TUJUAN PENELITIAN
Untuk membuat suatu rancangan pengupasan lapisan tanah penutup yang dapat mendukung
kinerja penambangan lapisan batubara dimana didalamnya telah mencakup beberapa aspek yang
harus benar-benar menjadi pertimbangan antara lain aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan.
Bentuk lapisan tanah penutup, ukuran ketebalan dan luasnya akan menentukan
volume keseluruhan sehingga dengan factor pengembangan tertentu dapat
digunakan untuk mencari dan menentukan lokasi penampungan material hasil
penggalian.
Untuk menghitung volume tanah penutup digunakan metode penampang
melintang (Cross Section) sebagai berikut 9):
L1 + L2 Ln−1 +Ln
xd 1 +. . .+ xd n−1
V= 2 2 ………(E.1)
V = Volume Tanah Penutup, m3(BCM)
L1 = Luas Penampang Blok Pertama, m2
L2 = Luas Penampang Blok Kedua, m2
n = Sayatan ke 3, 4 dan seterusnya
d = Jarak Tegak Lurus L1 dan L2
d. Tumbuh-tumbuhan (Vegetation)
Keadaan tanaman atau pepohonan yang tumbuh di tempat kerja perlu diteliti
apakah terdiri dari hutan belukar, semak-semak, rawa-rawa, pohon besar yang
akarnya kuat, dsb. Ini perlu dipertimbangkan dalam melakukan pembukaan
lahan di daerah kerja, apakah akan ditebang satu-satu ataukah akan ditebang
secara masal. Sehingga dapat dipilih untuk diterapkan sesuai dengan
kondisinya, metode apa yang paling cocok dengan menyesuaikan peralatan
apa saja yang dibutuhkan.
e. Lokasi Penimbunan
Penentuan lokasi penimbunan tanah penutup pada tempat tertentu harus
memperhatikan factor-faktor tertentu sebagai persyaratannya yaitu :
1. Topografi Daerah
Bentuk permukaan lokasi penimbunan apakah berupa lekukan, datar,
curam atau landai.
2. Kondisi tanah
Keadaan asli tanah permukaan dari tempat penimbunan dan vegetasi yang
ada : daerah ini apakah masih ditutupi tanah yang mengandung unsur hara
(berhara) atau tidak, serta bagaimana keadaan vegetasi yang ada di daerah
tersebut.
3. Hidrologi
Tempat dimana akan dijadikan lokasi penimbunan, apakah di bawah
lokasi tersebut merupakan jenis lapisan tanah yang bersifat menyimpan
kandungan air atau tidak.
4. Endapan Bahan Tambang
Seberapa luas penyebaran endapan bahan tambang harus diketahui, hal ini
untuk merencanakan agar lokasi tempat penimbunan tanah penutup tidak
berada di atas lokasi dimana endapan bahan tambang tersebut terdapat.
5. Lokasi dan Jarak Dorong Rata-rata.
Lokasi penimbunan yang terlalu jauh akan menyebabkan waktu edar alat-
alat angkut menjadi lama dan ini kurang menguntungkan, menyebabkan
adanya waktu menunggu alat-alat muat dan menyebabkan membutuhkan
jumlah alat angkut yang lebih banyak agar tidak ada waktu alat muat
menganggur.
6. Volume Tampung Tempat Penimbunan
Dengan mengetahui volume tanah penutup yang akan dikupas maka
perlu diperhitungkan luas dari tempat penimbunan tersebut agar mampu
menampung material hasil pengupasan tersebut. Hal tersebut juga
memperhatikan macam material dan perubahan volumenya karena setiap
macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik dan
mineralogy yang berbeda-beda. Pada operasi penambangan volume
penggalian diharapkan sama dengan volume penimbunan, akan tetapi
kebanyakan tanah atau batuan akan bertambah volumenya sebesar 30 %
kalau digali dan akan berkurang volumenya 10 % kalau dipadatkan di
tempat lain.
7. Pengaruh Tanah Terhadap Lingkungan
Apakah tanah yang ditimbun di lokasi tersebut akan mengganggu
ekosistem yang ada di daerah setempat, atau akan mengganggu
kelangsungan lingkungan sekitarnya seperti perubahan rona lingkungan,
atau akan mengganggu lahan sekitarnya semisal disekitarnya terdapat
lahan pertanian.
f. Bentuk Akhir Daerah Pengupasan
Kondisi lain yang berpengaruh dalam merancang pengupasan tanah penutup
adalah bentuk akhir daerah pengupasan. Bentuk akhir daerah pengupasan
tersebut ditentukan oleh perencanaan tata letak jalan masuk / jalan angkut,
saluran penirisan dan jenjang untuk penambangan.
g. Kemantapan Lereng
Pertanyaan yang sering muncul dalam mendiskusikan kemantapan lereng
adalah seberapa tinggi dan seberapa curamnya batuan dapat digali.
Kenyataannya massa batuan tidak menampakan satu kesatuan secara utuh dan
perilakunya di dominasi oleh bidang diskontinue seperti sesar, kekar dan
adanya bidang geser 3).
Kemantapan lereng penggalian atau penimbunan tanah /batuan tergantung
pada :
1. Tinggi Lereng Maksimum
2. Ada tidaknya Bidang Diskontinue
3. Sudut Geser, Kohesi dan Berat Jenis dari Massa Batuan
4. Pengaruh Tekanan Air Tanah
5. Ada Tidaknya “Tension Crack” pada Lereng
2. Peralatan
a. Jenis Alat
Masing-masing jenis alat gali mempunyai cara kerja dan teknologi yang
berbeda-beda, studi teknik untuk pemilihan alat gali secara optimum harus
menjamin bahwa mesin-mesin tersebut dapat mengatasi secara efektif kondisi
lapangan.
Setiap jenis alat akan mempunyai kekhususan dalam metode penggalian,
pemuatan dan penggalian-pemuatan. Kombinasi-kombinasi yang terbaik sesuai
kondisi lapangan yang akan memberikan hasil yang optimimlah yang akan
dipilih untuk digunakan.
Pada pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup pada tambang batubara
terdapat beberapa cara yang dapat diterapkan antara lain :
1. Back Tailing Digging Method
Cara ini diterapkan pada penambangan batubara tambang terbuka dengan
system Area Mining atau Open Cast Mining. Lapisan tanah penutup
dibuang / ditimbun di belakang front penambangan dimana di tempat
tersebut lapisan batubara telah selesai ditambang. Untuk selanjutnya
kemajuan pengupasan maju ke arah depan diikuti kemajuan penambangan
batubara dan selanjutnya tanah penutup yang telah tergali ditimbun ke
tempat bekas penambangan sebelumnya.
Peralatan yang digunakan antara lain adalah Power Shovel atau Dragline.
Jika dengan 1 peralatan mekanis apakah berupa Power Shovel atau
Dragline maka akan disebut “Single Stripping Shovel” atau “Single
Stripping Dragline”.Jika digunakan lebih dari 1 alat mekanis maka disebut
“Tandem Stripping Shovel” atau “Tandem Stripping Dragline”.
2. Benching System
Cara ini diterapkan pada lapisan tanah penutup yang tebal dan demikian
pula lapisan batubara yang ada di tempat tersebut. Penerapannya adalah
pada saat mengupas tanah penutup sekaligus sambil membuat jenjang.
Cara ini diterapkan pada metode tambang terbuka dengan system Open Pit
Mining.
Peralatan yang digunakan untuk menggali adalah Jenis excavator seperti
Power Shovel atau Back Hoe, dengan dibantu alat angkut yaitu Dump
Truck.
3. Multi Bucket Excavator System
Cara ini diterapkan pada lapisan batubara yang tidak terlalu tebal tetapi
memiliki lapisan yang datar meliputi daerah yang luas. Pada proses
pengupasannya Lapisan tanah penutup dibuang / ditimbun ke tempat yang
telah digali lapisan batubaranya atau ditimbun / dibuang ke tempat
penimbunan khusus. Peralatan yang digunakan adalah Bucket Wheel
Excavator (BWE).
4. Drag Scraper System
Pengupasan lapisan tanah penutup diikuti dengan penggalian batubara
setelah tanah penutup dibuang. Tapi dapat pula diterapkan dengan
mengupas secara keseluruhan lapisan tanah penutup baru dilakukan
penggalian terhadap lapisan batubara. Peralatan yang digunakan adalah
jenis Scraper. Cara ini cocok digunakan pada material penutup yang
bersifat lunak dan lepas.
5. Stack Line Cable Way
Pengupasan Lapisan dengan menggunakan “Flexible Cable” ,dimana
kabel itu menghubungkan dua menara dapat bersifat menetap atau
berpindah-pindah (sesuai kebutuhan penggalian), dimana pada Kabel itu
dipasang peralatan gali semacam scraper. Dapat digunakan untuk menggali
lapisan tanah penutup yang relatif datar atau landai dan meliputi daerah
yang luas, dimana lapisan batubara yang ada dibawahnya tersebar meliputi
daerah yang luas.
6. Cara Konvensional
Cara ini diterapkan dengan menggunakan kombinasi peralatan mekanis
seperti Bulldozer sebagai alat garu-dorong, Loader sebagai alat muat dan
Dump Truck sebagai alat angkut
Dalam perencanan pengupasan lapisan tanah penutup juga harus
diperhitungkan dengan tepat metode penggalian sesuai dengan fungsi alat
tersebut apakah sebagai alat garu-dorong, alat gali-muat.
Jika digunakan alat garu-dorong yakni Bulldozer maka metode
penggusurannya antara lain :
1. Down Hill Dozing
Dalam metode ini cara kerja Bulldozer adalah selalu mendorong ke bawah,
jadi mengambil keuntungan dari bantuan gravitasi untuk menambang
tenaga dan kecepatan.
2. High Wall or Float Dozing
Bulldozer menggali beberapa kali, lalu mengumpulkan galian menjadi satu
dan mendorong dengan hati-hati pada lereng yang curam. Sebelum seluruh
tanah habis meluncur ke lereng Bulldozer harus direm agar tidak terjungkir
ke dalam lereng.
3. Trench or Slot Dozing
Bulldozer yang menggali melalui satu jalan yang sama akan menyebabkan
terbentuknya semacam dinding di kiri dan kanan bilah yang disebut
Spilages, sehingga pada pendorongan tanah berikutnya tidak ada tanah
yang keluar atau tercecer ke samping bilah (blade).
Dan Jika digunakan alat gali-muat dalam hal ini Excavator Jenis Back Hoe
maka terdapat beberapa metode penggalian-pemuatan yang dapat diterapkan
antara lain :
1. Frontal Cuts
Pada metode ini Back hoe berhadapan dengan muka jenjang dan mulai
menggali ke depan (lurus ke muka) dan ke samping. Pertama kali Back
Hoe memuati truk sebelah kiri sampai penuh, setelah itu diteruskan dengan
yang sebelah kanan atau sebaliknya. Karena itu pola pemuatan ini cukup
efektif. Dipandang dari unjuk kerja Back Hoe yang digunakan, pola
pemuatan ini sangat efisien meskipun truk harus mundur untuk mengambil
posisi.
2. Parallel Cuts With Drive – By
Back Hoe bergerak melintang dan sejajar dengan lokasi penggalian. Jalan
masuk ke jenjang untuk truk harus tersedia dari dua arah. Efisiensi untuk
Back Hoe dan Truk sangat tinggi, meskipun rata-rata sudut putar lebih
besar daripada frontal cut, tetapi truk tidak mundur ke belakang Back Hoe.
Dengan demikian pengambilan posisinya akan lebih mudah.
3. Parallel Cuts – Turn And Back
a. Single Spoting
Truk kedua menunggu selagi Back Hoe memuat ke truk
pertama.Setelah truk pertama berangkat, truk kedua berputar dan
mundur ke posisi yang sesuai. Selama truk kedua diisi truk ketiga
datang dan seterusnya. Pada pola ini, truk dan Back Hoe mengalami
waktu tunggu.
b. Double Spoting
Truk pertama diisi. Truk kedua datang dan mundur untuk mengambil
posisi. Saat truk kedua telah berada dalam posisinya, Back Hoe masih
mengisi truk pertama. Begitu truk pertama berangkat, Back Hoe mulai
mengisi truk kedua. Ketika truk kedua sedang diisi, truk ketiga datang
dan seterusnya. Pada pola ini Back Hoe tidak mengalami waktu
tunggu. Produksi keseluruhan lebih tinggi dari pada pola Single
Spoting.
b. Kapasitas Daya Guna Alat
Kapasitas daya guna alat harus sesuai dan cocok untuk menunjang produksi
pengupasan yang akan dilakukan serta memungkinkan beroperasi sesuai
dengan kondisi : Grade, Altitute, Haul Distance.
c. Kemampuan Produksi Alat Mekanis
Besarnya produksi atau out put dari peralatan sangat tergantung pada 2 hal :
i. Angka siklus penggalian yang memberikan periode waktu
ii. Volume sebenarnya pada setiap penggalian.
Untuk melengkapi pengertian bagaimana menaksir atau meramalkan produksi
alat mekanis, definisi yang jelas dari beberapa variable yang mewakili dua hal
tersebut diuraikan sebagai berikut :
Dimana :
AI = Availability Index
W = Working Hours (jam kerja alat)
R = Repair Hours (jam perbaikan)
2. Phisical Availability (Operational Availability)
Phisical Availability (Operational Availability) merupakan catatan
Operational Availability dari alat yang digunakan atau faktor yang
menunjukan kesediaan suatu alat untuk melakukan pekerjaan dengan
menghilangkan waktu yang hilang karena berbagai sebab dan dapat
dirumuskan sbb ) :
W +S
x100 %
PA = (W +R+S ) ………………(E.3)
Dimana :
PA = Phisical Availability
W = Working Hours (jan kerja alat)
R = Repair Hours (jam perbaikan)
S = Stanby Hours ( Jam alat tidak dapat digunakan dimana alat tidak
rusak).
Phisical Availability alat mekanis umumnya selalu lebih besar dari AI, hal
ini menunjukan alat tersebut baik digunakan dan sesuai dengan
kemampuannya.
3. Use of Availability
Use of Availability merupakan persentase waktu yang digunakan alat
untuk beroperasi pada saat alat digunakan dapat dilihat pada rumus
dibawah ) :
W
x100 %
UA = (W +S ) ……………..(E.4)
Dimana :
UA = Use Availability
W = Working Hours (jam kerja alat)
S = Stanby Hours ( Jam alat tidak dapat digunakan dimana alat tidak
rusak)
4. Effective utilization
Effective utilization menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja
yang tersedia dapat dimamfaatkan untuk kerja produktif dan dapat
dijelaskan dengan rumus dibawah )
W
x100 %
EU = (W +R+S ) ……………….(E.5)
Dimana :
EU = Effective utilization
W = Working Hours (jam kerja alat)
R = Repair Hours (jam perbaikan)
S = Stand by Hours ( jam alat tidak dapat digunakan dimana alat tidak
rusak)
D. METODE PENELITIAN
- Melakukan Penelitian terhadap kegiatan pengupasan tanah penutup yang telah berlangsung.
Menganalisa kelemahan-kelemahan yang ada pada proses pengupasan lapisan tanah penutup
mulai sejak perencanaan, perancangan dan pelaksanaanya.
- Penelitian terhadap unjuk kerja alat-alat mekanis saat ini meliputi waktu kerja effektif alat,
penggunaan jam kerja yang tersedia dan produksi dari alat-alat mekanis yang ada
- Mengurangi hambatan yang ada baik hambatan yang dapat dihindari maupun yang tidak
dapat dihindari sehingga waktu sehingga waktu kerja effektif alat meningkat.
E. AKUISISI DATA
Data utama sebagai dasar dalam membuat suatu perencanaan dan rancangan pengupasan
lapisan tanah penutup adalah :
- Metode, jumlah dan jenis alat yang digunakan dalam Pembersihan lahan, Pengupasan tanah
penutup, Pemuatan, pengangkutan dan penimbunan.
- Topografi daerah penambangan, Kondisi Curah Hujan dan Kondisi Hidrologi serta Geologi
setempat.
- Jam kerja effektif penambangan dan penggunaan waktu kerja yang tersedia
- Kapasitas produksi dari alat-alat mekanis.
- Hubungan antara sifat fisik material dengan penggunaan alat muat. ( Berat material, Swell
factor, Kekerasan material, Daya dukung material, Jarak angkut).
- Keadaan tempat alat ( penempatan alat, Lebar tempat kerja)
- Kestabilan Timbunan tanah Penutup dan Kemantapan Lereng front penggalian tanah
penutup.
Data utama diperoleh dengan penyelidikan dilapangan, analisa laboratorium