Anda di halaman 1dari 26

BAB III

KONDISI PERUSAHAAN

BAB III.
KONDISI PERUSAHAAN

III.1. Keadaan Cadangan


III.1.1. Penyebaran Lapisan Batubara di Daerah Penyelidikan
Berdasarkan pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batubara terhadap
beberapa singkapan, diperoleh secara umum kedudukan lapiasan N 230◦E – N 70◦E yang
berarti secara lateral arah penyebaran batubara relatif Baratdaya – Timurlaut, dengan
kemiringan lapisan menujam relatif kearah barat laut dengan besar kemiringan berkisar
antarav 5◦ - 34◦.
Korelasi batubara berdasarkan keamanan fisik dari hasil pemetaan geologi dan
data hasil pemboran yang mengacu kepada ciri-ciri khusus masing-masing lapisan
seperti kesamaan lithilogi, lapisan penunjuk dan ketebalan lapisan batubara. Sedangkan
penyebaran batubara secara horizontal dijumpai sebanyak 9 (sembilan) seam.

III.1.2. Kadar dan Kualitas


Untuk mengetahui besaran kadar dan kualitas batubara dapat dilakukan dengan
melakukan analisa contoh di laboratorium. Contoh yang diambil dari hasil cutting
pengeboran dan singkapan dianalisa oleh PT. Carsurin di Banjarmasin.
Analisa yang dilakukan adalah secara proximate dan hasil analisa tersebut
sebagai berikut :
Total Sulphur .......................................................... 0,51 – 0,83 %
Ash ......................................................................... 1,13 – 2,15 (adb)
Nilai Kalori .............................................................. 7.000 (Kkal/kg)

III.1.3. Perhitungan Sumber Daya dan Cadangan


Berdasarkan sebaran dan ketebalan untuk setiap lapisan batubara di daerah
penyelidikan dapat dihitung besarnya cadangan batubara. Cadangan batubara adalah
merupakan hasil perkalian antara tebal batubara, panjang batubara kearah jurus,lebar
batubara kearah dip serta berat jenis batubara yang harga rata – ratanya diambil 1,3.
Berdasarkan kriteria tersebut diatas cadangan batubara dihitung dengan asumsi
sebagai berikut :

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

A+B
V = ------------------- x d
2
Ketengan: V : Volume, M3
A : Luas Penampang 1 ( A – A’ ), M3
B : Luas Penampang 2 ( B – B’ ), M3
d : Jarak antar Penampang ( slice ), M
d’ : Kedalaman Penambangan

Perhitungan cadangan didasarkan pada data yang didapat dari pemboran dan
interpretasinya. Dalam hal ini dari beberapa lubang bor di dapatkan ketebalan batubara,
splitting, dan interburden, dengan pendekatan sbb :
 Daerah lingkup (pengaruh) yang digunakan adalah dari masing-masing bor
dengan acuan dasar adalah garis sebaran (cropline) seam batubara.
 Ketebalan batubara sama untuk satu daerah pengaruh titik bor (yang dihitung
sebagai potensi geologi adalah batubara dengan ketebalan > 0.4 meter).
 Tonase = luas daerah pengaruh dikalikan tebal batubara (hasil pemboran)
dikalikan 1,3 (sebagai berat jenis batubara).
 Sebagai pembanding dalam perhitungan potensi geologi dilakukan 2 (dua) cara
dengan 2 (dua) pendekatan yaitu :
 Metode poligon, tonase dihitung untuk masing-masing daerah pengaruh
(lingkup/cakupan daerah)
 Matode USGS 83 dengan menggunakan pendekatan jumlah luas seluruh daerah
pengaruh dikalikan dengan rata-rata tebal batubara keseluruhan.

Berdasarkan pendekatan tersebut, diperoleh 9 seam batubara yang


representative yaitu seam A, Seam B, seam C, seam D, seam E, seam F, seam G, seam H
dan seam I dengan ketebalan diatas 0,9 m hingga 1,99 m.

Nisbah pengupasan yang diterapkan dalam perencanaan penambangan


batubara dihitung dengan pendekatan break even stripping ratio (BESR). Adapun
tahapan perhitungan BESR adalah sebagai berikut :

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

a. Menghitung total biaya penambangan per ton batubara (selain biaya pengupasan
overburden).
b. Menghitung balance yaitu selisih harga jual per ton batubara dengan total biaya
penambangan.
c. Menghitung BESR.
Metode perhitungan yang digunakan adalah metode penampang, yaitu
penentuan luas overburden dan batubara dilakukan pada masing-masing penampang.
Sedangkan penentuan volume antara dua penampang digunakan rumusan mean area
(luas rata-rata antara dua penampang dikalikan dengan jarak antar penampang),
sehingga tonase batu-bara dapat dihitung dengan cara mengalikan volume terhadap
berat jenis batubara (1,3 ton/m3)
Selain itu dalam penentuan cadangan tertambang ini juga telah memasukkan
faktor koreksi (losses) yaitu geological losses dan minning losses dengan bobot sebagai
berikut :
- Geological losses, penentuannya dilakukan berdasarkan analisis statistik terhadap
variasi ketebalan masing-masing seam batubara (lampiran tabel cadangan). Variasi
ketebalan yang besar akan mengakibatkan kemungkinan losses yang besar.
- Mining losses, dihitung tiap penampang dengan perkiraan bahwa batubara akan
tertinggal  10 cm yaitu sekitar 5 cm di bagian atas (top) dan sekitar 5 cm di bagian
bawah (bottom) akibat teknis penambangan.
- Mining losses akibat faktor oksidasi (umumnya diasumsikan sampai dengan
kedalaman 5 m dari permukaan) tidak diperhitungkan lagi karena sudah termasuk
dalam pengurangan perhitungan akibat adanya aktivitas penambangan rakyat
(dibeberapa tempat).
Perhitungan cadangan tertambang yang diperhitungan sudah dimasukkan faktor
keamanan penambangan (mine safety) sebesar 5 %. Adapun besaran cadangan mulai
dari tereka sampai dengan tertambang dapat dilihat pada tabel berikut :

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

Tabel III.1. Perkiraan Besaran Cadangan


PIT SHELL VOLUME
PIT 2.298.539,6
SEAM COAL TON
BLOCK I 770579,76
BLOCK II 553430
BLOCK III 509237,5
BLOCK IV 465292,3
TOTAL 2298539,56
BLOCK I 770579,76
SR CALCULATED 1:6

Pengkajian geoteknik yang dilakukan meliputi uji sifat fisik dan sifat mekanik dari
contoh batuan yang dikombinasikan dengan kajian literatur yang diperoleh darihasil
pengamatan litologi di lapangan. Dari data studi literatur tersebut dikorelasikan ke
wilayah daerah penyelidikan dengan dasar sebagai berikut :
1. Data Litologi dan Stratigrafi yang didapatkan dari batuan segar teramati
didaerah penyelidikan (KP PT. Tujuh Saudara) dan sifat-sifat fisik lainnya sama
dengan lokasi lain. Hal ini dapat dilihat dari beberapa titik singkapan yang teramati
dari litologi yang ada.
2. Daerah penyelidikan secara geologis merupakan satu formasi dengan Formasi
Tanjung, yang masih merupakan satu ”belt” batubara, yang letaknya di tengah –
tengah Formasi Tanjung.

