Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PELAYANAN KONTRASEPSI DAN KB SERTA LANSIA YANG


BERKAITAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI
MASYARAKAT”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program KB pertama kali dilaksanakan pada masa pemerintahan Soeharto
yaitu saat Orde Baru. Melalui KB masyarakat diharuskan untuk membatasi jumlah
kelahiran anak, yaitu setiap keluarga memiliki maksimal dua anak. Tidak tanggung-
tanggung, KB diberlakukan kepada seluruh lapisan masyarakat, dari lapisan bawah
hingga lapisan atas dalam masyarakat. Oleh sebab itu makalah ini disusun untuk
mengetahui seluk beluk mengenai penyelenggaraan KB di Indonesia, mulai dari
sejarah, proses pelaksanaan, kelebihan dan kekurangan dari KB, serta dampak
positif maupun dampak negatf dari pelaksanaan KB
Kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dari program kesehatan
dan merupakan titik pusat sumber daya manusia mengingat pengaruhnya terhadap
setiap orang dan mencakup banyak aspek kehidupan sejak dalam kandungan sampai
pada kematian. Oleh karena itu pelayanan kesehatan reproduksi harus mencakup
empat komponen esensial yang mampu memberikan hasil yang efektif dan efisien
bila dikemas dalam pelayanan yang terintegrasi. Salah satu dari empat komponen
esensial yaitu Keluarga Berencana.
Pelayanan Keluarga Berencana perlu mendapatkan perhatian yang serius,
karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan
dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya
paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari
1
pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan
yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi, maka pelayanan KB
harus menjadi lebih berkualitaas serta memperhatikan hak – hak dari klien dalam
memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.
Masa lanjut merupakan periode penutup dalam rentan hidup seseorang, yaitu
suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang
lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia
adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.
Secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
keatian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat?
2. Bagaimana Pelayanan Lansia yang Berkaitan dengan Kesehatan
Reproduksi di Masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk megetahui Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat.
2. Untuk mengetahui Pelayanan Lansia yang Berkaitan dengan Kesehatan
Reproduksi di Masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat


a.    Pengertian Program KB
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi,
spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan
yang baik dengan kemampuan produksi nasional.
Sejak pelita V, program KB nasional berubah menjadi gerakan KB nasional
yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan
NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia.
(Sarwono,1999).

b.     Tujuan Program KB

3
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu  membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh
bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga
berkualitas.
 Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah :
 Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
 Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

c.    Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan
sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan
terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.

d.    Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB meliputi :
1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2. Konseling
3. Pelayanan Kontrasepsi
4. Pelayanan Infertilitas
5. Pendidikan sex (sex education)
6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7. Konsultasi genetik

4
           

e.     Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan  KB


Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain:
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta
masyarakat (kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara
berkelanjutan.
2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach)
Mengkoordinasikan Berbagai pelaksanaan program KB dan
pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan
mempunyai kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan
menerapkan kemitraan sejajar.
program KB dan pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling
menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergik dalam mencapai
tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat
mendorong danmenggerakkan potensi yang  dimiliki oleh semua
masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada
semua pihak.
4.      Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan
(provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan
kondisi.
5.      Pendekatan kemandirian (self rellant approach)

5
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan
masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
6.      Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan
program KB nasional, dimana program tersebut atas dasar survey pasangan
usia subur di Indonesia terhadap ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :
a.    15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
b.    15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
c.    30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB

f. kegiatan / cara operasional pelayanan KB
1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan
memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok
(penyuluhan) dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam
berKB, melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga
tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)
2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita
baik sebagai calon ibu atau ibu,  merupakan anggota keluarga yang paling
rentan mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan
pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi
reproduksi.
Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisk, mental
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
6
dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa
kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang
antar anggota dan antara keluarga  dengan lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan
yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga
sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS. Pengayoman, melalui
program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia) , tujuan agar
merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama
institusi pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).
4. Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan,
dokter  berupa pelatihan konseling dan keterampilan.

g. Peningkatan Pelayanan KB

Upaya peningkatan kualitas program bertujuan untuk meningkatkan jumlah


peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi terpilih dengan pelayanan dan
pengayoman yang lebih bermutu. Di samping itu diharapkan pula
meningkatkanya kualitas pengelolaan program di semua tingkatan dan semakin
berkembangnya usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak dan memperpanjang harapan hidup, serta mengembangkan usaha-usaha
peningktan kualitas sumber daya manusia.

Peningkatan mutu pelayanan akan dilakukan sejalan dengan segmentasi


sasaran sesuai dengan spesifikasi kebutuhan dan kemampuan mereka.
Peningkatan kualitas pelayanan juga akan dilaksanakan secara menyeluruh, baik
sarana swasta maupun yang bersubsidi penuh, yakni dengan pelatihan dan
7
orientasi yang cermat kepada petugas pelayanan. Peningkatan mutu pelayanan
kontrasepsi diarahkan kepada pengguaan kontrasepsi yang lebih efektif dan
berjangka panjang seperti, IUD, implant (susuk KB) dan kontrasepsi mantap.
Selain itu dilakukan konseling alat kontrasepsi dan pemantauan kualitas
pelayanan kontrasepsi dalam usaha pengayoman terhadap peserta KB.

Peningkatan kualitas pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di


lakukan melalui penajaman sasaran kepada pasangan usia subur (PUS), PUS
paritas rendah dan generasi muda melalui peningkatan mutu materi KIE yang
menyangkut KIE medis, kampanye reproduksi sehat dan kesejahteraan ibu dan
anak.

B. Pelayanan Lansia yang Berkaitan dengan Kesehatan


Reproduksi di Masyarakat
a.      Pengertian

Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoatmojo, Pelayanan kesehatan adalah sebuah


sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyrakat.

Masa lanjut merupakan periode penutup dalam rentan hidup seseorang, yaitu
suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang
lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Sedangkan, Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah
lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.
Secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan keatian.
Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ.

8
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkn lanjut usia menjadi 4
yaitu : usia pertengahan (middle age )45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.     

kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Suatu
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial
yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran
kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah

b.      Masalah Kesehatan Pada lansia

1. Masalah kehidupan sexual


Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman.
Hubungan seksual pada suami istri yang sudah menikah dapat berlanjut
sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit
atau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri
engan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan
kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap
hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan
emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
2. Perubahan perilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya : daya
ingin merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi,

9
lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi
sumber banyak masalah.
3. Pembatasan Fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemundurun
terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada
peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan di
dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli
fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping
obat. Sebagai contoh klien  dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai
dengan dioksin dan diuretika. Diuretika berfungsi untuk mengurangi volume darah
dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin
mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah
yang menyebabkan ketidaknyaman lansia.
5. Penggunan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit. Persoalan utama
dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologis pada lansia efek
obat yang luas, terasuk efek samping obat tersebut. Dampak praktis dengan adanya
perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cendrung
diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetapp bermasalah karena lansia sering kali
menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka
membutuhkan beberapa jenis obat.
 Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
 Bingung
 Lemah ingatan

10
 Penglihatan berkurang
 Tidak bias memegang
 Kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi dan
dijalankan.
6. Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran
mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan
dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan lingkungannya
.

c.      Perkembangan Reproduksi Lansia

1.      Wanita

Dengan berhentinya produksinya homon estrogen, genetalia interna dan


eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.

a.       Vagina

Sejak klimaterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun


pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti
berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak lagi
mempertahankan elastisitasnya akibat fibrosis. Perubahan ibni sampai batas
tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin lama kegiatan
tersebut dilakukan kuranng laju pendangkalan atau pengecilan genetalia
eksterna.

b.      Uterus

Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan


dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan
fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol,bahkan lama-lama akn merata
dengan dinding jaringan.

11
c.       Ovarium

Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaan menjadi


“keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang
berulang sebelumnya, permukan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh
karena tidak terdapat folikel. Secara umum , perubahan fisik genetalia interna
dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi,
pada umunya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya
oleh hormon estrogen dan progesteron.

d.      Payudara ( Glandula mamae)

Payudara akan menyusut dan menjadi datar , kecuali pada wanita yang
gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan i ni
disebabkan oleh karena antrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja.
Kelenjar pituari  anterior mempengaruhi secara histologik mapun fungsional,
begitu pula kelenjar teroit dan adrenal menjadi “keras” dan mengakibatkan
bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis
pinggang menghilang. Kaang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut
ketiak, pubis mengurang oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh
kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang.
Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

2.      Pria

Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :

a.       Produksi testoteron menurun secara bertahap

Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan.


Testis menjadi lebih kecil dan kurang produktif. Tubular testis akan menebal
dan berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, 
12
dengan penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemmpuan untuk
membuahi ovum.

b.      Kelenjar prostat biasanya membesar

Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria di atas usia 40 tahun dan 90%
pria di atas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukanterapi lebih
lanjut.

c.       Respon seksual terutama fase penggairahan (desire)

Menjadi lambat ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda.

Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotung berkurang, mengurangi


intensitas dan durasi tekanan pada ototsadar dan tak sadar serta ereksi mungkin
kurang kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih
muda. Dan juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk
menimbulkan respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk
periode yang lebih lamasebelum mencapai orgasme dan biasanya pengeluaran
pre-ejakulasi berkurang bahkan tidak terjadi.

d.      Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari

Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta


jumlah cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya
sensasi ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut
sebagai ejakulasi dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya
pengontrolan yang berhubungan miotonia dan vasokongesti, serta masa
refraktermemanjang pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang
termasuk selama tidur.

e.       Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada


umumnya 12 sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda
yang hanya membutuhkan beberapa menit.
13
f.       Ereksi pagi hari (morning erektion) semakin jarang terjadi

d.      Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi  terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz, pendekatan, dan


jenis pelayanan kesehatan yang diterima.

1.      Azaz

Menurut WHO (1991) azaz memiliki prinsip kemerdekaan


(independence), partisipasi (participation) , perawatan (care), pemenuhan diri
(self fulfillment), dan kehormatan (dignity).

Azaz yang di anut oleh departemen kesehatan RI adalah add life to the


years, add health to life and add years to life yaitu meningkatkan mutu
kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, memperpanjang usia.

2.      Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan


adalah sebagai berikut :

1) Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefit of social


devlopment)
2) Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individualiti of aging
persons)
3) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
4) Lansia turut memilih kebijakan (choice)
5) Memberikan perawatan dirumah (home care)
6) Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessbility)
7) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi (engaging the
aging)

14
8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productifity)
10) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self health
care and family care)

3.      Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan


yaitu promotif, prefentif, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan,
serta pemulihan.

a.       Promotif

Upaya promotif juga merupakan proses adfokasi kesehatan untuk


meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap
praktek kesehatan yang positif menjadi norma – norma sosial.

 Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :


1) Mengurangi cidera
2) Meningkatkan keamanan ditempat kerja
3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
4) Meningkatkan keamanan, penanganan makan dan obat obatan
5) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

b.      Prefentif

 Pencegahan primer, meliputi :


1) Program imunisasi
2) Konseling
3) Dukungan nutrisi
4) Eksercise
5) Keamanan didalam dan sekitar rumah
6) Manajemen stres
7) Menggunakan medikasi yang tepat   

 Pencegahan skunder, meliputi :

Pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan


pencegahan skunder :
15
1.      Kontrol hipertensi

2.      Deteksi dan pengobatan kanker

3.      Skrining: pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi,


mulut

c.       Rehabilitatif

Prinsip rehabilitatif meliputi :

1) Pertahankan lingkungan aman


2) Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3) Pertahankan kecukupan gizi
4) Pertahankan fungsi pernapasan
5) Pertahankan aliran darah
6) Pertahankan kulit
7) Pertahankan fungsi pencernaan
8) Pertahankan fungsisaluran perkemihan
9) Meningkatkan fungsi pisiko sosial
10) Pertahankan komunikasi
11) Mendorong pelaksanaan tugas

16
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Tujuan umum
untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu 
membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana
program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas.
Upaya peningkatan kualitas program bertujuan untuk meningkatkan jumlah
peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi terpilih dengan pelayanan dan
pengayoman yang lebih bermutu. Di samping itu diharapkan pula
meningkatkanya kualitas pengelolaan program di semua tingkatan dan semakin
berkembangnya usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak dan memperpanjang harapan hidup, serta mengembangkan usaha-usaha
peningktan kualitas sumber daya manusia.

Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoatmojo, Pelayanan kesehatan adalah sebuah


sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan ) dengan sasaran masyrakat.
lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
17
B. Saran
1. Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritiknya, agar
menjadi lebih baik lagi, dan kami harap pembuatan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca dan pengetahuan wawasan yang lebih
luas mengenai ” PELAYANAN KONTRASEPSI DAN KB SERTA LANSIA
YANG BERKAITAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI
MASYARAKAT”
2. Sebagai mahasiswa kebidanan maka diharapkan teman-teman bisa belajar lebih
giat lagi agar nantinya bisa menjadi seorang bidan profesional yang memunyai
kompetensi dan skill yang baik selain itu perlu di ingat apabila nantinya telah
menjadi seorang bidan maka mari kita bersama-sama menyukseskan program
keluarga berencana ini demi mencapai suatu negara indonesia yang lebih sehat.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Saifuddin, A.B., 2006, Buku panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi, Pk-54-PK58,


Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, Jakarta
2. Informasi dasar gerakan KB nasional, BKBN: 1992
3. Prawirodihardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirodihardjo
4. http://stannytuasela.blogspot.com/2017/05/pelayanan-kb-dan-pelayanan-
lansia.html
5. https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/makalah-program-keluarga-berencana-
di-indonesia-65
6. http://diar13-midyuin08.blogspot.com/2010/04/makalah-kb-bu-
hasniahkelompok-4.html
7. Azwar, A.2006. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan. Depkes: Jawa Timur
8. Maryam, S dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya .Salemba
Medika:Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai