PDF File
PDF File
Totok Gunawan
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
ABSTRACT
Sustainable development is a development that meets the needs of the present without compromising the right
to meet the needs of future generations. It is used to describe the development of sustainable improvement in
the quality of human life, while trying not to exceed the ability of the ecosystem that supports life. Utilization of
waste as an alternative source of energy is not yet common, especially the waste that comes in a large capacity
from farming activities. This is because the waste released into the environment has particular characteristics
and properties, with potential impacts for environmental disadvantage that needs to be done handling back. This
research studied the utilization of cattle feces as an alternative energy of biogas for household and its impact on
the environment in Kepuharjo Village, Cangkringan, Sleman. The results give an overview of how the community
has responded positively to the use of animal feces biogas as an alternative energy, which proved of value to the
utilization of biogas energy savings of 2.50.
ABSTRAK
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Pembanguan berkelanjutan
digunakan untuk mengartikan perbaikan mutu kehidupan manusia dengan tetap berusaha tidak
melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya. Pemanfaatan limbah sebagai
sumber energi alternatif belum merupakan cara yang umum dilakukan, terutama limbah yang
bersumber dari kegiatan peternakan dengan kapasitas yang besar sebab limbah yang dibuang ke
lingkungan mempunyai sifat dan karakteristik tertentu dan cukup potensial menimbulkan dampak
yang merugikan lingkungan sehingga perlu dilakukan penanganan kembali. Pemanfaatan feses ternak
sapi sebagai energi alternatif biogas bagi rumah tangga dan dampaknya terhadap lingkungan Di Desa
Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman memberikan gambaran sebuah masyarakat
yang sudah merespon secara positif terhadap pemanfaatan feses ternak sebagai energi alternatif biogas
54
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, DAN TOTOK GUNAWAN e PEMANFAATAN
FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN
hal itu terbukti dari nilai penghematan yang menunjukan bahwa kemampuan petani
diperoleh dari pemanfaatan energi biogas sebesar di dalam menanggapi suatu teknologi
2,50 m3. berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh
Kata Kunci: Pemanfaatan energi alternatif beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
biogas, Pembangunan berkelanjutan kondisi sosial ekonomi petani. Akan tetapi,
sering pertumbuhan dan pengelolaan di
PENGANTAR bidang peternakan yang dilakukan secara
Pembangunan adalah upaya untuk intensif, efek yang dihasilkan juga semakin
mengubah keadaan, dari kondisi tradisional mengkuatirkan, salah satunya adalah limbah.
ke modern dari terbelakang ke arah Pemanfaatan limbah sebagai sumber
kemajuan, tanpa mengingkari arti penting energi alternatif belum merupakan cara
dari nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi yang umum dilakukan, terutama limbah
landasan utama pembangunan. Dengan kata yang bersumber dari kegiatan peternakan
lain, pembangunan merupakan wahana bagi dengan kapasitas yang besar. Untuk itu,
manusia untuk mencapai peradaban baru limbah yang dibuang ke lingkungan
yang bersendikan pada nilai-nilai yang khas mempunyai sifat dan karakteristik tertentu
manusiawi. Pendayagunaan sumber daya dan cukup potensial menimbulkan dampak
alam sebagai modal pokok pembangunan merugikan pada lingkungan sehingga
harus dilakukan secara terencana, rasional, perlu dilakukan penanganan kembali.
optimal, bertanggungjawab dan sesuai Menumpuknya limbah di dalam lingkungan
dengan kemampuan daya dukungnya berarti ada kecenderungan menurunnya
dengan mengutamakan kemakmuran rakyat kualitas lingkungan. Untuk mengantisipasi
serta memperhatikan kelestarian fungsi permasalahan ini, maka kesungguhan
dan keseimbangan lingkungan hidup bagi mengelola lingkungan hidup makin dirasa
pembangunan yang berkelanjutan. penting. Ini mulai jelas terlihat dari konsep
Dewasa ini sektor pertanian dihadapkan “Pembangunan Berwawasan Lingkungan”
pada kendala semakin terbatasnya keter yang di dalam implementasinya dijabarkan
sediaan sumber daya alam, resiko keme dalam berbagai peraturan perundang-
rosotan kualitas sumber daya alam dan undangan yang berkaitan dengan lingkungan
dampak eksternalitas negatif dari per hidup. Beberapa di antaranya yang terpenting
tumbuhan ekonomi yang positif. Oleh adalah Undang-undang Republik Indonesia
karena itu, cara pendekatan, strategi dan No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
teknologi tepat guna yang lingkungan secara Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ini berarti
bertahap merupakan suatu alternatif yang setiap rencana atau kegiatan yang sudah
perlu diterapkan bila diinginkan adanya berjalan harus mempertimbagan aspek
keseimbangan dan keterpaduan prinsip pen ekologi agar dampak yang negatif yang
capaian produksi dan kelestarian lingkungan. ditimbulkan tidak mengganggu fungsi dan
Dengan demikian, dianggap sebagai suatu peruntukan lingkungan.
rangsangan baru, yang perlu disampaikan Limbah ternak merupakan sisa buangan
kepada masyarakat petani melalui kegiatan dari suatu kegiatan usaha peternakan, seperti
sosialisasi pertanian. Respon membutuhkan usaha pemeliharaan ternak, rumah potong
suatu stimulus sebagai rangsangan kepada hewan, dan pengolahan produk ternak.
individu untuk memberikan suatu reaksi. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan
Wujud dari rangsangan itu sendiri dapat limbah cair seperti: faeces urine, sisa makanan,
bermacam-macam yang akan dimanifes embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,
tasikan ke dalam sikap dan adopsinya ter tulang, tanduk, dan isi rumen. Semakin besar
hadap inovasi tersebut. Pada kenyataannya skala usaha, limbah semakin banyak (Djaja,
55
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 54-63
2008). Keberadaan limbah menjadi masalah rumah tangga. Berbagai kondisi tersebut di
yang sangat serius. Masyarakat di sekitar atas, Desa Kepuharjo dan Desa Umbulharjo,
peternakan akan terganggu. Bukan saja Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman
baunya tidak sedap, tetapi keberadaannya dirasa sangat perlu dilakukan berbagai usaha
juga mencemari lingkungan, mengganggu untuk dapat meningkatkan daya dukung
pemandangan, dan bisa menjadi vektor lingkungannya. Pada bidang pertanian perlu
penyakit. dilengkapi dengan usaha konservasi tanah
Masalah yang sering dihadapi oleh dan air, bidang usaha ternak perlu dilakukan
masyarakat adalah sampah dan kotoran usaha-usaha untuk meningkatkan produksi
ternak yang tidak ditanggani. Akibatnya, ternak, dan bidang kebutuhan energi untuk
lingkungan di sekitarnya akan tercemar. Oleh rumah tangga perlu dilakukan konversi
karena itu, diperlukan penanganan yang baik energi dari kayu dan minyak. Kecukupan
agar baunya tidak timbul, atau tidak meluas. energi pada masyarakat, khususnya yang
Kotoran ternak jika didiamkan begitu tinggal di pedesaan dapat diatasi dengan
saja akan mengalami penyusutan unsur menggunakan energi alternatif yang murah,
kimianya. Penyusutan biasa disebabkan oleh ramah lingkungan, mudah diperoleh, dan
penguapan dan pencucian oleh air hujan, dapat diperbaharui.
angin, panas matahari dan kelembaban Penelitian ini ingin menampilkan
lingkungan. Pada dasarnya gangguan faktor-faktor yang menyebabkan peternak
yang ditimbulkan oleh limbah ternak dan termotivasi memanfaatkan feses ternak sebagai
tanaman dapat diatasi dengan pembuatan energi alternatif biogas untuk kebutuhan
sumber energi alternatif seperti biogas, rumah tangga dan dampak dari pemanfaatan
kompos, briket dan sebagainya. Dengan feses ternak sebagai energi alternatif biogas
demikian, pengolahan limbah menjadi hal terhadap penghematan pengeluaran rumah
yang serius dan perlu ditanggani segera. Saat tangga dengan menggunakan metode
ini banyak usaha peternakan yang dilakuan survei, yaitu suatu metode pengambilan
secara intensif sehingga penemuan baru sampel (responden) dari suatu populasi
yang digunakan untuk pemanfaatan limbah dengan menggunakan kuesioner (daftar
biologi sedang digalakkan agar para warga pertanyaan) sebagai alat pengumpul data
pedesaan baik petani maupun peternak primer, yang bersifat deskriptif analitis, yang
mampu mengolahnya sebagai sumber energi dimaksudkan untuk memberi gambaran
alternatif untuk keperluan rumah tangga terhadap obyek yang diteliti, serta mengkaji
dari hasil usaha tersebut. Salah satu energi hubungan antar-variabel. Lokasi penelitian
alternatif tersebut adalah biogas. yaitu Desa Kepuharjo dan Desa Umbulharjo,
Biogas dihasilkan dari limbah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,
peternakan dan pertanian yang relatif Yogyakarta yang selama ini memanfaatkan
mudah diperoleh di lingkungan masyarakat teknologi biogas sebagai energi alternatif.
pedesaan. Biogas adalah gas yang dapat Penentuan sampel penelitian didasarkan
dihasilkan dari fermentasi faeces (kotoran) pada pertimbangan bahwa sampel yang
ternak misalnya: sapi, kerbau, babi, diteliti memenuhi kriteria untuk dianalisis.
kambing, ayam, dan lain-lain dalam suatu Materi yang dibutuhkan dalam penelitian
ruangan yang disebut digester. Sebelum ini berupa referensi-referensi atau literatur
diperkenalkannya teknologi biogas, sebagian yang relevan dengan obyek penelitian
besar penduduk wilayah Desa Kepuharjo, sebagai penunjang data sekunder serta peta
Kecamatan Cangkringan, Kabupaten administrasi lokasi penelitian. Alat yang
Sleman, mempergunakan kayu bakar dan dipergunakan dalam penelitian ini berupa:
minyak sebagai energi untuk kebutuhan kuesioner untuk mengkaji informasi sebagai
56
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, DAN TOTOK GUNAWAN e PEMANFAATAN
FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN
57
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 54-63
Lingkungan Hidup
Energi
Sludge
Gambar 1.
Diagram Alir Penelitian
58
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, DAN TOTOK GUNAWAN e PEMANFAATAN
FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN
bagi menjadi tiga kelas, yaitu kelas “muda“ Berdasarkan tabel 2, menunjukan
(<36 tahun), ” usia menengah” (36-50 tahun), bahwa peternak dengan tingkat pendidikan
dan ”tua” (>50 tahun). SMP dan SMA mempunyai jumlah paling
tinggi dengan jumlah yang sama, yaitu
Tabel 1
sebesar 33.33% sedangkan tamat SD
Faktor Umur dari Motivasi Peternak dalam
Membangun Teknologi Biogas sebesar 23.33%, tidak tamat SD sebanyak
Kategori Frekuensi Prosentase
6.67%, dan dari perguruan tinggi sebanyak
No. 3.33%. Dari uraian di atas menggambarkan
Umur (Thn) Umur (%)
1. < 36 11 43.3 bahwa tingkat pendidikan para peternak
2. 36-50 13 36.36 masih dikategorikan rendah. Hal itu dapat
3. > 50 6 2 dipengaruhi oleh kemampuan sosial
Jumlah 30 100
ekonomi.
59
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 54-63
Tabel 4 Tabel 5
Faktor Pengalaman Berternak dari Motivasi Peternak Analisis Regresi Ganda dengan Menggunakan Model
dalam Membangun Teknologi Biogas Summary
Pengalaman Prosentase Model Summary
No. Frekuensi
Beternak (Thn) (%)
R Adjusted Std. Error of
1. <5 9 30.00 Model R
Square R Square the Estimate
2. 5 - 10 16 53.33 1 .701a .491 .453 1.821
3. > 10 5 16.67
a. Predictors: (Constant), X2 Respon tetangga terhadap teknologi
Jumlah 30 100 Biogas, X1 Respon peternak terhadap LPTP
60
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, DAN TOTOK GUNAWAN e PEMANFAATAN
FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN
Berdasarkan hasil analisis anova, maka peternak dengan respon peternak terhadap LPTP,
didapat nilai F hitung adalah sebesar 13,027, hal itu terbukti dengan nilai P= 0,00, yang
hal ini mengandung arti bahwasanya terdapat nilainya lebih kecil dari P = 0,05, kemudian
hubungan yang signifikan antara motivasi diperoleh nilai coefficien pada tabel 7 berikut :
Tabel 7
Nilai Koefisien Regresi Linier antara Motivasi Peternak (Y) dengan Respon Peternak terhadap LPTP (X1
Coefficients
Model Unstandardized Standardized Sig.
Coefficient Coefficient
B Std. Error Beta t
1 (Constant) .805 6.019 .134 .895
X1 Respons Peternak terhadap LPTP .371 .153 .334 2.423 .022
X2 Respons Tetangga terhadap teknologi Biogas .586 .139 .582 4.213 .000
b. Dependent Variable: Y Motivasi peternak membangun teknologi Biogas
61
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 54-63
bahwasanya ada hubungan yang signifikan keperluan rumah tangga. Analisis mengenai
(kuat) antara kedua variabel tersebut. perbedaan pada nilai penghematan
pengeluaran keperluan rumah tangga
Analisis Perbedaaan Penghematan sebelum dan sesudah, dianalisis dengan
Pengeluaran Keperluan Rumah Tangga menggunakan uji T. Untuk lebih jelas lagi
Berdasarkan hasil analisis terdapat dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini :
perbedaaan pada penghematan pengeluaran
Tabel 9.
Nilai Penghematan Pengeluaran Biogas Sebelum dan Sesudah
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Penghematan Pengeluaran Biogas-Sesudah 52.70 30 5.978 1.091
Penghematan Pengeluaran Biogas-Sebelum 50.20 30 6.305 1.151
Berdasarkan hasil tabel 9, menunjukkan sebesar 50,20 m3, namun sesudah terdapat
adanya gambaran nilai pengeluaran sebelum nilai pengeluaran sebesar 52,70 m3.
adanya penghematan energi rumah tangga
Tabel 10.
Nilai Penghematan Pengeluaran Biogas Sebelum dan Sesudah dengan Menggunakan Uji T
Paried Samples Test
Paried Differences
95% Confi
dence Inter
Std. Std. val of the
Mean Devia Error Difference
tion Mean
Sig.
Lower Upper t df
(2-Tailed)
Pair Penghematan Pengeluaran 2.500 2.910 .531 1.414 3.586 4.706 29 .000
Biogas-Sesudah-Penghematan
Pengeluaran Biogas-Sebelum
62
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, DAN TOTOK GUNAWAN e PEMANFAATAN
FESES TERNAK SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF BIOGAS BAGI RUMAH TANGGA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN
63