Dari perbandingan data-data yang dilakukan dilapangan dengan studi literatur


maka dapat disimpulkan bahwa rekomendasi geoteknik adalah sebagai berikut : Untuk
menghitung teras jenjang (bench) yang didesain untuk pengupasan tambang, datanya
diperoleh dari hasil pengujian sifat fisik dan mekani batuan serta karakteristik standar
batuan.
a. Lereng Tunggal
Untuk jenis material Sandstone, Siltstone, Mudstone, dan batubara, dengan melihat
faktor keamanannya dan kemudahan penambangan , maka untuk lereng tunggal tinggi
lereng (h) = 10 m dan sudut lereng (α) = 70 o dengan nilai faktor keamanan sebesar 0.825.
b. Lereng Keseluruhan

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

Dengan melihat perhitungan dan desain tambang yang ada dimana nisbah kupas
telah ditentukan,dan ternyata tidak ditemukan tinggi lereng atas dan bawah lebih dari
100 m, maka sudut lereng secara keseluruhan yang digunakan adalah 60o, dengan faktor
keamanan (FK) = 1,254.
c. Lereng Timbunan
Dengan melihat jenis material timbunan yang ada (sandstone, Mudstone, Siltstone)
maka rekomendasi lereng timbunan adalah :
 Dimensi lereng tunggal untuk material timbunan adalah tinggi lereng
(h) = 30 m,sudut lereng( β ) = 30o, dengan faktor keamanan (FK) = 1,735.
 Dimensi lereng keseluruhan untuk material timbunan adalah tinggi
lereng (h) = 60 m, sudut lereng ( β ) = 15 o, degan berkurang lebih 65 m.

III.2. Penambangan
III.2.1. Metode Penambangan
Suatu lokasi keterdapatan batu bara dapat dianggap layak atau tidak layak
tambang karena beberapa faktor, diantaranya faktor keterdapatan, faktor teknis seperti
tebal lapisan tanah penutup, faktor lingkungan seperti adanya sungai, faktor harga pasar
dan lain sebaagainya. Oleh karena itu maka penentuan blok penambangan didasarkan
pada kondisi lingkungan terdapatnya batubara.
Dalam menentukan metode penambangan, apakah metode tambang terbuka
(surface mining) atau tambang dalam (underground mining), tolak ukur yang umumnya
dipergunakan ialah tebal lapisan batubara, ketebalan lapisan overburden dan kestabilan
struktur lapisan. Oleh karena itu maka untuk menentukan desain tambang secara lebih
spesifik, PT. Tujuh Saudara akan mengacu kepada parameter-parameter berikut:
 Potensi Sumberdaya Batubara
 Kualitas batubara
 Harga dari Produk Batubara yang Dipasarkan
 Geometri Lereng Tambang
 Air dalam tambang
 Jarak angkut Batubara
 Geologi daerah penambangan, kondisi lapisan batubara( strike, dip, ketebalan),
kondisi lapisan penutup (overburden),
 Pertimbangan jumlah sumberdaya batubara.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

Berdasarkan beberapa parameter di atas maka metode tambang terbuka


dipandang akan lebih memberikan keuntungan dalam beberapa hal seperti:
- Biaya investasi awal yang lebih kecil
- Perolehan (recorvery)sumberdaya batubara dapat lebih besar
- Tingkat produksi batubara perhari yang lebih besar
- Biaya operasi per ton batubara relative lebih kecil
- Kemungkinan timbulnya kebakaran dalam tambang akan lebih kecil

Selain itu beberapa pertimbangan yang mendasari dipilihnya metode tambang


terbuka, baik itu keunggulan maupun kelemahannya yaitu:
a. Keunggulan Tambang Terbuka
 Produktivitas penambangnya tinggi
 Biaya operasi rendah
 Tingkat produksi tinggi dan cepat
 Fleksibilitas operasi baik
 Bisa menggunakan peralatan besar
 Biaya rock breakage rendah
 Development dan akses minimal
 Perolehan bahan tambang tinggi, dilusi minimal
 K3 dan L baik ( no underground hazands)
b. Kelemahan Tambang Terbuka
 Kedalaman ( depth) operasi terbatas
 Stripping rations terbatas
 Merubah secara sign ifikan kondisi permukaan
 Cadangan harus besar
 Operasi terganggu faktor cuaca
 Pengawasan sulit karena operasi tersebar
 Kestabilan lereng harus dijaga.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

III.2.2. Desain Tambang


Dalam merencanakan desain tambang, hal penting yang harus dilakukan adalah
pemilihan metode penambangan yang sesuai dengan kondisi teknis dan ekonomis
sumberdaya batubara yang akan ditambang. Secara teknis pemilihan metode
penambangan didasarkan pada pertimbangan hal-hal yaitu kedalaman lapisan(seam),
ketebalan lapisan dan penyebarannya, serta kondisi lapisan tanah
penutup( overburden). Secara ekonomis akan dipertimbangkan pula nisbah pengusapan
atau “stripping ratio”, yaitu besarnya volume (m3) pengusapan tanah penutup untuk
mendapatkan setiap ton batubara.

Penyebaran batubara di wilayah konsesi PT. Tujuh Saudara pada umumnya


searah jurus dimana pelamparannya relative merata dan menerus. Penyebaran seam-
seam yang ada dapat diikuti kearah jurus dan kemiringan lerengnya, lapisan batuan
pembentuk overburden di daerah ini umumnya diketahui berupa endapan batu lanau,
batu lempung dan batu pasir. Pada umumnya lapisan batubara diapit oleh lapisan tipis
yang terdiri dari serpih karbonan (coalyshale) maupun lempung karbonan (coalyclay).

Adapun batasan-batasan dalam penentuan desain tambang yaitu:


1). Nisbah Pengusapan (Stripping Ratio)
Berkaitan dengan pengertian nisbah pengusapan (stripping ratio / SR) maka
yang dimaksudkan dengan cadangan batubara tertambang PT. Tujuh Saudara adalah
jumlah sumberdaya batubara yang tersedia yang dapat diproduksi secara ekonomis
pada angka nisbah pengusapan tanah.
2). Batas Level Tambang
Hasil studi geoteknik yang dilakukan oleh PT. Tujuh Saudara pada wilayah kajian
kelayakan, memberikan rekomendasi tentang ketinggian penggalian “overall” yang
mempunyai kondisi aman dan mantap. Rekomendasi ketinggian dan kemiringan lereng “
overall” tersebut dapat digunakan sebagai peertimbangan dalam menentukan batas-
batas akhir penambangan.
3). Geometri Lereng Penambangan
Geometri lereng pada desain tambang ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan
analisis kemantapan lereng yang dilakukan oleh tim di daerah kajian kelayakan.
4). Kondisi Alam

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

Dalam desain yang dilakukan, penentuan lokasi tambang juga memperhatikan


masalah-masalah teknik yang disebabkan oleh kondisi alam setempat yang dapat
membatasi penyusunan desain tambang, seperti misalnya:
- Pengaruh adanya sungai-sungai di wilayah kajian kelayakan
- Pengaruh adanya struktur-struktur geologi di wilayah kajian kelayakan dan lain-lain.

III.2.3. Teknik Penambangan


Metode penambangan yang akan diterapkan di daerah penelitian dipilih setelah
mempertimbangkan beberapa aspek antara lain :
 Kemiringan lapisan batubara 10◦ - 40◦
 Bentuk endapan batubara terdiri dari 4 seam prospek
 Penyebaran endapan batubara disekitar daerah perbukitan dan masih ada
kemungkinan berada dibawah permukaan tanah
 Keselamatan kerja dalam penambangan apbila tinggi total jenjang
penambangan 50 m
 Debit air yang sedang, disekitar area penambangan
 Keadaan topografi daerah penyelidikan merupakan perbukitan relatif datar
 Kondisi daerah penyelidikan yang merupakan daerah permukiman,
sehingga aktivitas penambangan tidak mengganggu penduduk

Berdasarkan keadaan tersebut diatas, direncanakan penambangan batubara


didaerah ini akan dilakukan secara tambang terbuka metode Strip Mining, yaitu metode
penambangan untuk endapan batubara beberapa front kerja tambang, akses jalan ( ranp
access) dan jenjang (benching) menerus searah kemajuan tambang. Penambangan
dilakukan dengan alat berat tanpa peledakan.

III.2.4. Sistem Penambangan


Sistem penambangan yang diterapkan adalah sistem Back Filling. Untuk tahap
pertama overburden yang dikupas selain ditumpuk di area disposal di sekitar tambang,
juga akan dimanfaatkan untuk menguruk beberapa titik rawan pada jalan dari tambang
menuju kearah ROM Stock. Selanjutnya setelah batubara diambil dan aktivitas
penambangan batubara untuk pit pertama selesai, maka overburden hasil pengupasan
pada pit kedua selanjutnya akan digunakan untuk menutupi bekas lubang bukaan

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

tambang pit pertama sehingga aktivitas reklamasi lahan dapat dilaksanakan sekaligus
bersamaan dengan pembukaan pit tambang kedua dan seterusnya.

Adapun beberapa kriteria dalam pemilihan sistem penambangan yaitu:


1. Karakteristik spatial cadangan: size, shape, attitude, dept
2. Kondisi geologi dan hidrogeologi : structure, uniformity, groundwater, etc
3. Kondisi geoteknik material ( waste and rock )
4. Pertimbangan ekonomi:
a. Cadangan ( jumlah dan kualitas)
b. Tingkat produksi
c. Produktivitas
d. Biaya
5. Pertimbangan K3L (termasuk lingkungan fisik dan poleksos)
6. Faktor teknologi

III.2.5. Tata Cara Penambangan


Rencana penambangan batubara pada wilayah izin usaha pertambangan PT.
Tujuh Saudara akan dilakukan dengan metode tambang terbuka (surface mining),
dengan pelaksanaan kegiatan penambangan (eksploitasi) akan dilakukan secara
bertahap blok per blok. Sedangkan sistem penambangan yang ditetapkan adalah system
Back Filling. Kegiatan penambangan tahun-1 dimulai pada blok I, dengan SR = 1:3,95.
Diteruskan pada blok 2 hingga blok 4 . Arah kemajuan penambangan adalah pada blok 1
(dari arah barat timur ke timur laut). Penambangan pada tiap seam dimulai dengan
menambang dari high wall. Kemudian Tanah penutup diangkut menuju waste dump
dengan jarak ± 250 m.

III.2.6. Tahapan Kegiatan Penambangan


III.2.6.1. Tahapan persiapan (Pra Konstruksi)
Tahapan ini merupakan tahap awal yang meliputi beberapa kegiatan yaitu :
1) Survey Lokasi dan Eksplorasi
Dalam mempersiapkan kegiatan pertambangan diwilayah penambangan PT. Tujuh
Saudara telah dilakukan berbagai kegiatan survey dilapangan, baik yang bersifat
peninjauan lapangan, penyelidikan, pendahuluan, penyelidikan umum, dan eksplorasi

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

batubara. Selain itu didalam kegiatan ekplorasi ini juga dilakukan pengeboran permulaan
yang diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi batu bara yang lebih jelas diblok
pertambangan batu bara tersebut. Selain kegiatan pengeboran, kegiatan ekplorasi PT.
Tujuh Saudara lainnya adalah survey topografi, pemetaan, geologi, penyelidikan geo-
fisika, studi geoteknik dan studi rona lingkungan awal untuk penyusunan AMDAL.

2) Pembebasan Lahan
Lahan diwilayah pertambangan batubara PT. Tujuh Saudara umumnya berupa
hutan skunder dan sebagian lagi ditumbuhi semak belukar. Sistem pembebasan lahan
akan dilakukan dalam dua cara sesuai dengan status penguasaan lahannya. Untuk tanah
Negara dibawah pennguasaan instansi pemerintah, seperti Departemen Kehutanan dan
perkebunanan maka akan dilakukan negoisasi akan merujuk pada surat Keputusan
Bersama (SKB) antara Menteri Pertambangan dan Energi No. 969/K/05/M.PE/1008 dan
Meteri Kehutanan No. 429/KPTS-11/1989 tentang Pedoman Pengaturan Pelaksanaan
Pertambangan dan energi dalam Kawasan Hutan.
Sedangkan untuk tanah adat, dibebaskan dengan uang ganti rugi berdasarkan
musyawarah antara penduduk dan PT. Tujuh Saudara secara langung dan diketahui
oleh kepala adat dan pemerintah Daerah setempat. Pelaksanaan ganti rugi tersebut
mengacu pada peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertahanan (BPN) No. 1
Tahun 1994 atau peraturan-perturan yang berlaku saat ini.
Proses pembebasan lahan dan penggantian tanam tumbuh milik masyarakat yang
terkena proyek untuk bukaan tambang, stockpile maupun pembangunan sarana dan
prasarana penunjang lainnya dilakukan sebelum kegiatan penambangan batu bara
dimulai.

3) Penerimaan Tenaga Kerja


Pada tahap kontruksi dan operasi pastinya akan membutuhkan karyawan termasuk
kontraktor. Staff ini mencakup para manager, professional dan spesialis teknis, tenaga
terampil, dan penyelia dari berbagai kota diIndonesia, serta tenaga semi terampil dan
tidak trampil dari masyarakat setempat. Penerimamaan tenaga kerja dilakukan secara
bertahap mulai tahap persiapan sampai tahap operasional meliputi tenaga administrasi
dan operasi dilapangan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Perekrutan tenaga

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

kerja diutamakan dari wilayah setempat/lokal sesuai kualifikasi tingkat pedidikan


maupun keahliannya.
Komposisi tenaga kerja untuk rencana kegiatan penambangan batu bara PT. Tujuh
Saudara dapat dilihat pada Bab VIII Laporan ini.

4) Mobilisasi peralatan Tambang.


Mobilisasi peralatan dimaksud meliputi peralatan-peralatan berat yang digunakan
untuk menunjang kegiatan penambangan baik pembangunan sarana prasarana maupun
untuk operasional penambangan. Alat yang dimaksud adalah truk pengangkut material,
excavator, compactor, dan bulldozer yang dilengkapi dengan alat garu perata tanah
(ripper) dll.

5) Rencana Pembuatan jalan Angkut Batu Bara


Jalan angkut batu bara dibuat dari lokasi penambangan menuju stockfile dan dari
stockpile menuju jalan yang telah tersedia, jalur jalan darat ini juga akan digunakan
untuk mobilisasi karyawan, alat dan batu bara dari jalan ke lokasi tambang. Alat yang
kan dipergunakan untuk membangun/memperbaiki jalan ini adalah truk pengangkut
material, excavator, compactor dan bulldozer yang dilengkapi dengan garu perata tanah
(ripper), dan alat-alat pendukung lainnnya rencana pembuatan jalan dilakukan dengan
ruas jalan baru, atau memperbaiki jalan yang sudah ada.

6) Pembangunan Sarana dan Prasarana


Untuk kelancaran kegiatan operasional akan dibangun beberapa sarana untuk
menunjang kegiatan pertambangan berupa sarana dan prasarana kantor, bengkel dan
gudang, mess/perumahan pegawai, dan lain-lain. Sedangkan untuk kelancaran kegiatan
penambangan akan dibangun sarana dan prasarana berupa tempat penimbunan batuan
penutup, kolam kolam pengendap, jalan tambang dan lain sebagainya.

III.2.6.2. Tahap operasional Penambangan


Dari perencanaan desain tambang diketahui bahwa pemilihan sistem dan
metode penambangan dalam tambang permukaan dan tambang terbuka ( open pit
mining ) dimana penggalian tanah penutup dan batubara akan dikerjakan dengan
membentuk jenjang-jenjang atau lereng ( multi bench ) yang memiliki geometri tertentu

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

berdasarkan hasil kajian geoteknik yang telah dilakukan. Dengan teknik penambangan
ini diharapkan semua lapisan ( seam ) betubara yang penyebarannya sampai kepada
batas penambangan ( pit limit ) dapat di tambang.

Kegiatan penambangan setiap tahunnya terdiri dari kegiatan pembersihan lahan


( Land clearing ) terlebih dahulu, diiuti dengan penggalian/penggaruan, pemuatan dan
pengangkutan dalam waktu yang bersaman. Artinya selama kegiatan pembersihan lahan
harus tetap berlangsung dan setelah luas lahan yang dibersihkan cukup dan aman untuk
tempat kerja alat gali, maka kegiatan pemuatan dan pengankutan, baik batubara
maupun lapisan tanah penutup.

1. Tahap Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Operasi pembersihan lahan penambangan dilakukan pada lokasi dimana tambang
akan dibuka, berkaitan dengan operasi ini akan dilakukan beberapa pekerjaann, yaitu :
- Penebangan Pohon dan Pemotongan Kayu
Dalam operasi pembersihan lahan, apabial diketemukan pohon-pohon, maka
terlebih dahulu dilakukan operasi penebangan pohon dan operasi pemotongan
kayu. Bila pohon-pohon tersebut dinilai mampu ditumbangkan dengan tenaga
dorong bulldozer, maka operator akan langsung menggunakan bulldozer. Untuk
pohon-pohon berukuran besar, untuk penebangannya perlu dibantu dengan
menggunakan gergaji mesin (chain Saw). Bila kayu yang dikerjakan memiliki
ukuran yang besar, maka operasi pemindahan kayu dari lokasi penambangan
ketempat penyimpanan kayu ini perlu dipergunakan alat angkut untuk beban
berat (crane )dan rantai besi untuk pengikat dan penarik, serta truk pengangkut
kayu. Bila kayu berukuran kecil, maka operasi pemindahan kayu dari lokasi
penambangan kelokasi penyimpan kayu ini cukup dipegunakan tenaga manusia
dan truk pengankut kayu.
Kayu-kayu hasil penebangan dan pemotongan akan disimpan di lokasi
penyimpanan yang telah direncanakan, kayu-kayu yang disimpan ini dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan bangunan, jembatan, bahan bakar atau
kepentingan lainnya.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

- Pembatan semak dan Perdu


Pekerjaan pembabatan semak akan dilakukan dengan menggunakan bulldozer,
yang dpat menjalankan fungsi gali dan dorong dengan memamfaatkan blade
dan tenaga dorong yang besar dari alat tersebut. Semak dan perdu yang sudah
dibabat tersebut selanjutnya akan di dorong ke daerah – daerah lembah yang
dekat dengan areal penambangan.

2. Pengupasan Tanah Pucuk (Topsoil)


Tanah pucuk merupakan bagian dari tanah penutup yang mengandung unsur hara
yang berguna untuk tumbuh-tumbuhan (vegetasi) sehingga dalm penanganannya tanah
pucuk ini dilakukan tersendiri.
Pada areal yang tidak ditambang, vegetasi yang ada disekitarnya akan dipertahankan
untuk membantu mengatasi kemungkinan erosi yang besar karena wilayah kerja yang
cukup terjal.
Tanah pucuk yang akan di tempatkan di disposal area yang sudah disiapkan. Tanah
pucuk dikupas dengan batasan 0,5 – 1,0 meter dari permukaan tanah dengan ketebalan
bervariasi hampir merata sepanjang permukaan front kerja tambang dan ditempatkan
secara khusus dengan jarak sekitar 100 m pada outside dump, inidimaksud agar lahan
bekas tambang dapat ditimbun kembali. Tanah pucuk yang mengandung unsur hara
dikembalikan agar dapat di mamfaatkan kembali.

