Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBELAJARAN
1. SCL (“Student-centred learning)
“Student-centred learning or student-centered learning is an approach to
education focusing on the needs of the students, rather than those of others involved in the
educational process, such as teachers and administrators” (Wikipedia, 2006). Lea, Stephenson,
dan Troy (2003 dalam O’Neill &McMahon, 2005) mendefinisikan SCL secara lebih luas yaitu
bahwa SCL mencakup ketergantungan terhadap belajar aktif, penekanan terhadap belajar
secara mendalam, pemahaman, meningkatnya tanggungjawab di pihak siswa, meningkatnya
perasaan otonomi pada pembelajar, saling ketergantungan antara guru dan siswa. SCL lebih
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang refleksif baik bagi pihak siswa maupun
guru.Dalam pendekatan SCL, pembelajar memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan
belajarnya, terutama dalam bentuk keterlibatan aktif dan partisipasi siswa. Hubungan antara
siswa yang satu dengan yang lainnya adalah setara, yang tercermin dalam bentuk kerja sama
dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas belajar. Guru lebih berperan sebagai
fasilitator yang mendorong perkembangan siswa, dan bukan merupakan satu-satunya sumber
belajar. Keaktifan siswa telah dilibatkan sejak awal dalam bentuk disain belajar yang
memperhitungkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar siswa yang telah
didapatkan sebelumnya. Contoh pendekatan SCL
2. Active Learning
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar
siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut, sehingga semua
siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang
mereka miliki.
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai
berikut:
a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan
pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau
permasalahan yang dibahas,
b. Siswa tidak hanya mendengarkan pelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang
berkaitan dengan materi pembelajaran,
c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pelajaran,
d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,
e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Contohnya kita bisa lihat pada salah satu teknik pembelajaran aktif yaitu Exam
questions writing : Untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi pelajaran tidak
hanya diperolehdengan memberikan ujian atau tes. Meminta setiap siswa untuk membuat soal
ujianatau tes yang baik dapat meningkatkan kemampuan siswa mencerna materi pelajaranyang
telah diberikan sebelumnya. Pengajar secara langsung bisa membahas dan memberikomentar
atas beberapa soal yang dibuat oleh siswa di depan kelas dan/ataumemberikan umpan balik
kemudian.
3. Constructivism
Pendekatan Constructivisme merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya
siswa membangaun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses
pembelajaran. Kegiatan berfokus pada pembelajaran secara mendalam dengan pengalaman
yang relevan, materi pembelajaran terintegrasi, dan disusun sendiri oleh siswa.
Contohnya: Guru memberikan data mentah dan materi-materi yang interaktif, setelah
itu mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada
siswa untuk merespon, sehingga siswa terdorong berpikir tingkat tinggi dan terlibat secara aktif
dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa.
5. Cooperative Learning
Pendekatan yang bercirikan pada struktur tugas, struktur tujuan dan penghargaan
(reward). Dalam penerapan pembelajaran kooperatif ini dua atau lebih individu bekerjasama,
saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mencapai suatu tujuan. Contohnya pada
model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berhubungan dengan pelajaran, guru meminta anak didik berpasangan untuk mendiskusikan
apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Setelah itu guru meminta kepada pasangan
untuk berbagi ide, informasi, pengetahuan tentang apa yang telah didiskusikannya.
6. Creative Learning
Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan,
melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang artistik lainnya. Dikarakterkan dengan adanya
keaslian dan hal yang baru. Dibentuk melalui suatu proses yang baru. Memiliki kemampuan
untuk menciptakan. Dirancang untuk mensimulasikan imajinasi. Kreatifitas adalah sebagai
kemampuan (berdasarkan data dan informasi yang tersedia) untuk memberikan gagasan-
gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Contohnya: guru kreatif dalam variasi metode mengajar dan membuat alat peraga,
siswa juga diajak dan diberi kesempatan untuk merancang/membuat sesuatu serta menuliskan
ide atau gagasannya.
8. Problem Solving
Merupakan pendekatan yang mengarahkan atau melatih anak didik untuk mampu
memecahkan masalah dalam bidang ilmu atau bidang studi yang dipelajari.
Contohnya guru memberikan sebuah masalah yang akan diselesaikan, lalu siswa diminta untuk
memahami masalah terlebih dahulu, setelah dipahami masalah itu dirumuskan, mengajukan
beberapa alternative pemecahan atau solusi, terakhir siswa memilih solusi yang lebih tepat
sehingga masalah dapat diselesaikan.
10. Joyful Learning
Pendekatan joyful learning merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran
yang mendukung pengembangan berpikir kreatif dan menciptaan suasana belajar yang
menyenangkan. Contohnya: pendekatan joyful leaning pada materi ekosistem, sebagai berikut:
a. Kebermaknaan; Pemahaman akan meningkat bila informasi baru dengan gagasan dan
pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Khususnya, istilah dan konsep sering sulit
dipahami. Pemahaman tersebut perlu digali melalui pengalaman siswa itu sendiri.
b. Penguatan; terdiri atas pengulangan oleh guru dan latihan oleh siswa. Pengulangan tersebut
dan latihan dapat menanggulangi proses lupa. Dalam pendekatan joyful learning, penguatan
merupakan yang harus diperhatikan.
c. Umpan balik; kegiatan belajar akan efektif bila siswa menerima dengan cepat tentang hasil-
hasil tugas belajar tersebut. Umpan balik sederhana, misalnya koreksi jawaban siswa atas
pertanyaan guru selama pelajaran berlangsung, atau koreksi pekerjaan siswa.
Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakah sesuatu
itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan
belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika peserta dalam
keadaan siap dan belajar dilakukan, maka mereka akan merasa puas. Sebaliknya, jika pesert
didik dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan merasa
tidak puas bahkan mengalami frustrasi.
Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant
Conditioning atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk
pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas perilaku itu akan diulangi. Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan
makin efektif jika peserta didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula
kemampuannya dalam menghubungkan S dengan R.
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata
pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang
nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang
tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil
eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena
yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7)membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan
tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah
yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja
murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Referensi:
Materi Sosialisasi Kurikulum 2013, Kemendikbud.
Disadur dari : http://pembelajaranku.com/langkah-langkah-pembelajaran-saintifik/
sp� 9"! e �� �;� ihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis
kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.
5. Dilihat dari system penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik membutuhkan system
penilaian dan pengukuran (objek, indicator, dan prosedur)yang terpadu.
6. Dilihat dari suasana penekanan proses pembelajaran, pembelajaran tematik cenderung
mengakibatkan penghilangan pengutamaan salah satu atau lebih mata pelajaran.
KESIMPULAN
Model pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang menunjukan
kaitan unsure-unsur konseptual baik didalam maupun antar mata pelajaran, untuk memberi
peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan untuk memberikan pengalaman yang
bermakna bagi anak.
Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan
aktifitas berpikir dalam merancang butur-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai
tema, topic maupun pemahaman dan ketrampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran
secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah
konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat
perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan.
0 komentar:
Poskan Komentar
« Posting Lebih BaruPosting Lama »Beranda
Search
ABOUT ME
BLOG ARCHIVE
▼ 2013 (21)
o ▼ November (21)
MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM YANG BERBASIS KOMPETENSI...
MACAM – MACAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN
MACAM-MACAM PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik
KONSEP DASAR PEMBELAJARAN TEMATIK
KIAT-KIAT PRAKTIS UNTUK GURU
GAYA BELAJAR SEORANG ANAK
CONTOH MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
CIRI-CIRI GURU IDAMAN
Cara Membuka Pembelajaran
TUJUAN, MANFAAT, DAN KEWENANGAN KELOMPOK KERJA GUR...
8 STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL
Pandangan Tentang Pembelajaran Menurut Kurikulum 2...
JENIS-JENIS PENELITIAN
PEMBANGUNAN KARAKTER PADA ANAK Manajemen Pembelaja...
PEMBANGUNAN KARAKTER PADA ANAK Manajemen Pembelaja...
Macam-Macam Metode Pembelajaran
Langkah-Langkah Penelitian TIndakan Kelas (PTK) M...
Contoh Format RPP yang benar
7 Rahasia Menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK...
INTERNET
FOLLOWERS