Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BK

PENDIDIKAN SEKSUAL
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS

Mata Pelajaran: BK
Guru Pembimbing: Wina

Kelompok 4:
1.Nasywa Asyila D. P.
2.Dimas Dermawan
3.Devi Sri Natasha
4.Shilvia
5.Micky

SMA NEGERI 1 CISOLOK


Jl. Raya Cikelat Km. 3 Wangunsari Kec. Cisolok Kab. Sukabumi
Kata Pengantar
Pertama-tama penulis panjatkan Puji syukur kepada tuhan yang maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga makalah yang berjudul “Pendidikan Seks Usia
Dini” dapat diselesaikan dengan baik. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini ialah
sebagai salah satu agenda akademis yang harus di tempuh pada mata kuliah psikologi
pendidikan.

Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua yang
sudah mendukung, membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis sangat
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan makalah ini, dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Cisolok, 13 September 2022


                                                                                       Penulis
Daftar isi
            Kata pengantar…………………………………………………………….
            Daftar isi……………………………………………………………….......  
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Apa itu pendidikan seks
B. Apa tujuan dan manfaat penerapan pendidikan seks usia dini
C. cara penyampaian dan penerapan pendidikan seks usia dini
D. Hal-hal  yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan seks
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka……………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ketika kita mendengar kata seks apa yang terpikir di benak kita? Pornografi, vulgar,
menjijikkan dll. Memang sebagian besar masyarakat menganggap membicarakan seks itu adalah
sesuatu hal yang tabu dan tak layak dibicarakan. Ketika anak kita bertanya soal seksualitasnya
pasti kita dengan cepat akan mengalihkannya dan akan mengatakan “ehhhhh tidak baik
ngomong gitu, masih kecil nanti kalo sudah besar kan tau sendiri”. Sikap seperti itulah yang
salah, karena anak memiliki rasa ingin tahu tentang banyak hal, bila kita sebagai orang tua tidak
bisa mengarahkan dengan baik, tidak bisa memberikan informasi yang jelas cenderung mereka
akan mencari informasi dari orang lain dan teman-temannya, informasi tersebut belum tentulah
informasi yang baik.
Sedikit sekali masyarakat terutama orang tua yang peduli akan pendidikan seks dan
menempatkan bahwa seks adalah sesuatu yang penting. Bahkan banyak orang tua yang tidak
memberikan pendidikan seks pada anak, dengan alasan anak akan tabu dengan sendirinya.
Selama ini seks identik dengan orang dewasa saja.
Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun, mengajarkan
pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam hidupnya.
Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. Tepatnya dimulai saat
anak usia 3-4 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa melakukan komunikasi dua arah dan
dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan pengenalan organ
tubuh internal. Pendidikan seks untuk anak usia dini berbeda dengan pendidikan seks untuk
remaja. Pendidikan seks untuk remaja lebih pada seputar gambaran biologi mengenai seks dan
organ reproduksi, masalah hubungan, seksualitas, kesehatan reproduksi serta penyakit menular
seksual, sedangkan pada anak usia dini lebih pada pengenalan peran jenis kelamin dan
pengenalan anatomi tubuh secara sederhana.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Seks


Pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik. Sedangkan istilah seks dalam pengertian
sempit berarti kelamin. Adapun menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1) Mugi Kasim mengartikan seks sebagai sumber rangsangan baik dari dalam maupun luar
yang mempengaruhi tingah laku syahwat yang bersifat kodrati.
2) Syamsudin mendefinisikan pendidikan seks sebagai usaha untuk membimbing seseorang
agar dapat mengerti benar-benar tentang arti kehidupan seksnya, sehingga dapat
mempergunakannya dengan baik selama hidupnya.
3) Dr. A.Nasih Ulwan menyebutkan bahwa pendidikan seks adalah upaya pengajaran
penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seks yang diberikan kepada anak
agar ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan pekawinan,
sehingga jika anak telah dewasa dan dapat memahami unsur-unsur kehidupan ia telah
mengetahui masalah-masalah yang dihalalkan dan diharamkan bahkan mampu
menerapkan tingkah laku islami sebagi akhlak, kebiasaan, dan tidak mengikuti syahwat
maupun cara-cara hedonistic.
Hedonisme adalah istilah berasal dari bahasa Yunani "Hedone" berarti kesenangan. Jadi
apa itu hedonisme adalah gaya hidup yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan
tanpa batas. Sifat hedonisme adalah berusaha menghindari hal-hal yang menyakitkan
atau menyusahkan dengan memaksimalkan perasaan-perasaan menyenangkan.
Contoh hedonisme dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku berbelanja secara boros
dengan membeli apa yang diinginkan, kebiasaan membeli makanan fast food yang tidak
sehat, dan lain sebagainya.
Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi belakangan ini tidak lagi hanya
mengancam para anak-anak dan remaja yang rentan terhadap informasi yang salah
mengenai seks. Meningkatnya kasus kekerasan merupakan bukti nyata kurangnya
pengetahuan anak mengenai pendidikan seks yang seharusnya sudah mereka peroleh dari
tahun pertama oleh orang tuanya. Pendidikan seks menjadi penting mengingat banyaknya
kasus-kasus yang terjadi mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak dan remaja.
Hasil penelitian yang dikutip dari sebuah Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan mengenai Pendidikan Seks pada Usia Dini oleh Moh. Roqib menunjukkan
bahwa 97,05% mahasiswa di Yogyakarta telah kehilangan keperawanannya. Nyaris
100% atau secara matematis bisa disepadankan dengan 10 gadis dari 11 gadis sudah tidak
perawan yang diakibatkan oleh hubungan seksual. Fakta yang sangat memprihatinkan
melihat kondisi remaja saat ini yang tengah terancam dalam mempertahankan kesucian
dirinya baik karena paksaan atau karena sama-sama suka saat melakukannya (free sex).
Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pendidikan seks untuk diberikan sejak usia dini
guna memberikan informasi dan mengenalkan kepada anak bagaimana ia harus menjaga
dan melindungi organ tubuhnya dari orang yang berniat jahat terhadap dirinya.

B. Tujuan Pendidikan Seks Pada Anak


Tujuan pendidikan seks sesuai usia perkembangan pun berbeda-beda. Seperti
pada usia balita, tujuannya adalah untuk memperkenalkan organ seks yang dimiliki,
seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara
melindunginya. Jika tidak dilakukan lebih awal maka ada kemungkinan anak akan
mendapatkan banyak masalah seperti memiliki kebiasaan suka memegang alat kemaluan
sebelum tidur, suka memegang payudara orang lain atau masalah lainnya.
Untuk usia sekolah mulai 6-10 tahun bertujuan memahami perbedaan jenis
kelamin (laki-laki dan perernpuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan
alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
Sedangkan usia menjelang remaja, pendidikan seks bertujuan untuk
menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk
tubuh.
Jadi secara garis besarnya pendidikan seks diberikan sejak usia dini (dan pada
usia remaja) dengan tujuan sebagai berikut:
1) Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa puber,
dan kehamilan
2) Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan.
3) Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan seksual.
4) Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan.
5) Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual Mengurangi kasus
infeksi melalui seks.
6) Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan di
masyarakat.

C. Pendidikan Seks Berdasarkan Usia


1. Umur 3-5 tahun
Pada rentang umur ini, mengajarkan mengenai organ tubuh dan fungsi masing-
masing organ tubuh, jangan ragu juga untuk memperkenalkan alat kelamin si kecil. Saat
yang paling tepat untuk mengajarkannya adalah di saat sedang memandikannya.
Diharapkan untuk hindari penyebutan yang dianggap tidak sopan di masyarakat untuk
menyebut alat kelamin yang dimilikinya. Misalkan seperti vagina atau penis, jangan
diistilahkan dengan kata lain seperti “apem” atau “burung”. Anda tidak perlu membahas
terlalu detail mengenai jenis kelamin anak Anda atau mengajarkannya dalam kondisi
belajar yang serius.
Ajarkan juga kepada anak bahwa seluruh tubuhnya, termasuk alat kelaminnya,
adalah milik pribadinya yang harus dijaga baik-baik. Dengan demikian, anak harus
diajarkan untuk tidak menunjukkan kelaminnya secara sembarangan. Tekankan kepada
mereka bahwa mereka memiliki hak dan bisa saja menolak pelukan atau ciuman dan
segala macam bentuk kasih sayang yang dinyatakan melalui sentuhan fisik. Hal ini
menjadi penting, karena disukai atau tidak, banyak pelaku pelecehan seksual adalah
orang-orang yang dekat dengan kehidupan si anak. Orang tua juga diharapkan untuk
tidak memaksa seorang anak untuk memeluk atau mencium orang lain jika dia tidak
menginginkannya agar si anak bisa belajar untuk menyatakan penolakannya.

2.      Umur 6 - 9 tahun
Di rentang umur ini, si kecil diajarkan mengenai apa saja yang harus dilakukan untuk
melindungi dirinya sendiri. Orang tua bisa mengajarkan anak menolak untuk membuka pakaian
bahkan jika ada imbalan sekalipun atau menolak diraba alat kelaminnya oleh temannya. Selain
itu, di rentang umur ini, Anda bisa menggunakan hewan tertentu yang tumbuh dengan cepat dan
terlihat jelas perbedaan jenis kelaminnya (seperti: anak ayam) di saat bertumbuh dewasa untuk
mengajarkan mengenai perkembangan alat reproduksi. Ajaklah anak anda untuk turut
mengamati perkembangannya. Jika mereka tidak terlalu memperhatikan hingga detail terkecil,
Anda bisa berikan informasi lebih lanjut nanti sembari menekankan bahwa alat kelamin mereka
juga akan berubah seiring mereka bertumbuh dewasa nanti. Orang tua harus memperhatikan
suasana hati anak agar saat menyampaikan materi seksualitas, si anak tidak merasa terpojokkan,
malu, bodoh, ataupun menjadi terlalu liar dalam menyikapi seks.
3.      Umur 9 - 12 tahun 
Berikan informasi lebih mendetail apa saja yang akan berubah dari tubuh si anak saat menjelang
masa puber yang cenderung untuk berbeda-beda di setiap individu. Ajarkan kepada anak
bagaimana menyikapi menstruasi ataupun mimpi basah yang akan mereka alami nanti sebagai
bagian normal dari tahap perkembangan individu. Pada umur 10 tahun, sebelum menjelang masa
puber, Anda sudah bisa memulai topik mengenai kesehatan alat kelamin. Pastikan juga pada
anak Anda, jika dia mengikuti semua peraturan kesehatan ini, maka mereka tak perlu banyak
khawatir.
4.      Umur 12 - 14 tahun
Dorongan seksual di masa puber memang sangat meningkat, oleh karena itu, orang tua
sebaiknya mengajarkan apa itu sistem reproduksi dan bagaimana caranya bekerja. Penekanan
terhadap perbedaan antara kematangan fisik dan emosional untuk hubungan seksual juga sangat
penting untuk diajarkan. Beritahukan kepada anak segala macam konsekuensi yang ada dari segi
biologis, psikologis, dan sosial jika mereka melakukan hubungan seksual. Orang tua selain
mengajarkan keterbukaan komunikasi dengan anak terutama dalam membicarakan seksualitas,
juga perlu menambahkan keuntungan menghindari aktivitas seksual terlalu dini sebelum
mencapai masa dewasa.
Hindari penggunaan kata-kata yang menghakimi remaja agar ia tidak merasa ragu, takut, enggan
ataupun marah saat membicarakan pengalaman seksual mereka. Jika orang tua merasa agak
berat untuk membicarakan topik-topik seksual dengan anak, orang tua bisa meminta bantuan
psikolog atau konselor untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak dan membantu orang
tua merasa nyaman membicarakan topik ini.

E.     Pendidikan Seks pada Anak dalam Pendidikan Agama Islam

Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Pendidikan Agama Islam meliputi beberapa hal:
1. Menanamkan jiwa maskulin dan feminim
Kesadaran tentang perbedaan hakiki dalam penciptaan manusia secara berpasangan laki-
laki dan perempuan karena hal tersebut akan sangat berguna bagi pergaulannya.
Pembentukan jiwa feminism pada wanita dan maskulin pada laki-laki dapat dilakukan
dengan pemberian peran kepada anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Dengan
memberikan tugas sesuai dengan jenis kelaminnya, seseorang akan menjadi laki-laki atau
wanita sejati.[9]
2. Mendidik menjaga pandangan mata
Di samping penerapan etika memandang, hendaknya kepada anak dijelaskan pula
mengenai batasan aurat dan muhrim bagi dirinya. Aurat merupakan anggota tubuh yang
yang harus ditutupi dan tidak boleh dilihat atau diperlihatkan kepada orang lain.[10]
3. Mengenalkan mahrom-mahromnya
Mencegah anak bergaul secara bebas dengan teman-teman yang berlawanan jenis denga
memberikan batasan-batasan tertentu bertujuan agar anak mampu memahami etika
bergaul dalam islam mampu membedakan antara muhrim dengan yang bukan muhrim
sehingga pemahaman tersebut akan selalu melekat di hati dan menjadi self control pada
waktu anak memasuki usia remaja.[11]
4. Mendidik cara berpakaian dan berhias
Hendaknya anak dibiasakan untuk senantiasa mengenakan pakaian islami, model-model
pakaian yang baik, serta meluruskan konsep-konsep mengenai model pakaian pada diri
anak, agar mereka tidak terjerumus pada konsep model pakaian barat yang lebih
menonjolkan erotikannya.
5. Mendidik cara menjaga kebersihan kelamin
Bimbingan praktis mengenai adab istinja’, adab mandi, dan adab wudhu dimaksudkan
agar anak secaran langsung belajar membersihkan diri, belajar membersihkan alat
kelaminya, dan belajar mengenali dirinya.
6. Memberikan pengertian tentang ikhtilam dan haidh
Pengertian tentang ikhtilam dan haid sebaiknya diberikan dan difahami oleh anak
sebelum ia benar-benar mengalaminya, agar dalam perkembangan seksualnya dapat
berjalan secara wajar dan tidak ada beban-beban kejiwaan. Lebih dari itu agar anak dapat
menjalankan ketentuan syar’i yang telah mulai berlaku bagi dirinya.
7. Pemisahan tempat tidur
Memisahkan tempat tidur anak laki-laki dan perempuan bertujuan agar mereka mampu
memahami dan menyadari tentang eksistensi perbedaan antara laki-laki dan perempuan,
terbiasa menghindari pergaulan bebas antar jenis kelamin yang berbeda.

F.     Metode Pendidikan Seks pada Anak dalam Pendidikan Agama Islam

Metode yang efektif dalam menyampaikan pendidikan seksual kepada anak antara lain sebagai
berikut:
1.      Metode pembiasaan
Metode pembiasaan bisa diterapkan dalam pendidikan seks melalui cara membiasakan anak agar
menjaga pandangan mata dari hal-hal yang berbau porno, membiasakan anak tidur terpisah
dengan orang tuanya, membiasakan anak menjaga kebersihan alat kelaminnya, membiasakan
anak untuk tidak berkhalwat dengan lawan jenisnya tanpa didampingi muhrimnya dimulai
dengan hal kecil misalnya, pemisahan tempat duduk di kelas, serta membiasakan anak
berpakaian dan berhias sesuai dengan ajaran islam.[12]

2.       Metode keteladanan
Metode pemberian contoh yang baik (Uswatun khasanah) terhadap anak-anak yang belum
begitu kritis akan banyak mempengaruhi tingkah laku sehari-harinya. Dalam pendidikan seks
anak harus diberikan keteladanan dalam pergaulan, berpakaian, serta dalam peribadatan. Apa
yang disampaikan guru akan lebih mudah diserap oleh peserta didik jika dibarengi dengan upaya
pemberian keteladanan dan contoh yang nyata terhadap siswa.
3.      Metode pemberian hadiah dan hukuman
Dalam pendidikan seks, metode pemberian hadiah dan hukuman dapat diterapkan dalam rangka
menanamkan aturan-aturan islami menyangkut masalah ibadah dan etika, khususnya etika
seksual. Bagi anak yang telah mematuhi aturan yang dicanangkan kepada mereka, mereka
berhak mendapat hadiah meskipun hanya sanjungan dan pujian. Namun apabila melanggar,
mereka harus diberi hukuman meskipun hanya berupa teguran.
4.       Metode Tanya jawab dan dialog
Metode Tanya jawab dan dialog sangat bermanfaat dalam menanamkan dasar-dasar pendidikan
seks pada anak, sebab salah satu naluri anak yang paling umum adalah selalu ingin tahu terutama
dalam hal-hal yang menarik perhatiannya. Metode tanya jawab tidak hanya dilakukan di kelas,
tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada siswa
untuk berinteraksi dan sharing tentang hal-hal yang diluar akademis, tentang permasalahan
aktual seputar permasalahan remaja dan pendidikan seks.
5.      Metode pengawasan
Anak hendaknya diberikan pengawasan agar senantiasa menutup aurat dan memberikan
pengertian mengenai bahaya yang timbul akibat aurat terlihat orang lain. Anak juga perlu
diawasi dalam pergaulannya agar terhindar dari pergaulan bebas dengan tujuan agar anak
mampu memahami etika bergaul dalam islam.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Pendidikan seks diartikan sebagai usaha untuk membimbing seseorang agar dapat


mengerti benar tentang arti kehidupan seksnya, sehingga dapat mempergunakannya dengan baik
selama hidupnya. Pokok-pokok pendidikan seks pada anak dalam Pendidikan Agama Islam
meliputi beberapa hal, yaitu menanamkan jiwa maskulin dan feminism, mendidik menjaga
pandangan mata, mengenalkan mahrom-mahromnya, memberikan pengertian tentang ikhtilam
dan haidh, serta mendidik cara menjaga kebersihan kelamin. Adapun metode yang dapat
digunakan adalah metode pembiasaan, metode keteladanan, metode pemberian hadiah dan
hukuman, metode tanya jawab dan dialog, serta metode pengawasan.

B.     Saran

            Pendidikan seks sangat penting untuk diberikan sedini mungkin kepada anak. Namun hal
ini tidak semata-mata menjadi beban dan tanggung jawab bagi orang tua saja, namun juga
menjadi tanggung jawab guru sebagai orang tua kedua bagi anak. Pandidikan seks ini dapat
diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan anak, mulai dari hal yang sifatnya sederhana
hingga pada hal yang sifatnya kompleks. Orang tua, guru, dan masyarakat memikul tanggung
jawab bersama dalam mendidik generasi muda agar mereka dapat memperoleh  penjelasan dan
informasi tentang seks serta menegakan nilai-nilai manusiawi terhadap seks tersebut dan dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Madani, Yusuf. Pendidikan Seks untuk Anak dalam Islam : Panduan bagi Orang Tua, Guru,
Ulama, dan Kalangan Lainnya. Penerjemah: Irwan Kurniawan. 2003. Jakarta: Pustaka Zahra

M. Kasim Mugi Amin. Kiat Selamatkan Cinta. 1997. Yogyakarta: Titian Ilahi Press

Syamsudin, Pendidikan Kelamin dalam Islam, 1985. Solo: Ramadhani.

Nasikh ulwan, Pendidikan Seks, 1996. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suraji, Pendidikan Seks bagi Anak, 2008. Yogyakarta: Pustaka Fahima.

Moh. Roqib. Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan.
Vol. 13 No. 2. P3M STAIN Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai