BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program KB pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Soeharto
yaitu saat Orde Baru. Melalui KB masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah
kelahiran anak, yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua anak. Tidak tanggung-
tanggung, KB diberlakukan kepada seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan bawah
hingga lapisan atas dalam masyarakat. Oleh sebab itu makalah ini disusun untuk
mengetahui seluk beluk mengenai penyelenggaraan KB di Indonesia, mulai dari
sejarah, proses pelaksanaan, kelebihan dan kekurangan dari KB, serta dampak
positif maupun dampak negatf dari pelaksanaan KB
Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dari program kesehatan
dan merupakan titik pusat sumber daya manusia mengingat pengaruhnya terhadap
setiap orang dan mencakup banyak aspek kehidupan sejak dalam kandungan sampai
pada kematian. Oleh karena itu pelayanan kesehatan reproduksi harus mencakup
empat komponen esensial yang mampu memberikan hasil yang efektif dan efisien
bila dikemas dalam pelayanan yang terintegrasi. Salah satu dari empat komponen
esensial yaitu Keluarga Berencana.
Pelayanan Keluarga Berencana perlu mendapatkan perhatian yang serius,
karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan
dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya
paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari
1
pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan
yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi, maka pelayanan KB
harus menjadi lebih berkualitaas serta memperhatikan hak – hak dari klien dalam
memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.
Masa lanjut merupakan periode penutup dalam rentan hidup seseorang, yaitu
suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang
lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia
adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.
Secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
keatian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat?
2. Bagaimana Pelayanan Lansia yang Berkaitan dengan Kesehatan
Reproduksi di Masyarakat?
C. Tujuan
1. Untuk megetahui Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat.
2. Untuk mengetahui Pelayanan Lansia yang Berkaitan dengan Kesehatan
Reproduksi di Masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
b. Tujuan Program KB
3
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh
bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga
berkualitas.
Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah :
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
c. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan
sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan
terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
4
5
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan
masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan
program KB nasional, dimana program tersebut atas dasar survey pasangan
usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :
a. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
c. 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB
f. kegiatan / cara operasional pelayanan KB
1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan
memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok
(penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam
berKB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga
tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita
baik sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling
rentan mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan
pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi
reproduksi.
Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
6
dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa
kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang
antar anggota dan antara keluarga dengan lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan
yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga
sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui
program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia) , tujuan agar
merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama
institusi pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan,
dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan.
g. Peningkatan Pelayanan KB
Masa lanjut merupakan periode penutup dalam rentan hidup seseorang, yaitu
suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang
lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Sedangkan, Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah
lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.
Secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan keatian.
Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ.
8
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkn lanjut usia menjadi 4
yaitu : usia pertengahan (middle age )45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Suatu
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial
yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran
kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah
9
lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi
sumber banyak masalah.
3. Pembatasan Fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemundurun
terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada
peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan di
dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli
fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping
obat. Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai
dengan dioksin dan diuretika. Diuretika berfungsi untuk mengurangi volume darah
dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin
mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah
yang menyebabkan ketidaknyaman lansia.
5. Penggunan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama
dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologis pada lansia efek
obat yang luas, terasuk efek samping obat tersebut. Dampak praktis dengan adanya
perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cendrung
diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetapp bermasalah karena lansia sering kali
menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka
membutuhkan beberapa jenis obat.
Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
Bingung
Lemah ingatan
10
Penglihatan berkurang
Tidak bias memegang
Kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi dan
dijalankan.
6. Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran
mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan
dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya
.
1. Wanita
a. Vagina
b. Uterus
11
c. Ovarium
Payudara akan menyusut dan menjadi datar , kecuali pada wanita yang
gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan i ni
disebabkan oleh karena antrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja.
Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik mapun fungsional,
begitu pula kelenjar teroit dan adrenal menjadi “keras” dan mengakibatkan
bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis
pinggang menghilang. Kaang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut
ketiak, pubis mengurang oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh
kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang.
Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
2. Pria
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria di atas usia 40 tahun dan 90%
pria di atas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukanterapi lebih
lanjut.
1. Azaz
2. Pendekatan
14
8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productifity)
10) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self health
care and family care)
3. Jenis
a. Promotif
b. Prefentif
c. Rehabilitatif
16
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan umum
untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu
membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana
program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas.
Upaya peningkatan kualitas program bertujuan untuk meningkatkan jumlah
peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi terpilih dengan pelayanan dan
pengayoman yang lebih bermutu. Di samping itu diharapkan pula
meningkatkanya kualitas pengelolaan program di semua tingkatan dan semakin
berkembangnya usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak dan memperpanjang harapan hidup, serta mengembangkan usaha-usaha
peningktan kualitas sumber daya manusia.
18
DAFTAR PUSTAKA
19