Anda di halaman 1dari 25

Tugas Keperawatan Medikal Bedah III

“ Makalah Konsep Dan Proses Asuhan Keperawatan Dermatitis “

Dosen pengampu :

Ns. Martha K. Silalahi, M.Kep

Ns. Seven Sitorus, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun oleh :

Novi Indriyani (1032201030)


Diana Dwi Lestari (1032201048)
Fitri Yani (1032201049)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MH. THAMRIN

SEPTEMBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot
dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan
merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan
penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah
kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-organ adneksa kulit seperti kuku
dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga
merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-
ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga
lapisan: pidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari
kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum
malfigi. Dermis terletak tepat di bawah pidermis, dan terdiri dari serabut-
serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang tertanam dalam substansi dasar.
Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang
menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh. Juga
terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan
invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan
yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh
dan tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang
lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul
dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya eksim dapat
menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis
tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan
amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-
masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen
(penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara
lain dermatitis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Dermatitis?


2. Bagaimana klasifikasi Dermatitis?
3. Bagaimana etiologi dari Dermatitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Dermatitis?
5. Bagaimana manifestasi klinik dari Dermatitis?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Dermatitis?
7. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan dari Dermatitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Dermatitis?
9. Bagaimana pengkajian pada klien Dermatitis?
10. Apa saja diagnosa keperawatan pada klien Dermatitis?
11. Apa saja rencana keperawatan pada klien Dermatitis?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik


pada klien Dermatitis.
2. Mengetahui pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan pada
klien Dermatitis.
3. Mengetahui diagnosa dan rencana keperawatan pada klien Dermatitis.
BAB II
KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan
hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel)
pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga
digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola
pada kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah
ini diambil dari Bahasa Yunani yang berarti 'mendidih atau mengalir keluar’.
(Mitchell dan Hepplewhite, 2005)
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik. (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, dan keluhan gatal) (Adhi Juanda,2005)
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai
jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah,
dan gatal pada kulit. (Widhya, 2011)

B. KLASIFIKASI
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki
indikasi dan gejala berbeda:
1. Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu
seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen.
Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan
kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi.
Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai.
Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau
rumput.

2. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal
dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang
kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai
ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil,
datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini
muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit
sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang
terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan
tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.

3. Seborrheich Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung,
antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini
seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam
keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti
Parkinson.
4. Statis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau
hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki
dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal
dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi
penyebab.

5. Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat
atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma
bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan (fleksural). (Adhi
Djuanda,2005)
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan
pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut.
Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada
keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya
dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
keparahannya selama masa kecil dan dewasa.

6. Dermatitis Medikamentosa
Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan atau
tanpa vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada
bibir, glans penis, telapak tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat-
obatan yang masuk kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal.
Keluhan utama pada penyakit biasanya gatal dan suhu badan
meninggi. Gejala dapat akut, subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya
bisa mengenai seluruh tubuh. Apabila di bandingkan dengan melasma
bedanya yaitu plak hiperpigmentasi batas nya tidak tegas
C. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi
dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya
memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan
meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip
merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang
terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit
yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat
disentuh dan. Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit
dan eksim.

D. PATOFISIOLOGI
✓ Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah
hipersenitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase
indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit
sampai limfosit mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3
minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang dengan
alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke
dalam kulit dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen
yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh
magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T
yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T,
melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke
darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi
dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara
spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam
sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di
seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama
atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan
limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi
gejala klinis.
✓ Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk
numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah
(oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. bagian
tubuh.
✓ Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa
skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk
dan besar bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial
belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat
bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama
kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebutpytiriasis
steatoides ; disertai kerontokan rambut.
✓ Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga
memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing
(varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema.
Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau
seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura.
Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin.
Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama,
edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih
hitam.
✓ Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat
penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin
menghambat kemotaktis dan emnekan produksi sel T. Sel mast
meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai
kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak
menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut
menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat
gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE
secara berlebihan diturunkan secara genetik.
✓ Dermatitis Medikamentosa
Faktor lingkungan merupakan factor terpenting . Alergi paling
sering menyerang pada saluran nafas dan saluran pencernaan . Di
dalam saluran nafas terjadi inflamasi yang menyebabkan obstruksi
saluran nafas yang menyebabkan batuk dan sesak nafas.

E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIK
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai
pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan
(rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).
Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi yang
dapat timbul scara serentak atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan
edema. Edema sangat jelas pada klit yang longgar misalya muka (terutama
palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna. Infiltrasi biasanya terdiri atas
papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat
sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang
berkelompok yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula
atau pustule, jika disertai infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tidak
madidans bila gelembung-gelembung mengering maka akan terlihat erosi
atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut
ematiti sika. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik.
Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
hiperpigmentai atau hipopigmentasi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
2. Penunjang (pemeriksaan Histopatologi)
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena
gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh
sebab lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa
edema interseluler (spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada
dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan infiltrasi perivaskuler
sel-sel mononuclear. Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut dengan
terdapatnya akantosis dan kadangkadang parakeratosis. Pada dermatitis
kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis
ringan, tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi
perivaskuler, pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut
merupakan dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk
membedakan gambaran histopatologik antara dermatitis kontak alergik
dan dermatitis kontak iritan.
Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan
antigen, seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin
intrakutan, tampak sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu
antigen terlihat di membran sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit
mendekatinya dan sel Langerhans menunjukkan aktivitas metabolik.
Berikutnya sel langerhans yang membawa antigen akan tampak didermis
dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di epidermis berkurang.
Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening setempat
meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai gambaran
histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler awal
pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil
menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.

G. KOMPLIKASI
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
3. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
4. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi

H. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi
penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual
yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
1. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat
dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan
sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang,
penggunaan deterjen.
2. Pengobatan
a. Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres
terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin
rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut
diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik
berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi
bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan.
Jenis-jenisnya adalah :
1) Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari
dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan
proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek
langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid
topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR
sel Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji
antigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan
demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini
meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis
kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan
adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid.
Cara pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk
meningkatan penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat
dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap
hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi,
atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
2) Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis
kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit
mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi
timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang
dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di kulit
mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI
dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya.
Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan
reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis dan histologis
PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah
sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi
mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB.
Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR +
dari sel Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel
Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi
ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
3) Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia
hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh
kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau
dermis.
4) Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan
superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya
gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk
topikal.
5) Imunosupresif
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506
(Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan
menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin
seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin
eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan
tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM
981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti
inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding
dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada
konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%,
namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan
adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun
sistemik dan penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan
pemakaian secara oral.

b. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut
atau kronik. Jenis-jenisnya adalah :
1) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek
sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak
terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat
dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan
histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
2) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,
intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan
karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka
efek sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada
penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya
terutama pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan
perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja
dengan menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1
dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan IL-2
dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
3) Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T
penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-
1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan
keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.
4) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan
ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan
derivat teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.
5) FK 506 (Trakolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan
selular. Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF .
Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan
histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal.
6) Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya
seperti nifedipin dan amilorid.
7) Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6
dan INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari
peradangan. Contohnya adalah kalsitriol.
8) SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang
tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral
lebih baik daripada siklosporin
Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
3. Riwayat Kesehatan.
a) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
b) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
d) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
e) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu
obat

4. POLA FUNGSIONAL GORDON


a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan
penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau
menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien
( pagi, siang dan malam )
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual
muntah, pantangan atau alergi
Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
c) Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
d) Pola aktivitas/olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan pada kulit.
Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan
kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
e) Pola istirahat/tidur
Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah
merasa segar atau tidak?
f) Pola kognitif/persepsi
Kaji status mental klien
Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada
bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
Kaji apakah klien mengalami vertigo
Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah
pada kulit.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah
gambaran dirinya
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
h) Pola peran hubungan
Tanyakan apa pekerjaan pasien
Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien
seperti: pasangan, teman.
Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawatan penyakit klien
i) Pola seksualitas/reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan
terkait dengan menopause
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks
j) Pola koping-toleransi stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS
( financial atau perawatan diri )
Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien
mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah
ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering
berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
k) Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan
dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran
agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran
positif.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang
tidak bagus.
5. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
kurangnya informasi.

C. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
No NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan asuhan
1. Lakukan inspeksi lesi
berhubungan dengan keperawatan, kulit klien dapat setiap hari
kekeringan pada kulit kembali normal dengan kriteria
2. Pantau adanya tanda-
hasil: tanda infeksi
Kenyamanan pada kulit
3. Ubah posisi pasien tiap 2-
meningkat 4 jam
Derajat pengelupasan kulit
4. Bantu mobilitas pasien
berkurang sesuai kebutuhan
Kemerahan berkurang 5. Pergunakan sarung
Lecet karena garukan tangan jika merawat lesi
berkurang 6. Jaga agar alat tenun selau
Penyembuhan area kulit yang dalam keadaan bersih dan
telah rusak kering
7. Libatkan keluarga dalam
memberikan bantuan pada
pasien
8. Gunakan sabun yang
mengandung pelembab
atau sabun untuk kulit
sensitive
9. Oleskan/berikan salep
atau krim yang telah
diresepkan 2 atau tiga kali
per hari.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
1. Lakukan tekni aseptic dan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan tidak antiseptic dalam
penurunan imunitas terjadi infeksi dengan kriteria melakukan tindakan pada
hasil: pasien
Hasil pengukuran tanda vital 2. Ukur tanda vital tiap 4-6
dalam batas normal. jam
- RR :16-20 x/menit 3. Observasi adanya tanda-
- N : 70-82 x/menit tanda infeksi
- T : 37,5 C 4. Batasi jumlah pengunjung
- TD : 120/85 mmHg 5. Kolaborasi dengan ahli
Tidak ditemukan tanda-tanda gizi untuk pemberian diet
infeksi (kalor,dolor, rubor, TKTP
tumor, infusiolesa) 6. Libatkan peran serta
Hasil pemeriksaan laborat keluarga dalam
dalam batas normal Leuksosit memberikan bantuan pada
darah : 5000-10.000/mm3 klien
7. Kolaborasi dengan dokter
dalam terapi obat
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan
1. Menjaga kulit agar selalu
berhungan dengan keperawatan diharapkan klien lembab
pruritus bisa istirahat tanpa danya
2. Determinasi efek-efek
pruritus dengan kriteria hasil: medikasi terhadap pola
Mencapai tidur yang nyenyak tidur
Melaporkan gatal mereda 3. Jelaskan pentingnya tidur
Mengenali ttindakan untuk yang adekuat
meningkatkan tidur 4. Fasilitasi untuk
Mempertahankan kondisi mempertahankan aktifitas
lingkungan yang tepat sebelum tidur
5. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
6. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
tidur.
4. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan asuhan
1. Kaji adanya gangguan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan citra diri (menghindari
penampakan kulit yang Pengembangan peningkatan kontak mata,ucapan
tidak bagus. penerimaan diri pada klien merendahkan diri sendiri).
tercapai dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi stadium
Mengembangkan peningkatan psikososial terhadap
kemauan untuk menerima perkembangan.
keadaan diri. 3. Berikan kesempatan
Mengikuti dan turut pengungkapan perasaan.
berpartisipasi dalam tindakan
4. Nilai rasa keprihatinan dan
perawatan diri. ketakutan klien, bantu klien
Melaporkan perasaan dalam yang cemas
pengendalian situasi. mengembangkan
Menguatkan kembali kemampuan untuk menilai
dukungan positif dari diri diri dan mengenali
sendiri. masalahnya.
5. Dukung upaya klien untuk
memperbaiki citra diri , spt
merias, merapikan.
6. Mendorong sosialisasi
dengan orang lain.
5. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan
1. Kaji apakah klien
tentang program terapi keperawatan diharapkan terapi memahami dan mengerti
berhubungan dengan dapat dipahami dan dijalankan tentang penyakitnya.
kurangnya informasi dengan kriteria hasil: 2. Jaga agar klien
Memiliki pemahaman mendapatkan informasi
terhadap perawatan kulit. yang benar, memperbaiki
Mengikuti terapi dan dapat kesalahan
menjelaskan alasan terapi. konsepsi/informasi.
Melaksanakan mandi,
3. Peragakan penerapan
pembersihan dan balutan terapi seperti, mandi dan
basah sesuai program penggunaan obat-obatan
.Menggunakan obat topikal lainnya.
dengan tepat. 4. Nasihati klien agar selalu
Memahami pentingnya nutrisi menjaga hygiene pribadi
untuk kesehatan kulit. juga lingkungan.

IMPLEMENTASI
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan.

EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi. Evaluasi merupakan
tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel,
skuama, dan keluhan gatal)
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),
mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen),
misalnya dermatitis atopik.
Pencegahan merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan
dermatitis kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal
dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti
dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang
panjang, penggunaan deterjen.

B. Saran
Jika memilki kulit yang sensitif, ada baiknya menggunakan sarung tangan
berbahan plastik saat mencuci pakaian menggunakan tangan untuk
menghindari terjadinya demratitis.
Dermatitis pun ada yang basah dan ada juga yang kering tergantung dari
reaksi yang ditimbulkan alergen pada tubuh. Pengobatannya pun menjadi
berbeda sehingga perlu dibedakan masing-masing dari klasifikasi dermatitis
itu sendiri agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.

Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’s
Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai