Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/265340548

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX SMP


DENGAN METODE EGP

Article · November 2013

CITATIONS READS

0 37,188

6 authors, including:

Auliaur Rahman
Universitas Pendidikan Indonesia
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Auliaur Rahman on 05 September 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

SISWA KELAS IX SMP DENGAN METODE EGP

Auliaur Rahman
SMP Negeri 34 Muaro Jambi, Jalan Candi Muaro Jambi, Kabupaten Muaro Jambi
E-mail: auliaur@yahoo.co.id

Abstrak: Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan


siswa dalam menulis cerpen di kelas IX SMP. Untuk mencapai tujuan tersebut,
digunakan metode penelitan dengan pendekatan mixing methods (metode yang
memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif). Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis
cerpen meningkat setelah guru menerapkan metode EGP (Emosional, Gerak cepat,
Perevisian).
Kata Kunci: Menulis Cerpen, Metode EGP.

Abstract: Generally this reseach conducted for improving student’s ability writing
short story at nine grade’s junior high school student. This reseach used mixing
methods (mixing between qualitatif and quantitatif approach). This reseach is
classroom action reseach (CAR) conducted in two cycles. The result of this reseach
shows that learning process and students ability in writing short story after the
teacher implemented EGP method increased (Emotional, Rapid response, Revision).
Key words: Writing short story, EGP Method.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mutlak harus

dikuasai oleh siswa sekolah menengah pertama (SMP). Keterampilan menulis

mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan siswa. Dengan menulis,

siswa dapat menuangkan ide dan perasaannya untuk dibaca oleh orang lain.

Kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia aspek bersastra SMP kelas

IX untuk sub aspek menulis dijelaskan bahwa siswa harus mampu menulis cerpen

bertolak dari peristiwa yang pernah dialami (Santoso, 2013:132). Menulis cerpen adalah

menarasikan berbagai kejadian baik nyata ataupun hasil rekaan ke dalam bentuk tulisan

yang habis dibaca sekitar 10 menit atau terdiri atas 500 hingga 5000 kata yang

kejadiannya sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. (Nurgiantoro, 2011). Untuk

mencapai standar kompetensi tersebut, proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
2

bukan sekadar pengajaran teori-teori sastra, tetapi lebih menekankan praktik menulis

agar tuntutan standar kompetensi tersebut dapat dicapai.

Tuntutan Standar Kompetensi tersebut belum sesuai dengan harapan, khususnya

di SMPN 34 Muaro Jambi Kelas IXb. Dari jumlah siswa 21 orang , hanya 5 siswa saja

yang mampu menulis cerpen. Ini berarti hanya 24% siswa yang mampu menulis cerpen.

Sedangkan 76% siswa belum dapat menulis cerpen dengan baik. Oleh sebab itu,

diperlukan suatu metode pengajaran untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi

siswa sebagai upaya tindak lanjut pengajaran keterampilan menulis yang dilaksanakan

selama ini.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa, faktor penyebab

kesulitan siswa dalam menulis cerpen antara lain adalah siswa kesulitan memilih tema

yang tepat untuk dijadikan tulisan dan keterbatasan kosa kata dalam pengembangan

kalimat menjadi paragraf yang padu sesuai tema yang dipilih.

Penerapan metode yang dilakukan guru sangat menentukan keberhasilan siswa.

Metode konvensional sangat tidak mendukung siswa dalam kegiatan menulis. Esensi

dari kegiatan menulis seharusnya menjadi kegiatan menulis, tidak menjadi kegiatan

mendengarkan, berbicara ataupun membaca.

Mengingat pentingnya keterampilan menulis cerpen bagi siswa, maka kesulitan-

kesulitan siswa dalam kegiatan ini harus diatasi. Upaya yang dapat dilakukan antara

lain, menyiapkan skenario pembelajaran yang menarik minat siswa dengan pemilihan

tema yang sederhana, sedang dan akhirnya tema-tema yang update (kekinian).

Hendaklah tema-tema yang diplih tersebut dekat dengan dunia anak sesuai dengan

karakteristik kultur sosial budaya masyarakat lingkungan siswa. Dengan demikian

menurut hemat penulis, pemilihan metode sangat menentukan keberhasilan siswa.


3

Secara etimologis, metode berarti cara melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran

metode dapat diartikan cara yang sistematis dan utuh untuk melaksanakan pembelajaran

hingga mencapai tujuan. (Andayani dan Pratiwi, 2013:21)

Lebih lanjut (Andayani dan Pratiwi, 2013:21) mengemukakan bahwa:

Penentuan metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sangat


dipengaruhi oleh pendekatan dan strategi yang dipilih. Sementara, untuk
mengingatkan kembali, penentuan strategi yang akan digunakan dalam
pembelajaran harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
materi ajar yang diberikan, kondisi siswa, serta beberapa pertimbangan lainnya.

Berdasarkan pendapat tersebut, penulis memperkenalkan suatu metode yang

diberi nama EGP. Menulis cerpen dengan metode EGP diharapkan dapat mengatasi

masalah siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

Metode ini memanfaatkan kecerdasan emosional siswa sebagai motor penggerak dalam

menulis cerpen. Jika emosional siswa terpancing, siswa langsung menulis cerpen hingga

selesai. Kegiatan menulis ini dilakukan untuk mempertahankan apa yang telah dilihat,

dirasa, dan didengar siswa tidak menghilang di dalam pikirannya disebabkan aktivitas

lain yang dilakukan siswa. Pada tahap akhir metode ini, siswa melakukan perevisian

dari hasil tulisannya tadi.

Pemaparan di atas sejalan dengan pendapat Garden, (1983) bahwa terdapat lima

pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan

mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu

merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat

menggunakan emosi sebagai alat untuk motivasi diri.

Metode EGP ini diilhami oleh Ary Ginanjar Agustian yang mempopulerkan

ESQ (Emotional Spritual Question) melalui buku Rahasia Sukses Membangun

Kecerdasan Emosi dan Spritual. Agustian (2001: 11) mengemukakan bahwa Emotional
4

Question adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada

kejujuran pada suara hati. Bertolak dari pemikiran tersebut, penulis beranggapan bahwa

dengan membangkitkan emosi siswa, siswa diharapkan mampu menuliskan apa yang

dirasakannya untuk dituankan ke dalam bentuk cerpen.

Sebagai landasan penerapan metode EGP dalam pembelajaran di kelas, maka

penulis menyusun sintaks metode EGP yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Sintaks Metode EGP

Fase Peran Guru


Menyampaikan tujuan dan Guru menjelaskan tujuan
mempersiapkan siswa pembelajaran, informasi latar
belakang pelajaran, manfaat
pembelajaran, dan mempersiapkan
siswa untuk mengikuti
pembelajaran.
Membangkitkan emosional siswa Guru mengilustrasikan sebuah
cerita (bisa dalam bentuk video)
yang menyentuh perasaan sehingga
dapat membangkitkan emosional
siswa.
Menulis langsung (gerak cepat) Guru mendorong siswa untuk
menulis langsung apa yang
dirasakannya pada saat ilustrasi
disampaikan.
Perevisian tulisan Guru membimbing siswa dalam
merevisi tulisan dan membantu
siswa untuk mengetahui unsur-
unsur yang membangun cerpen
(intrinsik dan ekstrinsik) sehingga
tulisannya menjadi sebuah cerpen.

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan proses

pembelajaran dan kemampuan siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi dalam

menulis cerpen dengan menggunakan Metode EGP.


5

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixing methods), yakni

memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas dengan tahapan penelitian model Kemmis dan McTaggar yang

terdiri atas beberapa pertemuan melalui tahap perencanaan tindakan (Planning),

pelaksanaan tindakan (Action), observasi (obsevation), dan refleksi (Reflection) (Dasna,

2013: 19).

Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kualitas

proses dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen adalah metode EGP. Metode EGP

dipilih dengan pertimbangan bahwa pada masa sekarang siswa jarang memanfaatkan

emosional siswa dalam pembelajaran. Padahal, dengan memanfaatkan emosional yang

ada pada diri siswa, maka siswa tersebut mampu menyadari dan mengelola emosi diri

sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan

bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi

sebagai alat untuk motivasi diri.

Pertimbangan lain mengenai metode EGP yang digunakan dalam penelitian ini

adalah karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah Tuhan Yang Maha Esa berikan

kepada mereka. Karakter tersebut direalisasikan dengan rasa berterima kasih terhadap

orang lain terutama kepada orang tua. Kenyataan yang dijumpai pada diri siswa saat ini

telah menipis. Metode EGP diharapkan dapat menumbuhkan kembali sikap jujur dan

berterima kasih kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan tuntutan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013 yang mengutamakan aspek sikap dalam proses

pembelajaran.
6

Gerak cepat dalam metode EGP merupakan tahapan yang dilalui oleh siswa

dalam menulis cerpen. Melalui gerak cepat (menulis langsung), diharapkan ide yang

muncul pada saat ilustrasi dibaca atau ditayangkan tidak langsung menghilang dari

benak siswa.

Perevisian merupakan bagian akhir dari metode EGP yang merupakan bagian

yang memerlukan bimbingan dari guru agar cerpen yang ditulis siswa menjadi utuh

sesuai dengan unsur-unsur yang membangun cerpen. Dengan bimbingan guru pada

tahap ini, cerpen yang dibuat siswa diharapkan menjadi menarik dan sesuai dengan apa

yang diharapkan.

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah (1) menyusun sintaks

metode EGP, (2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaranan (RPP), (3)

menentukan ilustrasi cerita yang dapat membangkitkan emosional siswa, dan (4)

menyusun perangkat evaluasi untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis

cerpen.

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IXb SMP Negeri

34 Kabupaten Muaro Jambi tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 21 orang siswa

yaitu 10 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu data selama proses pembelajaran dengan metode EGP berlangsung

dan hasil pembelajaran berupa teks cerpen yang dihasilkan oleh siswa.

Obsevasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan

tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang

pelajaran pada masing-masing siklus. Fokus observasi adalah bagaimana proses

penerapan tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa.


7

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini untuk

mengumpulkan data proses dan hasil. Teknik pengumpulan data proses menggunakan

wawancara dan catatan selama proses pembelajaran berlangsung, sementara itu, untuk

teknik pengumpulan hasil belajar yang berupa skor digunakan teknik tes performansi

menulis cerpen, setelah diterapkannya metode EGP.

Analisis data dilakukan setiap kali pemberian tindakan berakhir. Analisis data

proses dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif model Flow. Model ini

terdiri atas 3 (tiga) komponen yang dilakukan secara berurutan yaitu kegiatan reduksi

data, sajian data, dan penarikan simpulan. Analisis data hasil belajar yang berupa skor

dilakukan dengan statistik sederhana meliputi rata-rata kelas dan persentase

keberhasilan yang diperoleh siswa yang menggambarkan peningkatan hasil

pembelajaran dengan memperhatikan rubrik penilaian penulisan cerpen yang meliputi

empat aspek yaitu (1) tema, (2) alur, (3) karakter, dan (4) latar.

Indikator keberhasilan tindakan terhadap kemampuan menulis cerpen siswa

kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi adalah apabila lebih dari 60% siswa dapat

menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialaminya.

HASIL

Peningkatan Proses Pembelajaran dalam menulis Cerpen Melalui Metode EGP

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di saat prasiklus menggunakan metode

ceramah, diskusi, tanya jawab, dan latihan dalam menulis cerpen. Proses pembelajaran

menjadi tidak menyenangkan dan kurang bermanfaat bagi siswa. Siswa cenderung

bercanda dan melakukan aktivitas di luar konteks pembelajaran. Selain itu, minat dan

keaktifan siswa dalam pembelajaran ini menjadi sangat minim sehingga berakibat

tujuan pembelajaran tidak tercapai.


8

Pada siklus I, perencanaan yang dipersiapkan adalah menyusun ilustrasi yang

dapat membangkitkan emosional siswa berkenaan dengan peristiwa yang pernah

dialami oleh siswa. Dalam penyusunan ilustrasi, penulis mengangkat tema yang

berkenaan dengan kehidupan rumah tangga siswa terutama tentang pergaulan siswa

dengan orang tuanya. Ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut.

Silakan ananda sekalian menutup mata dan menundukkan kepala. “coba ananda
renungkan bagaimana situasi yang terdapat di rumah ananda. Bayangkan kondisi orang
tua yang setiap hari membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan ananda. Dengan
keringat yang mengucur, mereka rela dengan apa yang mereka kerjakan demi
kebahagiaan ananda. Mereka pergi pagi dan pulang petang hanya untuk sesuap nasi dan
mencari rupiah agar kehidupan ananda bahagia.
Ketika ananda lahir di dunia yang fana ini, dengan segenap tenaga ibu berusaha
agar ananda selamat walaupun nyawanya yang menjadi taruhan. Kebahagiaan mereka
terasa lengkap ketika tubuh ananda telah tampak di mata mereka. Air mata mereka
menetes karena bahagia sebab perjuangan mereka agar ananda selamat telah terbukti.
Di masa-masa kecil, ananda dimanja, dipenuhi kebutuhan agar dapat hidup layak
seperti anak-anak lainnya. Disaat ananda pergi ke sekolah, setiap pagi ibu ananda
mempersiapkan segala hal untuk ananda. Mereka rela membangunkan ananda setiap
subuh, menyiapkan makanan, dan mendandani ananda agar siap belajar.
Tapi sekarang, ketika ananda sudah menginjak kelas IX SMP, apa yang dapat
ananda persembahkan untuk kebahagiaan mereka? Apakah dengan bentakan ketika
mereka meminta pertolongan untuk membeli sesuatu di warung? Ataukah dengan sikap
yang tidak semberono ketika berjalan dihadapan mereka? Atau dengan
tindakantindakan lain yang dapat menyakitkan hati mereka.
Ananda, jika memang itu pernah ananda lakukan. Mulai detik ini, silakan ananda
bertekat untuk tidak akan mengulanginya kembali. Silakan ananda bertekat untuk
mengabdi kepada mereka seumur hidup ananda dan katakan kepada mereka bahwa
ananda minta maaf karena sudah tidak peduli dengan mereka.

Pada siklus I ini, siswa meresapi apa yang telah diilustrasikan kepada mereka.

Setelah siswa mendengarkan ilustrasi tersebut, siswa dibimbing untuk mengaitkan

ilustrasi dengan peristiwa nyata yang pernah dialami oleh siswa di dalam keluarganya.

Jika siswa telah dapat mengaitkan ilustrasi dengan peristiwa nyata yang dialaminya,

siswa menulis langsung apa yang dirasakan dan dialaminya dalam bentuk cerpen.

Peningkatan proses pembelajaran setelah dilaksanakan tindakan ini adalah

pertama, pada aspek minat siswa menjadi meningkat dalam menulis cerpen hal ini
9

terbukti dengan teks cerpen yang dibuat oleh 11 orang siswa menjadi lebih baik

dibanding pada saat pra penelitian yang hanya 7 orang (dari 33% menjadi 52%). Kedua,

aspek perhatian siswa juga meningkat setelah tindakan dilaksanakan yaitu dari 7 orang

menjadi 12 orang atau dari 33% menjadi 57%. Ketiga, keaktifan siswa dari segi

bertanya juga meningkat yakni 14 orang siswa atau 67% yang rajin bertanya demi

kesempurnaan cerpen. Hal ini meningkat dibanding pada saat pra penelitian yang hanya

8 (38%) orang siswa yang bertanya. Namun, untuk keaktifan dalam mempublikasikan

hasil cerpennya tidak terdapat peningkatan dari kegiatan prasiklus yakni hanya 10 orang

atau 48%.

Pada siklus II, penulis menggunakan media video untuk lebih meningkatkan

kegiatan atau proses pembelajaran agar siswa menjadi lebih berminat, lebih

memperhatikan dan lebih aktif dari siklus I. Hasil dari penggunaan media video ini

dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis cerpen yang bertolak dari peristiwa

yang pernah dialami siswa. Peningkatan proses terjadi pada minat yang pada siklus I

berjumlah 11 orang menjadi 15 orang atau 71%. Pada aspek perhatian, juga terjadi

peningkatan yang sebelumnya 12 orang menjadi 19 orang atau 90%. Aspek keaktifan

juga terjadi peningkatan dibanding dari proses siklus I, yakni keaktifan bertanya

meningkat menjadi 17 orang atau 81%. Pada aspek publikasi cerpen di depan kelas

terjadi peningkatan dari siklus I sebanyak 10 orang menjadi 15 orang atau 71%.

Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen dengan Metode EGP

Peningkatan hasil belajar kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX SMP

Negeri 34 Muaro Jambi pada tahap prasiklus, siklus I dan II dapat dilihat dari empat

aspek, yaitu aspek tema, alur, karakter, dan latar. Hasil belajar pada tindakan di setiap

siklus ini diperoleh dari penyekoran yang didasarkan pada kemampuan siswa dalam
10

menulis. Untuk mengetahui kemampuan menulis cerpen, guru memberikan tes kepada

siswa yang berupa tes menulis cerpen dan penyekoran hasil tes tersebut diperoleh

dengan memakai rubrik penilaian. Adapun data hasil penelitian pada prasiklus dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data hasil penelitian pada prasiklus

Aspek Penilaian

Karakter
No Nama Siswa Jumlah Nilai

Latar
Tema

Alur

1 Adi Pengestu 18 12 12 16 58 64
2 Ahmad Hudori 12 12 8 16 48 53
3 Albukhori 18 8 12 16 54 60
4 Anang Depriansyah 12 8 8 16 44 49
5 Eko Nugroho 12 12 8 16 48 53
6 Hikma Br Harahap 18 12 8 16 54 60
7 Indah Syah Putri 24 16 12 16 68 76
8 Indra Gunawan 18 8 12 16 54 60
9 Isning Widiastuti 12 8 8 16 44 49
10 Jimas Rian 18 8 8 16 50 56
11 Kms. Hilman 18 8 8 16 50 56
12 M. Ardiansyah 12 8 8 16 44 49
13 Mutalina 12 8 8 16 44 49
14 Puja Astuti 24 16 12 16 68 76
15 Repsi Masrika 12 8 8 16 44 49
16 Rita Rukmana 12 12 8 16 48 53
17 Robiyanto 12 12 8 16 48 53
18 Siska Melati Putri 30 16 16 16 78 87
19 Siti Alia 24 12 12 16 64 71
20 Swanto 12 8 8 16 44 49
21 Wilda Zahab 30 12 12 16 70 78
Rata-rata 17,14 10,67 9,71 16,00 53,52 59,47
Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) 24%
Sumber: catatan lapangan dan analisis data prasiklus

Pada saat prasiklus, hanya 5 orang atau 24% dari siswa yang berada di kelas IXb

SMP Negeri 34 Muaro Jambi dengan rata-rata kelas 59,47 yang dapat menulis cerpen

bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Kondisi ini menjadi meningkat pada
11

tindakan siklus I, yakni menjadi 47%. Namun, kriteria keberhasilan PTK belum tercapai

pada siklus ini. Jadi, perlu diadakan perbaikan pada siklus II. Perbaikan tersebut antara

lain dengan menampilkan video yang menyentuh perasaan dan emosional siswa. Data

hasil penelitian pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Data hasil penelitian pada siklus I

Aspek Penilaian

Karakter
No Nama Siswa Jumlah Nilai

Latar
Tema

1 Adi Pengestu 24 12 Alur


12 20 68 76
2 Ahmad Hudori 24 12 8 20 64 71
3 Albukhori 24 12 12 16 64 71
4 Anang Depriansyah 18 12 12 20 62 69
5 Eko Nugroho 18 12 8 16 54 60
6 Hikma Br Harahap 24 12 12 16 64 71
7 Indah Syah Putri 30 18 12 16 76 84
8 Indra Gunawan 18 12 12 16 58 64
9 Isning Widiastuti 24 12 12 16 64 71
10 Jimas Rian 24 8 8 16 56 62
11 Kms. Hilman 24 8 8 16 56 62
12 M. Ardiansyah 18 8 8 16 50 56
13 Mutalina 18 12 8 16 54 60
14 Puja Astuti 24 16 12 16 68 76
15 Repsi Masrika 18 12 8 16 54 60
16 Rita Rukmana 18 12 12 16 58 64
17 Robiyanto 18 12 8 16 54 60
18 Siska Melati Putri 30 16 16 20 82 91
19 Siti Alia 30 12 16 16 74 82
20 Swanto 18 12 8 16 54 60
21 Wilda Zahab 30 12 16 20 78 87
Rata-rata 22,57 12,10 10,86 16,95 62,48 69,42
Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) 47%
Sumber: catatan lapangan dan analisis data hasil siklus I

Berdasarkan hasil observasi dan penilaian pada tindakan siklus II, menunjukkan

adanya peningkatan yang sangat baik. Peningkatan tersebut yaitu 14 dari 21 orang siswa
12

66% telah berhasil menulis cerpen yang bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

Data hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Data hasil penelitian pada siklus II

Aspek Penilaian

Karakter
No Nama Siswa Jumlah Nilai

Latar
Tema

Alur
1 Adi Pengestu 24 12 12 20 68 76
2 Ahmad Hudori 24 12 8 20 64 71
3 Albukhori 24 12 18 20 74 82
4 Anang Depriansyah 24 12 18 20 74 82
5 Eko Nugroho 18 12 12 20 62 69
6 Hikma Br Harahap 24 12 12 20 68 76
7 Indah Syah Putri 30 18 18 16 82 91
8 Indra Gunawan 24 12 12 16 64 71
9 Isning Widiastuti 24 12 12 16 64 71
10 Jimas Rian 24 8 12 16 60 67
11 Kms. Hilman 24 8 12 20 64 71
12 M. Ardiansyah 24 12 12 16 64 71
13 Mutalina 18 12 12 16 58 64
14 Puja Astuti 30 16 12 16 74 82
15 Repsi Masrika 18 12 12 16 58 64
16 Rita Rukmana 18 12 12 16 58 64
17 Robiyanto 18 12 8 16 54 60
18 Siska Melati Putri 30 16 16 20 82 91
19 Siti Alia 30 12 16 16 74 82
20 Swanto 18 12 8 16 54 60
21 Wilda Zahab 30 16 16 20 82 91
Rata-rata 23,71 12,48 12,86 17,71 66,76 74,18
Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) 66%
Sumber: catatan lapangan dan analisis data hasil siklus II

Berdasarkan kriteria keberhasilan penelitian yang telah diungkapkan pada bagian

metode penelitian, maka penelitian tindakan kelas ini telah mencapai target yang
13

diharapkan, yaitu lebih dari 60% siswa sudah dapat menulis cerpen bertolak dari

peristiwa yang pernah dialaminya.

PEMBAHASAN

Peningkatan siswa dalam menulis cerpen tampak setelah diadakan tindakan pada

setiap siklus. Dengan membandingkan sebelum hingga akhir penelitian, maka dapat

disimpulkan bahwa metode EGP dapat meningkatkan proses pembelajaran dan

kemampuan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

Pernyataan tersebut didasari kenyataan di lapangan bahwa sintaks metode EGP

yang merupakan pedoman penerapan metode mampu meningkatkan keterampilan siswa

dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang telah dialami oleh siswa baik dari

segi proses pembelajaran maupun hasil skor siswa setelah menulis cerpen.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitriana yang meneliti tentang

peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan

terbimbing. Fitriana (2011) memaparkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan siswa

dalam menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan terbimbing. Media

berita dengan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan motivasi, antusias, rasa

senang, dan rasa positif siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Siswa menjadi lebih

aktif dalam mengikuti pembelajaran seperti bertanya kepada guru hal yang tidak

diketahui, menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan berani mengungkapkan

pendapat saat berdiskusi.

Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh Suriyani,

Nursaid, dan Zulfikarni (2013) yang memaparkan terjadinya peningkatan siswa dalam

menulis cerpen dengan metode latihan terbimbing. Pertama, metode latihan terbimbing
14

dalam pembelajaran menulis cerpen ternyata sangat baik diterapkan dalam PBM.

Terlihat dalam aktivitas siswa selama PBM berlangsung. Aktivitas siswa tersebut terdiri

atas perhatian siswa terhadap berbagai aktifitas PBM, keaktifan siswa dalam diskusi

kelompok, keaktifan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, keaktifan

siswa dalam menjawab pertanyaan, dan rasa senang siswa dalam PBM. Dengan

demikian, berdampak positif pada peningkatan kemampuan menulis cerpen. Kedua,

metode latihan terbimbing dapat meningkatakan sikap dan perilaku positif siswa dalam

PBM serta prestasi siswa dibidang menulis cerpen. Ketiga, metode latihan terbimbing

dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X2 SMA Negeri 6 Padang.

