Anda di halaman 1dari 10

VOLUME 4 No.

1, 22 Desember 2014 Halaman 1-102

PEMANFAATAN FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI


ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN DAMPAKNYA
TERHADAP LINGKUNGAN

Latifah Hanum Damanik


STIKES Surya Global Yogyakarta
Email: tipahanum@gmail.com

Adi Heru Husodo


Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Totok Gunawan
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT
Sustainable development is a development that meets the needs of the present without compromising the right
to meet the needs of future generations. It is used to describe the development of sustainable improvement in
the quality of human life, while trying not to exceed the ability of the ecosystem that supports life. Utilization of
waste as an alternative source of energy is not yet common, especially the waste that comes in a large capacity
from farming activities. This is because the waste released into the environment has particular characteristics
and properties, with potential impacts for environmental disadvantage that needs to be done handling back. This
research studied the utilization of cattle feces as an alternative energy of biogas for household and its impact on
the environment in Kepuharjo Village, Cangkringan, Sleman. The results give an overview of how the community
has responded positively to the use of animal feces biogas as an alternative energy, which proved of value to the
utilization of biogas energy savings of 2.50.

Keywords: Utilization of alternative energy biogas

ABSTRAK
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Pembanguan berkelanjutan
digunakan untuk mengartikan perbaikan mutu kehidupan manusia dengan tetap berusaha tidak
melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya. Pemanfaatan limbah sebagai
sumber energi alternatif belum merupakan cara yang umum dilakukan, terutama limbah yang
bersumber dari kegiatan peternakan dengan kapasitas yang besar sebab limbah yang dibuang ke
lingkungan mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dan cukup potensial menimbulkan dampak
yang merugikan lingkungan sehingga perlu dilakukan penanganan kembali. Pemanfaatan feses ternak
sapi sebagai energi alternatif biogas bagi rumah tangga dan dampaknya terhadap lingkungan Di Desa
Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman memberikan gambaran sebuah masyarakat
yang sudah merespon secara positif terhadap pemanfaatan feses ternak sebagai energi alternatif biogas

54
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, DAN TOTOK GUNAWAN e PEMANFAATAN
FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN

hal itu terbukti dari nilai penghematan yang menunjukan bahwa kemampuan petani
diperoleh dari pemanfaatan energi biogas sebesar di dalam menanggapi suatu teknologi
2,50 m3. berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
Kata Kunci: Pemanfaatan energi alternatif beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
biogas, Pembangunan berkelanjutan kondisi sosial ekonomi petani. Akan tetapi,
sering pertumbuhan dan pengelolaan di
PENGANTAR bidang peternakan yang dilakukan secara
Pembangunan adalah upaya untuk intensif, efek yang dihasilkan juga semakin
mengubah keadaan, dari kondisi tradisional mengkuatirkan, salah satunya adalah limbah.
ke modern dari terbelakang ke arah Pemanfaatan limbah sebagai sumber
kemajuan, tanpa mengingkari arti penting energi alternatif belum merupakan cara
dari nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi yang umum dilakukan, terutama limbah
landasan utama pembangunan. Dengan kata yang bersumber dari kegiatan peternakan
lain, pembangunan merupakan wahana bagi dengan kapasitas yang besar. Untuk itu,
manusia untuk mencapai peradaban baru limbah yang dibuang ke lingkungan
yang bersendikan pada nilai-nilai yang khas mempunyai sifat dan karakteristik tertentu
manusiawi. Pendayagunaan sumber daya dan cukup potensial menimbulkan dampak
alam sebagai modal pokok pembangunan merugikan pada lingkungan sehingga
harus dilakukan secara terencana, rasional, perlu dilakukan penanganan kembali.
optimal, bertanggungjawab dan sesuai Menumpuknya limbah di dalam lingkungan
dengan kemampuan daya dukungnya berarti ada kecenderungan menurunnya
dengan mengutamakan kemakmuran rakyat kualitas lingkungan. Untuk mengantisipasi
serta memperhatikan kelestarian fungsi permasalahan ini, maka kesungguhan
dan keseimbangan lingkungan hidup bagi mengelola lingkungan hidup makin dirasa
pembangunan yang berkelanjutan. penting. Ini mulai jelas terlihat dari konsep
Dewasa ini sektor pertanian dihadapkan “Pembangunan Berwawasan Lingkungan”
pada kendala semakin terbatasnya keter­ yang di dalam implementasinya dijabarkan
sediaan sumber daya alam, resiko keme­ dalam berbagai peraturan perundang-
rosotan kualitas sumber daya alam dan undangan yang berkaitan dengan lingkungan
dampak eksternalitas negatif dari per­ hidup. Beberapa di antaranya yang terpenting
tumbuhan ekonomi yang positif. Oleh adalah Undang-undang Republik Indonesia
karena itu, cara pendekatan, strategi dan No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
teknologi tepat guna yang lingkungan secara Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ini berarti
bertahap merupakan suatu alternatif yang setiap rencana atau kegiatan yang sudah
perlu diterapkan bila diinginkan adanya berjalan harus mempertimbagan aspek
keseimbangan dan keterpaduan prinsip pen­ ekologi agar dampak yang negatif yang
capaian produksi dan kelestarian lingkungan. ditimbulkan tidak mengganggu fungsi dan
Dengan demikian, dianggap sebagai suatu peruntukan lingkungan.
rangsangan baru, yang perlu disampaikan Limbah ternak merupakan sisa buangan
kepada masyarakat petani melalui kegiatan dari suatu kegiatan usaha peternakan, seperti
sosialisasi pertanian. Respon membutuhkan usaha pemeliharaan ternak, rumah potong
suatu stimulus sebagai rangsangan kepada hewan, dan pengolahan produk ternak.
individu untuk memberikan suatu reaksi. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan
Wujud dari rangsangan itu sendiri dapat limbah cair seperti: faeces urine, sisa makanan,
bermacam-macam yang akan dimanifes­ embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,
tasikan ke dalam sikap dan adopsinya ter­ tulang, tanduk, dan isi rumen. Semakin besar
hadap inovasi tersebut. Pada kenyataannya skala usaha, limbah semakin banyak (Djaja,

55
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 54-63

2008). Keberadaan limbah menjadi masalah rumah tangga. Berbagai kondisi tersebut di
yang sangat serius. Masyarakat di sekitar atas, Desa Kepuharjo dan Desa Umbulharjo,
peternakan akan terganggu. Bukan saja Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman
baunya tidak sedap, tetapi keberadaannya dirasa sangat perlu dilakukan berbagai usaha
juga mencemari lingkungan, mengganggu untuk dapat meningkatkan daya dukung
pemandangan, dan bisa menjadi vektor lingkungannya. Pada bidang pertanian perlu
penyakit. dilengkapi dengan usaha konservasi tanah
Masalah yang sering dihadapi oleh dan air, bidang usaha ternak perlu dilakukan
masyarakat adalah sampah dan kotoran usaha-usaha untuk meningkatkan produksi
ternak yang tidak ditanggani. Akibatnya, ternak, dan bidang kebutuhan energi untuk
lingkungan di sekitarnya akan tercemar. Oleh rumah tangga perlu dilakukan konversi
karena itu, diperlukan penanganan yang baik energi dari kayu dan minyak. Kecukupan
agar baunya tidak timbul, atau tidak meluas. energi pada masyarakat, khususnya yang
Kotoran ternak jika didiamkan begitu tinggal di pedesaan dapat diatasi dengan
saja akan mengalami penyusutan unsur menggunakan energi alternatif yang murah,
kimianya. Penyusutan biasa disebabkan oleh ramah lingkungan, mudah diperoleh, dan
penguapan dan pencucian oleh air hujan, dapat diperbaharui.
angin, panas matahari dan kelembaban Penelitian ini ingin menampilkan
lingkungan. Pada dasarnya gangguan faktor-faktor yang menyebabkan peternak
yang ditimbulkan oleh limbah ternak dan termotivasi memanfaatkan feses ternak sebagai
tanaman dapat diatasi dengan pembuatan energi alternatif biogas untuk kebutuhan
sumber energi alternatif seperti biogas, rumah tangga dan dampak dari pemanfaatan
kompos, briket dan sebagainya. Dengan feses ternak sebagai energi alternatif biogas
demikian, pengolahan limbah menjadi hal terhadap penghematan pengeluaran rumah
yang serius dan perlu ditanggani segera. Saat tangga dengan menggunakan metode
ini banyak usaha peternakan yang dilakuan survei, yaitu suatu metode pengambilan
secara intensif sehingga penemuan baru sampel (responden) dari suatu populasi
yang digunakan untuk pemanfaatan limbah dengan menggunakan kuesioner (daftar
biologi sedang digalakkan agar para warga pertanyaan) sebagai alat pengumpul data
pedesaan baik petani maupun peternak primer, yang bersifat deskriptif analitis, yang
mampu mengolahnya sebagai sumber energi dimaksudkan untuk memberi gambaran
alternatif untuk keperluan rumah tangga terhadap obyek yang diteliti, serta mengkaji
dari hasil usaha tersebut. Salah satu energi hubungan antar-variabel. Lokasi penelitian
alternatif tersebut adalah biogas. yaitu Desa Kepuharjo dan Desa Umbulharjo,
Biogas dihasilkan dari limbah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
peternakan dan pertanian yang relatif Yogyakarta yang selama ini memanfaatkan
mudah diperoleh di lingkungan masyarakat teknologi biogas sebagai energi alternatif.
pedesaan. Biogas adalah gas yang dapat Penentuan sampel penelitian didasarkan
dihasilkan dari fermentasi faeces (kotoran) pada pertimbangan bahwa sampel yang
ternak misalnya: sapi, kerbau, babi, diteliti memenuhi kriteria untuk dianalisis.
kambing, ayam, dan lain-lain dalam suatu Materi yang dibutuhkan dalam penelitian
ruangan yang disebut digester. Sebelum ini berupa referensi-referensi atau literatur
diperkenalkannya teknologi biogas, sebagian yang relevan dengan obyek penelitian
besar penduduk wilayah Desa Kepuharjo, sebagai penunjang data sekunder serta peta
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten administrasi lokasi penelitian. Alat yang
Sleman, mempergunakan kayu bakar dan dipergunakan dalam penelitian ini berupa:
minyak sebagai energi untuk kebutuhan kuesioner untuk mengkaji informasi sebagai

56
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, DAN TOTOK GUNAWAN e PEMANFAATAN
FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN

jawaban respoden guna mencapai tujuan dengan:


penelitian. rxy = Koefisien korelasi antara skor butir
Model analisis yang akan digunakan (X) dengan skor butir (Y)
dalam penelitian ini adalah rata-rata, N = Jumlah responden uji coba
persentase dan kategori, yang dimaksudkan X = Jumlah skor butir (X)
untuk menggambarkan karakteristik umum Y = Jumlah skor variabel (Y)
respoden. Kategorisasi jawaban responden X2 = Jumlah skor butir (X) kuadrat
dilakukan dengan pemberian nilai atau Y2 = Jumlah skor variabel (Y) kuadrat
skor terhadap setiap item pertanyaan yang XY = Jumlah perkalian skor butir (X) dan
diajukan. Adapun nilai skor terdiri atas empat skor variabel (Y)
kategori, yaitu (sangat setuju skornya = 4,
setuju skornya = 3, ragu - ragu = 2, dan tidak Menghitung korelasi bagian total
setuju skornya = 1). Adapun langkah-langkah adapun rumus untuk menghitung korelasi
dalam menganalisis penelitian mengenai bagian total adalah sebagai berikut :
pemanfaatan feses ternak sapi sebagai energi rxy (SBy)-SBx
alternatif biogas bagi rumah tangga dan rbt=
dampaknya terhadap lingkungan adalah {SBx2+SBy2-2(rxy)(SBx)(SBy)}
sebagai berikut: analisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap motivasi peternak dengan:
dalam membangun teknologi biogas (umur, rbt = Koefisien korelasi bagian total
pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan rxy = Koefisien korelasi sederhana
pengalaman berternak) dan analisis faktor- N = Jumlah responden uji coba
faktor keperluan hidup/ sosial ekonomi SBx = Deviasi standar skor butir
peternak sebelum dan sesudah membangun SBy = Deviasi standar skor variabel
teknologi biogas.
X -(X) N
2 2

Analisis ini menggunakan regresi linier


berganda dengan uji korelasi dan Uji beda (uji N-1
t) dengan menggunakan program SPSS versi Penyajian hipotesis Untuk menguji
16.0 terbaru dengan fasilitas komputer, di mana hipotesa pertama digunakan rumus:
data yang akan digunakan adalah diambil
dari data kuesioner yang telah dikumpulkan Y = β0 + β1Xi+ β2X2+e
dari para responden yang di dapat dari Desa dengan:
Kepuharjo dan Desa Umbulharjo, Kecamatan Y1 = Motivasi peternak membangun
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. teknologi biogas
Adapun langkah-langkah perhitungan yang X1 = Respon peternak terhadap
digunakan adalah analisis regresi linier lang­ LPTP (Lembaga Pembangunan
kah-langkahnya adalah menghitung koe­ Teknologi Pedesaan)
fisien korelasi sederhana antara skor butir (X) X2 = Respon tetangga terhadap
dengan skor varia­bel (Y). Perhitungan koefisien teknologi biogas
korelasi ini menggunakan rumus koefisien β0 = Konstanta
sederhana pearson: β1.. β9 = Koefisien regresi
N XY-( X)( Y) e = Kesalahan pengganggu
rxy=
{NX2-(X)2}{NY2-(Y)2}

57
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 54-63

Lingkungan Hidup

Lingkungan Biotik Lingkungan Abiotik Lingkungan Sosial Budaya

Air Ternak Budaya

Peternakan Sapi Inovasi Teknologi

Feses Ternak Motivasi


Pendekatan Sosial
Proses Pencampuran Pendanaan
Feses Ternak dengan Air

Pencemaran Teknologi Pengelolaan


Udara Biogas

Energi
Sludge

Energi Alternatif dan


pupuk organik

STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Gambar 1.
Diagram Alir Penelitian

PEMBAHASAN pencemaran lingkungan, meningkatkan


Analisis Faktor-Faktor Berpengaruh unsur hara tanah di lingkungan sekitar
terhadap Motivasi Peternak dalam (pekarangan) serta membantu penghematan
Membangun Teknologi Biogas pengeluaran untuk kebutuhan rumah
Analisis faktor-faktor yang berpengaruh tangga. Hal ini dikarenakan pada daerah
terhadap motivasi peternak dalam ini, untuk dapat memperoleh kayu bakar
membangun teknologi biogas adalah harus mencari kayu dengan jarak yang
umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota agak jauh serta terlihat dari efesiensi waktu
keluarga, jumlah ternak sapi, dan respon sangat boros sehingga dapat menghabiskan
peternak terhadap Lembaga Pembangunan banyak waktu yang digunakan untuk
Teknologi Pedesaan (LPTP), yaitu lembaga mempersiapkan perapian. Selain itu
swadaya masyarakat yang memperkenalkan pemanfaatkan feses ternak sapi sebagai
pembangunan teknologi biogas yang pupuk organik dapat meningkatkan unsur
bekerjasama dengan pemerintah/ instansi hara tanah yang menunjang pemupukan
yang terkait dan PT. Sari Husada (perusahan produk pertanian khususnya pada nutrisi
susu SGM), serta respon tetangga terhadap ternak yaitu hijauan makanan ternak dan
pembangunan teknologi biogas. sebagiannya diperdagangkan.
Tujuan peternak dalam membangun Umur
teknologi biogas yaitu ingin memanfaatkan Umur sangat berpenganruh terhadap
feses ternak sapi sebagai energi alternatif perilaku seseorang. Baik terhadap kreativitas,
biogas, untuk menghemat kayu bakar, minyak responsibilitas dalam inovasi teknologi yang
tanah dan gas LPG, meminimalkan dampak baru. Pengelompokan umur responden di­

58
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, DAN TOTOK GUNAWAN e PEMANFAATAN
FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN

bagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas “muda“ Berdasarkan tabel 2, menunjukan
(<36 tahun), ” usia menengah” (36-50 tahun), bahwa peternak dengan tingkat pendidikan
dan ”tua” (>50 tahun). SMP dan SMA mempunyai jumlah paling
tinggi dengan jumlah yang sama, yaitu
Tabel 1
sebesar 33.33% sedangkan tamat SD
Faktor Umur dari Motivasi Peternak dalam
Membangun Teknologi Biogas sebesar 23.33%, tidak tamat SD sebanyak
Kategori Frekuensi Prosentase
6.67%, dan dari perguruan tinggi sebanyak
No. 3.33%. Dari uraian di atas menggambarkan
Umur (Thn) Umur (%)
1. < 36 11 43.3 bahwa tingkat pendidikan para peternak
2. 36-50 13 36.36 masih dikategorikan rendah. Hal itu dapat
3. > 50 6 2 dipengaruhi oleh kemampuan sosial
Jumlah 30 100
ekonomi.

Berdasarkan tabel 1, memperlihatkan bah­ Jumlah Anggota Keluarga


wa umur peternak cukup bervariasi, tetapi Konsep ini semakin menunjukkan
secara keseluruhan tampak bahwa peternak bahwa jumlah anggota keluarga berkaitan
yang membangun teknologi biogas pada usia erat dengan aspek sosial ekonomi rumah
menengah yaitu 36-50 tahun tampak lebih tangga. Dari aspek sosial, banyaknya anggota
besar, sebesar 43.33 % sedangkan peternak rumah tangga dapat menjadi kebanggaan
dengan usia muda (<36 tahun ) 36,67%, dan usia keluarga karena anggota keluarganya dapat
tua (>50 tahun) 2%. Hal ini menunjukan bahwa memberikan partisipasi dalam kehidupan
sebagian besar peternak tergolong usia produkif, bermasyarakat di pedesaan. Pada bidang
sehingga berpotensi besar untuk berperan serta ekonomi, banyaknya anggota keluarga dapat
dalam membangun teknologi biogas. dipergunakan sebagai modal, khususnya
dalam hal tenaga kerja pada sektor petanian
Pendidikan khususnya dalam aktivitas peternakan.
Tingkat pendidikan dalam penelitian Adapun banyaknya anggota keluarga yang
ini adalah tingkat pendidikan formal yang menjadi tanggungan dalam rumah tangga
pernah ditempuh oleh peternak. Secara umum dan pengaruhnya terhadap motivasi peternak
dapat dilihat bahwa semakin tinggi tingkat dalam membangun teknologi biogas dapat
pendidikan, maka semakin luas pengetahuan dilihat pada tabel 3 sebagai berikut ini.
dan wawasannya tentang pembangunan, se­
Tabel 3
hingga berpengaruh juga terhadap kesadaran
Faktor Jumlah Anggota Keluarga dari Motivasi
tentang pentingnya pembangunan. Untuk Peternak dalam Membangun Teknologi Biogas
lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Kategori Jumlah Prosentase
No. Frekuensi
Anggota Keluarga (%)
Tabel 2
1. <4 16 53.33
Faktor Pendidikan dari Motivasi Peternak dalam
Membangun Teknologi Biogas 2. 4-5 12 40.00
Tingkat Prosentase 3. >5 2 6.67
No. Frekuensi
Pendidikan (%) Jumlah 30 100
1. Tidak Tamat SD 2 6.67
2. SD 7 23.33 Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bah­
3. SMP 10 33.33 wa peternak dengan jumlah tanggungan
4. SMA 10 33.33 keluarga yang < 4 sebesar 53,33%, kemudian
5. Perguruan Tinggi 1 3.33 pada keluarga dengan jumlah tanggungan
Jumlah 30 100 4-5 sebanyak 40%, dan peternak dengan
tanggungan > 5 sebanyak 6,67 %. Hal ini

59
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 54-63

menunjukkan bahwa para peternak sudah Analisis yang dilakukan menggunakan


memahami pentingnya program keluarga analisis regresi linier dan berganda uji korelasi
berencana guna kesejahteraan keluarga. dan analisis regresi linier berganda dan uji beda
dengan menggunakan program SPSS versi
Pengalaman Berternak 16.0 terbaru dengan fasilitas komputer Uji
Mayoritas penduduk di lokasi penelitian statistik yang digunakan adalah regresi linier
bermata pencaharian di sektor peternakan, berganda dengan tingkat kemaknaan P < 0,05.
hal ini mendorong para peternak bermotivasi Berikut adalah menghitung nilai regresi.
untuk meningkatkan pengetahuan dalam
mengelolah usaha peternakan kearah yang Respon Positif terhadap Pemanfaatan
lebih modern. Oleh karena itu, pengalaman Feses Ternak sebagai Energi Alternatif
dapat membentuk seseorang untuk memiliki Biogas Berpengaruh terhadap
kemampuan serta matang dalam pengambilan Motivasi Peternak
keputusan terhadap inovasi yang mendukung Hasil perhitungan mengenai nilai regresi
keberlanjutan usahanya tersebut. Untuk lebih dari pengolahan dengan menggunakan
jelas mengenai pengalaman para peternak program SPSS di dapat hasil seperti pada
dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. tabel 5 berikut:

Tabel 4 Tabel 5
Faktor Pengalaman Berternak dari Motivasi Peternak Analisis Regresi Ganda dengan Menggunakan Model
dalam Membangun Teknologi Biogas Summary
Pengalaman Prosentase Model Summary
No. Frekuensi
Beternak (Thn) (%)
R Adjusted Std. Error of
1. <5 9 30.00 Model R
Square R Square the Estimate
2. 5 - 10 16 53.33 1 .701a .491 .453 1.821
3. > 10 5 16.67
a. Predictors: (Constant), X2 Respon tetangga terhadap teknologi
Jumlah 30 100 Biogas, X1 Respon peternak terhadap LPTP

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bah­ Berdasarkan hasil tabel 5, model


wa pengalaman beternak yang terlama >10 summary pengolahan data dapat diartikan
tahun sebesar 16.67%. Selanjutnya penga­ bahwasanya terdapat nilai R2 (determinasi)
laman 5 sampai 10 tahun beternak merupakan sebesar 0,491 atau 49,1%, dari hasil yang ada
prosentase tertinggi sebesar 53.33%, dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan
pe­ngalaman beternak di bawah dari 5 analisis anova seperti yang terlihat pada
tahun sebesar 30%. Dapat diinterpertasikan tabel 6 sebagai berikut:
bahwa pengaruh topografi lingkungan
Desa Kepuharjo dan Umbulharjo yang me­ Tabel 6
miliki iklim dingin sangat mendukung Hasil Anova Hubungan antara Motivasi Peternak (Y)
pengembangan usaha sapi perah. dengan Respon Peternak Terhadap LPTP (X1)
ANOVAb
Analisis Kajian Faktor-Faktor Keper­ Sum of Mean
Model df f Sig.
Squares Square
lu­an Hidup/ Sosial Ekonomi Peternak
1. Regression 86.365 2 43.183 13.027 .000a
Sebelum dan Sesudah Membangun Residual 89.501 27 3.315
Teknologi Biogas Total 175.867 29
Analisis kajian faktor-faktor keperluan a. Predictors: (Constant), X2 Respon tetangga terhadap teknologi
hidup/ sosial ekonomi peternak sebelum Biogas, X1 Respon peternak terhadap LPTP
b. Dependent Variable: Y Motivasi peternak membangun teknologi
dan sesudah membangun teknologi biogas. Biogas

60
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, DAN TOTOK GUNAWAN e PEMANFAATAN
FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN

Berdasarkan hasil analisis anova, maka peternak dengan respon peternak terhadap LPTP,
didapat nilai F hitung adalah sebesar 13,027, hal itu terbukti dengan nilai P= 0,00, yang
hal ini mengandung arti bahwasanya terdapat nilainya lebih kecil dari P = 0,05, kemudian
hubungan yang signifikan antara motivasi diperoleh nilai coefficien pada tabel 7 berikut :
Tabel 7
Nilai Koefisien Regresi Linier antara Motivasi Peternak (Y) dengan Respon Peternak terhadap LPTP (X1
Coefficients
Model Unstandardized Standardized Sig.
Coefficient Coefficient
B Std. Error Beta t
1 (Constant) .805 6.019 .134 .895
X1 Respons Peternak terhadap LPTP .371 .153 .334 2.423 .022
X2 Respons Tetangga terhadap teknologi Biogas .586 .139 .582 4.213 .000
b. Dependent Variable: Y Motivasi peternak membangun teknologi Biogas

Berdasarkan tabel 7, menunjukkan yaitu respon peternak terhadap LPTP dan


bahwa terdapat nilai t hitung untuk respon respon tetangga terhadap teknologi biogas
peternak terhadap LPTP adalah sebesar 2, 423 masing-masing menunjukkan nilai yang
dengan nilai P = 0.022. Terdapat nilai t hitung signifikan terhadap motivasi peternak. Dari
untuk respon tetangga terhadap teknologi hasil analisis uraian di atas, maka diperoleh
biogas adalah sebesar 4,213 dengan nilai P = hasil : Y = 0,805 + 0,371 X1 +0,586 X2
0.00. Dari hasil kedua P kedua variable terikat
Tabel 8
Nilai Korelasi Koefisien Regresi Linier antara Motivasi Peternak (Y) dengan Respon Peternak
terhadap LPTP (X1) dan Respon Tetangga terhadap Teknologi Biogas (X2)
Correlation
X1 Respons X2 Respons Y Motivasi Peter­
Peternak terhadap Tetangga terhadap nak Membangun
LPTP teknologi Biogas teknologi Biogas
X1 Respons Pearson Corrlation 1 .105 .396*
Peternak terhadap
Sig. (2-tailed) .580 .030
LPTP
N 30 30 30
X2 Respons Pearson Corrlation .105 1 .617*
Tetangga terhadap
Sig. (2-tailed) .580 .000
teknologi Biogas
N 30 30 30
Y Motivasi Peter­ Pearson Corrlation .396* .617** 1
nak Membangun
Sig. (2-tailed) .030 .000
teknologi Biogas
N 30 30 30
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 8, menunjukkan hubungan yang signifikan (kuat) antara


bahwa korelasi didapatkan dari nilai korelasi kedua variabel tersebut. Demikian juga
antara motivasi peternak membangun dengan nilai korelasi antara motivasi peternak
teknologi biogas dengan respon peternak membangun teknologi biogas dengan respon
terhadap LPTP dengan nilai r sebesar 0,396, tetangga terhadap teknologi biogas dengan
ini berarti menunjukan bahwasanya ada nilai r sebesar 0,617, ini berarti menunjukkan

61
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 54-63

bahwasanya ada hubungan yang signifikan keperluan rumah tangga. Analisis mengenai
(kuat) antara kedua variabel tersebut. perbedaan pada nilai penghematan
pengeluaran keperluan rumah tangga
Analisis Perbedaaan Penghematan sebelum dan sesudah, dianalisis dengan
Pengeluaran Keperluan Rumah Tangga menggunakan uji T. Untuk lebih jelas lagi
Berdasarkan hasil analisis terdapat dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini :
perbedaaan pada penghematan pengeluaran
Tabel 9.
Nilai Penghematan Pengeluaran Biogas Sebelum dan Sesudah
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Penghematan Pengeluaran Biogas-Sesudah 52.70 30 5.978 1.091
Penghematan Pengeluaran Biogas-Sebelum 50.20 30 6.305 1.151

Berdasarkan hasil tabel 9, menunjukkan sebesar 50,20 m3, namun sesudah terdapat
adanya gambaran nilai pengeluaran sebelum nilai pengeluaran sebesar 52,70 m3.
adanya penghematan energi rumah tangga
Tabel 10.
Nilai Penghematan Pengeluaran Biogas Sebelum dan Sesudah dengan Menggunakan Uji T
Paried Samples Test
Paried Differences
95% Confi­
dence Inter­
Std. Std. val of the
Mean Devia­ Error Difference
tion Mean
Sig.
Lower Upper t df
(2-Tailed)
Pair Penghematan Pengeluaran 2.500 2.910 .531 1.414 3.586 4.706 29 .000
Biogas-Sesudah-Penghematan
Pengeluaran Biogas-Sebelum

Analisis perhitungan dengan terhadap lingkungan di Desa Kepuharjo,


menggunakan uji T pada pada nilai Kecamatan Cangkringan, Kabupaten
penghematan biogas baik sebelum dan Sleman, maka dapatlah diambil kesimpulan
sesudah di dapatkan nilai T hitung sebesar sebagai berikut: respon yang positif terhadap
4,706 (30-1), dengan nilai P adalah 0,00, pemanfaatan feses ternak sebagai energi
ini menunjukkan bahwa terdapat nilai alternatif biogas berpengaruh terhadap
perbedaan yang singnifikan antar sebelum motivasi peternak dapat terbukti ditandai
dan sesudah ada penghematan terhadap dengan adanya nilai t hitung untuk respon
penggunaan biogas di rumah tangga karena peternak terhadap LPTP adalah sebesar 2,
ditandai dengan nilai P< 0,05. 423 dengan nilai P = 0.022, begitu juga dengan
nilai t hitung untuk respon tetangga terhadap
SIMPULAN teknologi biogas adalah sebesar 4,213 dengan
Berdasarkan uraian yang telah nilai P = 0.00, dari kedua variabel terikat
disampaikan di atas, mengenai pemanfaatan yaitu respon peternak terhadap LPTP dan
feses ternak sapi sebagai energi alternatif respon tetangga terhadap teknologi biogas
biogas bagi rumah tangga dan dampaknya masing-masing menunjukkan nilai yang

62
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, DAN TOTOK GUNAWAN e PEMANFAATAN
FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN

signifikan terhadap motivasi peternak; hal Pengembangan Desa. Jakarta: Pusat


itu disebabkan nilai kedua variabel terikat P< Pengembangan Teknologi Minyak
0,05. Hasil analisis penghematan biogas baik dan Gas Bumi.
sebelum dan sesudah didapatkan nilai T hitung Hadi S (1991) Statistik Jilid I. Yogyakarta: Andi
sebesar 4,706 (30-1), dengan nilai P adalah Offset.
0,00, ini menunjukkan bahwa terdapat nilai
perbedaan yang signifikan antar sebelum dan Hariadi U (2005) Respon Masyarakat
sesudah ditandai dengan ada penghematan terhadap Rencana Pembangunan
terhadap penggunaan biogas di rumah Kawasan Wisata Energi Alternatif.
tangga dengan nilai P< 0,05, selain itu juga Yogyaakarta: Universitas Gadjah
terdapat nilai pengeluaran sebelum adanya Mada.
penghematan energi rumah tangga sebesar Said S (2008) Biogas dari Kotoran Hewan.
50,20 m3, tetapi sesudah terdapat nilai Jakarta: Indocamp.
pengeluaran sebesar 52,70 m3 hal ini berarti Sugiyono (2008) Metode Penelitian Kuantitatif,
setelah dilakukan penghematan terhadap Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta.
pemanfaatan energi biogas sebesar 2,50 m3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan
DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Lingkung, Kementrian
Djaja W(2008) Langkah Jitu Membuat Kompos
Lingkungan Hidup, Jakarta
dari Kotoran Ternak dan Sampah.
Jakarta: PT. Agro Media Pustaka. Wahyuni S (2008) Biogas. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Hadi N (1980) Pemanfaatan Biogas sebagai
Sumber Energy Non Konvensional dan

63

Anda mungkin juga menyukai