Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN
A. KEGIATAN LABORATORIUM PRE-ANALITIK
Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga
tahapan penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik.
Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam pengendalian mutu
hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada
urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat
perhatian.
Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses
pengujian spesimen pasien, dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari
persiapan, pengambilan sampai pengolahan spesimen. Kesalahan
pada tahap pra analitik adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan
tahap analitik maupun pasca analitik. Kesalahannya sampai 68%,
dikarenakan tahap pra analitik sulit dikendalikan, contohnya pada
persiapan pasien. Laboratorium sulit mengendalikan hal ini, karena
banyak faktor yang mempengaruhi kondisi pasien.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat pengambilan Spesimen ,
yaitu:
1. Waktu pengambilan
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari,
terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan imunologi
karena umumnya nilai normal berdasarkan nilai pada pagi hari.
Namun ada beberapa spesimen yang diambil sesuai dengan
perjalanan penyakit dan fluktuasi harian, misalnya:
a. Demam typhoid Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase
akut dan konvalesen. Untuk biakan darah paling baik dilakukan
pada minggu I atau II sakit, dan untuk biakan urine atau tinja
dilakukan pada minggu II atau III.
b. Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman Spesimen diambil
sebelum pemberian antibiotik.

1
c. Pemeriksaan Gonorrhoe, spesimen sekret uretra diambil 2 jam
sebelum berkemih
d. Pemeriksaan mikrofilaria, spesimen darah diambil pada waktu
senja dan menjelang tengah malam.
e. Pemeriksaan tuberculosis, dahak diambil setelah bangun tidur
pada pagi hari, dibandingkan dahak sewaktu.
2. Volume spesimen
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek
yang diperiksa.
3. Lokasi pengambilan spesimen
a. Spesimen darah, Darah vena umumnya diambil dari vena cubiti
daerah siku. Darah kapiler diambil dari ujung jari tengah atau jari
manis pada tangan kiri atau tangan kanan, atau pada daerah tumit
1/3 bagian tepi telapak kaki, atau cuping telinga pada bayi. Darah
arteri diambil dari arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri
femoralis di daerah lipatan paha.
b. Spesimen biakan, Diambil pada tempat yang sedang mengalami
infeksi.
4. Peralatan pengambilan spesimen
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat:
a. Bersih
b. Kering
c. Tidak mengandung detergen atau bahan kimia
d. Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada
spesimen (inert)
e. Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
f. Untuk pemeriksaan biakan, harus menggunakan peralatan yang
steril
g. Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus menggunakan
peralatan yang steril dan disposible.

2
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
a. Terbuat dari gelas atau plastik
b. Tidak bocor atau tidak merembes
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
d. Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
e. Bersih
f. Kering
g. Tidak mempengaruhi sifat dari zat-zat dalam spesimen
h. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan
botol berwarna coklat (aktinis).
i. Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus
steril
j. Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja sebaiknya
menggunakan wadah yang bermulut lebar (Depkes, 2008).
Wadah pengambilan/penampung sampel darah

Wadah pengambilan sampel feses

3
Wadah penampung sampel urine

Wadah penampung sempel dahak/sputum

5. Pengawet spesimen
Kesalahan dalam pemberian pengawet/antikoagulan tersebut
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan
pengawet/antikoagulan yang dipakai harus memenuhi persyaratan
yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan
diperiksa (Depkes, 2008).

4
6. Kesalahan pengambilan spesimen
Yang melakukan pengambilan sampel darah adalah phelbotomis
(Dokter,Perawat/bidan,Analis Laboratorium)
a. Kesalahan Pengambilan Darah Vena, yaitu:
 Mengenakan torniquet terlalu lama dan terlalu keras, sehingga
mengakibatkan terjadinya hemokonsentrasi.
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol.
 Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh,
sehingga mengakibatkan masuknya udara ke dalam tabung
dan merusak sel darah merah.
 Mengocok tabung vakum terlalu kuat dapat mengakibatkan
hemolisis.
b. Kesalahan Pengambilan darah kapiler, yaitu:
 Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya
gangguan peredaran darah seperti vasokontriksi (pucat),
vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau cyanosis
setempat.
 Tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-
peras keluar.
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol. Bukan saja darah
itu diencerkan, tetapi darah juga melebar diatas kulit sehingga
sukar diisap ke dalam pipet.
 Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan .
 Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja.
7. Cara Pengambilan Spesimen
a. Pengambilan Tinja/ Feses/ Stool
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi
spontan (tanpa bantuan obat pencahar), jika pemeriksaan sangat
diperlukan, dapat pula sampel tinja diambil dari rektum dengan
cara colok dubur. Pengambilan specimen feses ini dilakukan oleh

5
klien/pasien itu sendiri dan didampingi oleh Perawat lalu diperiksa
oleh laboratorium.
b. Pengambilan Dahak/ Sputum
Pengambilan dahak/ sputum ini dilakukan oleh pasien yang
didampingi oleh petugas Laboratorium/Analis Laboratorium.
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan
yang akan dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak dengan
ludah. Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan dahak,
pada malam hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi
obat gliseril guayakolat (GG) 200 mg.
 Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk
berkumur dengan air. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya di
lepas.
 Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
 Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian
keluarkan napas bersamaan dengan batuk yang kuat dan
berulang kali sampai sputum keluar.
 Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah,
dengan cara mendekatkan wadah ke mulut.
 Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik akan
tampak kental purulen dengan volume cukup (3-5ml).
 Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium
c. Pengambilan Sekret Uretra
Pengambilan secret uretra ini dilakukan oleh Dokter.
 Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan
dilakukan.
 Petugas mengenakan sarung tangan.
 Bagi yang tidak disirkumasisi, praputium ditarik ke arah
pangkal.

6
 Bersihkan sekitar lubang kemaluan dengan NaCl fisiologis
steril, kemudian sekret dikeluarkan dengan menekan atau
mengerut uretra dari pangkal ke ujung.
 Sekret yang keluar diambil dengan lidi kapas steril atau
sengkelit.
 Apabila tidak ada sekret yang keluar atau terlalu sedikit,
masukkan sengkelit atau lidi kapas steril berpenampang 2mm
kedalam uretra sedalam kira-kira 2-3 cm sambil diputar searah
jarum jam, kemudian ditarik keluar.
 Sekret diambil 2 kali yaitu untuk pemeriksaan mikroskopik dan
untuk biakan.
d. Pengambilan Pus dari luka purulen/ulcus
Pengambila pus dari luka purulen/ulcus oleh Dokter`
 Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan
dilakukan.
 Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan
NaCl fisiologis sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran
dan lapisan eksudat yang mengering.
 Tanpa menyentuh bagian kapas buka kapas lidi dari
pembungkusnya kemudian usapkan bagian kapasnya pada
luka/ulcus tanpa menyentuh bagian tepi luka/ulcus. Lakukan
sebayak 2 kali dengan menggunakan 2 kali.
 Kapas lidi dapat langsung diinokulasikan pada agar, atau dapat
pula dimasukkan ke dalam tabung media transpor.
 Patahkan tangkai lidi yang berada diluar tabung.
 Tutup tabung dengan erat
 Cantumkan identitas dengan jelas pada tabung dan gunakan
surat pengantar ke laboratorium.
e. Pengambilan Usap nasofaring
Pengambilan usap nasofaring dilakukan pengambilan
sepesimen oleh Dokter.

7
 Penderita duduk (kalau anak-anak di pangku).
 Petugas berdiri disamping penderita.
 Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian
belakang kepala penderita.
 Masukkan lidi dacron ke rongga hidung. Posisi lidi tegak lurus.
Panjang lidi yang masuk kira-kira jarak ujung hidung sampai
telinga. Masukkan sampai menyentuh dinding belakang
nasofaring, kemudian tarik keluar.
 Masukkan lidi darcon kedalam media transpor atau langsung
tanam pada media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin,
Agar Crystin Tellurite) dan dibuat sediaan.
f. Pengambilan Sekret vagina
Pengambilan bahan pemeriksaan sama dengan secret
endocervic hanya dilakukan pada fomix posterior. Pengambilan ini
dilakukan oleh dokter spesialis atau bidan.
g. Pengambilan Swab rectum
Pengambilan ini dilakukan oleh dokter spesialis atau bidan.
Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan:
 Pasien dalam posisi menungging
 Petugas mengenakan sarung tangan
 Masukkan lidi kapas steril sedalam 3 cm ke dalam saluran anal,
putar beberapa detik untuk mendapatkan sekret dari crypta
didalam lingkaran anal
h. Pengambilan Swab orofaring
Sekret diambil dari tonsil atau bagian posterior faring.
Pengambilan ini dilakukan oleh dokter atau perawat.
B. PEMBERIAN IDENTITAS
Surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen

8
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk
rekam medik.
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telpon)
5. Nomor laboratorium
6. Diagnosis/keterangan klinik
7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian
8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9. Jenis spesimen
10. Lokasi pengambilan spesimen
11. Volume spesimen
12. Transpor media/pengawet yang digunakan
13. Nama pengambil spesimen
14. Inform concern
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil
kelaboratorium harus memuat:
1. Tanggal pengambilan spesimen
2. Nama dan nomor pasien
3. Jenis spesimen
C. Penanganan Spesimen (Sampling Handling)
1. Darah (whole blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah
berisikan antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomogenisasi
dengan cara membolak-balikan tabung kira-kira 10-12 kali secara
perlahan-lahan dan merata.
2. Serum
a) Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama
20-30 menit, kemudian disentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit.
b) Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam
setelah pengambilan spesimen
c) Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (lipemik)

9
3. Plasma
a) Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara pelan-pelan
b) Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen
c) Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh (lipemik)
4. Urine
Untuk uji carik celup, urine tidak perlu ada perlakuan khusus,
kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum satu jam,
sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan
terlebih dahulu dengan cara:
a) Wadah urine digiyangkan agar memperoleh sampel yang
tercampur (homogen)
b) Masukkan ± 15 ml urine kedalam tabung sentrifus
c) Putar urine selama 5 menit pada 1500-2000 rpm
d) Buang supernatanya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen.
e) Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin
untuk menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.
5. Dahak
a) Masukkan dahak ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4%
sama banyak
b) Kocok dengan baik
c) Inkubasi pada suhu kamar (250-300C) selama 15-20 menit dengan
pengocokan teratur tiap 5 menit.
d) Sentrifus tabung dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit.
e) Buang supernatan ke dalam larutan lysol. 6) Ambil endapannya
untuk dilakukan pemeriksaan.
D. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan memperhatikan jenis pemeriksaannya. Persyaratan

10
penyimpanan macam-macam spesimen, harus memperhatikan jenis
spesimen, antikoagulan, wadah serta stabilitasnya (lihat tabel).
Beberapa cara penyimpanan spesimen:
1. Disimpan pada suhu kamar
2. Disimpan dalam lemari es dengan suhu 20-80C.
3. Dibekukan suhu - 200C, - 700C atau - 1200C (tidak boleh terjadi beku
ulang).
4. Dapat diberikan bahan pengawet
5. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau
lisat.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas specimen
1. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
2. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
3. Terjadi penguapan
4. Pengaruh suhu
5. Terkena sinar matahari.
F. Pengiriman spesimen
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk), sebaiknya
dikirim dalam bentuk yang relatif stabil. Beberapa persyaratan
pengiriman spesimen, yaitu:
1. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen.
2. Tidak terkena sinar matahari langsung
3. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
termasuk pemberian label yang bertuliskan “Bahan pemeriksaan
infeksius” atau “Bahan pemeriksaan berbahaya”.
4. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
5. Penggunaan media transport yang tepat untuk pemeriksaan
mikrobiologi.
Jika mendapatkan spesimen yang tidak sesuai atau rusak, maka
harus ditolak dan diganti dengan spesimen yang sesuai dengan jenis
pemeriksaannya. Ini penting dilakukan agar mendapatkan hasil uji

11
laboratorium yang andal dan bermutu, yang dapat membantu
penanganan dan kesembuhan pasien. Persiapan pasien adalah diluar
kendali laboratorium, sehingga pasien harus mendapatkan informasi
yang benar tentang persiapan yang harus dilakukan agar mendapatkan
spesimen yang benar.
G. Proses Pemeriksaan Laboratorium
1. Pra Analitik, tahap – tahap pemeriksaan pra analitik meliputi :
 Persiapan pasien
 Pemberian identitas specimen
 Pengambilan spesimen
 Pengolahan spesimen
 Penyimpanan spesimen
 Pengiriman spesimen ke laboratorium
2. Analitik, tahap-tahap pemeriksaan analitik meliputi kegiatan
pemeliharaan / kalibrasi alat, pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan ketelitian dan ketepatan.
3. Pasca Analitik, tahap-tahap pemeriksaan pasca analitik meliputi
kegiatan pencatatan hasil pemeriksaan, dan pelaporan hasil
pemeriksaan.
H. Kesalahan Pra – Analitik
Kesalahan di laboratorium dapat terjadi dalam seluruh
pemeriksaan selama proses berlangsung yang dapat dipengaruhi oleh
penampilannya pemberitahuan (informasi) yang beragam di
kesalahan dalam pemeriksaan laboratorik berkisar 0,1 – 9,3 %.
Kekerapan dan macam kesalahan berbeda dengan satu fasilitas lain
antara waktu yang lain pula. Proses menganalisis menunjukkan
kesalahan laboratorik utama (prima) terjadi di tingkat (fase) pra-
analitik, hal tersebut memengaruhi hasil dan besar biaya yang harus
di keluarkan oleh pasien.
Sistem pelaksanaan yang terkait mutu manajemen, seperti
pengesahan (sertifikasi) dan pengakuan (akreditasi), memerlukan tata

12
langka (prosedur) yang tepat untuk mengenali (identifikasi) proses
yang peka terhadap kesalahan. Terbukti STAT dan pemeriksaan yang
lazim (rutin) seperti : untuk kimia klinik, hematologis, koagulasi dan
imunologis dalam pelayanan di laboratorium yaitu layanan di daerah
(area) berpopulasi 270.000.
Setiap tahapan pemeriksaan di laboratorium mengacu kepada
GLP (Good Laboratory Prosedure) agar setiap pemeriksaan
mendapatkan hasil yang akurat. Kesalahan pra analitik merupakan
kesalahan yang terjadi dan dimulai ketika pemeriksaan laboratorium
disorder oleh dokter sampai sampel pemeriksaan tiba di laboratorium
dan siap analisis. Sebagian besar kesalahan dalam hasil pemeriksaan
laboratorium terjadi pada tahap pra analitik.
Oleh karena itu tahap pra analitik merupakan elemen penting
bagi laboratorium serta membutuhkan banyak perhatian. Penelitian
melaporkan bahwa 61.9% kesalahan terjadi selama pra analitik.
Diantaranya specimen yang tidak mencukupi secara kuantitas
maupun kualitas specimen secara kuantitas maupun kualitas
specimen menyambung sebesar 60% kesalahan di tahap pra analitik.
I. Proses Pra Analitik 1
Tahap pra analitik merupakan salah satu tahapan paling kompleks
untuk dikendalikan. Tahap pra analitik memiliki serangkaian variabel
dan beberapa titik kritis yang terkait dengan berbagai kesalahan.
Tahapan tersebut diantaranya persiapan pasien, proses pengambilan
spesimen, transportasi, penerimaan dan pelabelan sampel, proses
sentrifuse, distribusi sampel dan persiapan spesimen untuk dianalisis.
Tahap pra analitik mencakup serangkaian proses yang sulit
didefinisikan karena dapat terjadi ditempat dan waktu yang berbeda.
Kesalahan tahap pra analitik dapat mencapai hingga 70% dari total
kesalahan laboratorium. Dampak dari kesalahan ditahap ini tidak dapat
diabaikan, karena informasi yang diberikan dari hasil laboratorium
klinis dapat memengaruhi hingga 60-70% keputusan klinis.

13
Sebagian besar kesalahan diproses laboratorium berada ditahap
pra analitik. Tahap pra analitik menyumbang kesalahan hasil
laboratorium sebesar 50% hingga 70% termaksud di dalamnya
masalah identifikasi pasien dan sampel. Proses pra analitik dimulai
dari permintaan dokter untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium,
persiapan sampel untuk pemeriksaan, persiapan pasien, transportasi
sampel, pengambilan sampel, persiapan sampel, dan penyimpanan
sampel.
Hal tersebut dapat menjadi sumber kesalahan utama dalam
penentuan diagnosis laboratorium. Dimasa lalu fokus utama
laboratorium pada kesalahan tahap analitik. Namun, saat ini
laboratorium lebih berkonsentrasi pada tahap persiapan pra analitik
dan paska analitik karena dapat meningkatkan frekuensi kesalahan.
J. Proses Pra Analitik 2
Tahapan pra analitik melibatkan proses mulai dari permintaan
pemeriksaan laboratorium yang dibuat oleh dokter, persiapan
spesimen untuk pemeriksaan, persiapan pasien, pengumpulan,
transportasi dan penyimpanan spesimen.Tahapan tersebut
berkontribusi dalam sumber kesalahan utama dalam diagnosis
laboratorium.
Persiapan dan penanganan spesimen yang tidak tepat dapat
mengakibatkan sampel hemolisis, clotting dan jumlah volume
spesimen tidak mencukupiSampel hemolisis umumnya Kegiatan pra
analitik yang paling banyak tidak memberikan nilai tambah (non value
added) terjadi pada tahap serah terima dan check in spesimen.
Kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah disebabkan teknik
penanganan spesimen pemeriksaan yang dikirim dari rawat inap dan
IGD belum berjalan dengan efektif, mekanisme serah terima spesimen
antara petugas kesehatan belum efektif. Tahap pra analitik memiliki
serangkaian variabel dan beberapa titik kritis yang terkait dengan
berbagai kesalahan. Tahapan tersebut diantaranya persiapan pasien,

14
proses pengambilan spesimen, transportasi, penerimaan dan
pelabelan sampel, proses disebabkan berbagai kondisi saat tahap
pengumpulan sampel. Sampel hemolisis tidak dapat diproses ke tahap
selanjutnya karena berdampak terhadap hasil pemeriksaan kimia
darah. Hasil penelitian Dereen Najat (2017) di Laboratorium Klinik Irak
menjelaskan bahwa tingginya prevalensi penanganan sampel yang
tidak tepat selama tahap praanalitik sebesar 39% dengan alasan
utama kesalahan tersebut terjadi pada sampel yang mengalami
hemolysis sebesar 9%.
K. Tujuan Pengendalian Tahap Pra Analitik
Tujuan pengendalian tahap pra analitik yaitu untuk menjamin
bahwa specimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang
benar pula serta memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah yang
terbesar, yaitu dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat disebabkan
dari spesimen yang diterima laboratorium tidak memenuhi syarat yang
ditentukan. Spesimen dari pasien dapat diibaratkan seperti bahan
baku yang akan diolah. Jika bahan baku tidak baik, tidak memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan, maka akan didapatkan hasil/ output
pemeriksaan yang salah. Sehingga penting sekali untuk
mempersiapkan pasien sebelum melakukan pengambilan spesimen.
Spesimen yang tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak, dan
dilakukan pengulangan pengambilan.

15
DAFTAR PUSTAKA (bab II pra analitik)
Depkes, RI.(2008).Good Laboratory Practice (Pedoman Praktek
Laboratorium Yang benar. Dirjen Bina Pelayanan Medik
departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Moh Ainul. (2015). Analisis Tahap Pemeriksaan Pra Analitik Sebagai
Upaya Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium Di Rs. Muji Rahayu
Surabaya. Jurnal Sains. Vol. 5 No. 10.
Maria. Dkk (2018). Kendali Mutu. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Putra,E,A(2015).https://www.academia.edu/20035093/
TEKNIK_PENGAMBILAN_SAMPEL_FESES . Diakses pada 03
Agustus 2022.
Prihatini. ( 2009). Berbagai Keselahan Tata Langka Pekerjaan
Laboratorium Klinik. Indonesia Jurnal Of Clinicial Pathology And
Medical Laboratory. Vol. 15 No. 3.
Rini. Dkk. 2021. Identifikasi Waste Tahap Pra Analitik Dengan Pendekatan
Lean Hospital Di Laboratorium Patologi Klinik Rs XYZ Depok Jawa
Barat Tahun 2021. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia. Vol 9 No
2.
Siregar, Maria, Tuntun, dkk.(2018).Bahan Ajar Kendali
Mutu.Jakarta:EGC
Suriyanti.(2017).https://slideplayer.info/slide/15737286/.Diakses pada 03
Agustus 2022.

16

Anda mungkin juga menyukai