3. Penggalian, pemuatan dan pengangkutan lapisan tanah penutup


Operasi penggalian tanah penutup berupa overburden dan interburden, dilakukan
dengan menggunakan excavator dan dibantu dengan bulldozer. Untuk material lemah
sampai sedang excavatror dapat langsung melakukan penggalian dan pemuaatan ke atas
dump truck. Sedangkan untuk material keras, bulldozer akan membantu memberikan
memberikan material tersebut, sebelum digali dan dimuat oleh excavator. Pemaikaian
ripper pada bulldozer akan disesuaikan dengan kebutuhan operasi pemberian material.
Dalam batas-batas penggalian yang telah direncanakan, operator excavator akan
melakukan jenjang (bench), diabantu oleh operator bulldozer.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

Penanganan lapisan tanah penutup akapn dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Penggalian
Lapisan tanah penutup (siltstone, mudstone, sanstone), akan diberaikan
dengan cara penggauran menggunakan bulldozer setara D85 yang
dilengkapi denagan single shank atau giant ripper.
- Pemuatan
Pemuatan lapisan tanah penutup kedalam alat angkut dari hasil
penggauran tersebut dengan menggunakan Excavator PC 300.
- Pengangkutan
Pengangkutan lapisan tanah penutup kelokasi penimbunan adalah
menggunakan tronton dengan kapasitas 20 ton.
Pengupasan tanah penutup untuk lokasi tambang dilakukan dengan seksama
dan mempertimbangkan faktor keselamatan dikarenakan permukaan kerja yang relatif
terjal. Sehingga dirancang kemiringan lereng cukup sesuai analisa kegeoteknikan sebesar
50◦ - 70◦. Sehingga operator alat berat harus memperhatikan lebar 5 meter dan
kemungkinan rekahan yang terjadi pada dasar tanah permukaan kerja akibat mobilisasi
peralatan dan resapan air tanah akibat hujan. Posisi alat juag harus berada ditengah
dengan memamfaatkan lebar jenjang. Tempat pembuangan tanah penutup dibedakan
menjadi dua yaitu :
- Pembuangan tanah penutup keluar area tambang (outside dump)
- Pembuangan tanah penutup kedalam areal tambang (inside dump)
Perhitungan kebutuhan alat untuk pengupasan tanah penutup (overburden) yang
meliputi jumlah, jenis dan kapasitas alat dapat dilihat pada lampiran.

4. Penggalian , pemuatan dan pengangkutan batubara


Penangan batubara akan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Penggalian
Batubara akan igali dengan mengguanakan Excavator PC 300
- Pemuatan
Pemuatan lapisan tanah penutup kedalam alat angkut dari hasil penggauran
tersebut adalah menggunakan Exacator PC 300.
- Pengangkutan

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

Pengangkutan batubara kelokasi stockpile dan chrushing di pelabuhan yang


ditunjuk yaitu di sungai Barito yang bekerja sama dengan pihak terkait yang
berkepentingan yang akan membuat pelabuhan di bantuil ataupun kelokasi
PLTU yang didirikan di Daerah Alalk Padang. Alternatif lain bekerjasama dengan
perusahaan lain dalam hal pembangunan jalan angkutan hingga pelabuhan.
Penambangan dilakukan pada pit tambang yang sudah ditetukan. Penambangan
batubara di daerah ini direncanakan secara tambang terbuka, dimana nantinya :
- Penambangan dilakukan kearah down dip ( atas kebawah sesuai kemiringan
batubara) dan maju searah rencana kemajuan tambang dengan membuat
jenjang dengan kemiringan lereng sesuai prinsip keamanan/kestabialan lereng
yang sudah ditetapkan.
- Arah kemajuan tambang bervariasi masing – masing pit :
Untuk setiap pit kemajuan tambang dari arah barat daya ke arah timur bertahap
dari jenjang tertinggi ke jenjang terendah. Pada bagian batubara yang letaknya
dimorfologi yang relatif datar (jenjang terendah) kemajuan tambang akan
disesuaikan. Setiap front kerja dibuat lebih lebar karena disiapkan juga untuk
top soil removal dan overburden removal. Pada setiap pit akan dibuat 2 (dua)
front kerja.

5. Pengendalian Air Tambang (sistem penirisan)


Air permukaan mengakibatkan erosi lereng jepit, jalan-jalan angkut dan perlunakan
jalan angkut. Air bawah tanah mengakibatkan berkurangnya kekuatan geser batuan dan
tanah, dan juga mengakibatkan terangkatnya lereng pit dan dasar lantai, demikian juga
rembesan air lereng-lereng mengakibatkan erosi. Untuk sistem jenjang (benching)
diperlukan kestabilan lereng yang aman. Faktor keamanan >1,2 dapat tercapai dengan
mempertahankan kemiringan lereng keseluruhan 60◦, dan air tambang perlu
dikendalikan. Pada keseluruhan pit akan dibuat saluran penirisan disepanjang areal
penambangan. Saluran penirisan akan dialirkan ke dalam kolam penampungan pertama
yang akan disediakan pada lokasi pit yang terletak tidak jauh dengan setiap bukaan
tambang. Selanjutnya dari kolam penampungan pertama ( kolam pengendapan ) air
akan diaktifitas penambangan dialirkan ke kolam pengendapan kedua dan ketiga,
sampai kondisi tingkat keasaman air menjadi netral (pH 6-9) baru kemudian di alirkan ke
badan air terdekat.atau di gunakan untuk keperluan aktifitas penambangan kembali.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

Saluran penyaringan ini berfungsi untuk mengalirkan air yang berada diatas jenjang
menuju lantai tambang sehingga tidak terjadi genangan air diatas jenjang yang dapat
mempengaruhi kemantapan lereng.

Dari saluran – saluran yang akan dibentuk dialirkan kedalam settling pond yang terdiri
dari 3 bentuk persegi dengan kedalaman lebih kurang 2 meter, penjang masing-masing
bak 9 meter dan lebar 6 meter. Hal ini disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pada bak
pertama air yang masuk diendapkan secara fisik, kemudian dari bak 1 masuk ke bak 2
yang merupakan perlakuan secara kimia dan yang ke-3 secara biologi.

6. Penimbunan sementara dan Pencucian Batubara


Batu bara dari lubang tambang akan diangkut menuju tempat penimbunan batu
bara sementara dilokasi penambangan. Dilokasi ini kegiatan peremukan, pemilahan dan
pencucian batubara akan dilakukan sebelum diangkut ketempat penimbunan sementara
dipelabuhan untuk penanganan selanjutnya. Lumpur tailing yang dihasilkan dari tempat
pencucian batu bara ini akan disalurkan ke kolam tailing dan masuk ke kolam-kolam
penjernihan sebelum keluar menuju lingkungan sekitar (sungai).

7. Pengangkutan Batubara
Seluruh batu bara hasil tambang yang sebelumnya ditumpuk di stock ROM
kemudian diangkut menuju Stockpile menggunakan jenis alat angkut dump truk atau
truk jungkit (dump truk 20 -30 ton). Selanjutnya batu bara dari tempat penimbunan
(Raw Coal Stockpile) diangkut ke lokasi stockpile yang berada disekitar pelabuhan Telang
Baru dipinggir sungai Kelanis . Dari Lokasi stockpile tersebut, batu bara selanjutnya akan
dikirim atau dikapalkan menuju tujuan.

8. Penanganan (Pemupukan dan Pengolahan) Batubara dilokasi Stockfile /


Pelabuhan.
Seperti dijelaskan diatas bahwa batubara dari lokasi tambang diangkut dengan truk
tronton dengan kapasitas 20-30 ton ke tempat penimbunan sementara dipelabuhan.
Untuk stockpile dan pelabuhan direncanakan di daerah Telang Baru sebagai

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

sarana/pelabuhan khusus yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Barito


Timur.
Ditempat penimbunan batubara ini, penyiapan atau penanganan batu bara
kemudian dilakukan. Selanjutnya batubara diangkut dengan menggunakan conveyor
atau truk menuju lokasi penimbunan (stockpile) di Telang Baru di pinggir Sungai Klanis.

9. Pengolahan Limbah (Padat, Cair, Gas)


Limbah yang dihasikan dari kegiatan penambangan batu bara dan kegiatan sarana
dan prasarananya akan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan seperti
percemaran air permukaan dan air tanah, pencemaran tanah serta mempunyai efek
atau pengaruh terhadap kesehatan karyawan maupun masyarakat setempat dan dapat
menimbulkan dampak terhadap flora dan fauna baik flora dan fauna darat maupun
perairan.
Oleh karena itu untuk mencegah atau meminimalisasi dampak-dampak linglkungan,
limbah-limbah tersebut akan dikelola secara baik berdasarkan peraturan yang berlaku
di Indoenesia maupun standar Internasional. Potensi limbah yang dihasilkan kegiatan
penambangan yang dilakukan oleh PT. Tujuh Saudara adalah limbah tambang (aliran air
asam tambang, air limpasan, lumpur tailing) Limbah B3, limbah padat organik, limbah
padat domestik bukan organik dan limbah padat lainnya non B3.

III.2.6.3. Rencana produksi dan umur tambang


Rencana penambangan batu bara akan dilakukan secara bertahap (blok per
blok) dengan rencana produksi batubara sebesar 600.000Ton / Tahun ( ROM )
Berdasarkan perkiraan awal cadangan tertambang batubara sebesar
2.298.539,6MTon maka umur tambang PT. Tujuh Saudara diperkirakan 4 (empat) tahun.
Dimulai tahun 2010 sampai Tahun 2013.
Namun dengan tetap memperhitungkan segala kendala saat produksi yang
nantinya mungkin akan terjadi hingga target produksi tidak dapat terpenuhi dan
mempertimbangkan banyaknya blok cadangan batubara diwilayah pertambangan PT.
Tujuh Saudara yang akan terus diselediki (di ekplorasi) maka kemungkinan besar
cadangan batu bara yang dapat ditambang akan semakin besar dan secara signifikan
akan memperpanjang umur tambang. Oleh karena itu instalasi, peralatan serta sarana

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

dan prasarananya akan dirancang untuk berfungsi jauh lebih lama dari umur proyek
kegiatan pertambangan yang saat ini akan diajukan.

III.3. RENCANA PENGOLAHAN / PREPARASI BATUBARA


Proses penjualan yang dilakukan oleh PT. Tujuh Saudara adalah penjualan di
stockpile pelabuhan yang sudah siap dengan berbagai ukuran (sizing) dengan sistem
pengolahan yang nantinya akan dilakukan oleh pihak lain yang bekerjasama dengan PT.
Tujuh Saudara untuk proses preparasi namun sudah menjadi bagian lain dari sistem di
PT. Tujuh Saudara.
Adapun tata cara pengolahan / preparasi yang diajukan untuk bekerjasama dengan PT.
Tujuh Saudara adalah sebagi berikut :

III.3.1. Tata cara pengolahan / Preparasi Batubara


Tahapan pengolahan / preparasi Batubara meliputi :
 Batubara dari tambang yang diangkut ketempat pengolahan / preparasi
dimasukan kedalam hopper agar mudah dituangkan kedalam crusher.
 Pereduksian primer ukuran butir dilakukan dengan jaw crusher yang dituangkan
dari hopper agar dapatkan ukuran butir yang seragam.
 Vibrating screen untuk mendapatkan ukuran besar butir yang sesuai dengan
permintaan konsumen dan memisahkan batubara yang hancur.
 Pengangkutan batubara dari tempat penimbunan (stockpile) dengan alat muat
wheel loader dan alat angkut dump truck.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

Bagan Alir Pengolahan / Preparasi


Pengolahan / preparasi batubara dapat digunakan dalam bagan alir, sebagai berikut :

PENAMBANGAN BATUBARA

STOCKPILE TAMBANG

VIBRATING HOPPER

CRUSHER

VIBRATING SCREEN

PENUMPUKAN

STOCKPILE PELABUHAN

PEMUATAN

BATUBARA SIAP JUAL

Gambar III.1. Bagan Alir Pengolahan / preparasi

III.3.2 Proses Reduksi ukuran Batubara


Umpan (feed) untuk proses pengolahan batubara yang direncanakan adalah
batubara langsung dari produk kegiatan penambangan (ROM) atau yang telah tersedia
di raw coal stockpile. Fraksi batubara sebagai umpan direncanakan berukuran
maksimum 500 mm.
Apabila dalam kondisi tertentu ada yang berukuran lebih dari 500 mm, maka
terlebih dahulu harus diremukkan secara manual dengan menggunakan “hand hammer”
sampai memiliki ukuran maksimum 500 mm.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

III.3.3. Penggerusan Batubara (Coal Crushing)


Kegiatan ini bertujuan untuk memecahk, dan suatu ukuran fraksi batubara
menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan yang diharapkan, dimana hal yang
dilakukan adalah primary crushing, yaitu kegiatan tahap pertama untuk mereduksi
ukuran umpan batubara dari ukuran maksimum 500 mm menjadi fraksi dengan ukuran
yang memenuhi kegiatan chrushing tahap kedua (secondary crushing), yaitu maksimum
150 mm. Kegiatan chrushing tahap pertama ini termasuk dalam kelas “heavy duty
sampai medium duty” dengan daya sebesar 0.6 KVA / Ton / jam /. Jenis crusher yang
digunakan adalah “roll crusher” dengan tipe gelondongan tunggal (single roll crusher).

III.3.4. Pengayakan Batubara (coal Screening)


Pengayakan Batubara adalah suatu kegiatan pemisahan ukuran batubara yang
bertujuan untuk memisahkan fraksi-fraksi batubara atas dasar ukuran yang diinginkan.
Kegiatan pemisahan ukuran ini dilakukan pada beberapa unit operasi.

III.3.5. Recovery Pengolahan


Hasil pengolahan/preparasi batubara adalah berupa siap jual dengan ukuran
butir yang seragam antara 0,1 cm – 0,5 cm yang sesuai dengan permintaan konsumen.
Dari perhitungan dan pengamatan hasil pengolahan yang dilakukan secara periodik
diketahui bahwa pada umumnya recorvery pengolahan batubara antara 98% yang
diakibatkan oleh hilangnya batubara halus (debu batubara)
Dari seluruh cadangan batubara yang layak ditambang, tidak semuanya dapat
ditambang dengan sempurna. Batubara yang tidak dapat ditambang disebut sebagai
faktor kehilangan saat penambangan. Besarnya faktor kehilangan tersebut sekitar 3 %
dari cadangan tertambang. Selama proses pengolahan dan pencucian batubara
diperkirakan akan mengalami kehilangan sebesar 2 %. Kehilangan tersebut terjadi
karena batubara menjadi berukuran partikel debu, dan kehilangan dalam proses
pencucian.
Selain hal tersebut diatas, diperhitungkan juga faktor kehilangan batubara
selama proses pengangkutan batubara dari clean coal stockpile ke stockpile pelabuhan
Telang Baru dan proses pengapalan batubara. Besarnya faktor kehilangan ini
diperkirakan sebesar 2 %.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

III.3.6. Peralatan Dalam Pengolahan Batubara


Peralatan yang digunakan dalam pengolahan batubara adalah sebagai berikut :
 Vibrating hopper, untuk menampung batubara langsung dari tambang,
untuk selanjutnya dilakukan preparasi
 Crusher dengan kapasitas 500 ton/jam
 Vibrating screen, untuk memisahkan batubara agar didapatkan ukuran
butir sesuai dengan permintaan konsumen.
 Alat muat wheel loader digunakan untuk memuat batubara bersih hasil
pengelohan kedalam alat angkut (dump truck)
 Dump Truck digunakan untuk mengangkut batubara bersih dari hasil
pengolahan ketempat penimbunan lapangan (stockpile)
 Stockpile pelabuhan, digunakan sebagai tempat penumpukan batubara
dari lokasi tambang.
 Conveyor, digunakan untuk pemuatan batubara dari stockpile pelabuhan
ke tongkang/kapal angkut.

III.3.7. Fasilitas Penunjang


III.3.7.1. Bangunan Jalan
Untuk kepentingan pengangkutan batubara hasil operasi penambangan (ROM)
ke stockpile batubara tentunya dibutuhkan jalan angkut batubara. Jalan angkut batubara
yang akan dibangun terdiri dari angkut dalam areal blok tambang dan jalan angkut
batubara keluar areal tambang.
Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan jalan adalah semua bangunan jalan
yang sengaja dibuat untuk kepentingan pemindahan material (transportasi) selama pra-
penambangan, saat penambangan dan pasca-penambangan, dari satu lokasi ke lokasi
lain dengan menggunakan peralatan angkut bermesin/bermotor.
Berdasarkan lokasinya, ada beberapa jalan yang akan dibangun, yaitu :
 Jalan angkut tanah dari tambang ke dumping area dan sebaliknya
 Jalan angkut batubara dari tambang ke stockpile (ROM) dan crushing plant
 Jalan angkut batubara dari ROM ke jalan tambang/ utama (eks Pertamina)
Kontruksi jalan angkut yang dibangun direncanakan akan menggunakan jenis
perkerasan jalan sirtu (pasir-batu) dan tanah diperkeras. Jalan angkut dalam tambang
direncanakan akan dilengkapi dengan lampu penerangan jalan di salah satu sisinya,

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

dengan interval setiap 100 m, demikian pula dengan jalan angkut batubara yang dikelola
oleh perusahaan. Dengan demikian operasi pengangkutan tanah penutup dan batubara
tetap dapat dilakukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas, misalnya pada lokasi
tanjakan, tutunan, tikungan tajam persimpangan dan lain sebagainya.

Kontruksi Jalan Angkut


Kontruksi jalan angkut batubara dan tanah penutup dibuat sama, masing-masing
direncanakan untuk mampu menerima beban total (alat angkut dan muatan) sekitar 30
– 40 ton. Kecepatan angkut direncanakan antara 20-40 km/jam, kelandaian memanjang
direncanakan direncanakan maksimum 7%, sedangkan kelandaian melintang
direncanakan 2%. Apabila tanah dasar (sub grade) dari badan jalan merupakan tanah
lempungan, maka setelah dipadatkan, perlu dibuatkan terlebih dahulu lapisan pondasi
(base course) dengan menggunakan pecahan-pecahan batuan beku (crushed stone)
setebal 20-30 cm, sebelum dilapisi pasir urug dan sirtu. Material-material yang
dibutuhkan untuk lapisan pondasi jalan ini akan diambil di daerah sekitar tambang,
sedangkan alat untuk meratakan dan memadatkan jalan akan dipergunakan motor
Grader dan Smooth Wheel Roller.
Kelandaian memanjang minimum ditentukan berdasarkan ada tidaknya lereng di
kanan-kiri jalan, yang menjadi pertimbangan untuk perencanaan saluran air (drainase);
apabila dikanan-kiri jalan tidak ada lereng maka kelandaian memanjang minimumnya
adalah 0,3-0,5 % untuk memungkinkan air dapat mengalir. Lebar saluran air dikanan dan
dikiri jalan dibuat antara 0,7-0,1 meter, dengan kedalam sekitar 0,5-,06 meter.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