Keempat, setelah dilakukan pengujian, ternyata peningkatan kemampuan menulis

cerpen siswa kelas X2 S MA Negeri 6 Padang adalah signifikan.

Metode dan media yang digunakan pada kedua penelitian di atas berbeda dengan

metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Meskipun demikian, hasil

penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam

menulis cerpen. Hal ini berarti bahwa metode apapun yang digunakan dalam

pembelajaran di kelas memungkinkan guru lebih memiliki kreativitas dan inovasi untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Pada bagian akhir sintaks metode EGP, yakni perevisian juga menuntut guru

untuk melakukan pembinaan dan pembimbingan terhadap siswa dalam merevisi hasil

tulisannya. Kegiatan perevisian dalam metode EGP merujuk pada proses latihan

terbimbing yang menjadi hasil penelitian peneliti terdahulu. Berdasarkan kenyataan

tersebut, metode EGP merupakan pengembangan dari metode latihan terbimbing atau

dengan kata lain metode latihan terbimbing plus.


15

Metode EGP dirasakan sangat relevan pada saat sekarang karena mendukung

program pemerintah dalam menumbuhkan dan meningkatkan karakter kebangsaan

terutama karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah dianugrahkan Tuhan kepada

mereka (Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013). Dengan demikian, metode EGP

mampu menjawab tuntutan kurikulum baik pada saat sekarang maupun pada saat yang

akan datang.

Metode EGP baik digunakan karena (1) pembelajaran lebih menyenangkan bagi

siswa dan guru, (2) siswa lebih aktif dan kreatif, (3) emosional siswa lebih tergali, (4)

mengurangi hal-hal yang bersifat verbalistik dan abstrak, (5) menimbulkan respon

positif dari siswa yang lamban atau kurang cakap, dan (6) guru lebih dimudahkan

dengan pemilihan bahan ajar seperti video dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan

siswa.

Walaupun metode EGP baik digunakan, namun ada beberapa kelemahan yang

perlu diperhatikan. Kelemahan tersebut adalah (1) tidak semua siswa memiliki kesiapan

mental untuk mengungkapkan ide yang sesuai dengan ilustrasi yang diberikan guru, (2)

tidak semua guru bersedia mengenali minat dan emosional siswa, dan (3) tidak ada

interaksi antar siswa karena siswa disibukkan untuk menulis cerpen.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, simpulan penelitian ini

adalah, pertama, metode EGP terbukti dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa

dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Peningkatan proses

tersebut meliputi minat, perhatian, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Kedua,
16

metode EGP terbukti dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa dalam menulis

cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami penggunaan.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada guru mata pelajaran bahasa

Indonesia tingkat SMP, agar dalam pembelajaran menulis cerpen bertolak dari peristiwa

yang dialami dengan menggunakan metode EGP karena telah terbukti dapat

meningkatkan proses dan hasil kemampuan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari

peristiwa yang pernah dialami.

DAFTAR RUJUKAN

Agustian, A.G. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ
Jilid 1. Jakarta: PT Arga Tilanta.

Andayani, K., Pratiwi, Y. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Kreatif dan Inovatif.
Malang: UM Press.

Dasna, I.W. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: UM Press.

Fitriana, D. I. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media Berita


dengan Metode Latihan Terbimbing Pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1
Rembang Purbalingga. (online). http://eprints.uny.ac.id. Diakses pada tanggal 4
November 2013

Garden, H. 1983. Kecerdasan Emosional. (online). HTTP://id.wikipedia.org. diakses


pada tanggal 1 Agustus 2013.

Nurgiantoro. 2011. Definisi cerpen menurut beberapa pakar. (online).


HTTP://id.scribd.com. diakses pada tanggal 1 Agustus 2013.

Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur


Kurikulum SMP/MTs. (online). HTTP://ikapidkijakarta.com. Diakses pada
tanggal 5 November 2013

Santoso, A. 2013. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia. Malang: UM Press.


17

Suriyani, Nursaid, dan Zulfikarni. 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen


dengan Latihan Terbimbing Siswa Kelas X.2 Sman 6 Padang. (online).
http://ejournal.unp.ac.id diakses pada tanggal 4 November 2013.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai