Anda di halaman 1dari 10

MACAM-MACAM PENDEKATAN DALAM

PEMBELAJARAN

1.      SCL (“Student-centred learning)
 “Student-centred learning or student-centered learning is an approach to
education focusing on the needs of the students, rather than those of others involved in the
educational process, such as teachers and administrators” (Wikipedia, 2006). Lea, Stephenson,
dan Troy (2003 dalam O’Neill &McMahon, 2005) mendefinisikan SCL secara lebih luas yaitu
bahwa SCL mencakup ketergantungan terhadap belajar aktif, penekanan terhadap belajar
secara mendalam, pemahaman, meningkatnya tanggungjawab di pihak siswa, meningkatnya
perasaan otonomi pada pembelajar, saling ketergantungan antara guru dan siswa. SCL lebih
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang refleksif baik bagi pihak siswa maupun
guru.Dalam pendekatan SCL, pembelajar memiliki tanggung jawab penuh atas kegiatan
belajarnya, terutama dalam bentuk keterlibatan aktif dan partisipasi siswa. Hubungan antara
siswa yang satu dengan yang lainnya adalah setara, yang tercermin dalam bentuk kerja sama
dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas belajar. Guru lebih berperan sebagai
fasilitator yang mendorong perkembangan siswa, dan bukan merupakan satu-satunya sumber
belajar. Keaktifan siswa telah dilibatkan sejak awal dalam bentuk disain belajar yang
memperhitungkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar siswa yang telah
didapatkan sebelumnya. Contoh pendekatan SCL

2.      Active Learning
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar
siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut, sehingga semua
siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang
mereka miliki.
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-karakteristik sebagai
berikut:
a.       Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan
pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau
permasalahan yang dibahas,
b.      Siswa tidak hanya mendengarkan pelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang
berkaitan dengan materi pembelajaran,
c.       Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan materi pelajaran,
d.      Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi,
e.       Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Contohnya kita bisa lihat pada salah satu teknik pembelajaran aktif yaitu Exam
questions writing : Untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi pelajaran tidak
hanya diperolehdengan memberikan ujian atau tes. Meminta setiap siswa untuk membuat soal
ujianatau tes yang baik dapat meningkatkan kemampuan siswa mencerna materi pelajaranyang
telah diberikan sebelumnya. Pengajar secara langsung bisa membahas dan memberikomentar
atas beberapa soal yang dibuat oleh siswa di depan kelas dan/ataumemberikan umpan balik
kemudian.

3.      Constructivism
Pendekatan Constructivisme merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya
siswa membangaun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses
pembelajaran. Kegiatan berfokus pada pembelajaran secara mendalam dengan pengalaman
yang relevan, materi pembelajaran terintegrasi, dan disusun sendiri oleh siswa.
Contohnya: Guru memberikan data mentah dan materi-materi yang interaktif, setelah
itu mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada
siswa untuk merespon, sehingga siswa terdorong berpikir tingkat tinggi dan terlibat secara aktif
dalam dialog atau diskusi dengan guru dan siswa.

4.      Contextual Teaching and Learning


Merupakan suatu pendekatan yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara dan tenaga
kerja. CTL menekankan pada berfikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin
akademik, dan pengumpulan, penganalisisan, pensitesisan informasi dan data dari berbagai
sumber titik pandang.
Contohnya: membantu para siswa dalam belajar bagaimana memonitor belajar mereka
sendiri. CTL ini sesuai dengan ungkapan: Bawalah mereka dari dunia mereka ke dunia kita,
kemudian hantarkan mereka dari dunia kita ke dunia mereka kembali.

5.      Cooperative Learning
Pendekatan yang bercirikan pada struktur tugas, struktur tujuan dan penghargaan
(reward). Dalam penerapan pembelajaran kooperatif ini dua atau lebih individu bekerjasama,
saling berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mencapai suatu tujuan. Contohnya pada
model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang
berhubungan dengan pelajaran, guru meminta anak didik berpasangan untuk mendiskusikan
apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Setelah itu guru meminta kepada pasangan
untuk berbagi ide, informasi, pengetahuan tentang apa yang telah didiskusikannya.
6.      Creative Learning
Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan,
melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang artistik lainnya. Dikarakterkan dengan adanya
keaslian dan hal yang baru. Dibentuk melalui suatu proses yang baru. Memiliki kemampuan
untuk menciptakan. Dirancang untuk mensimulasikan imajinasi. Kreatifitas adalah sebagai
kemampuan (berdasarkan data dan informasi yang tersedia) untuk memberikan gagasan-
gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Contohnya: guru kreatif dalam variasi metode mengajar dan membuat alat peraga,
siswa juga diajak dan diberi kesempatan untuk merancang/membuat sesuatu serta menuliskan
ide atau gagasannya.

7.      Inquiry dan Discovery


Kata kunci pendekatan inquiry adalah menemukan sendiri, yaitu pendekatan yang
pembelajarannya mengarahkan anak didik untuk menemukan pengetahuan, ide, dan informasi
melalui usaha sendiri dengan menggunakan langkah-langkah metode ilmiah. Sedangkan
pendekatan discovery hampir sama dengan inquiry, tetapi anak menemukan sendiri dari materi
yang telah diberikan kepada mereka sebelumnya.
Contoh: inquiry discovery dengan pembelajaran terbimbing  adalah sebagai berikut (1)
guru menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa dan memilih metode yang sesuai
dengan kegiatan penernuan; (2) Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa; (3)
Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap; (4) Menentukan dengan cermat apakah siswa
akan bekerja secara individu atau secara berkelompok; (5) Mencoba terlebih dahulu kegiatan
yang akan dikerjakan oleh siswa.

8.       Problem Solving
Merupakan pendekatan yang mengarahkan atau melatih anak didik untuk mampu
memecahkan masalah dalam bidang ilmu atau bidang studi yang dipelajari.
Contohnya guru memberikan sebuah masalah yang akan diselesaikan, lalu siswa diminta untuk
memahami masalah terlebih dahulu, setelah dipahami masalah itu dirumuskan, mengajukan
beberapa alternative pemecahan atau solusi, terakhir siswa memilih solusi yang lebih tepat
sehingga masalah dapat diselesaikan.

9.       Problem Based Learning


Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Contohnya: seorang guru meorientasikan anak didik kepada masalah, setelah itu
mengorganisasikan anak didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual atau
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah tersebut.

10.  Joyful Learning
Pendekatan joyful learning merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran
yang mendukung pengembangan berpikir kreatif dan menciptaan suasana belajar yang
menyenangkan. Contohnya: pendekatan joyful leaning pada materi ekosistem, sebagai berikut:
a.       Kebermaknaan; Pemahaman akan meningkat bila informasi baru dengan gagasan dan
pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Khususnya, istilah dan konsep sering sulit
dipahami. Pemahaman tersebut perlu digali melalui pengalaman siswa itu sendiri.
b.       Penguatan; terdiri atas pengulangan oleh guru dan latihan oleh siswa. Pengulangan tersebut
dan latihan dapat menanggulangi proses lupa. Dalam pendekatan joyful learning, penguatan
merupakan yang harus diperhatikan.
c.       Umpan balik; kegiatan belajar akan efektif bila siswa menerima dengan cepat tentang hasil-
hasil tugas belajar tersebut. Umpan balik sederhana, misalnya koreksi jawaban siswa atas
pertanyaan guru selama pelajaran berlangsung, atau koreksi pekerjaan siswa.

11.  Life Skills Based Learning


Pendekatan life skill adalah pendekatan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang
dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan
berguna bagi perkembangan kehidupan peserta didik.
Contohnya: Dalam mata pelajaran Sel, guru menjelaskan pengertian tentang sel,
peserta didik diharapkan mampu memaknai kinerja sel yang banyak walaupun ukurannya
sangat kecil sehingga peserta didik bisa lebih memaknai hidupnya dengan hal-hal yang baik
untuk perkembangannya.

12.  IESQ Based Learning


Pendekatan dalam pembelajaran yang menyeimbangkan 3 kecerdasan yaitu Intelektual
(I), Emotional (E), dan Spiritual (S) untuk perkembangan peserta didik.
Contoh Dalam menjelaskan simbiosis dalam ekosistem, selain guru menjelaskan
tentang materi simbiosis, hendaknya guru bisa memicu emosi dan spiritual peserta didik untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya. Pada simbiosis mutualisme contohnya, makhluk
hidup tidak bisa hidup sendiri, sehingga peserta didik bisa menerapakan kerjasama dan saling
menolong antar sesama.
13.  Hard and Soft Skills Based Learning
Pendekatan yang menggabungkan antara tampilan, pengetahuan, fisik (Hard skills) dan
keterampilan seseorang dengan orang lain/ termasuk dengan dirinya (Soft skills). Atribut soft
skills meliputi, (1) nilai yang dianut, (2) motivasi, (3) perilaku, (4) kebiasaan, (5) karakter.
Contohnya: seorang peserta didik mendapatkan ilmu dari gurunya tentang
pembentukan zigot. Nilai yang bisa diambil disana yaitu memaknai arti dari perjuangan banyak
sperma yang telah berjuang untuk membuahi ovum tetapi hanya 1 sperma yang berhasil. Dari
proses itu saja, kita yang telah menikmati hidup ini, hendaknya bersyukur karena kita adalah
orang yang terpilih, jadi kenapa kadang kita meragukan kemampuan yang kita miliki? Hal itu
bisa menjadi motivasi untuk selalu mengasah diri menjadi yang terbaik. Ketika ada motivasi,
kita harus aplikasikan dalam prilaku. Seseorang yang sudah memiliki prilaku yang baik, dalam
kehidupan akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu yang akan menjadi karakter.

� ( k �� �;� atih atau dilakukan berulang-ulang.Menurut Thorndike, perilaku dapat dibentuk


dengan menggunakan penguatan (reinforcement). Memang, latihan berulang tetap dapat
diberikan, tetapi yang terpenting adalah individu menyadari konsekuensi perilakunya.

         Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya apakah sesuatu
itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dipelajari tergantung pada kesiapan
belajar individunya. Dalam proses pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika peserta dalam
keadaan siap dan belajar dilakukan, maka mereka akan merasa puas. Sebaliknya, jika pesert
didik dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan merasa
tidak puas bahkan mengalami frustrasi.
Prinsip-prinsip dasar dari Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant
Conditioning atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk
pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas perilaku itu akan diulangi.  Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan
makin efektif jika peserta didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula
kemampuannya dalam menghubungkan S dengan R.

Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik: (4) MENCOBA

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata
pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang
nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang
tersedia dan harus disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil
eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena
yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7)membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan
tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan
perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru
menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah
yanga akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja
murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik: (5) JEJARING

Jejaring Pembelajaran disebut juga Pembelajaran Kolaboratif.  Apa yang dimaksud


dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal,
lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya
merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai
kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk
memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau
manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika  pembelajaran
kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas
peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan
menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh
rasa aman, sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan
belajar secara bersama-sama.
Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif.  Dua sifat berkenaan dengan
perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan
baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas
atau pembelajaran kolaboratif.
         Guru dan peserta didik saling berbagi informasi. Dengan pembelajaran kolaboratif,  peserta
didik memiliki ruang gerak untuk menilai  dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman
personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta
menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak
sebagai pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara
rijid.
         Berbagi tugas dan kewenangan. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas
dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini
memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri,  berbagi strategi dan
informasi, menghormati antarsesa, mendoorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam
pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara
terbuka dan bermakna.
         Guru sebagai mediator.  Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai
mediator atau perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi  baru dengan
pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebutuan dan
bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk belajar.
         Kelompok peserta didik yang heterogen. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didk
yang tumbuh dan berkembang sangat penting untuk memperkaya pembelajaran di kelas.  Pada
kelas kolaboratif peserta didikdapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka,
berbagi informasi,serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari peserta didik
lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam heterogenitas peserta
didik.

Referensi:
Materi Sosialisasi Kurikulum 2013, Kemendikbud.
Disadur dari : http://pembelajaranku.com/langkah-langkah-pembelajaran-saintifik/
sp� 9"! e �� �;� ihat dari aspek kurikulum, pembelajaran tematik memerlukan jenis
kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.

5.      Dilihat dari system penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tematik membutuhkan system
penilaian dan pengukuran (objek, indicator, dan prosedur)yang terpadu.
6.      Dilihat dari suasana penekanan proses pembelajaran, pembelajaran tematik cenderung
mengakibatkan penghilangan pengutamaan salah satu atau lebih mata pelajaran.

F.     MANFAAT PEMBELAJARAN TEMATIK

1. Dengan menggabungkan berbagai mata pelajaran akan terjadi penghematan


karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan
2. Siswa dapat melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat dari pada tujuan akhir itu
sendiri.
3. Pembelajaran tematik dapat meningkatkan taraf kecakapan berfikir siswa.
4. Kemungkinan pembelajaran yang terpisah-pisah sedikit sekali terjadi, karena siswa
dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih tematik.
5. Pembelajran tematik memberikan penerapan-penerapan dunia nyata sehingga
dapat mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran (transfer of learning).
6. Dengan pemanduan pembelajaran antar mata pelajaran diharapkan penguasan
matri pembelajaran akan semakin meningkat.
7. Pengalaman belajar antar mata pelajaran sangat positif untuk membentuk
pendekatan menyeluruh pembelajaran terhadap ilmu pengetahuan
8. Motivasi belajar dapat ditingkatkan dan diperbaiki.
9. Pembelajaran tematik membantu menciptakan struktur kognitif.
10. Melalui pembelajaran tematik terjadi kerjasama yang lebuh meningakatantara para
guru, para siswa, guru-siswa dan siswa-orang/nara sumber lain;belajar menjadi
lebih menyenangkan, belajar dalam situasi lebih nyata dan dalam konteks yang
bermakna.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK


Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh
terhadap kebermaknaan belajar bagi siswa. Pengalaman belajar yang menunjukan keterkaitan
unsure-unsur konseptual menjadikan pembelajaran lebih efektif.
Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, dan kebulatan pandangan tentang
kehidupan nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran tematik(terpadu) (William
dalam Udin Sa’ud, 2006).
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topic dan unit tematisnya,
Forgaty(1991) mengemukakan bahwa ada sepuluh cara atau modeldalam merencanakan
pembelajaran tematik :
1.      Model penggalan ( fragmented ) memisah-misahkan disiplin ilmu atas mata pelajaran-mata
pelajaran, seperti matematika, bahasa Indonesia, IPA, dan sebagainya.
2.      Model keterhubungan (Connected) dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelaaajaran
dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu.
3.      Model sarang (Nested) merupakan pemaduan bentuk penguasaan konsep ketrampilan melalui
sebuah kegiatan pembelajaran.
4.      Model urutan / rangkaian (Sequenced) merupakan model pemaduan topic-topik antar mata
pelajaran yang berbeda secara pararel.
5.      Model bagian (Shared) merupakan pemaduan pembelajaran akibat
adanya”overlapping”konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
6.      Model jarring laba-laba (Webbed) model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu
bahan dan kegiatan pembelajaran.
7.      Model galur (Thereaded) merupakan model pemaduan bentuk ketrampilan.
8.      Model ketematikan (Integrated) merupakan pemaduan sejumlah topic dari mata pelajaran yang
berbeda, tetapi esensinyasama dalam sebuah topic tertentu.
9.      Model celupan (Immerrsed) model ini dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan
memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan pemakaiannya.
10.  Model jaringan (Networked) merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandalkan
kemungkinan, pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk
ketrampilan baru setelah siswa mengadakanstudy lapangandalam situasi, kondisi maupun
konteks yang berbeda-beda.

KESIMPULAN
Model pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang menunjukan
kaitan unsure-unsur konseptual baik didalam maupun antar mata pelajaran, untuk memberi
peluang bagi terjadinya pembelajaran yang efektif dan untuk memberikan pengalaman yang
bermakna bagi anak.
Pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan
aktifitas berpikir dalam merancang butur-butir pembelajaran yang ditujukan untuk menguntai
tema, topic maupun pemahaman dan ketrampilan yang diperoleh siswa sebagai pembelajaran
secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain pembelajaran tematik adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menghubungkan sejumlah
konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat
perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa secara stimulan.

Diposkan oleh  Gilang Yanuar Muhpringadi  di 21.43


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

0 komentar:

Poskan Komentar
« Posting Lebih BaruPosting Lama »Beranda
Search

ABOUT ME

GILANG YANUAR MUHPRINGADI  

LIHAT PROFIL LENGKAPKU

BLOG ARCHIVE

 ▼  2013 (21)
o ▼  November (21)
 MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM YANG BERBASIS KOMPETENSI...
 MACAM – MACAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN
 MACAM-MACAM PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
 Langkah-Langkah Pembelajaran Saintifik
 KONSEP DASAR PEMBELAJARAN TEMATIK
 KIAT-KIAT PRAKTIS UNTUK GURU
 GAYA BELAJAR SEORANG ANAK
 CONTOH MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
 CIRI-CIRI GURU IDAMAN
 Cara Membuka Pembelajaran
 TUJUAN, MANFAAT, DAN KEWENANGAN KELOMPOK KERJA GUR...
 8 STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL
 Pandangan Tentang Pembelajaran Menurut Kurikulum 2...
 JENIS-JENIS PENELITIAN
 PEMBANGUNAN KARAKTER PADA ANAK Manajemen Pembelaja...
 PEMBANGUNAN KARAKTER PADA ANAK Manajemen Pembelaja...
 Macam-Macam Metode Pembelajaran
 Langkah-Langkah Penelitian TIndakan Kelas (PTK) M...
 Contoh Format RPP yang benar
 7 Rahasia Menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK...
 INTERNET
FOLLOWERS

D'GIelz Microfive. Diberdayakan olehBlogger.

Anda mungkin juga menyukai