0,5 m 1 m 2m 1m 2m 1m 0,5 m
A

63 safety berm

1,0,25 m

Gambar III.3. Dimensi Jalan Tambang

III.3.7.2. Sarana bangunan


Sarana bangunan milik PT. Tujuh Saudara, umumnya memiliki legalitas hukum
dalam bentuk HGB dan HGU. Sarana bangunan tersebut berupa Tempat penimbunan,
instalasi tangki air, instalasi listrik, dermaga, galangan kapal, gudang, bangunan
perbengkelan, perkantoran, perumahan, wisma, gedung olah raga, rumah sakit dan
sekolah.
A. Bangunan Produksi
Bangunan produksi meliputi, bengkel, Setlling pond, Dermaga, Jetty, tangki minyak
solar dan gudang.
1. Bangunan Bengkel
Bangunan bengkel PT. Tujuh Saudara terdiri atas bengkel besar dan bengkel listrik.
Status kedua bangunan tersebut merupakan milik perusahaan. Penggunaan kedua aset
bangunan ini adalah untuk memperbaiki dan membuat peralatan/suku cadang alat-alat
tambang dalam menunjang kegiatan tambang Batubara. Dinding bangunan terbuat dari
tembok, rangka baja dan atap terbuat dari asbes dan seng. Kondisi fisik bangunan
bengkel diperkirakan masih layak pakai ± 50%.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

2. Pembuatan Settling Pond


Beberapa Kolam Pengendapan (settling pond) akan dibuat untuk menampung semua
aliran permukaan run off pada Pit-pit tambang yang akan ditambang pada areal PT.
TUJUH SAUDARA. Pembangunan settling pond ini juga untuk mencegah mengalirnya air
asam tambang yang dimungkinkan pada saat kegiatan operasi produksi berlangsung. PT.
TUJUH SAUDARA akan membuat beberapa settling pond diareal penambangan pada
blok-blok penambangan. Selain pada PIT/Blok tambang, settling pond juga akan dibuat
pada stockpile peremukan batubara dan penimbunan batubara, yang dimaksudkan agar
partikel-partikel batubara yang terbawa air tidak langsung mengalir ke perairan bebas,
sehingga tidak mencemari lingkungan disekitar areal tambang.

3. Gudang Bahan Bakar dan Kantor Administrasi BBM


Selain gudang alat berat dan perbengkelan, PT. TUJUH SAUDARA akan membuat
gudang penyimpanan bahan bakar dengan dilengkapi sarana keamanan bahan bakar
dan kantor administrasi BBM yang mengontrol keluar masuk dan penggunaan BBM
untuk kegiatan konstruksi maupun kegiatan operasi produksi. Stasiun pengisian bahan
bakar untuk tangki pengangkut akan didesain khusus dengan memperhatikan keamanan
dan kenyamanan dalam melakukan pengisian bahan bakar, karena lokasi pengisian
sangat riskan terhadap bahaya kebakaran. Untuk stasiun pengisian bahan bakar ini PT.
TUJUH SAUDARA akan mengalokasi areal khusus sebagai tempat pengisian bahan bakar
yang akan digunakan.

4. Gudang Alat Berat dan Bengkel


Untuk menunjang kegiatan kontruksi dan kegiatan operasi produksi akan dibangun
gudang/workshop tambang yang dilengkapi dengan sarana perbengkelan. Gudang dan
sarana perbengkelan ini akan dibangun dengan luas 300 m 2, dengan 2 sistem bangunan
yaitu untuk parkir alat berat pada lokasi terbuka sedangkan untuk perbengkelan alat
berat dibuat tetutup untuk menjaga keamanan alat-alat yang disimpan pada gudang dan
bengkel. Selain itu pada areal disekitar lokasi gudang dan bengkel akan dibuat sebuah
saluran penampungan dan pembuangan oli/bahan pelumas yang sudah tidak digunakan.
Oil trap ini dibuat tertutup ada galian tanah didesain agar tidak meresap ke dalam tanah
dan mencemari lingkungan disekitar areal. Sementara untuk mengantisipasi alat-alat
berat yang belum aktif disediakan areal parkir khusus yang tidak mengganggu kegiatan

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

lain disekitar lokasi kegiatan. Disekitar gudang akar diberi pagar mengantisipasi adanya
kegiatan keluar masuk area sehingga keamanan tetap terjaga, dan akan dibuat rumah
jaga/pos jaga yyang senantiasa bisa mengawasi keadaan disekitar gudang dan
perbengkelan.

5. Instalasi / Sentral Listrik


Bangunan sentral Pembangkit listrik PT. Tujuh Saudara masih berada pada
Emplasemen Kawasan Pertambangan yaitu seluas ( 30 m² ). Digunakan sebagai sumber
listrik bagi kegiatan penambangan maupun penerangan perumahan dan perkantoran
dalam lingkungan emplasemen. Kondisi fisik Sentral listrik tersebut sekitar 60% dalam
keadaan kondisi baik.

6. Pembangunan Jetty
Pembangunan Jetty dimaksudkan untuk sarana pemuatan batubara di areal stockpile
sementara PT. TUJUH SAUDARA yang dalam perencanaannya akan ditempatkan di
sungai barito . Jetty ini berfungsi untuk memuat batubara dari stockpile ke dalam
tongkang yang akan diangkut melalui Sungai Barito menuju ke Muara Laut Jawa.
Pembangunan jetty adalah pemasangan tiang pancang yang akan menjadi besi tiang
dermaga tempat bersandarnya tongkang pada proses bongkar muat batubara. Besi tiang
dermaga berukuran 5-8 inci, ditancapkan di pinggir sungai, dengan posisi yang terbagi
dalam 5 kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 tiang pancang.

7. Dermaga/Pelabuhan
Selain jetty juga akan dibangun dermaga pemuatan batubara ke tongkang yang
berukuran kapasitas 1.500 ton. Selain itu dermaga juga berfungsi sebagai tempat sandar
tongkang yang akan memuat batubara dan mengakut batubara ke muara laut Jawa.
Pembangunan dermaga ini akan didesain sesuai kebutuhan dan kapasitas tongkang yang
akan digunakan dalam pengangkutan batubara PT. TUJUH SAUDARA dan juga kebutuhan
lain apabila ada kegiatan operasi produksi kaitannya dengan arus lalu lintas perusahaan
PT. TUJUH SAUDARA menggunakan Sungai Barito.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA


BAB III
KONDISI PERUSAHAAN

8. Perkantoran
Bangunan perkantoran milik PT. Tujuh Saudara seluas 125 m2 Bangunan perkantoran
PT. Tujuh Saudara hampir seluruhnya terletak dalam satu lokasi, yaitu dalam lingkungan,
kecuali Kantor Perkapalan dan Kantor Pemuatan Mekanis yang terletak di sekitar
pelabuhan .

9. Perumahan
Perumahan pegawai milik PT. Tujuh Saudara seluas 80 m 2

10. Klinik dan Tempat Ibadah


Klinik dan tempat ibadah seluas 200 m 2 . Diharapkan klinik dan tempat ibadah ini
menjadi swadana, sehingga dapat memberikan pelayanan dengan baik untuk seluruh
penduduk Barito Timur, khususnya daerah Kecamatan Kecamatan Dusun Timur .

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


10

PT. TUJUH BERSAUDARA

Anda mungkin juga menyukai