LAP. AKHIR AKTUALISASI Resti
LAP. AKHIR AKTUALISASI Resti
Oleh
RESTY BANOWU, AMK
NDH : 03
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah, diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan pemerintahanatau diserahi tugas negara
lainnya dan digajiberdasarkan peraturan perundang-undangan (UU No. 5
Tahun 2014 tentang ASN).
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
Manfaat kegiatan aktualisasi nilai – nilai dasar PNS ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan II
3. Bagi Masyararakat
D. Ruang Lingkup
1. Kedudukan Organisasi
a. Lokasi
Sejak tanggal 21 November 2012 RSU Prov Sultra pindah lokasi dari
di Jalan Dr.Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya Kecamatan
Mandonga ke Jalan Kapt. Pierre Tendean No. 50 Baruga, dan bernama
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Prov.Sultra. Di lokasi
yang baru ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum, dengan batas
wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama
2) Sebelah Timur : Kantor Polsek Baruga
3) Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk
4) Sebelah Barat : Balai Laboratorium Provinsi Sulawesi Tenggara
b. Lingkungan Fisik
RSU Bahteramas berdiri di atas lahan seluas 17,5 Ha. Luas seluruh
bangunan adalah 53,269 m2, Luas bangunan yang terealisasi sampai
dengan akhir tahun 2016 adalah 35,410 m2. Pengelompokkan ruangan
berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu
kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan penunjang
medis, kelompok kegiatan penunjang non medis , dan kelompok kegiatan
administrasi.
c. Sejarah dan Status Rumah Sakit
RSU Prov. Sulawesi Tenggara dibangun secara bertahap pada
tahun 1969/1970 dengan sebutan “Perluasan Rumah Sakit Kendari”
adalah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan klasifikasi
type C
berdasarkan SK Menkes No.51/Menkes/II/1979 tanggal 22 Februari 1979.
Susunan Struktur Organisasi berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi
Tenggara No. 77 tahun 1983 tanggal 28 Maret 1983.
Pada tanggal 21 Desember 1998, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara
meningkat klasifikasinya menjadi Type B (Non Pendidikan) sesuai dengan
SK Menkes 1482/Menkes/SK/XII/1998, yang ditetapkan dengan Perda No.
3 tahun 1999 tanggal 8 Mei 1999. Kedudukan Rumah Sakit secara teknis
berada dibawah Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,dan secara
operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.
Sesuai dengan kebutuhan pendidikan medik di Sulawesi Tenggara maka
sejak tahun 2013 RSU Bahteramas Prov. Sultra telah terakreditasi
menjadi RS Type B Pendidikan.
Pada tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi Tenggara
telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi Manajemen,
Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan
dan Rekam Medis sesuai dengan SK Dirjen Yanmed No.
HK.00.06.3.5.139. Selanjutnya Akreditasi 12 Pelayanan sesuai dengan SK
Dirjen Yanmed No. HK.00.06.3.5.139.tanggal 31 Desember 2010, yang
meliputi pelayanan Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medik,
Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Rekam
Medis, Pelayanan Radiologi, Pelayanan Farmasi, Pelayanan
Laboratorium, Pelayanan Peristi, Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan
Pencegahan Infeksi, Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun 2009
dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Prov Sultra telah
menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat
Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 653 Tahun 2010
tanggal 15 Oktober 2010. Pada tanggal 21 November 2012 RSU Prov.
Sultra pindah lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum
Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (RSUD Bahteramas
Prov.Sultra), yang diresmikan penggunaannya oleh Menteri Koordinator
Bidang Ekonomi dan Keuangan
RI, Ir. H. Hatta Rajasa dan Gubernur Sulawesi Tenggara, H.Nur Alam SE.
Pada tahun 2013 telah terakreditasi menjadi Rumah Sakit Pendidikan (SK
Mentri Kesehatan No. Tahun 2013)
3. Nilai Organisasi
1) Empati Terhadap Pasien
Memahami dan ikut merasakan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk itu setiap pegawai RSU Bahteramas Provinsi sulawesi
Tenggara dalam menangani pasien harus bertekad bahwa “
keselamatan, kesembuhan, dan kepuasan pasien adalah
kebahagiaan kami “.
