Anda di halaman 1dari 3

Cerita Dibalik Hujan

Termenung meratapi titik hujan yang menderas di balik kaca tebal di hadapanku. Titik'titik air
mulai menyelimuti separuh tubuh meresap ke permukaan. Dia tidak merasa dingin, kenapa?
Padahal, kaca itu tidak memakai penutup apapun. Dan juga dia tidak merasa keberatan. Padahal,
sekelompok titik air itu terus berdatangan ketubuhnya. Namun, air sungkan. dia meleleh perlahan
setelah hinggap di permukaan kaca. Turun.. turun dan turun hingga permukaan dasar. Lalu, dia
meresap ke dalam. Dan membasahi hamparan rumput yang bergoyang diterpa angin kencang.
Dan sepertinya rumput itu pun juga tidak merasa keberatan, dia menikmati suasana dingin yang
berhembus.

Mataku lalu bergerak mengikuti gerak air yang meluncur di dinding depan. Terselip oleh mataku
seekor semut merah kecil berdiam di sudut belah antar dinding. Dia seperti menunggu,
menunggu siapa? Aku masih penasaran. Tiba-tiba, dia berjalan seperti garis parabola pada grafik
koordinasi. Lalu dia ke arah garis negatif mecapai dasar koordinasi dinding. Ternyata, disana
telah berkumpul semut merah kecil lainnya berbaris di daun ketapang yang jatuh berhembus ke
arah mereka. Lalu, semut itu pun menjatuhkan diri ke daun. Semua semut berjalan serentak
layaknya pasukan berbaris ke lubang tanah yang tidak tersentuh titik air.

Daun pun begitu, pohon ketapang yang tumbuh di depan, terus berjatuhan. Daun itu
berhembusan dibawa angin kencang. Ada yang ke utara, timur, barat laut, barat serta timur laut.
Tetapi, tidak ada yang keselatan. kenapa? Apakah selatan tidak marah jika dia tidak dapat
bagian? Aku masih berpikir. Tiba-tiba, salah satu daun jatuh ke arah selatan. Aku masih
menunggu daun selanjutnya, tetapi tidak pernah muncul. Aku kasihan dengan daun itu. Dia
hanya sendiri berdiam disana menunggu angin untuk membawa tubuhnya ke arah yang lain.

Aku mulai berpikir, memejamkan mata lalu membuka kaca tebal. Kugerakkan tanganku secara
perlahan ke arah depan dan tanganku mulai merasa hawa dingin di luar. Mataku masih terpejam
kaku, dingin itu mulai menusuk ke tulang dan mengajak pikiranku untuk bermain bersamanya.
Bujukan mereka berhasil. Aku membuka mata dan pergi keluar rumah.

Tanpa topi, jacket dan sandal. Aku berlari ke luar rumah. Aku ingin mencoba hidup ketika hujan.
Aku ingin hidup bersama mereka. Titik air, Semut, Guguran daun dan Angin. Aku ingin
semuanya Hidup. Titik-titik air itu membasahi seluruh badanku. Dan daun-daun itu bergembira
ria bersamaku. Berputar mengikuti arah angin. Angin membawaku ke selatan. Aku hidup
bersama daun yang tadi sendirian. Aku membungkukkan sedikit badan melihat dengan jelas apa
yang sedang terjadi pada daun yang kesepian. Dia tetap tenang. Apakah dia menangis? tangisan
itu tidak terlalu jelas, karena air matanya ditutupi air hujan yang berjatuhan ke tubuhnya. Air
hujan menutupi air matanya, Lalu, daun lain berhembusan ke arah selatan. Aku senang.
Akhirnya, daun itu mendapatkan teman.

Aku berjalan ke arah perkumpulan semut kecil. Aku tidak melihat mereka lagi. Aku sangat
sedih, aku tidak bisa bermain bersama mereka. Aku terus menunggu, merekatak kunjung keluar.
Tak kujung keluar, apakah mereka tidak ingin hidup ketika hujan? Kenapa, saat hujan tidak ada
yang menjalankan aktivitas mereka seperti biasa.

Aku berlari ke arah pohon, berputar mengelilinginya. Lalu duduk bersandar di tubuhnya. Tiba-
tiba celah sinar menajam ke arahku. Lalu menyebar kesemua permukaan. Hujan telah tiada.
Diganti dengan mentari panas menyengat air. Aku berdiri, melihat sekelilingku. Kenapa begitu
cepat mereka menghilang? Semua yang semula basah menjadi kering dan berubah menjadi
segar. Dan awan pun juga begitu, yang tadinya gelap berubah menjadi garis setengah lingkaran
penuh warna. Yang sering disebut orang sebagai pelangi. Mejikuhibiniu, warna yang melapisi
tubuhnya. Sekarang, aku tau! Hujan, megganti semua menjadi baru. Hujan, menutupi Kesedihan
menjadi kegembiraan. Hujan mengganti gelap menjadi terang. Aku ingin selalu hidup bersama
mereka. The rain did not replace anything you thought!! 'Rain, Can you play with me again?'
Nama lengkap : Satria Tri Ferdiansyah
Nama panggilan : Satria
Kelas : XI IPA 1
TTL : Depok 11 April 2005
Alamat : Jln. Pramuka Raya Gang Hasan rt 03 rw 11 no 18 kec. Pancoran mas kel.
Mampang kota Depok

Anda mungkin juga menyukai