan 50% dari
seluruh keganasan pada anak yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%)
adalah LLA, 50 anak (10%) menderita leukemia nonlimfoblastik dan 42 kasus
merupakan leukemia meilositik kronik.
Menurut Kemenkes (2011), penyakit ini paling banyak di jumpai di antara semua
penyakit keganasan pada anak. Di negara berkembang 83% ALL, 17% AML,
ditemukan pada anak kulit putih dibandingkan kulit hitam . Sembilan puluh tujuh
persen adalah Leukemia Akut (82% LLA dan 18% LMA) dan 3% LMK. Secara
epidemiologi, Leukemia Akut merupakan 30-40% dari keganasan pada anak, puncak
kejadian pada usia 2-5 tahun, angka kejadian anak di bawah usia 15 tahun rata-rata
4-4,5/100.000 anak pertahun. Angka kematian Leukemia di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Kanker “Dharmais” (RSKD) tahun
2006-2010 adalah sebesar 20-30% dari seluruh jenis kanker pada anak. Penderita
laki-laki lebih tinggi 1,15 kali dibanding perempuan untuk LLA dan pada LMA
leukemia laki-laki dan perempuan hampir sama.

3. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penyebab yang pasti belum diketahui,
akan tetapi terdapat factor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia,
yaitu:
a. Faktor genetik
Insiden leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita kelainan
kongenital dengan aneuloidi, misalnya agranulotosis kongenital, sindrom Ellis
vanGreveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom
klenefelter, dan sindrom trisomi D.
b. Radiasi/Sinar radioaktif
Sinar radioaktif merupakan factor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia pada binatang maupun pada manusia. Angka kejadian
leukemia mieloblastik akut (AML) dan leukemia granulositik kronik (LGK) jelas
sekali meningkat sesudah sinar radioaktif. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa
penderita yang diobati dengan sinar radioaktif akan menderita leukemia pada 6%
7

klien, dan baru terjadi sesudah 5 tahun.


c. Obat-obatan imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstibestrol
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia
pada manusia adalah virus. Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian
yang mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia, yaitu
enzymereversetranscriptase ditemukan dalam darah manusia. Seperti diketahui
enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C, yaitu
jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada bianatang. Enzim tersebut
menyebakan virus yang bersangkutan dapat membentuk bahan genetik yang
kemudian bergabung dengan genom yang terinfeksi.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Kemenkes (2011), Tanda dan gejala leukemia pada anak, yaitu:
a. Pucat, lemah, anak rewel, nafsu makan menurun

b. Demam tanpa sebab yang jelas


c. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
d. Mata menonjol
e. Kejang sampai penurunan kesadaran
f. Perdarahan kulit (petekie, hematom) dan atau perdarahan spontan (epistaksis, per
darahan gusi)
8

g. Nyeri tulang pada anak


Seringkali ditandai pada anak yang sudah dapat berdiri dan berjalan, tiba-tiba tida
k mau melakukannya lagi, anak lebih nyaman untuk digendong. h. Pembesaran te
stis dengan konsistensi keras.

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pe
nyakit leukemia adalah sebagai berikut:
a. Leukemia Limfotik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi, umumnya menggambarkan kegagalan su
msum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, pucat, pan
as, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga dite
mukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme, lesi purpura pada kulit
Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia, dan femur.
b. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang m
engalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan ke
mmpuan Latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin par
ah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
c. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa Lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan
oleh sindrom kegagalan sumsum tulang, perdarahan biasanya terjadi dalam bentu
k purpura atau petekie. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih
dari 100ribu/mm3 ) biasanya mengalami gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri d
ada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hi
perurisemia dan hipoglikemia.
9

d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik


LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pa
da fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desaka
n limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung
lama.Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petek
ie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.

5. Klasifikasi
Menurut Bararah & Jauhar (2013), berdasarkan morfologi sel terdapat 5 golongan
besar leukemia sesuai dengan lima macam sistem dalam sumsum tulang yaitu:
a. Leukemia sistem eritropoitik: mielosis, eritremika.
b. Leukemia sistem granulopoitik: leukemia granulosit.
c. Leukemia sistem trombopoitik: leukemia megakarlosit.
d. Leukemia sistem limfopoitik: leukemia megakarlosit.
e. Leukemia RES: retikulo endoteliosis/retikolosis.

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), secara sederhana leukemia dapat diklasifikasika
n berdasarkan maturase sel dan tipe sel asal, yaitu:
a. Leukemia akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdes
aknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang di
sertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalana
n klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam
4-6 bulan.
Leukemia akut menurut klasifikasi FAB (French-America-British) dapat dikla
sifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan
akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan organ
omegaly (pembesaran organ dalam) dan kegagalan organ. LLA lebih sering dit
emukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%). Insiden LLA ak
an mencapai puncaknya pada 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-ana
k akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosa terutama diakibatkan oleh kegagala
n dari sumsum tulang.
10

2) Leukemia Mielositik Akut (LMA)


Merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan
berdiferensiasi ke semua sel myeloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositi
k yang paling sering terjadi. Lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%)
dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya mendadak dan progresif dalam
masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, L
NLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.

b. Leukemia Kronik
1) Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T). Perj
alanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjal
an lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK cenderung dikenal s
ebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 ta
hun dengan perbandingan 2-1 untuk laki-laki.
2) Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)
Adalah gangguan mieloproliferasi yang ditandai dengan produksi berle
bihan sel myeloid (seri granulosit) yang relative matang. LGK/LMK mencaku
p 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengah
an (40-50 tahun). Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom Philadelp
hia ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK.Sebagianbesar penderita LG
K/LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis
blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblas
/promielosit, disertai produksi neutrophil, trombosit dan sel darah merah yang
amat kurang.

6. Patofisiologi
Menurut Bararah dan Jauhar (2013), Adanya proliferasi sel kanker sehingga
sel kanker bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi dengan cara
infiltrasi sel normal digantikan dengan sel kanker. Dengan adanya sel kanker akan
terjadi depresi sumsum tulang yang akan mempengaruhi eritrosit, leukosit, faktor
pembekuan dan jaringan meningkat karena adanya depresi dari sumsum tulang maka
produksi eritrosit menurun dan terjadi anemia, produksi leukosit juga menurun
sehingga sistem retikoloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan
11

sistem pertahanan tubuh dan dan mudah mengalami infeksi yang manifestasinya
berupa demam. Faktor pembekuan juga mengalami penurunan sehingga terjadi
pendarahan yang akan menimbulkan trombositopenia. Dengan adanya pergantian sel
normal oleh sel kanker terjadi infiltrasi ekstra medular sehingga terjadi pembesaran
limpa, lifer, nodus limfe, dan tulang sehingga bisa menimbulkan nyeri tulang dan
persendian. Hal tersebut juga akan mempengaruhi SSP (sistem saraf pusat) yakni
adanya infiltrasi SSP sehingga timbullah meningitis leukimia, hal tersebut juga akan
mempengaruhi metabolisme sehingga sel akan kekurangan makanan.

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Bararah dan Jauhar (2013), pemeriksaan penunjang pada pasien dengan
Leukemia dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Secara umum, meliputi :
1) Pemeriksaan darah tepi
Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada darah tepi
berupa adanya positopenia, limfositosis yang menyebabkan darah tepi
monoton dan terdapat sel balst.
2) Kimia darah
Asam urat meningkat hipogamaglobinemia.
3) Sumsum tulang
4) Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan
limfe yang terdesak seperti : limfosit normal, RES.
5) Cairan serebrospinal
Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein.
6) Sitogenik
Menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom
Philadelphia atau Phi).
b. Berdasarkan jenis Leukemia yang dideritanya, antara lain :
1) Leukemia Limfositik Akut (LLA), jenis pemeriksaan penunjang antara lain :
a) Pemeriksaan laboratorium, meliputi :
(1) Darah tepi akan ditemukan hasil berupa adanya pensitopenia,
limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi
monoton terdapat sel blast yang merupakan gejala patogonomik untuk
12

Leukemia.
(2) Sumsum tulang akan ditemukan hasil gambaran yang monoton yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain
terdesak (apabila sekunder).
b) Pemeriksaan lain, meliputi :
(1) Biopsi limpa
(2) Kimia darah
(3) Cairan serebrolspinal
(4) Sitogenik
2) Leukemia Limfositik Kronik (LLK), jenis pemeriksaan penunjang yaitu
dengan pemeriksaan laboratorium dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
a) Darah tepi : limfositosi 50.000/mm.
b) Sumsum tulang : adanya infiltrasi merata.
3) Leukemia Granulositik Kronik(LGK), jenis pemeriksaan penunjang yaitu
dengan pemeriksaan laboratorium dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
a) Leukosit lebih dari 50.000/mm.
b) Trombositopenia.
c) Kadar fosfatase alkali leukosit rendah.
d) Kenaikan kadar vitamin B16 dalam darah.
e) Sumsum tulang hiper seluler dengan peningkatan jumlah megalicitiosil
dan aktivitas granulopolsis.
13

8. Patoflowdiagram

Faktor pencetus :
-Genetik -kelainan kromosom
-radiasi -infeksi virus
-obat obatan -paparan bahan kimia Sel neoplasma berproliferasi didalamsumsum tulang

Infiltrasi sumsum tulang Penyebaran ektramedular Sel onkogen

Melalui sirkulasi darah Melalui system limfatik Pertumbuhan berlebih

Pembesaran hati & limpa Keb. Nutrisi meningkat


Nodus limfe
Hepatosplenomegali Hipermetabolisme
Limfadenopati

Penekanan abdomen Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan t


Peningkatan tekanan intra abdomen

Sel normal digantikan oleh sel kanker

Gangguan rasa nyaman, nyeri

Depresi produksi sumsum tulang


Suplai O2 Kejaringan inadekuat Resiko perdarahan

Penurunan eritrosit
Anemia Kecenderungan perdarahan

Penurunan trombosit Trombositopenia Resiko infeksi

Penurunan fungsi leukosit


Daya tahan tubuh ↓ Tulang lunak dan lemah

Infiltrasi periosteal Kelemahan tulang Fraktur fisiologis

Stimulasi darah C Hambatan mobilitasfisik

Gangguan rasa nyamannyeri

(Sumber : Nurarif dan Kusuma, 2015)


14

9. Penatalaksanaan
Menurut Bararah dan Jauhar (2013), penatalaksanaan pada pasien dengan Leukemia
antara lain :
a. Terapi medis, meliputi :
1) Kortikosteroid
2) Imunoterapi
3) Transfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurng dari 6 gram%.
4) Sitostatika
Biasanya metotreksat atau MTX 2 minggu/kgBB, secara intrafekal 3x
seminggu 6-Merkaptopurin atau 6-MP setiap hari dengan dosis 65 mg/mm2
luas permukaan badan.
b. Terapi keperawatan, meliputi :
1) Pendekatan psikososial harus diutamakan.
2) Ruangan aseptik dan cara bekerja yang aseptik pula.
3) Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya untuk pasien
saja tetapi juga pada keluarg yang dalam hal ini sangat peka perasaanya jika
mengetahui penyakit anaknya.

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penatalaksanaan pada pasien dengan


Leukemia antara lain :
a. Kemoterapi, dibedakan menjadi :
1) Kemoterapi pada penderita LLA
Pengobatan umunya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang
digunakan untuk semua orang.
2) Kemoterapi pada penderita LMA
a) Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel Leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi
komplit.
b) Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakuakn sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi
dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar
15

dari dosis yang digunakan pada fase induksi. Pengobatan modern, angka
remisi 50-75% tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat
hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
3) Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK ditetapkan karena menentukan strategi terapi dan
prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai adalah klasifikasi :
a) Stadium 0 : Limfositosis tepi dan sumsum tulang.
b) Stadium 1 : Limfositosis dan limfadenopati.
c) Stadium 2 : Limfositosis dan splenomegali atau hepatomegali.
d) Stadium 3 : Limfositosis dan anemia (Hb<11 gr/dl)
e) Stadium 4 : Limfositosis dan trombositopenia<100.000/mm3 dengan atau
tanpa gejala pembesaran hati, limpa, dan kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang terjadi kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak
diberikan kepda penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup.
Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobtn biasa.
Pada stadium III dan IV diberikan kemoterapi intensif. Angka ketahanan
hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dri
10 thun. Pasien dengan stadium 0 dan I dapat bertahan hidup rata-rata 10
tahun, sedangkan pada pasien dengan stadium III dan IV rata-rata dapat
bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
4) Kemoterapi pada penderita LGK
a) Fase kronik
Busulfan dan hidroksiureamerupakanobat pilihan yang mampu menahan
pasien bebs dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan
bermacam obat yang intensif merupakan terpi pilihan fase kronik LMK
yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
b) Fase akselerasi
Fase akselerasi sama dengan terapi Leukemia akut, tetapi respon sangat
rendah.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan unsur berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia.
16

c. Transplantasi sumsum tulang


Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi
sumsum tulang berguna untuk menggnti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
d. Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan
peyakit Leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya, transfusi darah
untuk penderita Leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk
mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

10. Pencegahan
Pada anak, biasanya leukemia baru dapat diketahui ketika gejala muncul, seperti
kelelahan (fatigue), kelemahan, pusing, sakit kepala, sesak napas, kulit pucat, mudah
terkena berbagai infeksi, demam, mudah memar atau berdarah, mudah mimisan, gusi
rentan berdarah, nyeri pada sendi atau tulang, hingga pembengkakan di perut. Belum
ada upaya pencegahan yang efektif agar terhindar dari leukemia. Bahkan,
kebanyakan anak yang mengalami leukemia tidak memiliki faktor risiko sebelumnya
(Zahroh &Istiroha, 2019).

11. Prognosis
Menurut Zahroh &Istiroha (2019), Prognosis anak anak Leukimia pada umumnya
baik, lebih dari 95% terjadi remisi sempurna. Kira-kira 70-80% dari klien bebas
gejala 5 tahun. Apabila terjadi relaps, remisi sempurna kedua dapat terjadi pada
sebagian besar kasus. Para klien merupakan kandidat intuk implantasi sumsum
tulang dengan 35/65% kemungkinan hidup lebih lama.
17

C. Askep dengan Leukimia


1. Pengkajian
Menurut Bararah dan Jauhar (2013), pengkajian pada pasien dengan Leukemia
meliputi :
a. Anamnesa, terdiri dari :
1) Biodata : terutama menyerang usia 3-4 tahun.
2) Riwayat penyakit, meliputi ;
a) Keluhan utama : Pucat, panas.
b) Riwayat penyakit sekarang (RPS) : Pucat mendesak disertai panas dan
perdarahan.
c) Riwayat penyakit dahulu (RPD) : antenatal (ibu menderita Leukemia),
natal, pos natal.
3) ActivityDaily Life, meliputi :
a) Nutrisi : Nafsu makan hilang, penurunan BB.
b) Eliminasi : Terjadi konstipasi dan diare
c) Istirahat : Sering tidur
d) Aktivitas : Lemas, lelah, nyeri sendi
e) Kesehatan personal : Terganggu.
b. Pemeriksaan fisik, meliputi :
1) Pemeriksaan umum, meliputi :
a) Kesadaran : Compos mentis sampai koma.
b) Tekanan darah : Hipotensi
c) Nadi : Takikardi dan filiformis
d) Suhu : Demam sampai hiperpireksia
e) Pernapasan : Takipnea, sesak napas
2) Pemeriksaan fisik, meliputi :
b. Wajah : Pucat
c. Mata : Konjungtiva anemis, perdarahan retina, pupil edema.
d. Hidung : Epistaksis
e. Mulut : Gusi berdarah, bibir pucat, hipertropi gusi, stomatitis.
f. Leher : Pembesaran kelenjar geth bening, faringitis.
g. Dada : Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura.
h. Abdomen :Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati.
18

i. Skeletal : Nyeri tulang dan sendi.


j. Integumen: Purpura ekimosis, ptekie, dan mudah memar
3) Pemeriksaan penunjang, meliputi :
a) Pemeriksaan darah tepi
Berdasarkan pada kelainan sumsum tulang gejala yang terlihat pada
darah tepi berupa adanya ponsitopenia, limfositosis yang menyebabkan
darah tepi monoton dan terdapat sel blast.
b) Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat meningkat, hipogamaglobinemia.
c) Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton
yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain
terdesak (aplasia sekunder).
d) Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi sel Leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limfe yang terdesak.
e) Cairan serebrospinalis
Terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein.
f) Sitogenik
Menunjukkan kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom
Philadelphia atau Phi).

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Bararah dan Jauhar (2013), kemungkinan diagnosa keperawatan pada
pasien dengan Leukemia, antara lain :
a. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan transpor oksigen sekunder
terhadap berkurangnya jumlah sel darah merah.
b. Kecemasan yang berhubungan dengan ketidakadekuatan dengan diagnosa baru
dan rencana keperawatan.
c. Risiko infeksi yang berhubungan dengan ketidakefektifan sistem imun.
d. Risiko luka yang berhubungan dengan ketidakefektifan faktor pembeku
(platelet).

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), masalah keperawatan yang lazim muncul pada
19

pasien dengan Leukemia, antara lain :


a. Ketidakseimbanganperfusi jaringan pariferb.d penurunan suplai darah keperifer
(anemia).
b. Nyeri akut b.d infiltrasi leukosit jaringan sistematik.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan poliferatif
gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi.
d. Hambatan mobilitas fisik b.dkontraktur kerusakan integritas struktur tulang,
penurunan kekuatan otot (depresi sumsung tulang).
e. Resiko pendarahan b.d penurunan jumlah trombosit.
f. Resiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh.

3. Nursing Care Plan (NCP)


a. Diagnosa Keperawatan: Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan transpor
oksigen sekunder terhadap berkurangnya jumlah sel darah merah.
1) Tujuan : Aktivitas anak menjadi meningkat
2) Kriteria hasil meliputi :
a) HR, keseimbangan cairan sesuai unsur
b) Keluarga atau anak mengerti tanda-tanda anemia dan penyeba.
c) Membentuk ADL yang tempat tampa bantuan.
3) Intervensi, meliputi :
a) Kajian HAR dan urine tiap 4 jam.
Rasional : Memonitor transpor oksigen dalam toleransi kegiatan.
b) Diskkusi dengan orang tua atau anak tanda anemia dan tindakan pilihan.
IM, SC, IV.
Rasional : Orang tua kooperatif dan mampu melakukan tindakan pilihan.
c) Berikan transfusi RBC
Rasional : Menormalkan jumlah sel darah merah dan kapasitas oksigen.
d) Susunlah periode istirahat.
Rasional: Memberikan energi untuk penyembuhan dan regenerasi sel.
e) Inspeksi rongga mulut apakah ada candida dan kerusakan pada lapisan
mukosa oral.
Rasional : Kesehatan mukosa oral adalah sebagai pertahanan melawan
serangan organisme.
f) Instruksi keluaraga tentang tanda infeksi dan langkah yang diambil juka ada
20

dugaan infeksi.
Rasional : Keluarga kooperatif dan mampu melakukan tindakan terhadap
pencegahan infeksi.
g) Beri semangat untuk higienis oral
Rasional : Kebersihan oral yang buruk merupakan media utama untuk
pertumbuhan organisme.
b. Diagnosa Keperawatan: Kecemasan yang berhubungan dengan ketidakadekuatan
dengan diagnosa baru dan rencana keperawatan.
1) Tujuan : Mengurangi terjadinya kecemasan
2) Kriteria hasil meliputi :
a) Orang tua mengungkapkan secara verbal tentang diagnosa.
b) Orang tua ikut serta dalam rencana pelaksanaan.
c) Orang tua memikirkan spesifik untuk pelaksanaan perawatan.
3) Intervensi, meliputi :
a) Buatkan orang tua diagnosa dan tindakan dengan teratur.
Rasional : Orang tua mengerti dan kooperatif dalam tindakan.
b) Perkenalkan keluarga kepada keluarga laiindimana anak mereka
mempunyai diagnosa sama dan terapi yang sama.
Rasional : Antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain bisa saling
tukar menukar informasi tentang penyakir yang diderita anaknya.
c) Perkuat secara verbal rencana setiap hari.
Rasional : Keluarga kooperatif dalam tindakan keperawatan.
d) Berikan tulisan dan verbal tentang instruksi tindakan yang dilakukan
dirumah.
Rasional : Melanjutkan intervensi.
c. Diagnosa Keperawatan : Resiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh.
1) Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi
2) Tanda dan gejala meliputi :
a) Menunjukan titik atau tanda-tanda infeksi.
b) Suhu 36,5 derajat- 37,4 derajat C
c) Kultur darah (-)
d) Tidak ada tanda infeksi dalam pemriksaan fisik.
3) Intervensi, meliputi :
a) Monitor TTV tiap 4 jam jangan memakai termometer rektal. Rasional :
21

Deteksi dini terhadap infeksi dan menjaga keadaan mukos rektal.


b) Cegah kostipasi dan prosedur invasi jaringan, melakukan injeksi IM, SC,
IV.
Rasional : Mencegah pendarahan.
c) Ambil darah melalui ibu jari tidak dengan jarum suntik.
Rasional : Mencegah pendarahan.
d) Inspeksi kulit setiap hari pada daerah yang rusak.
Rasional : Kulit yang sempurna sebagai pertahanan pertama melawan
serangan organisme.
e) Inspeksi rongga mulut apakah ada candida dan kerusakan pada lapisan
mukosa oral.
Rasional : Kesehatan mukosa oral adalah sebagai pertahanan melawan
serangan organisme.
f) Instruksi keluaraga tentang tanda infeksi dan langkah yang diambil juka ada
dugaan infeksi.
Rasional : Keluarga kooperatif dan mampu melakukan tindakan terhadap
pencegahan infeksi.
g) Beri semangat untuk higlenis oral
Rasional : Kebersihan oral yang buruk merupakan media utama untuk
pertumbuhan organisme.
d. Diagnosa Keperawatan: Risiko luka yang berhubungan dengan ketidakefektifan
faktor pembeku (platelet).
1) Tujuan : Mencegah luka yang berkelanjutan.
2) Kriteria hasil meliputi :
a) Menunjukan tidak ada tanda-tanda pendarahan dalam prosesur RS.
b) Mempunyai pergerkan perubahan dalam sehari
c) Bebas luka dan lingkungan yang bebas.
d) Orang tua/anak secara verbal mengenal tindakan yang diperlukan ketika
jumlah platelet turun.
3) Intervensi, meliputi :
a) Memonitor jumlah platelet
Rasional : Mencegah terjadinya pendarahan
b) Inspeksi fase, gusi, emesis, sputum, sikret nasal.
IM, SC, IV.
22

Rasional : Mengetahui adanya persarafan sebagai tanda


tandatromvositopenia.
c) Cegah konstipasi.
Rasional : Mencegah kerusakan mukosa anus sehingga mengurangiresiko
infeksi.
d) Sediakan linkungan yang aman .
Rasional : Lingkungan yang aman akan menurunkan resiko spontan
pendarahan bila anak mengalami tromositopenia.
e) Instruksikan pada klien untuk memodifikasi kegiatan yang tepat untuk
meminimalkan resiko trauma.
Rasional: Diagnosa keperawatan tidak bosan dan terhindar dari luka.
4. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang
telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal,
pelaksanaan adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan (Bararah
dan Jauhar, 2013).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana tahap proses keperawatan mmenyangkut
pengumpulan data objektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa
yang terselesaikan apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai
apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belu, sebagian tercapai atau timbul
masalah baru (Bararah dan Jauhar, 2013).
6. Discharge Planning
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), dischargeplanning untuk pasien dengan
Leukemia antara lain :
a. Kenali gejala yang ditimbulkan penyakit.
b. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk.
c. Inspeksi kulit, nyeri tekan are eritematosus, luka terbuka.
d. Bersihkan kulit dengan larutan antibakterial.
e. Istirahat yang cukup dan makan makanan tinggi protein dan cairan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah penyakit darah yang disebabkan terjadunya kerusakan pada pabrik
pembuatan sel darah yaitu sumsum tulang. Penyebab leukimia ialah faktor genetik,
terpapar radiasi/sinar radioaktif, obat-obatan imunosupresif, dan virus. Tanda gejala pada
leukimia ini bisa terjadinya pucat, lemas, nafsu makan anak menurun, demam,
pembesaran limpa hati, kejang, nyeri tulang pada anak dan pendarahan pada
kulit.Leukemia diklasifikasikan menjadi Leukemia Limfositik Akut (LLA), Leukemia
Limfositik Kronik (LLK), Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Granulositik
Kronik (LGK). Pemeriksaan penunjang untuk mendeteksi penyakit Leukemia yaitu :
pemeriksaan darah tepi, kimia darah, pemeriksaan sumsum tulang, biopsi limpa, cairan
serebrospinalis, dan sitogenik. Penatalaksanaan pasien dengan Leukemia meliputi
kemoterapi, radioterapi, trasnplantasi sumsum tulang, dan terapi suportif. Berdasarkan
tanda dan gejala yang muncul memungkinkan timbulnya diagnosa keperawatan sebagai
berikut :intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan transpor oksigen sekunder
terhadap berkurangnya jumlah sel darah merah, kecemasan yang berhubungan dengan
ketidakadekuatan dengan diagnosa baru dan rencana keperawatan, risiko infeksi yang
berhubungan dengan ketidakefektifan sistem imun, risiko luka yang berhubungan dengan
ketidakefektifan faktor pembeku (platelet), ketidakseimbanganperfusi jaringan pariferb.d
penurunan suplai darah keperifer (anemia), nyeri akut b.d infiltrasi leukosit jaringan
sistematik, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan
poliferatif gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi, hambatan mobilitas fisik
b.dkontraktur kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot (depresi
sumsung tulang), risiko pendarahan b.d penurunan jumlah trombosit, risiko infeksi b.d
menurunnya sistem pertahanan tubuh.

B. Saran
1. Bagi Pembaca
Pembaca disarankan banyak mencari informasi tentang penyakit yang mendalam,
harus menjaga pola hidup sehat dengan makan makanan yang sehat sesuai kebutuhan,
melakukan olah raga yang teratur, selalu memeriksakan kesehatan ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat seperti puskesmas untuk mengetahui status kesehatannya.
24

2. Bagi Institusi
Institusi disarankan memperbanyak koleksi buku-buku tentang asuhan keperawatan
dengan pengarang buku berkualitas dan tahun terbaru. Sehingga akan memperbanyak
literatur bagi pembaca untuk meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Perawat pada khususnya disarankan untuk selalu meningkatkan keilmuan dan
pengetahuannya tentang berbagai kalsifikasi penyakit anak dengan Leukemia
sehingga lebih optimal dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Bararah, Taqiyyah & Mohammad Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap
Menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Fernandes, A. (2020). Kelelahan pada Anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut dalam
Menjalani Kemoterapi Fase Induksi. JURNAL KESEHATAN PERINTIS
(Perintis'sHealthJournal), 7(1), 69-74. Diakses tanggal 28 Oktober 2020.
https://jurnal.stikesperintis.ac.id/index.php/JKP/article/view/ 411.

Handayani, Wiwik & Andi Sulistyo Haribowo. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Penemuan Dini Kanker Pada Anak. Jakarta:
Direktorat Jenderal PP & PL Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan
Litbang Kemenkes RI.

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta:
MediactionJogja.

Soegijanto, Soegeng. (2016). Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia.
Jilid 2. Surabaya: Airlangga UniversityPress.

Wu,M.etal.(2010) The experiences of cancer related fatigue among Chinese children with
leukaemia : A phenomenological study’,‘International Journal of Nursing Studies 47,
pp. 49–59. doi: 10.1016/j.ijnurstu.2009.05.026.

Zahroh, R &Istiroha. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hematologi. Surabaya:


JakadPublishing

Anda mungkin juga menyukai