Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Siswadengan Metode EGP
Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Siswadengan Metode EGP
net/publication/265340548
CITATIONS READS
0 37,188
6 authors, including:
Auliaur Rahman
Universitas Pendidikan Indonesia
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Auliaur Rahman on 05 September 2014.
Auliaur Rahman
SMP Negeri 34 Muaro Jambi, Jalan Candi Muaro Jambi, Kabupaten Muaro Jambi
E-mail: auliaur@yahoo.co.id
Abstract: Generally this reseach conducted for improving student’s ability writing
short story at nine grade’s junior high school student. This reseach used mixing
methods (mixing between qualitatif and quantitatif approach). This reseach is
classroom action reseach (CAR) conducted in two cycles. The result of this reseach
shows that learning process and students ability in writing short story after the
teacher implemented EGP method increased (Emotional, Rapid response, Revision).
Key words: Writing short story, EGP Method.
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan siswa. Dengan menulis,
siswa dapat menuangkan ide dan perasaannya untuk dibaca oleh orang lain.
Kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia aspek bersastra SMP kelas
IX untuk sub aspek menulis dijelaskan bahwa siswa harus mampu menulis cerpen
bertolak dari peristiwa yang pernah dialami (Santoso, 2013:132). Menulis cerpen adalah
menarasikan berbagai kejadian baik nyata ataupun hasil rekaan ke dalam bentuk tulisan
yang habis dibaca sekitar 10 menit atau terdiri atas 500 hingga 5000 kata yang
mencapai standar kompetensi tersebut, proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
2
bukan sekadar pengajaran teori-teori sastra, tetapi lebih menekankan praktik menulis
di SMPN 34 Muaro Jambi Kelas IXb. Dari jumlah siswa 21 orang , hanya 5 siswa saja
yang mampu menulis cerpen. Ini berarti hanya 24% siswa yang mampu menulis cerpen.
Sedangkan 76% siswa belum dapat menulis cerpen dengan baik. Oleh sebab itu,
siswa sebagai upaya tindak lanjut pengajaran keterampilan menulis yang dilaksanakan
selama ini.
kesulitan siswa dalam menulis cerpen antara lain adalah siswa kesulitan memilih tema
yang tepat untuk dijadikan tulisan dan keterbatasan kosa kata dalam pengembangan
Metode konvensional sangat tidak mendukung siswa dalam kegiatan menulis. Esensi
dari kegiatan menulis seharusnya menjadi kegiatan menulis, tidak menjadi kegiatan
kesulitan siswa dalam kegiatan ini harus diatasi. Upaya yang dapat dilakukan antara
lain, menyiapkan skenario pembelajaran yang menarik minat siswa dengan pemilihan
tema yang sederhana, sedang dan akhirnya tema-tema yang update (kekinian).
Hendaklah tema-tema yang diplih tersebut dekat dengan dunia anak sesuai dengan
metode dapat diartikan cara yang sistematis dan utuh untuk melaksanakan pembelajaran
diberi nama EGP. Menulis cerpen dengan metode EGP diharapkan dapat mengatasi
masalah siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
Metode ini memanfaatkan kecerdasan emosional siswa sebagai motor penggerak dalam
menulis cerpen. Jika emosional siswa terpancing, siswa langsung menulis cerpen hingga
selesai. Kegiatan menulis ini dilakukan untuk mempertahankan apa yang telah dilihat,
dirasa, dan didengar siswa tidak menghilang di dalam pikirannya disebabkan aktivitas
lain yang dilakukan siswa. Pada tahap akhir metode ini, siswa melakukan perevisian
Pemaparan di atas sejalan dengan pendapat Garden, (1983) bahwa terdapat lima
pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan
mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu
merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat
Metode EGP ini diilhami oleh Ary Ginanjar Agustian yang mempopulerkan
Kecerdasan Emosi dan Spritual. Agustian (2001: 11) mengemukakan bahwa Emotional
4
Question adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada
kejujuran pada suara hati. Bertolak dari pemikiran tersebut, penulis beranggapan bahwa
dengan membangkitkan emosi siswa, siswa diharapkan mampu menuliskan apa yang
penulis menyusun sintaks metode EGP yang dapat dilihat pada tabel 1.
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan proses
pembelajaran dan kemampuan siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi dalam
METODE
penelitian tindakan kelas dengan tahapan penelitian model Kemmis dan McTaggar yang
2013: 19).
proses dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen adalah metode EGP. Metode EGP
dipilih dengan pertimbangan bahwa pada masa sekarang siswa jarang memanfaatkan
ada pada diri siswa, maka siswa tersebut mampu menyadari dan mengelola emosi diri
sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan
bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi
Pertimbangan lain mengenai metode EGP yang digunakan dalam penelitian ini
adalah karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah Tuhan Yang Maha Esa berikan
kepada mereka. Karakter tersebut direalisasikan dengan rasa berterima kasih terhadap
orang lain terutama kepada orang tua. Kenyataan yang dijumpai pada diri siswa saat ini
telah menipis. Metode EGP diharapkan dapat menumbuhkan kembali sikap jujur dan
berterima kasih kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan tuntutan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013 yang mengutamakan aspek sikap dalam proses
pembelajaran.
6
Gerak cepat dalam metode EGP merupakan tahapan yang dilalui oleh siswa
dalam menulis cerpen. Melalui gerak cepat (menulis langsung), diharapkan ide yang
muncul pada saat ilustrasi dibaca atau ditayangkan tidak langsung menghilang dari
benak siswa.
Perevisian merupakan bagian akhir dari metode EGP yang merupakan bagian
yang memerlukan bimbingan dari guru agar cerpen yang ditulis siswa menjadi utuh
sesuai dengan unsur-unsur yang membangun cerpen. Dengan bimbingan guru pada
tahap ini, cerpen yang dibuat siswa diharapkan menjadi menarik dan sesuai dengan apa
yang diharapkan.
menentukan ilustrasi cerita yang dapat membangkitkan emosional siswa, dan (4)
cerpen.
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IXb SMP Negeri
34 Kabupaten Muaro Jambi tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 21 orang siswa
yaitu 10 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu data selama proses pembelajaran dengan metode EGP berlangsung
dan hasil pembelajaran berupa teks cerpen yang dihasilkan oleh siswa.
tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang
mengumpulkan data proses dan hasil. Teknik pengumpulan data proses menggunakan
wawancara dan catatan selama proses pembelajaran berlangsung, sementara itu, untuk
teknik pengumpulan hasil belajar yang berupa skor digunakan teknik tes performansi
Analisis data dilakukan setiap kali pemberian tindakan berakhir. Analisis data
proses dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif model Flow. Model ini
terdiri atas 3 (tiga) komponen yang dilakukan secara berurutan yaitu kegiatan reduksi
data, sajian data, dan penarikan simpulan. Analisis data hasil belajar yang berupa skor
empat aspek yaitu (1) tema, (2) alur, (3) karakter, dan (4) latar.
kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi adalah apabila lebih dari 60% siswa dapat
HASIL
ceramah, diskusi, tanya jawab, dan latihan dalam menulis cerpen. Proses pembelajaran
menjadi tidak menyenangkan dan kurang bermanfaat bagi siswa. Siswa cenderung
bercanda dan melakukan aktivitas di luar konteks pembelajaran. Selain itu, minat dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran ini menjadi sangat minim sehingga berakibat
dialami oleh siswa. Dalam penyusunan ilustrasi, penulis mengangkat tema yang
berkenaan dengan kehidupan rumah tangga siswa terutama tentang pergaulan siswa
Silakan ananda sekalian menutup mata dan menundukkan kepala. “coba ananda
renungkan bagaimana situasi yang terdapat di rumah ananda. Bayangkan kondisi orang
tua yang setiap hari membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan ananda. Dengan
keringat yang mengucur, mereka rela dengan apa yang mereka kerjakan demi
kebahagiaan ananda. Mereka pergi pagi dan pulang petang hanya untuk sesuap nasi dan
mencari rupiah agar kehidupan ananda bahagia.
Ketika ananda lahir di dunia yang fana ini, dengan segenap tenaga ibu berusaha
agar ananda selamat walaupun nyawanya yang menjadi taruhan. Kebahagiaan mereka
terasa lengkap ketika tubuh ananda telah tampak di mata mereka. Air mata mereka
menetes karena bahagia sebab perjuangan mereka agar ananda selamat telah terbukti.
Di masa-masa kecil, ananda dimanja, dipenuhi kebutuhan agar dapat hidup layak
seperti anak-anak lainnya. Disaat ananda pergi ke sekolah, setiap pagi ibu ananda
mempersiapkan segala hal untuk ananda. Mereka rela membangunkan ananda setiap
subuh, menyiapkan makanan, dan mendandani ananda agar siap belajar.
Tapi sekarang, ketika ananda sudah menginjak kelas IX SMP, apa yang dapat
ananda persembahkan untuk kebahagiaan mereka? Apakah dengan bentakan ketika
mereka meminta pertolongan untuk membeli sesuatu di warung? Ataukah dengan sikap
yang tidak semberono ketika berjalan dihadapan mereka? Atau dengan
tindakantindakan lain yang dapat menyakitkan hati mereka.
Ananda, jika memang itu pernah ananda lakukan. Mulai detik ini, silakan ananda
bertekat untuk tidak akan mengulanginya kembali. Silakan ananda bertekat untuk
mengabdi kepada mereka seumur hidup ananda dan katakan kepada mereka bahwa
ananda minta maaf karena sudah tidak peduli dengan mereka.
Pada siklus I ini, siswa meresapi apa yang telah diilustrasikan kepada mereka.
ilustrasi dengan peristiwa nyata yang pernah dialami oleh siswa di dalam keluarganya.
Jika siswa telah dapat mengaitkan ilustrasi dengan peristiwa nyata yang dialaminya,
siswa menulis langsung apa yang dirasakan dan dialaminya dalam bentuk cerpen.
pertama, pada aspek minat siswa menjadi meningkat dalam menulis cerpen hal ini
9
terbukti dengan teks cerpen yang dibuat oleh 11 orang siswa menjadi lebih baik
dibanding pada saat pra penelitian yang hanya 7 orang (dari 33% menjadi 52%). Kedua,
aspek perhatian siswa juga meningkat setelah tindakan dilaksanakan yaitu dari 7 orang
menjadi 12 orang atau dari 33% menjadi 57%. Ketiga, keaktifan siswa dari segi
bertanya juga meningkat yakni 14 orang siswa atau 67% yang rajin bertanya demi
kesempurnaan cerpen. Hal ini meningkat dibanding pada saat pra penelitian yang hanya
8 (38%) orang siswa yang bertanya. Namun, untuk keaktifan dalam mempublikasikan
hasil cerpennya tidak terdapat peningkatan dari kegiatan prasiklus yakni hanya 10 orang
atau 48%.
Pada siklus II, penulis menggunakan media video untuk lebih meningkatkan
kegiatan atau proses pembelajaran agar siswa menjadi lebih berminat, lebih
memperhatikan dan lebih aktif dari siklus I. Hasil dari penggunaan media video ini
dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis cerpen yang bertolak dari peristiwa
yang pernah dialami siswa. Peningkatan proses terjadi pada minat yang pada siklus I
berjumlah 11 orang menjadi 15 orang atau 71%. Pada aspek perhatian, juga terjadi
peningkatan yang sebelumnya 12 orang menjadi 19 orang atau 90%. Aspek keaktifan
juga terjadi peningkatan dibanding dari proses siklus I, yakni keaktifan bertanya
meningkat menjadi 17 orang atau 81%. Pada aspek publikasi cerpen di depan kelas
terjadi peningkatan dari siklus I sebanyak 10 orang menjadi 15 orang atau 71%.
Negeri 34 Muaro Jambi pada tahap prasiklus, siklus I dan II dapat dilihat dari empat
aspek, yaitu aspek tema, alur, karakter, dan latar. Hasil belajar pada tindakan di setiap
siklus ini diperoleh dari penyekoran yang didasarkan pada kemampuan siswa dalam
10
menulis. Untuk mengetahui kemampuan menulis cerpen, guru memberikan tes kepada
siswa yang berupa tes menulis cerpen dan penyekoran hasil tes tersebut diperoleh
dengan memakai rubrik penilaian. Adapun data hasil penelitian pada prasiklus dapat
Aspek Penilaian
Karakter
No Nama Siswa Jumlah Nilai
Latar
Tema
Alur
1 Adi Pengestu 18 12 12 16 58 64
2 Ahmad Hudori 12 12 8 16 48 53
3 Albukhori 18 8 12 16 54 60
4 Anang Depriansyah 12 8 8 16 44 49
5 Eko Nugroho 12 12 8 16 48 53
6 Hikma Br Harahap 18 12 8 16 54 60
7 Indah Syah Putri 24 16 12 16 68 76
8 Indra Gunawan 18 8 12 16 54 60
9 Isning Widiastuti 12 8 8 16 44 49
10 Jimas Rian 18 8 8 16 50 56
11 Kms. Hilman 18 8 8 16 50 56
12 M. Ardiansyah 12 8 8 16 44 49
13 Mutalina 12 8 8 16 44 49
14 Puja Astuti 24 16 12 16 68 76
15 Repsi Masrika 12 8 8 16 44 49
16 Rita Rukmana 12 12 8 16 48 53
17 Robiyanto 12 12 8 16 48 53
18 Siska Melati Putri 30 16 16 16 78 87
19 Siti Alia 24 12 12 16 64 71
20 Swanto 12 8 8 16 44 49
21 Wilda Zahab 30 12 12 16 70 78
Rata-rata 17,14 10,67 9,71 16,00 53,52 59,47
Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) 24%
Sumber: catatan lapangan dan analisis data prasiklus
Pada saat prasiklus, hanya 5 orang atau 24% dari siswa yang berada di kelas IXb
SMP Negeri 34 Muaro Jambi dengan rata-rata kelas 59,47 yang dapat menulis cerpen
bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Kondisi ini menjadi meningkat pada
11
tindakan siklus I, yakni menjadi 47%. Namun, kriteria keberhasilan PTK belum tercapai
pada siklus ini. Jadi, perlu diadakan perbaikan pada siklus II. Perbaikan tersebut antara
lain dengan menampilkan video yang menyentuh perasaan dan emosional siswa. Data
Aspek Penilaian
Karakter
No Nama Siswa Jumlah Nilai
Latar
Tema
Berdasarkan hasil observasi dan penilaian pada tindakan siklus II, menunjukkan
adanya peningkatan yang sangat baik. Peningkatan tersebut yaitu 14 dari 21 orang siswa
12
66% telah berhasil menulis cerpen yang bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
Aspek Penilaian
Karakter
No Nama Siswa Jumlah Nilai
Latar
Tema
Alur
1 Adi Pengestu 24 12 12 20 68 76
2 Ahmad Hudori 24 12 8 20 64 71
3 Albukhori 24 12 18 20 74 82
4 Anang Depriansyah 24 12 18 20 74 82
5 Eko Nugroho 18 12 12 20 62 69
6 Hikma Br Harahap 24 12 12 20 68 76
7 Indah Syah Putri 30 18 18 16 82 91
8 Indra Gunawan 24 12 12 16 64 71
9 Isning Widiastuti 24 12 12 16 64 71
10 Jimas Rian 24 8 12 16 60 67
11 Kms. Hilman 24 8 12 20 64 71
12 M. Ardiansyah 24 12 12 16 64 71
13 Mutalina 18 12 12 16 58 64
14 Puja Astuti 30 16 12 16 74 82
15 Repsi Masrika 18 12 12 16 58 64
16 Rita Rukmana 18 12 12 16 58 64
17 Robiyanto 18 12 8 16 54 60
18 Siska Melati Putri 30 16 16 20 82 91
19 Siti Alia 30 12 16 16 74 82
20 Swanto 18 12 8 16 54 60
21 Wilda Zahab 30 16 16 20 82 91
Rata-rata 23,71 12,48 12,86 17,71 66,76 74,18
Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) 66%
Sumber: catatan lapangan dan analisis data hasil siklus II
metode penelitian, maka penelitian tindakan kelas ini telah mencapai target yang
13
diharapkan, yaitu lebih dari 60% siswa sudah dapat menulis cerpen bertolak dari
PEMBAHASAN
Peningkatan siswa dalam menulis cerpen tampak setelah diadakan tindakan pada
setiap siklus. Dengan membandingkan sebelum hingga akhir penelitian, maka dapat
kemampuan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang telah dialami oleh siswa baik dari
segi proses pembelajaran maupun hasil skor siswa setelah menulis cerpen.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitriana yang meneliti tentang
peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan
dalam menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan terbimbing. Media
berita dengan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan motivasi, antusias, rasa
senang, dan rasa positif siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Siswa menjadi lebih
aktif dalam mengikuti pembelajaran seperti bertanya kepada guru hal yang tidak
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh Suriyani,
Nursaid, dan Zulfikarni (2013) yang memaparkan terjadinya peningkatan siswa dalam
menulis cerpen dengan metode latihan terbimbing. Pertama, metode latihan terbimbing
14
dalam pembelajaran menulis cerpen ternyata sangat baik diterapkan dalam PBM.
Terlihat dalam aktivitas siswa selama PBM berlangsung. Aktivitas siswa tersebut terdiri
atas perhatian siswa terhadap berbagai aktifitas PBM, keaktifan siswa dalam diskusi
siswa dalam menjawab pertanyaan, dan rasa senang siswa dalam PBM. Dengan
metode latihan terbimbing dapat meningkatakan sikap dan perilaku positif siswa dalam
PBM serta prestasi siswa dibidang menulis cerpen. Ketiga, metode latihan terbimbing
dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X2 SMA Negeri 6 Padang.
Metode dan media yang digunakan pada kedua penelitian di atas berbeda dengan
metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Meskipun demikian, hasil
menulis cerpen. Hal ini berarti bahwa metode apapun yang digunakan dalam
pembelajaran di kelas memungkinkan guru lebih memiliki kreativitas dan inovasi untuk
Pada bagian akhir sintaks metode EGP, yakni perevisian juga menuntut guru
untuk melakukan pembinaan dan pembimbingan terhadap siswa dalam merevisi hasil
tulisannya. Kegiatan perevisian dalam metode EGP merujuk pada proses latihan
tersebut, metode EGP merupakan pengembangan dari metode latihan terbimbing atau
Metode EGP dirasakan sangat relevan pada saat sekarang karena mendukung
terutama karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah dianugrahkan Tuhan kepada
mampu menjawab tuntutan kurikulum baik pada saat sekarang maupun pada saat yang
akan datang.
Metode EGP baik digunakan karena (1) pembelajaran lebih menyenangkan bagi
siswa dan guru, (2) siswa lebih aktif dan kreatif, (3) emosional siswa lebih tergali, (4)
mengurangi hal-hal yang bersifat verbalistik dan abstrak, (5) menimbulkan respon
positif dari siswa yang lamban atau kurang cakap, dan (6) guru lebih dimudahkan
dengan pemilihan bahan ajar seperti video dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan
siswa.
Walaupun metode EGP baik digunakan, namun ada beberapa kelemahan yang
perlu diperhatikan. Kelemahan tersebut adalah (1) tidak semua siswa memiliki kesiapan
mental untuk mengungkapkan ide yang sesuai dengan ilustrasi yang diberikan guru, (2)
tidak semua guru bersedia mengenali minat dan emosional siswa, dan (3) tidak ada
Simpulan
adalah, pertama, metode EGP terbukti dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa
dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Peningkatan proses
tersebut meliputi minat, perhatian, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Kedua,
16
metode EGP terbukti dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa dalam menulis
Saran
Indonesia tingkat SMP, agar dalam pembelajaran menulis cerpen bertolak dari peristiwa
yang dialami dengan menggunakan metode EGP karena telah terbukti dapat
meningkatkan proses dan hasil kemampuan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari
DAFTAR RUJUKAN
Agustian, A.G. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ
Jilid 1. Jakarta: PT Arga Tilanta.
Andayani, K., Pratiwi, Y. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Kreatif dan Inovatif.
Malang: UM Press.