Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Ejaan Dan Tanda Baca Ejaan

Disusun Oleh
Kelompok 4:
Siti Nurlisa(12180323264)
Affina Suhaddah(12180321613)

Dosen Pengampu :
Afrinaldi, S.Pd.,MP.d

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WarrahmatulahibWabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat karunia
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dasar-dasar pendidikan
ini yang diberikan oleh dosen pengampu kami.
Makalah ini disusun berdasarkan materi-materi yang telah kami pelajari. Hal ini kami
lakukan demi selesainya tugas kami yang telah diberikan oleh dosen pengampu kami.
Makalah ini didalamnya membahas tentang “Ejaan Dan Tanda Baca Ejaan” Semoga dengan
adanya makalah ini bisa bermanfaat buat semua orang. Kami sadar akan adanya kekurangan
dari makalah ini oleh karena itu kritik dan saran yang membangun, kami butuhkan.
Kami sampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bapak Afrinaldi S.Pd
M.Pd selaku dosen pengampu Bahasa Indonesia yang telah memberikan dorongan serta
semangat pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Pekanbaru , Febuari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................................................. 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Ejaan ....................................................................................................... 3
2.2 Sejarah Singkat Ejaan .............................................................................................. 3
2.3 Ruang Lingkup .......................................................................................................... 6
2.4 Pemakaina Huruf ...................................................................................................... 7
2.5 Penulisan Kata ........................................................................................................... 9
2.6 Penulisan Singkat Dan Ankronim ......................................................................... 11
2.7 Penulisan Angka Bilangan ..................................................................................... 11
2.8 Pengertian Tanda Baca........................................................................................... 12
2.9 Penulisan Tanda Baca ............................................................................................. 12
2.10 Sisi Lain Kekeliruan Penggunaan Ejaan Dan Tanda Baca ................................ 19
BAB III.................................................................................................................................... 21
PENUTUP............................................................................................................................... 21
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 21
3.2 Kritik dan Saran ..................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat sebagai dampak kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Penggunaannya pun semakin luas dalam beragam
ranah pemakaian, baik secara lisan maupun tulis. Oleh karena itu, kita memerlukan buku
rujukan yang dapat dijadikan pedoman dan acuan berbagai kalangan pengguna bahasa
Indonesia, terutama dalam pemakaian bahasa tulis, secara baik dan benar.
Kesalahan besar jika kita menganggap bahwa persoalan dalam pemilihan kata adalah suatu
persoalan yang sederhana, tidak perlu dibiarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan
sendirinya secara wajar pada diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita
menjumpai orang-orang yang sangat sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatuyang
ada dalam pikirannya dan sedikit sekali variasi bahasanya. Kita pun juga menjumpai orang-
orang yang boros sekali dalam memakai perbendaharaan katanya, namun tidak memiliki
makna yang begitu berarti.Oleh karena itu agar tidak terseret ke dalam dua hal tersebut, kita
harus mengetahui betapa pentingnya peranan kata dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna bahwa setiap kata
mengungkapkan sebuah gagasan. Kata-kata merupakan alat penyalur gagasan yang akan
disampaikan kepada orang lain. Jika kita sadar akan hal itu, berarti semakin banyak kata
yangkita kuasai, semakin banyak pula ide atau gagasan yang kita kuasai dan sanggup kita
ungkapkan.
Tujuan manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling memahami antara
pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca. Dalam berkomunikasi, kata-Kata
disatu-padukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis
yang ada dalam suatu bahasa. Dalam hal ini, pemilihan kata yang tepat menjadi salah satu
faktor penentu dalam komunikasi.
Pemilihan kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis
maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan kata berhubungan erat dengan
kaidah sintaksis,kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah mengarang. Kaidah-
kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan atau apa yang kita bicarakan menjadi lebih
berbobot dan bernilai serta lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Maksud Dari Ejaan?
1.2.2 Bagaimana Sejarah Singkat Ejaan ?
1.2.3 Bagaimana Ruang Lingkup Ejaan ?
1.2.4 Apa Saja Pemakaian Huruf Ejaan ?
1.2.5 Bagaimana Penulisan Kata Ejaan ?
1.2.6 Bagaimana Penulisan Singkatan Dan Akronim ?
1.2.7 Bagaimana Penulisan Angka Bilangan ?
1.2.8 Apa Maksud Dari Tanda Baca ?
1.2.9 Bagaimana Penulisan Tanda Baca ?
1.2.10 Apa Saja Sisi Lain Keliruan Penggunaan Ejaan Dan Tanda Baca ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1.3.1 Menjelaskan Maksud Dari Ejaan .
1.3.2 Menjelaskan Sejarah Singkat Ejaan.
1.3.3 Menjelaskan Ruang Lingkup Ejaan.
1.3.4 Menjelaskan Pemakaina Huruf Ejaan.
1.3.5 Menjelaskan Penulisan Kata Ejaan.
1.3.6 Menjelaskan Penulisan Singkatan Dan Akronim.
1.3.7 Menjelaskan Penulisan Angka Bilangan.
1.3.8 Menjelaskan Tanda Baca.
1.3.9 Menjelaskan Penulisan Tanda Baca.
1.3.10 Menjelaskan Sisi Lain Keliruan Penggunaan Ejaan Dan Tanda Baca

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan


Ejaan adalah keseluruhan ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa,
termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda
baca (Arifin,2004 : 170)
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspekfonologis yang
menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad aspek morfologi yang
menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan aspek sintaksis yang menyangkut
penanda ujaran tanda baca(Badudu, 1984:7).
Keraf (1988:51), mengatakan bahwa ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana interelasi antara lambang-
lambang itu pemisahannya,penggabungannya: dalam suatu bahasa.
KBBI (1993:250), ejaan ialah kaidah-kaidah yang menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya: dalam bentuk tulisan) huruf-huruf: serta penggunaan tanda baca.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan sebagai berikut:
Ejaan : kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dsb) dibentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca. Ejaan ada dua macam, yakni ejaan
fonetis dan fonemis.
Ejaan fonetis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan
huruf, setelah mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa.Ejaan fonemis
ialah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambang atau huruf,
sehingga jumlah lambang diperlukan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah
lambang dalam fonetis. Walaupun sistem ejaan bahasa indonesia sekarang didasarkan atas
sistem fonetis, yaitu satu tanda untuk satu bunyi namun masih terdapat kekurangan.
Dengan demikian,secara sederhana dapat dikatakan bahwa ejaan adalah seperangkat
kaidah tulis-menulis yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan tand baca.

2.2 Sejarah Singkat Ejaan


Penyempurnaan terhadap ejaan bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penyempurnaan tersebut menghasilkan naskah yang pada tahun 2015 telah ditetapkan
menjadi Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Ditinjau dari sejarah penyusunannya, sejak peraturan ejaan bahasa Melayu dengan
huruf Latin ditetapkan pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch. A. van Ophuijsen dengan
bantuan Engku Nawawi gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, telah
dilakukan penyempurnaan ejaan dalam berbagai nama dan bentuk.
Pada tahun 1938, pada Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di Solo, disarankan
agar ejaan Indonesia lebih banyak diinternasionalkan. Pada tahun 1947 Soewandi, Menteri
Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan pada masa itu, menetapkan dalam surat

3
keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No. 264/Bhg.A bahwa perubahan ejaan bahasa
Indonesia dengan maksud membuat ejaan yang berlaku menjadi lebih sederhana. Ejaan baru
itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik.
Kongres Bahasa Indonesia Kedua, yang diprakarsai Menteri Moehammad Yamin,
diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Kongres itu mengambil keputusan supaya ada
badan yang menyusun peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Panitia yang
dimaksud yang dibentuk oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
keputusannya tanggal 19 Juli 1956, No. 44876/S, berhasil merumuskan patokan-patokan baru
pada tahun 1957.
Sesuai dengan laju pembangunan nasional, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang
pada tahun 1968 menjadi Lembaga Bahasa Nasional, kemudian pada tahun 1975 menjadi
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, menyusun program pembakuan bahasa
Indonesia secara menyeluruh. Di dalam hubungan ini, Panitia Ejaan Bahasa Indonesia
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang disahkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Sarino Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ix Mangunpranoto, sejak tahun
1966 dalam surat keputusannya tanggal 19 September 1967, No. 062/1967, menyusun konsep
yang ditanggapi dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama beberapa tahun.
Setelah rancangan itu akhirnya dilengkapi di dalam Seminar Bahasa Indonesia di
Puncak pada tahun 1972 dan diperkenalkan secara luas oleh sebuah panitia yang ditetapkan
dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972, No.
03/A.I/72, pada hari Proklamasi Kemerdekaan tahun itu juga diresmikanlah aturan ejaan yang
baru itu berdasarkan keputusan Presiden, No. 57, tahun 1972, dengan nama Ejaan yang
Disempurnakan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 menyusun
buku Pedoman Umum yang berisi pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.
Pada tahun 1988 Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) edisi kedua
diterbitkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 0543a/U/1987 pada tanggal 9 September 1987. Setelah itu, edisi ketiga diterbitkan
pada tahun 2009 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46. Pada tahun
2016 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan,
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (PUEYD) diganti dengan
nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang penyempurnaan naskahnya disusun oleh
Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Penyusunan pedoman ini tidak terlepas dari kerja keras dan kontribusi berbagai pihak.
Oleh karena itu, penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada segenap pakar
dan ahli bahasa, pengambil kebijakan di tingkat kementerian, serta kalangan masyarakat yang
telah bekerja sama mewujudkan tersusunnya Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Berikut sejarah singkat ejaan :
1. Ejaan van Ophuijsen (1901)

4
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen
pada 1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda
yang diciptakan oleh Charles A. van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen berlaku
sampai dengan tahun 1947.
Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan van Ophuijsen, antara lain, tampak di bawah ini.
a. Huruf y ditulis dengan j.
Misalnya: sayang ------> sajang
yakin ------> jakin
pepaya ------> pepaja
b. Huruf u ditulis oe.
Misalnya: umum ------> oemoem
sempurna ------> sempoerna
kamu ------> kamoe
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
Misalnya: rakyat ------> ra’jat
bapak ------> bapa
’ rusak ------> roesa’
d. Huruf j ditulis dj.
Misalnya: Jakarta ------> Djakarta
raja ------> radja
laju ------> ladjoe
e. Huruf c ditulis tj.
Misalnya: cara ------> tjara
Arca ------> artja
racun ------> ratjoen
f. Gabungan konsonan kh ditulis ch
Misalnya: khusus ------> choesoes
akhir ------> achir
makhluk ------> machloe’
2. Ejaan Soewandi/Republik ( 19 Maret 1947)
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk
menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam Kongres
Bahasa Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan
ketentuan ejaan yang baru yang disebut Ejaan Republik/Ejaan Soewandi.
Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi diantaranya sebagai berikut.
a. Huruf oe pada Ejaan van Ophuijsen diganti dengan huruf u.
b. Bunyi hamzah (‘) diganti dengan k. Siti Rokhmi Lestari, S.S
c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua.
Misalnya: anak-anak ------> anak2
rumah-rumah ------> rumah2
berkejar-kejaran ------> berkejar2an.
d. Huruf é taling dan ê pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan. Misalnya: ekor,
rela, senang, kena
e. Tanda trema (“) dalam Ejaan van Ophuijsen dihilangkan.
Misalnya: mulaї ------> mulai
ditandaї ------> ditandai

5
3. Ejaan Melindo
Kongres bahasa indonesia II Medan(1959) sidang perutusan indonesia dan melayu
(Slametmulyaana-syeh Nasir bin Ismail,ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang
kemudian dikenal dengan ejaan melindo (Melayu – Indonesia).perkembangan politik selama
tahun berikutnya menguruungkan presmian ejaan itu.
4. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)
Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan Ejaan ini
merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo yang gagal diresmikan pada saat itu.
5. Ejaan Yang Disempurnakan (16 Agustus 1972) Hal-hal baru yang ditetapkan dalam
EYD, antara lain dapat dilihat di bawah ini.
a. Perubahan huruf Ejaan Lama EYD dj = djika, wadjar j = jika, wajar tj = tjari, pertjaja
c = cari, percaya nj = njata, sunji ny = nyata, sunyi sj = sjukur, masjarakat sy =
syukur, masyarakat ch = chawatir, achir kh = khawatir, akhir j = sajang, jakin y =
sayang, yakin
b. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
penggunaannya. Misalnya: khilaf, fisik, valuta, universitas, zakat, dan zat.
c. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan,
misalnya pada kata furqan, alquran, xenon, sinar-X.
d. Penulisan di sebagai kata depan dan di sebagai awalan dibedakan. Misalnya: Awalan
Kata Depan di dibaca di tempat ditanam di kantor diamankan di samping
dilatarbelakangi di atas
e. Kata ulang ditulis penuh. Misalnya: anak-anak, rumah-rumah, berkejar-kejaran.

6. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)


Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia melalui
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya, pemerintah meyakini
bahwa ejaan merupakan salah satu aspek penting dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang
benar. Ejaan Bahasa Indonesia ini diresmikan pada 2015 di masa pemerintahan Joko Widodo
dan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

2.3 Ruang Lingkup


Beberapa ruang lingkup ejaan :
a. Pemakaian huruf, Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf
dari ejaan sebelumnya yang meliputi : Huruf kapital dan Huruf miring
Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring 1. Huruf Kapital atau Huruf Besar -
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
b. Penulisan kata. Penulisan kata membicarakan bidang marfologi dengan segala
bentuk dan jenisnya berupa : 1 Kata dasar 6 Kata depan di, ke, dan dari 2 Kata
turunan 7 Kata sandang si dan sang 3 Kata ulang 8 partikel 4 Gabungan kata 9

6
singkatan dan akronim 5 Kata ganti kau, ku, mu, dan nya 6 Angka dan
lambang bilangan 1
c. Penulisan tanda baca.
d. Penulisan singkatan dan akronim.
e. Penulisan angka dan lambang bilangan.
f. Penulisan unsur serapan. Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara
penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.

2.4 Pemakaina Huruf


a. Huruf kapital
a) Huruf pertama awal kalimat. Contoh: Kita perlu memikirkan masa depan
bangsa Indonesia. Kemajuan teknologi perlu diimbangi dengan kematangan
pola pikir.
b) Huruf pertama kalimat berupa petikan langsung. Contoh: Mahasiswa
bertanya, “Mengapa harus ada perubahan?” Presiden Republik Indonesia
mengatakan, “Berbahasalah dengan santun.”
c) Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan halhal
keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti -Nya dan –Mu
sebagai kata ganti Tuhan. Contoh: agama Islam, Kristen, Hindu kitab
Alquran, Injil, Weda Limpahkan rahmat-Mu, Ya Tuhan Yang Maha
Pengasih. Semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberkati kita. Penulis
mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya.
d) Huruf pertama nama gelar kehormatan, gelar keturunan, gelar keagamaan,
dan gelar jabatan yang diikuti nama orang. Contoh: Nabi Muhammad SAW
Datuk Maringgih Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X .Huruf
kapital tidak dipakai jika tidak diikuti nama orang. Contoh: Ia bercita-cita
menjadi presiden. Acara tersebut dihadiri oleh beberapa menteri. Kata-kata
van, den, de, dan ibnu tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-kata
tersebut terletak di awal kalimat. Contoh: Tanam paksa di Indonesia
diprakarsai oleh van den Bosh. Menurut Ibnu Sina, madu merupakan obat
segala penyakit.
e) Huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa, suku, bahasa, dan
negara. Contoh: bahasa Indonesia, bangsa Inggris, suku Batak, negara Cina.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa yang menjadi kata jadian. Contoh: pengindonesiaan, kejawa-jawaan,
diinggriskan.
f) Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh: tahun Masehi, bulan Agustus, hari Senin. hari Lebaran, hari Natal,
hari Nyepi, hari raya Idul Fitri. Kita memperingati hari Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Perang Israel-Palestina Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama. Contoh: Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsanya. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
g) Huruf pertama nama khas geografi Contoh: Asia Tenggara, Bukit Barisan,
Danau Toba, Sungai Musi, Gunung Merapi, Jalan Adisucipto, Teluk Bayur,

7
Selat Lombok, Jazirah Arab. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh:
Berlayar ke teluk, mandi di sungai, pergi ke arah tenggara.
h) Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta nama dokumen resmi. Contoh: Dewan Perwakilan Rakyat; Keputusan
Presiden Republik Indonesia, Nomor 75, Tahun 1975; Yayasan Ilmu-Ilmu
Sosial; Undang-Undang Dasar 1945. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Contoh: berbentuk
republik; sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
i) Huruf pertama semua nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan,
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak di posisi
awal. Contoh: Mustakim mengarang buku Tanya Jawab Ejaan Bahasa
Indonesia untuk Umum. Dia adalah agen harian Kompas.
j) Huruf pertama istilah kekerabatan (bapak, ibu, saudara, paman) yang
dipakai sebagai kata ganti sapaan. Contoh: “Kapan Bapak datang?” tanya
Harto. “Silakan duduk, Dik!” kata Alyn. Dia mengunjungi Pak Camat.
Rumah itu milik Ibu Husni.
b. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan terdiri dari huruf :
A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.
c. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa terdiri dari huruf a,I,u,e,o.Dalam
keperluang penglafalan kata yang benar ,tanda aksen (‘) dapat digunakan jika ejaan
kata menimbulkan keraguan.
d. Huruf kosonan
Huruf yang melambangkan kosonan dalam bahasa indonesia terdiri dari huruf-
huruf b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,z
e. Huruf Diftong
Dalam bahasa indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,au,dan oi.
f. Gabungan huruf kosonan
Gabungan huruf kosonan kh,ng,ny,dan sy masing-masing melambangkan satu
bunyi kosonan.contohnnya khusus.
Catatan: nama orang,badan hukum,dan nama diri yang lain ditulis sesuai ejaan
bahasa indonesia yang disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.
g. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar.
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan,termsuk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya,dapat dipenggal pergantian baris.misalnya:makan-an,me-ras-
kan,mem-bantu,pergi-lah.
3. Jika suatu kata terdiri dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung
dangan unsur lain,pemenggalan kata dapat dilakukan (1) diantara unsur itu
atau(2)pada unsur gabungan sesuai dengan kaidah.
h. Huruf Tebal

8
1. Huruf tebal dicetak untuk penulisan judul buku,bab,bagian bab,daftar
isi,indeks,lampiran,dan bagian bab
2. Dipakai untuk menegskan atau mengkhususkan huruf,bagian kata,bagian
kata-kata,kelompok kata ;keperluan itu digunakna huruf miring
3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema atau
sublema serta menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
i. Huruf miring
a) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh: Sudahkah Anda
membaca buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang disusun oleh Hasan
Alwi dkk.? Para ibu berlangganan majalah Femina.
b) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata. Contoh: Huruf pertama kata bahasa adalah b.
Dia tidak menipu, tetapi ditipu. Buatlah kalimat dengan kata beradu pendapat.
c) Huruf miring dipakai untuk menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing,
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh: Pendidikan orang dewasa
berbasis pada Andragogie. Ungkapan wilujeng sumping dalam bahasa Sunda
berarti selamat datang. Nama ilmiah buah manggis adalah carcinia
mangostana.
Catatan: Dalam tulisan tangan huruf miring ditandai dengan garis bawah pada
kata demi kata.1

2.5 Penulisan Kata


a. Kata dasar
Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang, dan
gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada
kata turunan/berimbuhan (awalan, sisipan, akhiran) dituliskan serangkai dengan kata
dasarnya.
a) Gabungan kata yang hanya mendapat awalan atau akhiran saja, ditulis serangkai
dengan kata yang bersangkutan saja.
Contoh: di atur→ diatur
di kelola →dikelola
b) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Contoh: pertanggung jawaban→ pertanggungjawaban
c) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Contoh: kerjasama→ kerja sama
d) Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Contoh: dari pada→ daripada
e) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang dapat menimbulkan salah
pengertian ditulis dengan tanda hubung (-) untuk menegaskan unsur pertalian
tersebut.
Contoh: Dia membeli mesin-potong tangan dari luar negeri.
Anak-istri saya mendukung keputusan itu.
f) Gabungan kata yang salah satu unsurnya hanya dipakai dalam kombinasi, ditulis
serangkai.
Contoh:pro aktif→ proaktif

1
Seti,Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan,(Bandung,2012)hal 9-24

9
g) Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-)
tanpa spasi.
Contoh: jalan2→ jalan-jalan
menulis nulis →menulis-nulis
h) Kata ganti ku dan kau – yang pertaliannya dengan aku dan engkau – ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu, dan nya – yang
ada pertaliannya dengan kau, kamu, dan dia – ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Contoh: Pikiranmu sejalan dengan gagasanku. Silakan kauambil buku itu.
i) Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, seperti kepada dan
daripada.
Contoh: Buku hadiah dari ‘Kick Andy’ itu terletak di atas meja.
j) Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: Berkali-kali ia datang terlambat, tetapi sekali pun dia belum mendapat
teguran dari pimpinan.
Jika saya pergi, ia pun ingin ikut pergi
k) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh: Pegawai negeri memperoleh kenaikan gaji per April.
b. Kata Turunan
Kata ini ditulis dalam bentuk imbuhan serangaki dengan bentuk dasarnya,jika bentuk
dasarnya gabungan kata maka kata tersebut serangkai dengan kata langsung mengikuti atau
mendahuluinya,jika kata dasarnya gabungan kata awalan maka unsur gabungan kata ditulis
serangkai,jika unsur kata kombinasi juga memamai kata ditulis serangkai
c. Bentuk Ulang
Bentuk kata ini ditulis menggunakan tanda hunbung,awalan dan akhiran ditulis
serangaki dengan kata ulang.
d. Gabungan Kata
Unsur gabungan kata lazim disebut majemuk ditulis terpisah.
e. Suku Kata
f. Kata Depan
Kata depan ditulis terpisah dari kata mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata
yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,seperti kepada dan daripada.
g. Partikel
Partikel lah,kah,dan tah ditulis serangkai dari kata mendahuluinya,Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluihnya.
h. Singkatan dan agkronim
i. Angka dan Bilangan
j. Kata ganit ku-,kau-,-ku,-mu,dan -nya

10
Kata ganti ini serangaki dengan kata yang mengikutinya;-ku,-mu dan -nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.2

2.6 Penulisan Singkat Dan Ankronim


Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas beberapa huruf. Akronim
adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik. Contoh: A.R. Fahruddin Muh. Yamin
b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat),GBHN (Garis-Garis Besar Haluan
Negara) ,SMP (Sekolah Menengah Pertama), PT (Perseroan Terbatas), KPK
(Komisi Pemberantas Korupsi )
c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh: dll( dan lain-lain), dkk(dan kawan-kawan), hlm( halaman)
d) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cu (kuprum), cm (sentimeter), l (liter), kg (kilogram), Rp (rupiah)
e) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ),PON (Pekan Olahraga
Nasional), SIM (Surat Izin Mengemudi)
f) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Contoh: Akabri( Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu), Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi).
g) Akronim yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: pemilu (pemilihan umum), rapim (rapat pimpinan), tilang (bukti
pelanggaran ),alutsista( alat utama sistem persenjataan).3

2.7 Penulisan Angka Bilangan


a) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka digunakan untuk
menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai
uang. Selain itu, angka lazim juga dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan juga untuk menomori
karangan atau bagian-bagiannya.
b) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Contoh: dua ratus tiga puluh lima (235)

2
Ibid 24-42
3
Ibid 34-37

11
c) Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara:
Contoh: Abad XX, Abad ke-20 ,Abad kedua puluh.
d) Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Contoh: tahun 70-an
e) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian atau pemaparan.
Contoh: Alyn menonton film itu sampai tiga kali.
f) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Contoh: Lima belas orang perwira tewas dalam kecelakaan itu.
g) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Contoh: Kantor kami mempunyai 25 orang pegawai.
h) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima per seratus rupiah). Atau: Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima persaratus) rupiah.

2.8 Pengertian Tanda Baca


Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata
dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukan struktur dan organisasi
suatu tulisan dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan .Aturan
tanda baca berbeda antar bahasa,lokasi,waktu dan terus berkembang .Beberapa aspek tanda
baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.

2.9 Penulisan Tanda Baca


Tanda baca sangat esensial dalam bahasa tulis, karena tanpa tanda baca, makna kata
atau frasa atau kalimat menjadi kabur bahkan kacau. Tanda baca yang lazim digunakan
dewasa ini didasarkan atas intonasi, dan sebagian didasarkan atas relasi gramatikal, frasa, dan
inter-relasi antar bagian kalimat. Tanda-tanda baca yang umumnya dipakai dalam bahasa
Indonesia adalah:
a. Tanda Titik
a) Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan
ribuan, jutaan, dan seterusnya.
Contoh: Tebal buku itu 1.540 halaman.
Jarak dari desa ke kota itu 36.000 meter
b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar,
atau daftar.
Contoh:
III. Peran Mahasiswa dalam Kegiatan Budaya
A. Apresiasi Seni
1. Seni Tari
2. Seni Suara

12
3. Sandiwara
Atau
1. Peran Mahasiswa dalam Kegiatan Budaya
1.1 Apresiasi Seni
1.1.1 Seni Tari
1.1.2 Seni Suara
1.1.3 Sandiwara
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Contoh: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Sugihastuti. 2009. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
e) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh: Acara Kunjungan Kerja Pokja III
Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD 1945) Ayat-Ayat Cint.a
f) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh:
Jalan Diponegoro 87
Surabaya
11 Februari 2009
Yth. Tanalyna Hasna
Jalan Kusumanegara 66 Yogyakarta
Catatan :
1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
halaman 1305.
Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bentuk dan
Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Gamb ar 3 Alat Ucap Manusia
Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan
Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat penerima dan pengirim surat
serta (b) tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330

Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat
IV

13
Rawamangun Jakarta Timur Indrawati, M.Hum. Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur
21 April 2013
Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)
catatan
1) Tanda titik tidak pakai i pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung
dalam suatu perincian.
2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu
angka (seperti pada 2b).
3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan,
grafik, atau gambar.
b. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
c. Tanda Tanya ( ? )
1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?
2) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia 50.
Misalnya:
Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
d. Tanda Koma (,)
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Contoh: Saya membeli kertas, spidol, dan gunting. Penulisan laporan kegiatan,
laporan pertanggungjawaban, maupun laporan penelitian akhir memerlukan
keterampilan bahasa.
b) Tanda koma digunakan untuk memisahlan kalimat setara yang didahului kata
seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan.
Contoh: Mereka ingin datang, tetapi tidak ada transportasi. Alyn bukan dosen,
melainkan mahasiswa. Dia mahasiswi teknologi pangan, sedangkan kekasihnya
mahasiswa teknik informatika.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Jika sudah mempunyai uang, saya akan membeli laptop. Karena
disiplin, dia dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu. Akan tetapi, tanda koma
tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak
kalimat mengiringi induk kalimat. Contoh: Saya akan membeli laptop jika

14
mempunyai uang. Dia dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu karena disiplin.
Mereka tahu bahwa hal itu sangat penting.
d) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat
yang terdapat pada awal kalimat seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
demikian, dan akan tetapi.
Contoh:
…Oleh karena itu, kita harus tetap waspada.
…Jadi, soalnya tidak semudah itu.
e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
dari kata lain yang menyertainya.
Contoh: O, begitu? Hati-hati, ya, nanti jatuh.
f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh: Kata Ibu, “Saya gembira sekali hari ini.” “Saya gembira sekali hari ini,”
kata Ibu, “karena kamu lulus.”
g) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagianbagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Contoh: Anak saya sedang mengikuti kuliah di Jurusan Ilmu dan Teknologi
Pangan Universitas Sebelas Maret, Jalan Ir. Sutami 3, Kentingan, Surakarta. Yth.
Sdr. Agus, Jalan Permata, II/12, Batu, Malang.
Yogyakarta, 10 November 2008
h) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh: Badudu, Yus. 1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri I.Bandung:
Pustaka Prima.
i) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: Gorys Keraf, Komposisi ( Jakarta: Ikrar Mandiri, 1994, Cetakan X),
hlm. 7.
j) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Contoh:
A.R. Fahruddin, S.E. Ny.
Hj. Dewi Maya, S.H., M.Hum.
k) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan
aposisi.
Contoh: Dosen saya, Bu Najwa, ramah sekali. Di daerah kami, misalnya, masih
banyak warga yang buta huruf. Pada bulan depan, kalau saya tidak salah, akan
diselenggarakan pertemuan tahunan keluarga kita.
l) Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca dibelakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Atas bantuan Agus, Rahmadi mengucapkan terima kasih. Dalam
pembinaan bahasa Indonesia, kita memerlukan sikap yang sungguh-sungguh.
m) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Contoh: “Di mana Saudara tinggal?” tanya Nuri. “Jalan pelan-pelan!”
perintahnya.

15
Catatan :
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia 41 langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau
kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya. Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.
“Masuk ke dalam kelas sekarang!” perintahnya.
“Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu
e. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Para pemikir mengatur strategi dan langkah yang harus ditempuh; para
pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya
yang dibutuhkan.
f. Tanda Titik Dua (:)
a) Tanda titik dipakai dst ...
Contoh: Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA memiliki lima prodi: Prodi
Perhotelan, Prodi Usaha Perjalanan Wisata, Prodi Administrasi Perhotelan, Prodi
Manajemen Bisnis Perjalanan, dan Prodi Hospitality.
b) Tanda titik tidak dipakai dst ...
Contoh: Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA memiliki Prodi Perhotelan, Prodi
Usaha Perjalanan Wisata, Prodi Administrasi Perhotelan, Prodi Manajemen Bisnis
Perjalanan, dan Prodi Hospitality.
c) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh: Ketua : Luna Maya Sekretaris : Ariel Santosa Bendahara : Baim Ibrahim
d) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh:
Nadia : (meletakkan beberapa buku) “Ambil buku-buku ini Hanung!” Hanung : “
Baik, Nadia.” (mengambil buku dan masuk)
Nadia : “ Jangan lupa, berikan pada yang membutuhkan!”
Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan karangan. Contoh:
Bahasa dan Sastra, II (1980),
34:7 Surah Yasin:19
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Sugihastuti. 2000. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
g. Tanda Hubung ( - )
a) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan.
Contoh:
tiga-puluh
dua-pertiga (30 2/3)
tiga-puluh-dua pertiga (32/3)
b) Tanda hubung dipakai untuk merangkaian (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke dengan angka, (iii) angka dengan –an, dan

16
(iv) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata, (v) unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
se-Asia Tenggara
hadiah ke-4
tahun 80-an
c) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
1. hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan,
2. penghilangan bagian kelompok kata,
3. pengejaan sebuah kata.
Contoh:
ber-evolusi
be-revolusi
p-a-n-i-t-i-a
Catatan :
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut
melambangkan jumlah huruf.
Misalnya:
BNP2TKI(Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia)
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
h. Tanda Pisah ( --- )
Tanda pisah digunakan untuk (i) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan khusus di luar bangun kalimat, (ii) menegaskan adanya aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan (iii) dipakai di antara dua bilangan atau
tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau
‘sampai’. Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa
spasi sebelum dan sesudahnya.
Contoh:Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai— diperjuangkan oleh
bangsa sendiri
i. Tanda Kurung (( … ))
Tanda kurung digunakan untuk (i) mengapit tambahan keterangan atau penjelasan, (ii)
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan, dan
(iii) mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh: Beberapa mahasiswa berdemonstrasi di kantor KPU (Komisi Pemilihan
Umum). Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962. Kata export diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ekspor(t). 42 SiSiti
Rokhmi Lestari, S.S.& Eva Dwi Kurniawan, S.S. ti Rokhmi Lestari, S.S. & Eva Dwi
Kurniawan, S.S.
j. Tanda Kurung Siku ([ … ])
a) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu

17
menyatakan bahwa kesalahan atau kurangan itu memang terdapat dalam naskah
asli.
Contoh: Sang Putri Kencana Ungu me[n]dengar bunyi gemerisik.
b) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 23— 25] tidak
dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
k. Tanda Petik (“ … “)
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang
mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
Contoh:
Kata Nimas, “Saya ikut Paul.
“ Sajak “Aku” karya Chairil Anwar.
l. Tanda Petik Tunggal (‘ …’)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain atau mengapit
makna, terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
Tanya Dias, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi, Rio?”
feed-back ‘umpan balik’
m. Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat resmi, nomor pada alamat, penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim, dan sebagai pengganti kata dan, atau,
atau tiap.
Contoh: Nomor: 07/DP/III/2009
Jalan Dinoyo II/12
Tahun Akademik 2008/2009
n. Tanda penyingkat atau apostrof(‘)
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh: Muara cinta ini ‘kan mengaliri sukmamu. (‘kan = akan)
Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
o. Tanda elipsis
1) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan
ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahasa negara ialah ….
..., lain lubuk lain ikannya.
Catatan:
Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi,Tanda elipsis pada akhir
kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
2) Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia 51.
Misalnya:
“Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?”
“Jadi, simpulannya … oh, sudah saatnya istirahat.”
Catatan:

18
Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi. Tanda elipsis pada akhir
kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).4

2.10 Sisi Lain Kekeliruan Penggunaan Ejaan Dan Tanda Baca


1. Gelar Akademik, Penulisan gelar akademis bukanlah hal yang asing di perguruan
tinggi. Hal ini mengingat perguruan tinggi lebih banyak diisi atau ditempati oleh
orang-orang yang telah menyelesaikan studi baik tingkat diploma, sarjana,
magister, doktor, dan profesor. Terkait dengan hal tersebut, penulisan gelar
sejatinya tidaklah sulit. Namun sebaliknya, kenyataan menunjukkan bahwa masih
banyak ditemukan pelanggaran dalam penulisan gelar yang dilakukan oleh
mahasiswa.
2. Kata Ganti Untuk Tuhan, Menurut PUEBI (2016:6) huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan,
dan kata ganti untuk Tuhan. Selanjutnya, digunakan tanda hubung untuk
mengaitkan kata yang diikutinya. Hal ini dicontohkan olehYudiono (2014) pada
‗kuasa-Nya‘. Kata tersebut ditulis terpisah dengan memberikan tanda hubung dan
huruf kapital Nya. Penulisan seperti ini sebagai kata ganti yang merujuk ke tuhan
dan harus menggunakan huruf kapital di awalnya.
3. Pemendekan, Pemendekan atau abreviasi adalah proses penanggalan satu atau
beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru.
Hasil pemendekan disebut kependekan (Kridalaksana, 2007:159). Menurut
PUEBI (2016:27) bahwa singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang
bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
4. Kata Depan, Kata depan merupakan kata yang diletakkan sebelum kata benda,
kata kerja, kataketerangan. Secara semantis kata depan memberikan tanda
berbagai hubungan makna antara kata depan dan kata yang ada di belakangnya.
Penulisan kata depan terpisah dari kata yang diikutinya kecuali yang sudah
dianggap lazim, seperti kepada, daripada, dan sebagainya. Beberapa penulis
terkadang tidak memperhatikan mana kata depan dan mana aturan awalan,
akibatnya menimbulkan kekeliruan informasi dalam tulisan
5. Kata Serapan, Santi T (2015) menjelaskan bahwa dalam proses penyerapan
bahasa, akan memungkinkan terjadinya berbagai perubahan-perubahan. Sebab,
tidak ada proses penyerapan yang terjadi secara utuh. Proses penyerapan terjadi
dengan beberapa hal-hal penyesuaian, baik dalam ejaan antarbahasa maupun
ucapan. Zulhafizh (2016:55) menjelaskan kata serapan ditulis tanpa
menggunakan tanda petik dengan maksud untuk penyederhanaan kata atau
bahasa. Sriyanto (2015:8) menjelaskan bahwa kata-kata yang ditulis dengan
menggunakan tanda petik satu termasuk ejaan van Ophuijsen
6. Kata Asing, Kata-kata asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia,
penulisannya disesuaikan dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia. Sementara
itu, kata-kata asing yang belum diserap penulisannya harus dimiringkan atau
digarisbawahi. Mustadi (2012:2) menjelaskan bahwa istilah yang menggunakan
bahasa asing ditulis dengan huruf miring. PUEBI (2016:14) menyebutkan bahwa

4
Ibid 42-60

19
huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau bahasa asing.
7. Penomoran, Penomoran ini tidak boleh dibuat sesuka hati atau semau-maunya,
tetapi ada standarisasi yang mesti dipatuhi agar sistem penomoran benar.
Penomoran yang tidak benar dapat menyebabkan kesulitan pembaca dalam
memahami maksud pengkodean tersebut. Untuk itu, pembuatan penomoran harus
mengacu pada standar penomoran dalam penulisan karya ilmiah dan diterapkan
secara konsisten.
8. Reduplikasi, Pengulangan kata atau unsur kata sebagai bentuk gramatikal bahasa.
Penulisan kata ulang harus memperhatikan jenis kata ulangnya. Jika kata ulang
penuh atau sempurna maupun berimbuhan, maka kata ulang pertama diawali
huruf kapital sedangkan kata selanjutnya tidak kapital kecuali dokumen resmi
negara
9. Tanda Hubung, Tanda hubung dapat digunakan untuk menyambung suku-suku
kata yang terpisah oleh pergantian baris, menyambung unsurunsur ulang, untuk
bagian-bagian tunggal atau huruf dalam kata yang dieja satu-satu, memperjelas
bagian-bagian kata atau ungkapan, memperjelas penghilangan bagian frasa atau
kata, sebagai perangkai, menghubungkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing
(Nasution, 2013:17). Pelanggaran yang terjadi yaitu tidak adanya tanda hubung
dan mengganti tanda hubung dengan tanda pisah.
10. Tanda Pisah, Tanda pisah dan tanda hubung merupakan dua hal yang berbeda.
Tanda pisah digunakan untuk membatasi penyisipan kata ataumemberikan
penegasan. Selain itu, tanda ini memberikan makna 'sampai'. Sasangka
menjelasan bahwa tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau
tempat dengan arti 'sampai'
11. Tanda Koma, Diantara fungsi tanda koma yaitu penunjuk perincian dan penulisan
angka desimal. Apabila perincian lebih dari dua, maka harus diberi tanda koma
baik menggunakan konjungsi maupun tidak menggunakan konjungsi. Zulhafizh
(2016:60) menyebutkan bahwa diantara penggunaan tanda koma yaitu sebagai
perinci atau pembilangan. Demikian pula tanda koma digunakan pada angka
desimal atau persepuluhan tidak bisa digantikan dengan tanda titik, karena dapat
memunculkan makna yang berbeda
12. Spasi, Kecermatan penulis memberikan spasi tampaknya sangat penting
diperhatikan. Tulisan tanpa spasi akan mempersulit pembaca memahami isi
informasi, bahkan dapat menimbulkan kesalahpahaman maksud dan tujuan.5

5
Zulhafizh,Bahasa Indonesia: Konsep Dan Penarapanya.(pekanbaru,2016)hlm 45-50

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat sebagai dampak kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Penggunaannya pun semakin luas dalam beragam
ranah pemakaian, baik secara lisan maupun tulis. Oleh karena itu, kita memerlukan buku
rujukan yang dapat dijadikan pedoman dan acuan berbagai kalangan pengguna bahasa
Indonesia, terutama dalam pemakaian bahasa tulis, secara baik dan benar.
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan.Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspekfonologis yang
menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad aspek morfologi yang
menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan aspek sintaksis yang menyangkut
penanda ujaran tanda baca.
Ada beberap sejarah singkat ejaan berupa,ejaan van ophuysen(1901-1947),ejaan Republik
1947-1972,Ejaan pembaharuan 1957,Ejaan Melindo 1959,Ejaan Baru,Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan-EYD(1972-2015),Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) 2015.
Ruang lingkup ejaan, Pemakaian huruf,Penulisan kata, Penulisan tanda baca,Penulisan
singkatan dan akronim,Penulisan angka dan lambang bilangan,dan Penulisan unsur serapan.
Tanda baca Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara)
atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukan struktur dan
organisasi suatu tulisan dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan
.Aturan tanda baca berbeda antar bahasa,lokasi,waktu dan terus berkembang .Beberapa aspek
tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
Tanda baca sangat esensial dalam bahasa tulis, karena tanpa tanda baca, makna kata atau
frasa atau kalimat menjadi kabur bahkan kacau. Tanda baca yang lazim digunakan dewasa ini
didasarkan atas intonasi, dan sebagian didasarkan atas relasi gramatikal, frasa, dan inter-relasi
antar bagian kalimat.
Dari tanda baca tadi,tidak menutup kemungkinan masih ditemukan keliruan dalam
penulisan tanda baca tersebut.

3.2 Kritik dan Saran


Sebagai penulis, kami telah memberikan gambaran umum mengenai Ejaan dan Tanda
Baca Ejaan. Namun, tidak menutup kemungkinan banyak persoalan seputar tema yang
diangkat belum tuntas, sehingga perlu tinjauan kembali dari teman-teman, dan lebih
khususnya lagi dari dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia untuk memberikan kritik
beserta sarannya terhadap makalah yang telah kami tulis ini. Yang berguna membangun, serta
memberi perbaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

21
Daftar Pustaka
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Perum Balai Pustaka.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Keraf,G.2004.Komposisi.NusaIndah,Ende.Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2008. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. IndonesiaTera,
Jogjkarta.
Mustakim. 1996. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Zulhafizh. 2016. Bahasa Indonesia: Konsep dan Penerapannya. Pekanbaru: Alaf Riau
Zulia Nurmayasari,ikhsan fadillah(2016).PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA
INDONESIA.Jakarta .

22

Anda mungkin juga menyukai