Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah dalam membangun sumber daya manusia aparatur negara agar memiliki
profesionalitas kinerja, pemerintah mengeluarkan UU No.5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara. Undang-undang ini juga mengedepankan tentang kualifikasi, dan kompetensi yang
harus dimiliki Aparatur Sipil Negara untuk melaksanakan tugas dan fungsi pemerintah dan
pembangunan selaras dengan berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia. Aparatur
Sipil Negara biasa di sebut sebagai birokrat saat ini merujuk kepada sebuah profesi pelayanan
public yang harus memiliki kualifikasi dan kompetensi guna melaksanakan tugas
pemerintahan dan pembangunan yang lebihbaik sesuai dengan UU No. 5 Tahun 2014 tentang
ASN.
Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan
instansi pemerintah untuk wajib memberikan pendidikan dan pelatihan (Diklat) terintegrasi
bagi calon Pegawai Negeri Sipil selama satu tahun masa percobaan. Sistem pembelajaran
pada pendidikan dan pelatihan prajabatan pola baru ini, menuntut setiap peserta diklat
prjabatan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi yang disingkat menjadi
ANEKA. Terdapat lima rangkaian kegiatan pembelajaran aktualisasi yang harus dilaksanakan
oleh setiap peserta diklat prjabatan yaitu : 1) merancang aktualisasi nilai dasar PNS, 2)
mempersentasikan rancangan aktualisasi, 3) mengaktualisasikan nilai dasar di tempat tugas
atau tempat magang, 4) melaporkan pelaksanaan aktualisasi nilai dasar, 5) mempresentasikan
laporan aktualisasi dan, 6) menyusun rencana aksi penyempurnaan aktualisasi nilai - nilai
dasar Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan Negara
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
guna membangun Aparatur Sipil Negara yang memiliki integritas, riteriaal, netral, dan bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan riter bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai
riter perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN)

1
sehingga di atur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa salah satu jenis Diklat
yang strategis untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN menjadi riteriaal seperti
tersebut diatas adalah Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bagi PNS yang dikemas dalam suatu
program disebut dengan istilah Diklat Prajabatan. Diklat Prajabatan ini dilaksanakan dalam
rangka membentuk nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang kemudian berperan
dalam membentuk karakter PNS yang kuat, yaitu PNS yang mampu bersikap dan bertindak
dalam melayani masyarakat.
Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung
jawab menyelengggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya dengan visi sebagai pusat kesehatan masyarakat yang bermutu dan
terjangkau dalam mewujudakan masyarakat yang sehat menuju masyarakat yang religious,
berbudaya maju dan sejahtera.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdi diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan. Sebagai
pelayan public, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi, tetapi
pelayanan harus diberikan dengan maksud memperdayakan masyarakat yang lebih baik.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Laporan aktualisasi nilai dasar Pegawai Negeri Sipil ini bertujuan sebagai :

1) Pengaktualisasian nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, EtikaPublik, KomitmenMutu,


dan Anti Korupsi (ANEKA) sebagai Aparatur Sipil Negara di instansi tempat bekerja.
2) Menganalisis tugas dan fungsi ASN.
3) Melakukan analisis dampak apabila nilai-nilai dasar profesi PNS, peran dan kedudukan
PNS dalam NKRI tidak diterapkan dalam tahapan kegiatan kerja.
4) Mengidentifikasi nilai-nilai dasar profesi ASN dalam melaksanakan tugas dan fungsi
ASN.
5) Mengidentifikasi dan Mengaktualisasikan peran dan kedudukan ASN dalam NKRI.

Manfaat yang diperoleh dari aktualisasi antara lain:

1) Menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS serta peran dan kedudukannya.

2
2) Meningkatkan mutu pelayanan masyarakat pada satuankerja dan kenyamanan masyarakat
sebagai stakeholder.
3) Manfaat yang didapatkan oleh peserta diklat latsar adalah peserta dapat memahami,
menginternalisasi dan kemudian mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN dalam
melaksanakan tugas dan fungsi ASN di tempatkerja.
4) Manfaat bagi unit kerja dan organisasi adalah mendapatkan kontribusi dari peserta diklat
latsar untuk mencapai tujuan, visi dan misi bersama. Stake holder juga mendapatkan
manfaat yaitu dapat merasakan inovasi-inovasi dari kegiatan yang dilaksanakan oleh
peserta diklat latsar

1.3 Ruang Lingkup

Penulisan ini dibatasi pada kegiatan yang mengandung nilai-nilai dasar profesi
Pegawai Negeri Sipil yaitu: akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu,
dan anti korupsi yang kegiatan rancangan aktualisasi ini akan diimplementasikan
selama masa habituasi pada tanggal 11 Juli Sampai dengan Tanggal 17 Agustus tahun
2021 dengan lokasi pelaksanaan di Puskesmas Panca Karsa II.

3
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI

2.1 Deskripsi Organisasi

2.1.1 Profil Organisasi

Puskesmas Panca Karsa II adalah salah satu Puskesmas yang berada di Desa
Panca Karsa II, Kecamatan Taluditi, secara geografis luas wilayah 147 km2 dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tilonggula (Gorut)
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Randangan
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Marisa & Patilanggio
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wonggarasi.
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Panca Karsa II berdasarkan data
statistik pada tahun 2018 berjumlah 5.452 jiwa dengan jumlah rumah tangga 1552 KK.
Wilayah kerja puskesmas Panca Karsa II tahun 2018 memiliki upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang terdiri dari 3 Pustu, 3 Poskesdes dan 5
Posyandu.
2.1.2 Visi, Misi dan Nilai Organisasi

A. Visi:

Puskesmas Panca Karsa II Mempunyai Visi : Terwujudnya Wilayah Kerja Yang


Sehat, Mandiri, dan Berkeadilan tahun 2023

B. Misi:
1. Melaksanakan Upaya Pelayan yang bermutu tinggi
2. Berinovasi dalam setiap Upaya Kesahatan
3. Menjadi Inspirasi bagi banyak invidu keluarga, komunitas,dan masyarakat
4. Mengeratkan kerja sama lintas program dan lintas sector
5. Mewujudkan akuntabilitas dan transparansi keuangan
C. Nilai Organisasi:

Nilai Organisasi pada Puskesmas Panca Karsa II “4K”

1. K – Komitmen

4
Manajemen Puskesmas P1, P2, dan P3semuanya di balut dengan komitmen
peningkatan Mutu Yang Tinggi.
2. K – Konsisten
Standar mutu yang baik diupayakan konsisten dilaksanakan agar layanan yang
diberikan terus memuaskan Costumer.
3. K – Komunikatif
Kunci sukses eratan lintas sektoral dan program adalah komunikasi yang intensif, baik
dan membangun.
4. K – Komprehensif
Masalah, hambatan, rintangan pelayanan yang timbul baik di UKP dan UKM selalu
sifatnya Komprehensi, oleh karena itu penanganannya juga harus
Komprehensif/menyeluruh.

2.2 Deskripsi Isu

Khusus untuk Pelatihan Dasar CPNS pengambilan dari hal-hal berkaitan dengan
manajemen ASN, manajemen pelayanan publik dan whole of government didapatkan isu-isu
berikut:

1. Belum optimalnya peran perawat dalam health education pada pasien pulang di rawat
inap di puskesmas panca karsa II
2. Kurangnya kesadaran petugas mencuci tangan sebelum dan sesudah interaksi dengan
pasien di puskesmas panca karsa II
3. Belum efektifnya jadwal jam kunjungan di ruang rawat inap di puskesmas panca
karsa II
4. Kurangnya kesadaran petugas dalam proteksi diri dalam melakukan tindakan di
puskesmas panca karsa II
5. Kurangnya pemahaman pengunjung pasien tentang kawasan bebas asap rokok di
puskesmas panca karsa II
Dari isu di atas, analisis isu dilakukan dengan menggunakan alat analisis AKPK
(Aktual, Kekhalayakan, Problematika dan Kelayakan). Alat analisis AKPK digunakan
untuk menentukan kriteria isu. Penilaian isu menggunakan alat analisis AKPK
menggunakan bobot penilaian sebagai berikut:

5
AKPK (kriteria isu)
1. Aktual: Benar-benar terjadi, sedang hangat dibicarakan di masyarakat.
2. Kekhalayakan: Isu menyangkut hajat hidup orang banyak
3. Problematik: Isu memiliki dimensi masyalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan
solusinya sesegera mungkin.
4. Kelayakan: masuk akal, realisitis, relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya.

Tabel 1.Bobot penetapan kriteria kualitas ISU AKPK dan USG

Bobot Keterangan

5 Sangat kuat pengaruhnya

4 Kuat pengaruhnya

3 Sedang pengaruhnya

2 Kurang pengaruhnya

1 Sangat kurang pengaruhnya

6
Analisis kriteria isu dengan alat analisis AKPK

Tabel 2.Tabel Analisis isu menggunakan AKPK

No ISU A K P K Jml Peringkat

(1-5) (1-5) (1-5) (1-5)

1 Belum optimalnya peran


perawat dalam health
4 5 4 5 18 1
education pada pasien
pulang di rawat inap
puskesmas panca karsa II

2 Kurangnya kesadaran
petugas mencuci tangan
4 4 4 4 16 2
sebelum dan sesudah
interaksi dengan pasien di
puskesmas panca karsa II

3 Belum efektifnya jadwal


jam kunjungan di ruang
3 4 3 3 13 4
rawat inap Puskesmas
panca karsa II

4 Kurangnya kesadaran
petugas dalam proteksi dini
3 4 3 4 14 3
dalam melakukan tindakan
di puskesmas panca karsa II

5 Kurangnya pemahaman
pengunjung pasien tentang
4 3 3 3 13 5
kawasan bebas asap rokok
di puskesmas Panaca karsa
II

Dari isu di atas dipilih 3 isu dengan nilai tertinggi untuk di analisis menggunakan alat
analisis USG (Urgency, Seriousness dan Growth) untuk menentukan kualitas isu. Rentang

7
nilai yang diberikan sama dengan rentang nilai yang ada dalam analisis isu menggunakan alat
analisis AKPK.

Analisis kualitas isu dengan menggunakan alat analisis USG


Tabel 3. Analisis isu menggunakan USG
No Penilaian Kriteria JMl Peringkat

Masalah U (1-5) S (1-5) G (1-5)

1. Belum optimalnya peran perawat 5 4 4 13 1


dalam health education pada
pasien pulang di rawat inap di
puskesmas panca karsa II

2. Kurangnya kesadaran petugas 4 3 4 11 2


mencuci tangan sebelum dan
sesudah interaksi dengan pasien
di puskesmas panca karsa II

3 Kurangnya kesadaran petugas 3 3 4 10 3


dalam proteksi diri dalam
melakukan tindakan di
puskesmas panca karsa II

Dari ketiga kriteria isu yang mendapat ranking tiga besar tersebut kemudian dilakukan
analisis lanjutan yaitu analisis kualitas isu dengan alat analisis USG.
USG (kualitas isu)yaitu :
1. Urgency : seberapa mendesak isu itu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti
2. Seriousness: seberapas serius isu itu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan
3. Growth: seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
sebagaimana mestinya.
Berdasarkan hasil analisis isu menggunakan alat analisis USG di atas dapat dilihat
bagaimana kualitas Isu yang ada. Isu yang mendapatkan ranking tertinggi adalah isu final
dan menjadi isu yang perlu dicarikan pemecahan masalahnya yaitu: “Belum optimalnya

8
peran perawat dalam health education pada pasien pulang di rawat inap puskesmas panca
karsa II”.

2.3 Argumentasi terhadap Isu

Isu yang terpilihmenjadi core issue Adalah “Belum optimalnya peran perawat

dalam health education pada pasien pulang di rawat inap di puskesmas panca karsa II”.

Oleh karena itu perlu dilakukan”Optimalisasi peran perawat dalam health education pada

pasien pulang di rawat inap di puskesmas panca karsa II”. yang dapat dilakukan dengan

tahapan-tahapan kegiatan, dan berkonstribusi bagi visi dan misi organisasi dan memberikan
penguatan pada tujuan organisasi.

Dampak yang dapat terjadi jika issu tidak ditangani yaitu:

1. Meningkatnya Kecemasan dan Kematian Pasien


2. Resiko terjadinya Ketidakpuasan Pasien Terhadap Kualitas Layanan Kesehatan
3. Tidak Tercapainya Tingkat Kesehatan Yang Optimal

2.4 Kegiatan Untuk Penyelesaian Isu

Berdasarkan hasil analisis pohon (tree analysis) pada sub bab argumentasi terhadap
isu di atas, telah ditetapkan gagasan kreatif yangperlu dilakukandalam rangka pemecahan isu
yaitu“Optimalisasi peran perawat dalam health education pada pasien pulang di rawat inap
puskesmas panca karsa II”melalui kegiatan-kegiatan antara lain:

1. Konsultasi dan koordinasi dengan pimpinan


2. Sosialisasi dan pembangunan komitmen petugas dalam pemberian edukasi
3. Melepas IVFD
4. Memberikan edukasi tentang penyakit secara individu/keluarga
5. Memfasilitasi pemulangan pasien

2.5 Nilai-nilai Dasar Profesi PNS

Modul – modul E-Learning Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI


Tahun 2018 PNS yang profesional adalah PNS yang karakternya dibentuk oleh nilai – nilai

9
dasar prosefesi PNS sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara profesional
sebagai pelayan masyarakat. Nilai – nilai dasar yang dimaksud adalah Akuntabilitas PNS,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi. Selanjutnya kelima nilai
dasar tersebut diakronimkan menjadi ANEKA.

a. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah
menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan
PNS dalam politik praktis;
3. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik;
4. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu untuk menyediakan
kontrol demokratis (peran demokratis); untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional ); dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar).
Akuntabilitas terdiri dari beberapa aspek. Menurut LAN RI (2015:8), aspek-aspek tersebut
terdiri dari:
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal
(pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan akuntabilitas horisontal
(pertanggungjawaban pada masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor
publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi
akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan
akuntabilitas kebijakan. (LAN RI, 2015:7).

10
Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus memiliki sikap tanggung jawab dalam
menjalankan setiap tugasnya. Bofens (dalam LAN RI, 2015:10) menyatakan bahwa
akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis);
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Selain itu, menurut LAN RI (2015:11) akuntabilitas memiliki tingkatan hierarkis. Tingkatan
akuntabilitas terdiri dari 5 tingkatan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas personal
2. Akuntabilitas individu
3. Akuntabilitas kelompok
4. Akuntabilitas organisasi
5. Akuntabilitas stakeholder
Akuntabilitas memiliki empat dimensi agar memenuhi terwujudnya sektor publik yang
akuntabel, diantaranya sebagai berikut:
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality);
2. Akuntabilitas proses (process accountability);
3. Akuntabilitas program (program accountability);
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
Menurut Widita (2015) dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa
indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh
individu maupun kelompok/instansi.
3) Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
yang akan melahirkan akuntabilitas.

11
7) Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan
kapasitas.
8) Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang
jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
9) Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada
tercapai tujuan akhir.

b. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan tidak hanya
sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan
nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir
mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang berorientasi pada
kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar
memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan kebangsaannya. (Widita,
2015)
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas
mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering
disebut chauvinisme. Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang
rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain
(LAN RI, 2015:1). Secara politis nasionalisme berarti pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila.
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN adalah menjalankan
kebijakan publik. Kebijakan publik diharapkan dapat dilakukan dengan integritas tinggi
dalam melayani publik sehingga dalam menjadi pelayan publik yang profesional. ASN adalah
aparat pelaksana yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi
landasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala bentuk pelayanan sektor publik
yang dilaksanakan aparatur pemerintah, termasuk aparat yang bergerak di bidang
perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

12
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (LAN, 2015:120). Sebagai pelayan
publik seorang ASN dituntut menjadi profesional untuk menciptakan pelayanan yang prima.
Selain profesional dan melayani, ASN juga dituntut harus memiliki integritas tinggi
yang merupakan bagian dari kode etik dan kode etik perilaku yang telah diatur dalam
Undang-Undang ASN. Etika-etika dalam kode etik tersebut harus diarahkan pada pilihan-
pilihan yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat luas.

c. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu,
mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik
dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut,
Catalano, 1991 (dalam Widita, 2015).
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi
yang adil (LAN, 2015:8). Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik atau buruk, benar
atau salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan kewajiban yang baik atau benar.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma
yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik
(LAN, 2015:6). Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki
komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan,
dimensi-dimensi peribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko dalam
LAN, 2015:7).
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-
ketentuan tertulis (LAN, 2015:9). Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah
laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis
yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai
berikut:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

13
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain;
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN.

Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan publik yang bertujuan
untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan relevan, dimensi modalitas yang terdiri
dari akuntabilitas, transparansi, dan netralitas, serta dimensi tindakan integritas publik (LAN,
2015:11). Ketiga dimensi tersebut dapat menjadi dasar untuk dapat menjadi pelayan publik
yang beretika.
Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi teknis dan
leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik
pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka,
tidak peduli dan bahkan seringkali diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah
yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana
nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan diterapkannya kode
etik ASN, perilaku pejabat publik harus berubah dari penguasa menjadi pelayan, dari
wewenang menjadi peranan, dan menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia namun juga di akhirat.

d. Komitmen Mutu
LAN RI (2015: 9) menjelaskan bahwa karakteristik utama yang dapat dijadikan dasar
untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik

14
dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi kepuasan,
sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan.
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk
beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI
(2015:11) menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi secara perlahan (bersifat
evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat (bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi
salah satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan
efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya
diukur dari performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan
waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa
menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi
penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat
diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan
memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang
diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
4. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja.

15
Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi
dan menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas
pelayan (Berry dan Pasuraman dalam Zulian Zamit, 2010:11), yaitu:
1. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan
sarana komunikasi;
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan
segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
3. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan dengan
tanggap;
4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya;
5. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan
perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan dan bahkan melampaui harapannya. Manajemen mutu harus
dilaksanakan secara terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk
senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan pelanggan. Bill Creech (dalam
LAN, 2015) memperkenalkan lima pilar dalam manajemen mutu terpadu yaitu produk,
proses, organisasi, pemimpin dan komitmen. Kelima pilar tersebut memiliki keterkaitan dan
ketergantungan yang tinggi, sehingga target mutu dapat diwujudkan bahkan dapat terus
ditingkatkan secara berkelanjutan.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan
masyarakat yang menerima layanan. Mutu kerja aparatur dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat dewasa ini masih banyak yang tidak mengindahkan peraturan perundang-
undangan.

e. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena
dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi,
keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam
kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. (Widita, 2015)

16
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus diperhatikan,
yaitu :
1. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan
integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi
pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan
serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat
membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
2. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang.
Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan
sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita,
dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk
memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
3. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja
secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-
pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
4. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk
terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan
dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai
pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan
yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
5. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan
dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan
sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat,

17
negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
6. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya
demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya
pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-
baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
7. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan
berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak
tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi
modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak
akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk
mencari harta sebanyak-banyaknya.

8. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan
kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan
dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian
dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan
perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan
tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang
menyimpang.
9. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai
dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa
yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi
yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan
keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan selalu
ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa
seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan sehingga dapat
menjadi benteng kuat untuk anti korupsi. Tanggung jawab spiritual yang baik akan
menghasilkan niat yang baik dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga

18
selalu memiliki semangat untuk melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil
terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan secara publik.

2.6 Matrix Rancangan

Matrix Rancangan Aktualisasi

Unit Kerja : PUSKESMAS PANCA KARSA II

Identifikasi isu :

1. Belum optimalnya peran perawat dalam health education pada pasien pulang di
rawat inap puskesmas panca karsa II.
2. Kurangnya kesadaran petugas mencuci tangan sebelum dan sesudah interaksi di
puskesmas panca karsa II
3. Belum efektifnya jam kunjungan di ruang rawat inap di puskesmas panca karsa II
4. Kurangnya kesadaran petugas dalam proteksi diri dalam melakukan tindakan di
puskesmas panca karsa II
5. Kurangnya pemahaman pengunjung pasien tentang kawasan bebas asap rokok di
puskesmas panca karsa II

Isu yang diangkat : Belum optimalnya peran perawat dalam health education
pada pasien pulang di rawat inap puskesmas panca karsa II.

Gagasan pemecahan isu : Optimalisasi peran perawat dalam health education pada
pasien pulang di rawat inap puskesmas PANCA KARSA II,
melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Konsultasi dan koordinasi dengan pimpinan


2. Sosialisasi dan pembangunan komitmen petugas dalam
pemberian edukasi
3. Melepas IVFD
4. Memberikan edukasi tentang penyakit secara
individu/keluarga
5. Memfasilitasi pemulangan pasien.

19

Anda mungkin juga menyukai