Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Sustainable Development Goals 30 atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah


rencana aksi global yang telah ditetapkan menjadi agenda pembangunan dunia untuk menjaga
kesejahteraan seluruh umat manusia dan perbaikan pada seluruh aspek kehidupan seperti
mengakhiri kemiskinan, menyusutkan ketimpangan, dan membenahi lingkungan. SDGs
30/TPB memiliki 17 target yang perlu dicapai, salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi
dan pekerjaan yang layak—yang mana akan menjadi fokus utama dalam karya tulis ini.
Bersamaan dengan itu, tujuan dari karya tulis ini adalah untuk menganalisa indikator dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan dan apa saja yang bisa dilakukan masyarakat Nusa
Tenggara Barat sebagai stakeholders yang baik untuk mendukung berjalannya program ini.
Dalam agenda International Labour Organitations, tujuan pembangunan berkelanjutan
mengadopsi empat dimensi sebagai strategi yang objektif; pembangunan ekonomi, sosial,
lingkungan, serta kelembagaan. Seluruh negara di dunia beserta wilayah-wilayah di dalamnya
perlu menyadari bagaimana pentingnya program berkelanjutan untuk meningkatkan
kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengorbankan masa depan generasi berikutnya.
Dalam usaha merealisasikan peran paradigma perencanaan strategis yang telah dianut sejak
masa reformasi, beberapa upaya dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat di dalamnya,
karena masyarakat adalah komponen penting yang membentuk wilayah tersebut. Artinya,
masyarakat juga yang lebih tahu bagaimana kondisi lingkungannya. Jika mengingat
kembali krisis moneter yang dialami pada tahun 1997/1998, banyak perusahaan berskala
besar berusaha untuk kembali mengembangkan sektor ekonomi masing-masing, namun
dengan semakin majunya zaman, pertumbuhan penduduk pun ikut menjadi makin pesat, yang
akhirnya perkembangan ekonomi ini diiringi dengan rintangan berupa tingkat pengangguran
yang tinggi. Lain hal dengan UMKM yang justru tetap bertahan di antara perusahaan-
perusahaan besar yang mengalami penyusutan. UMKM ikut andil dalam menunjang
perekonomian suatu daerah dan dan membantu memenuhi kemampuan pemerintah yang
terbatas. Rencana pembangunan yang perlu dicapai tentunya akan membutuhkan banyak
anggaran daerah yang keluar, personalia, serta pengawasan yang sesuai prosedurnya.
Disinilah peran kewirausahaan dan daya inovasi dibutuhkan untuk berkembang dalam setiap
internal individu. Tidak hanya sebagai penunjang bidang perekonomian, UMKM juga
menambah peluang kerja terbuka semakin lebar sehingga otomatis ikut menyusutkan
tingginya persentase pengangguran. Kombinasi antara kontribusi pemerintah dan partisipasi
masyarakat yang siap berinovasi dapat membawa kemajuan sehingga dapat meluak implikasi
suatu daerah terhadap pemerintah sentral, apalagi jika ini ditarapkan di daerah-daerah yang
masuk ke dalam kategori daerah tertinggal. Untuk mencapai kesuksesannya, diperlukan
perencanaan penerapan UMKM yang terstruktur dengan menitikberatkan pada prinsip
produktivitas dan peningkatan daya saing berdasarkan lima peran terkait secara umum yakni:
(1) Inisiator utama dalam hal perekonomian, (2) fasilitator lapangan kerja, (3) pemain utama
yang berperan penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan
masyarakat, (4) pemrakarsa ruang pasar baru dan sumber inovasi, (5) serta kontribusinya
dalam neraca pembayaran (Departemen Koperasi, 2008).
Sejak tahun 2021, Sandiaga Uno memaparkan bahwa Indonesia menjadi penggagas dalam
skema inovasi, adaptasi, dan kolaborasi melalui ‘Gerak Cepat, Gerak Bersama, Dan Garap
Semua Potensi Untuk Online.’ Revolusi Industri 4.0 memang diiringi dengan dampak yang
terlihat jelas, seperti kemunculan disrupsi digital di permukaan. Dengan arus globalisasi yang
menuntut seluruh masyarakat untuk ikut berevolusi, kemajuan suatu wilayah sangat
dipengaruhi kemajuan masyarakatnya. Pemanfaatan ekonomi kreatif secara maksimal
diperlukan sebab kontribusi besar yang diberikan terhadap produk domestik. UMKM
sekarang tidak hanya berupa bentuk fisik namun telah berevolusi ke dalam bentuk penjualan
melalui gawai (e-commerce). Namun kenyataannya, Indonesia masih terasa awam dengan
pemanfaatan teknologi dalam kegiatan jual beli dan terbatasnya kemampuan dalam
pembukuan keuangan yang baik dan benar. Untuk itu, pelatihan keterampilan dan sosialisasi
ilmu terkait perlu dilakukan oleh pemerintah untuk seluruh wilayah yang ada di Nusa
Tenggara Barat tanpa terkecuali, tanpa ada yang ditinggalkan.

Anda mungkin juga menyukai