2) Keterbukaan Dan Transparansi
Dengan keterbukaan diharapkan pemberian informasi secara
terbuka dan membuka diri pula terhadap kritik. Kritik harus
dilihat sebagai suatu partisipasi untuk perbaikan. Selain itu
perlu adanya transparansi yaitu diketahuinya oleh banyak pihak
(yang
berkepentingan) mengenai perumusan kebijaksanaan yang
sudah ditetapkan.
3) Akuntabilitas
Dengan akuntabilitas diharapkan kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja
dan tindakan seseorang/pemimpin suatu organisasi kepada
pihak yang memiliki hak atau berwenang memiminta
pertanggungjawaban.
4) Azas Kekeluargaan
Bekerja dalam kebersamaan jauh lebih baik daripada bekerja
sendiri-sendiri apalagi dalam bekerjasama berdasarkan
persahabatan yang saling menghormati serta saling
menghargai. Dengan azas kekeluargaan juga diharapkan agar
dalam berinteraksi senantiasa berperilaku santun, rendah hati,
serta memberikan kesejukan bagi orang lain
5) Bermental Pemenang (Play To Win)
Seluruh karyawan Rumah Sakit harus bermental pemenang.
Tidak ada hal yang tidak dapat diperbaiki, oleh karena itu hari
ini harus lebih baik dari hari ini
6) Berjiwa Enterpreuner
Semua unsur-unsur pimpinan RSU provinsi Sulawesi tenggara
harus berjiwa enterpreuners yaitu rela mengotori tangan, tahu
memberikan pendelegasian, tapi sering turun langsung
kebawah
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
ditetapkan berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 yang dituangkan dalam
Perda Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2008, Peraturan
Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 65 Tahun 2008 dan Pola Tata Kelola
RSU Prov. Sultra.
Pimpinan RSUD Bahteramas Prov Sultra disebut Direktur dan
menduduki jabatan struktural eselon II.b. Direktur dibantu oleh 3 (tiga)
orang Wakil Direktur yaitu: Wakil Direktur Pelayanan, Wakil Direktur
Umum dan Keuangan, dan wakil Direktur Perencanaan dan Diklat,
masing-masing menduduki jabatan struktural eselon III.a
Wakil Direktur Pelayanan membawahi 3 (tiga) bidang, yakni Bidang
Pelayanan Medis, Bidang Pelayanan Keperawatan, dan Bidang
Penunjang Pelayanan. Wakil Direktur Umum dan Keuangan membawahi
3 (tiga) bagian, yakni Bagian Umum, Bagian Sumber Daya Manusia dan
Bagian Keuangan. Wakil Direktur Perencanaan dan Diklat membawahi 3
(tiga) Bidang, yakni Bidang Perencanaan dan Evaluasi, Bidang Informasi
dan Rekam Medis, Bidang Diklat dan Litbang. Kepala Bidang dan Kepala
Bagian menduduki jabatan struktural eselon III B. Kepala Seksi dan
Kepala Sub Bagian menduduki jabatan struktural eselon IV.a.
a. Wakil Direktur Pelayanan Medis membawahi :
1) Kepala Bidang Pelayanan Medik, yang membawahi Seksi
Pelayanan Fasilitas Medik, dan Seksi Pelayanan Mutu dan
Pelayanan Medik,
2) Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan, yang membawahi
Seksi Asuhan Keperawatan dan Seksi Manajemen
Keperawatan
3) Kepala Bidang Penunjang Pelayanan, yang membawahi Seksi
Pelayanan Fasilitas Penunjang Medis dan Seksi Pengendalian
Mutu dan Medis.
b. Wakil Direktur Perencanaan dan Diklat membawahi :
1) Kepala Bidang Perencanaan dan Evaluasi, yang membawahi
Seksi Penyusunan Program dan Anggaran dan Seksi Evaluasi
Penyusunan Laporan
2) Kepala Bidang Informasi dan Rekam Medis, yang membawahi
Seksi Sistim Informasi dan Pemsaran dan Seksi Rekam Medis
3) Kepala Bidang Diklat dan Litbang, yang membawahi Seksi
Diklat dan Seksi Litbang & Perpustakaan.
c. Wakil Direktur Umum dan Keuangan, membawahi :
1) Bagian Umum, yang membawahi Sub Bagian Administrasi dan
Ketatausahaan, Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga,
dan Sub Bagian Humas dan Hukum,
2) Bagian Sumber Daya Manusia, yang membawahi Sub Bagian
Administrasi Kepegawaian dan Penempatan, Sub Bagian
Pengembangan SDM, dan Sub Bagian Mutasi dan Akreditasi,
3) Bagian Keuangan, yang membawahi Sub Bagian
Perbendaharaan, Sub Bagian Akuntansi dan Verifikasi, dan
Sub Bagian Mobilisai Dana.
Selain jabatan struktural juga terdapat kelompok fungsi yang terdiri
dari Komite antara lain Komite Medik, Komite Keperawatan, Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Komite Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Komite Keselamatan Pasien, Komite Mutu, Komite Etik
dan Hukum. Kelompok Fungsional lainnya terdiri dari Staf Medis
Fungsional (SMF), Instalasi, dan beberapa jabatan fungsional lain.
Untuk kegiatan pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh
Satuan Pengawas Intern (SPI) dan Dewan Pengawas. Untuk menunjang
kegiatan pelayanan, terdapat 16 Instalasi penunjang dan Unit Tranfusi
darah (UTD). Instalasi yang ada yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Perawatan Intensif
(ICU), Instalasi Radiologi, Instalasi Patologi Klinik (Laboratorium), Instalasi
Patologi Anatomi, Instalasi Farmasi, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi
Rehabilitas Medik, Instalasi Gizi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah
Sakit (IPSRS), Instalasi Sanitasi, Instalasi Binatu, Instalasi Sterilisasi dan
Desinfeksi, Instalasi Gas Medik, dan Instalasi Pemulasaran Jenazah.
- - -,
STR Uh..'7"UR O RC AJ"i lS AS I R UM AB S AKlT u n : M BAHTE RA:\
•
'lAS j
PROVINS! Sl fLAWESJ TfuXCC ARA j
nutt:&··.n:x ;•
Jl um .., S>kll Um11m
II l
•'
l II l
.. ... ., ... ._ t·-... x. ........ WA OUl :•l
W A O lR II
P.••- - - ,._• •
••
.. ..
Dikb
I •'
I I I I
-,. ..
I
.,_ • • • ••
-
...., ..,.,
KA.St: fU C
A donl11IM1111l· • .,.
h:.A!ilil!U.C
M m, Kt 11• pw M11n -
1'.4Sl:BAC
Pn t>e ltll.ol,,1·u 11
...., .,..,
.,..........
"""
O Sl ,·, , u llao•
............ ..
i-. t.y,,..•f lllf I
"4-- •-··
1' 1-,-.•,&,.hdhon $i1t• • l Bfotma oi d:. 11 l l'A!S.I
M.... .....11- l' ■• u• j - l, l;i dlr. i, .. ... .. .....
- st -S AC
, - , ·.:. ......uIU-iS.C4ll<A1,gi:', •
..
f' l'll , .....
K.. \s nt A
''
. ...,.,. - .,.,.','_-'-',"..,_
\' - - Ak• ..
•
, . ,.._... ,._,.......
"-"'
''"""... ,
K.AU K,\$1 KAS I
-
I
. ......•...•.•'..
P .t 111t J,llM:r.1110:. ....
Y••- d L ,-. •• - .\ f• obl
\
ti'
1(,\$1,:8 Ui
L... I:'\ . ..,....
1 n-. ..,.,,.n,_.
...._ _. lh"- M<•ti, .....,.."1....,_
f..\Wft,\C
) J oWU,... J)-.,
,_u.......
a- .....
-
l
li'o"S'tA !II t.;,;:if 'l ALA.$ 1 L'"$'1A' .l.,Mll
'
..
Raou t .i... ,. iu.. _ c. ...., o... ,., J AD.\f A.,_
, -1. n .AJ..MI r,,•..,1,,• .ai..1. . ...
.-..11
'' Kl'lmlrp
1. Akuntabilitas
a. Pengertian akuntabilitas
Akuntabilitasmerujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
Nilai-nilai publik tersebut meliputi:
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi
konflik kepentingan, antara kepentingan publik dengan
kepentingan sektor, kelompok dan pribadi;
2) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
3) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
4) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat
diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.
b. Aspek-aspek Akuntabilitas
Aspek-aspek akuntabilitas antara lain:
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a
relationship) Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua
pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggung jawab
memberikan arahan yang memadai,bimbingan, dan
mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya.Di sisi lain, individu, kelompok, maupun institusi
bertanggung jawab untuk memenuhi semua kewajibannya.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-
oriented) Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah
perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan
inovatif. Dalam hal ini, setiap individu, kelompok, maupun
institusi dituntut untuk bertanggung jawab dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya, serta selalu bertindak dan berupaya
untuk memberikan kontribusi untuk mencapai hasil yang
maksimal.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability
requiers reporting). Laporan kinerja adalah perwujudan dari
akuntabilitas. Dengan memberikan laporan kinerja berarti
mampu menjelaskan terhadap tindakan danhasil yang telah
dicapai oleh individu, kelompok, maupun institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan. Dalam dunia birokrasi, bentuk akuntabilitas
setiapindividu berwujud suatu laporan yang didasarkan pada
kontrak kerja, sedangkan untuk institusi adalah LAKIP (Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is
meaningless without consequences). Akuntabilitas adalah
kewajiban. Kewajiban menunjukkan tanggung jawab dan
tanggungjawab menghasilkan konsekuensi.Konsekuensi
tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance). Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk
memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang
bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas
dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi
kinerja.
c. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada
setiap level atau unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam
memberikan pertanggung jawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Dalam beberapa hal, akuntabilitas sering diartikan berbeda-beda.
Adanya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS yang menjadi
kebiasaan (how things are done around here) dapat mempengaruhi
perilaku anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal
yang berlaku.
d. Tingkatan dalam Akuntabilitas
Tingkatan dalam akuntabilitas digambarkan dalam bagan berikut ini:
1) Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada
diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral, dan
etika.Pertanyaan yang digunakan untuk mengidentifikasi
apakah seseorang memilikiakuntabilitas personal antara lain
“Apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaiki situasi dan
membuat perbedaan?”.
2) Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu
dan lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya
sebagai pemberi kewenangan. Pemberi kewenangan
bertanggung jawab untuk memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan sumber daya serta menghilangkan hambatan
kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur negara bertanggung
jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya. Pertanyaan
penting yang digunakan untuk melihat tingkat akuntabilitas
individu seorang PNS adalah apakah individu mampu untuk
mengatakan “Ini adalah tindakan yang telah saya lakukan, dan
ini adalah apa yang akan saya lakukan untuk membuatnya
menjadi lebih baik”.
3) Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama
kelompok. Dalam hal ini tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang
ada adalah “Kami”. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas
kelompok, maka pembagian kewenangan dan semangat
kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada
dalam sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam
tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
4) Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja
yang telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu
terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada
stakeholders lainnya.
5) Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum,
pengguna layanan dan pembayar pajak yang memberikan
masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya.Jadi,
akuntabilitas stakeholder adalah tanggung jawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil,
responsif dan bermartabat.
2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham kecintaan terhadap bangsa dan tanah
air, mengedepankan kepentingan Negara dalam menjalankan tugas dan
fungsinya terutama bagi seorang ASN. Nilai Nasionalisme sesuai dengan
butir-butir dalam Pancasila, ASN sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.ASN sebagai
pelaksana kebijakan public.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelaksana
kebijakan publik. Thomas R. Dye dalam bukunya berjudul Understanding
Public Policy yang diterbitkan pada tahun 1981 menyebutkan bahwa
kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk
dilakukan atau tidak dilakukan. Definisi ini mencakup pengertian yang
sangat luas. Segala hal yang merupakan tindakan pemerintah maupun
diamnya pemerintah terhadap sesuatu disebut sebagai kebijakan public.
3. Etika Publik
a. Definisi Etika Publik
Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika sebagai “the
dicipline dealing with what is good and bad and with moral duty and
obligation”.Oleh karena itu konsep etika sering digunakan sinonim dengan
moral. Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan hidup yang baik
bersama dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik
adalah:Refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan
publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk
memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan
antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi peribadi, dan
kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko, 2001). Jadi, Etika
Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik,
yakni:
1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2) Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
3) Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
4. Komitmen Mutu
a. Definisi Komitmen Mutu
Goetsch and Davis (2006: 5) berpendapat bahwa belum ada definisi
mutu yang dapat diterima secara universal, namun mereka telah
merumuskan pengertian mutu sebagai berikut: “Quality is a dynamic state
associated with products, services, people, processes, and environments
that meets or exceeds expectation.” Menurut definisi yang dirumuskan
Goetsch dan Davis, mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau
bahkan melebihi harapan konsumen atau pengguna.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan(customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan
bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur pencapaian hasil kerja. Mutu juga dapat
dijadikan sebagai alat pembeda atau pembanding dengan produk/jasa
sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing
(competitors).
b. Aspek Komitmen Mutu
Ada 3 (tiga) aspek yang terdapat dalam komitmen mutu, yaitu
efektifitas, efisien, dan inovasi.
1) Efektifitas
Richard L. Daft (Tita Maria Kanita 2010: 8) mendefinisikan
efektivitas sebagai berikut:Efektifitas organisasi berarti sejauh
mana organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, atau
berhasil mencapai apapun yang coba dikerjakannya. Efektivitas
organisasi berarti memberikan barang atau jasa yang dihargai
oleh pelanggan. Merujuk dari definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa karakteristik utama yang dapat dijadikan dasar untuk
mengukur tingkat efektifitas adalah ketercapaian target yang
telah direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun
mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi kepuasan,
sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya,
waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan.
2) Efisien
Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2010: 8)
mendefinisikan efisiensi sebagai:Jumlah sumber daya yang
digunakan untuk mencapai tujuan organisasional. Efisiensi
organisasi ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang,
dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
keluaran tertentu. Efisiensi dapat dihitung sebagai jumlah
sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang atau
jasa.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efisiensi
diukur dari ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan
bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga dapat diketahui
ada atau tidak adanya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan
mekanisme yang ke luar alur.
3) Inovasi
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan
organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi di sekitarnya. Perubahan bisa dipicu
antara lain oleh pergeseran selera pasar, peningkatan harapan
dan daya beli masyarakat, pergeseran gaya hidup, peningkatan
kesejahteraan, perkembangan ekonomi, pengaruh globalisasi,
serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.Sebagaimana
pendapat Richard L. Daft dalam Tita Maria Kanita (2011: 56)
bahwa, ‘Inovasi barang dan jasa adalah cara utama di mana
suatu organisasi beradaptasi terhadap perubahan-perubahan di
pasar, teknologi, dan persaingan.’Munculnya ide/gagasan baru,
kreativitas, dan inovasi dilator belakangi oleh semangat belajar
yang tidak pernah pudar, yang dijalani dalam proses
pembelajaran secara berkelanjutan. Demikian juga di
lingkungan lembaga pemerintahan, aparatur dapat
mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya, untuk
melahirkan terobosan- terobosan baru dalam meningkatkan
efektivitas dan efisiensi layanan, sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
5. Anti Korupsi
a. Definisi korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin, yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Dalam UU No.31 Tahun 1999,
pengertian korupsi, yaitu:Setiap orang yang dengan sengaja secara
melawan hukum untuk melakukan perbuatan dengan tujuan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang mengakibatkan
kerugian keuangan negara atau perekonomian negara. Dari pengertian
korupsi yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian korupsi merupakan suatu tindakan yang sangat tidak
terpuji yang dapat merugikan suatu bangsa dan Negara, seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan lain sebagainya untuk
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, yang
mengakibatkan kerugian keuangan pada negara.
6. Whole of Government
WOG merupakan suatu upaya dalam sistem pemerintahan yang
bersatu dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.WOG juga
memiliki pemahaman yakni suatu pendekatan penyelenggaraan
pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup yang lebih luas di pemerintahan.
7. Managemen ASN
Visi UU ASN adalah mewujudkan ASN yang memiliki integritas
profesional, melayani dan sejahtera.Misi UU ASN adalah memindahkan
ASN dari comfort zone ke competitive zone.
Tujuan utama UU ASN antara lain :
1) Independensi dan netralitas
2) Kompetensi
3) Kinerja atau produktifitas kerja
4) Integritas
5) Kesejahteraan
6) Kualitas pelayanan publik
7) Pengawasan
8. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada
masyarakat yang merupakan kewajiban ASN sebagai abdi masyarakat.
Terdapat 7 sikap pelayanan prima, yakni :
1) Passionate (bersemangat)
2) Progressive (memakain cara terbaik)
3) Proaktive (antisipatif, tidak menunggu)
4) Promth (positif, tanpa curiga)
5) Patience (sabar)
6) Proporsional (tidak mengada-ada)
7) Functional (tepat waktu)
C. Identifikasi dan Penetapan Isu
1. Identifikasi Isu
Identifikasi isu berdasarkan tugas dan fungsi yang bermasalah dapat
dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Identifikasi isu terkait kondisi saat ini dan kondisi yang
diharapkan
Deskripsi Keterkaitan
No Tugas dan Fungsi Isu Teridentifikasi
dengan Agenda III
1. Melakukan Belum optimalnya Manajemen ASN
komunikasi terapeutik pemberian informasi dan Memberikan pelayanan
dalam pemberian orientasi ruangan keperawatan berupa
asuhan keperawatan terhadap pasien pemberian informasi dan
orientasi ruangan
kepada pasien sesuai
dengan
kewenangan
Whole of goverment
Melakukan koordinasi
dengan teman sejawat
dalam pelaksanaan
pelayanan
Pelayanan publik
Melakukan pelayanan
terbaik berupa
pemberian informasi dan
orientasi ruangan
kepada pasien sesuai
dengan
kewenangan
Whole of Goverment
Berkordinasi dengan
sejawat dalam
pelaksanaan edukasi
Pelayanan Publik
Melakukan pelayanan
terbaik berupa
penggunaan media
informasiruangan kepada
pasien sesuai dengan
kewenangan
Whole of Goverment
Koordinasi dengan
sejawat untuk kegiatan
edukasi
Pelayanan Publik
Melakukan pelayanan
terbaik berupa
penggunaan media
informasiruangan kepada
pasien sesuai dengan
kewenangan
Belum optimalnya
penerapan jam kunjung
B. Capaian Aktualisasi
Berdasarkan hasil aktualisasi yang dilaksanakan sejak tanggal 8 Mei
s/d 16 Juni 2021 di Ruangan laika Waraka Bedah Kelas III Rumah Sakit
Umum Daerah Bahteramas Sulawesi Tenggara.
Tabel 3.1. Capaian Aktualisasi
Output/Hasil
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Keterangan
Kegiatan
1 2 3 4 5
1. Menyiapkan bahan Tersedianya Terlaksana
konsultasi bahan konsultasi sesuai
Dokumentasi rancangan
pada tanggal
10 Mei 2021
Melakukan 2. Konsultasi dengan Tersedianya surat Terlaksana
konsultasi kepada pimpinan dan persetujuan dari sesuai
pimpinan (mentor) teman sejawat pimpinan (mentor) rancangan
1.
dan teman sejawat Dokumentasi pada tanggal
terkait rancangan 11 Mei 2021
aktualisasi
3. Mencatat saran dan Tersedianya isi Terlaksana
petunjuk dari materi media sesuai
pimpinan (mentor) dengan teliti dan rancangan
sesuai prosedur pada tanggal
Dokumentasi 11 Mei 2021
1. Membuat konsep Tersedianya Terlaksana
tata tertib ruangan konsep tata tertib sesuai
ruangan rancangan
Dokumentasi pada tanggal
12 Mei 2021
2. Mencetak banner Tersedianya Terlaksana
Menyiapkan bahan dan leaflet media informasi sesuai
2. tata tertib aturan dan edukasi rancangan
jam kunjung pasien Dokumentasi pada tanggal
15 Mei 2021
3. Membuat soal pre Tersedianya soal Terlaksana
dan post tes pre dan post test sesuai
rancangan
pada tanggal
16 Mei 2021
1. Melakukan Hasil pre test Terlaksana
konsultasi dengan Dokumentasi sesuai
pimpinan terkait rancangan
pelaksanaan pada tanggal
kegiatan yang akan 16 Mei 2021
dilakukan dan
Mendistribusikan melaksanakan pre
media informasi dan test tanpa media
3. melakukan 2. Mendistribusikan Tersedianya Terlaksana
sosialisasi banner banner di sudut sesuai
ruangan rancangan
perawatan pada tanngal
Dokumentasi 20 Mei 2021
3. Menerima pasien Sosialisasi Terlaksana
baru dan terlaksana dengan sesuai
melakukan memanfaatkan rancangan
sosialisasi tata media informasi pada tanngal
tertib ruangan
dengan
media bunner dan berupa bunner dan 21 Mei s/d
leaflet leaflet 12 juni 2021
Dokumentasi
berupa video
sosialisasi dan
lembar
penandatangan
lembar edukasi
pemberian
informasi tata
tertib
4. Melakukan evaluasi Terjawabnya Terlaksana
pada keluarga lembar post sesuai
pasien setelah test rancangan
sosialisai Dokumentasi pada tanggal
21 Mei - 12
Juni 2021
1. Menyiapkan bahan Tersedia bahan
pendukung laporan pendukung
aktualisasi laporan aktualisasi
Dokumentasi
2. Menyusun laporan Tersedia laporan Terlaksana
aktualisasi aktualisasi sesuai
Penyusunan Dokumentasi rancangan
4.
laporan aktualisasi 3. Melaporkan hasil Laporan hasil pada tanggal
aktualisasi kepada kegiatan 13 Mei s/d
pimpinan aktualisasi 16 Juni 2021
Surat keterangan
telah melakukan
aktualisasi
Dokumentasi
Deskripsi kegiatan 1
Deskripsi kegiatan 2
Gambar 3.4. Membuat konsep tata tertib aturan jam kunjung pasien
Deskripsi kegiatan 3
Deskripsi kegiatan 3
Deskripsi kegiatan 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan seluruh kegiatan aktualisasi “Optimalisasi
Penerapan Jam Kunjung Pasien di Ruangan Laika Waraka Bedah Kelas
III RSU Bahteramas” dengan menerapkan nilai-nilai dasar ASN berupa
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi
(ANEKA), maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain :
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu mutu pelayanan Rumah Sakit adalah dengan melakukan Informed
Consent. Informed Consent atau persetujuan tindakan kedokteran adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
yang akan dilakukan terhadap pasien menurut Permenkes No. 290 tahun 2008
pasal 1(a) tentang Persetujuan Tindakan kedokteran. Berlanjut kepada berbagai
aturan persetujuan tindakan kedokteran, berdasarkan Permenkes No. 290 tahun
2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, antara lain :
1. Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan (Pasal 2 ayat 1)
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat diberikan secara tertulis
maupun lisan (Pasal 2 ayat 2).
Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran
dilakukan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan diharapkan terlaksana
hubungan yang lancar antara pasien dan tenaga kesehatan. Akan tetapi dapat
terjadi masalah apabila terbentuk pada dilema diantara dua prinsip, yaitu
prinsip memberikan kebaikan kepada pasien yang bertolak dari sudut pandang
nilai etika dan ilmu kesehatan berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman tenaga kesehatan dan prinsip menghormati hak menentukan diri
sendiri dari sudut pandang pasien. Dengan demikian Informed Consent dibuat
dengan tujuan untuk memberikan perlindungan kepada pasien atas segala
tindakan medis dan memberikan perlindungan tenaga kesehatan terhadap
terjadinya akibat yang tidak terduga yang dianggap merugikan pihak lain.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu serta meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai upaya mengoptimalkan penggunaan persetujuan tindakan
medis sehingga tercipta perlindungan baik pada pasien maupun
tenaga kesehatan
b. Terwujudnya peningkatan pemahaman dan pengetahuan pada
tenaga kesehatan diruang Laika Morini tentang SOP penggunaan
obat mandiri oleh pasien.
C. Manfaat
Adapun manfaat dalam kegiatan ini adalah :
1. Optimalnya penggunaan persetujuan tindakan medis dalam penggunaan
obat mandiri oleh pasien
2. Tenaga kesehatan memahami dan mengetahui SOP penggunaan obat
mandiri oleh pasien
B. Proses Pelaksanaan
Adapun proses pelaksanaan kegiatan adalah :
1. Membagikan undangan sosialisasi
2. Menyiapakan lembar Informed Consent dan SOP penggunaan obat
mandiri oleh pasien
3. Membagikan lembar tanya jawab pre-test
4. Melakukan sosialisasi SOP penggunaan obat mandiri oleh pasien
5. Membagikan Leaflet
6. Membagikan lembar tanya jawab post-test
C. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan ini adalah tenaga kesehatan di ruang Laika Morini yang
berjumlah 11 orang.
PRA POST
NOMOR SOSIALISASI PRESENTASE HASIL
SOSIALISASI PRENSTASE
RESPOND POST
PRA
EN YA TDK
YA TDK SOSIALISASI SOSIALISASI
01 6 2 75 7 1 87,5 M
02 6 2 75 8 0 100 M
03 4 4 50 6 2 75 M
04 5 3 62,5 7 1 87,5 M
05 4 4 50 6 6 75 M
06 6 2 75 8 0 100 M
07 6 2 75 7 1 87,5 M
08 5 3 62,5 7 1 87,5 M
09 5 3 62,5 7 1 87,5 M
10 5 3 62,5 8 0 100 M
11 6 2 75 8 0 100 M
Keterangan :
1 ya = 1.25 poin
1 tidak = 0 poin
M = Meningkat
TM = Tidak Meningkat
Kesimpulan :
Dari 11 responden petugas kesehatan yang mengikuti kegiatan
sosialisasi dan mengisi lembar tanya jawab pra dan post sosialisasi semua
mengalami peningkatan pemahaman dan pengetahuan penggunaan peretujuan
tindakan medis pemberian obat mandiri oleh pasien. Hal ini menunjukan 89,7
%yang mengalami peningkatan pemahaman dan pengetahuan dan 10,3 % tidak
mengalami peningkatan pemahaman dan pengetahuan penggunaan
persetujuan tindakan medis penggunaan obat mandiri oleh pasien.
Dari hasil evaluasi diatas menunjukan bahwa perlu diadakan sosialisasi
secara berkala sebagai upaya dalam peningkatan pemahaman dan pengetahuan
tenaga kesehatan.
Diagram 1. Evaluasi Peningkatan Pemahaman Dan Pengetahuan
Tenaga Kesehatan Penggunaan Persetujuan Tindakan Medis Penggunaan Obat
Mandiri Oleh Pasein.
100
80
60
40
20
0 PRA SOSIALISASI
POST SOSIALISASI
Diagram 2. Evaluasi Pra dan Post Sosialisasi Dengan Menggunakan Diagram
Lingkaran
PRA SOSIALISASI
0-5051-7071-8081-100
0%
18%
36%
46%
POST SOSIALISASI
0-5051-7071-8081-100
0% 0%
18%
82%
VI. PENUTUP
Dari hasil pelaksanaan seluruh kegiatan aktualisasi “ Optimalisasi
penggunaan persetujuan tindakan medis oleh petugas kesehatan melalui Sosialisasi
Standar Operasional Prosedur Penggunaan Obat Mandiri Oleh Pasien di Ruang Laika
Morini Rumah Sakit Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”. Pada tanggal 8
Mei 2021 sampai15 Juni 2021, maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain:
1. Seluruh kegiatan yang direncanakan pada rancangan aktualisasi yang telah di
buat dapat diaktualisasikan dengan penerapan nilai-nilai ANEKA, yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi serta
kedudukan dan peran ASN yaitu Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan Whole
Of Government (WOG), yakni nilai dasar akuntabilitas memiliki nilai tanggung
jawab, jujur dan jelas serta transparan yang tergambar pada beberapa tahapan
dari 4 kegiatan yang telah disusun. Nilai dasar Nasionalisme memiliki nilai cinta
bahasa Indonesia dan semangat yang tergambar pada tahapan kegiatan 1, , 3,dan
4. Nilai dasar Etika Publik memiliki nilai sopan santun dan ramah yang tergambar
pada tahapan kegiatan 1,3 dan 4. Nilai inovasi, efektif dan efisien yang
merupakan nilai yang terkandung dalam nilai dasar Komitmen Mutu tergambar
pada semua tahapan kegiatan. Nilai dasar Anti Korupsi memiliki nilai jujur dan
kerja keras yang tergambar pada tahapan kegiatan 1, 2, dan 4. Untuk lebih
singkat dan lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel matriks habituasi.
2. Terlaksananya sosialisasi SOP Penggunaan Obat Mandiri oleh Pasien pada
petugas kesehatan di Ruang Laika Morini RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara pada tanggal 2 Juni 2021 diawali dengan pembagian lembar tanya
jawab pra sosialisasi dan diakhiri dengan pengisian lembar tanya jawab post
sosialisasi yang dihadiri 11 petugas kesehatan.
3. Dengan diterapkan nilai-nilai ANEKA dalam pelaksanaan aktualisasi dan habituasi
penggunaan persetujuan tindakan medis penggunaan obat mandiri oleh pasien
diruang Laika Morini RSUD Bahteramas Prov. Sultra telah mewujudkan tujuan
dari aktualisasi ini yaitu terwujudnya peningkatan pemahaman dan pengetahuan
Petugas Kesehatan dalam penggunaan persetujuan tindakan medis penggunaan
obat mandiri oleh pasien, dibuktikan dengan hasil lembar tanya jawab
pengetahuan sebelum sosialisasi dan sesudah sosialisasi yang dapat dilihat pada
Tabel Hasil Evaluasi Sosialisasi