Anda di halaman 1dari 18

A.

TUJUAN PENELITIAN
Untuk membuat suatu rancangan pengupasan lapisan tanah penutup yang dapat mendukung
kinerja penambangan lapisan batubara dimana didalamnya telah mencakup beberapa aspek yang
harus benar-benar menjadi pertimbangan antara lain aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan.

B. IDENTIFIKASI DAN PENDEKATAN MASALAH


Adanya rencana pengupasan lapisan tanah penutup pada blok penambangan batubara yang
dikerjakan oleh PT. Pamapersada Nusantara akan membutuhkan suatu perencanaan dan
rancangan yang tepat dan sesuai serta memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan dengan
menyesuaikan pada kondisi setempat, terutama yang berhubungan dengan lapisan batubara yang
akan ditambang.

C. DASAR TEORI RANCANGAN PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP


E.1. Rancangan Pengupasan
Tujuan pengupasan lapisan tanah penutup adalah untuk membuang material di atas
endapan bahan tambang sehingga hasil tambang dapat bersih tidak tercampur tanah atau
pengotor lainnya, mengurangi biaya pengolahan dan mempermudah kegiatan
penambangan.
Pelaksanaan pengupasan dapat dilakukan dengan peralatan antara lain : Bulldozer,
Dozer Shovel, Scraper dan Excavator seperti Power Shovel dan Back Hoe.
Rancangan pengupasan lapisan tanah penutup di tentukan atas dasar :
1. Daerah
a. Iklim
Pengaruh iklim pada suatu daerah kerja (dimana akan berlangsung kerja
pengupasan lapisan tanah penutup oleh peralatan mekanis) perlu diketahui. Di
Indonesia yang beriklim tropis memiliki dua musim. Terutama pada saat
musim hujan air, yang menggenang dan mengalir pada daerah kerja
membutuhkan suatu system penirisan yang baik. Dan pada musim kemarau
debu akan banyak terdapat di daerah kerja. Pada kondisi iklim seperti ini
temperatur panas atau dingin yang berlebihan akan mengganggu efisiensi kerja
mesin.
b. Topografi
Bentuk topografi suatu daerah yang akan dilakukan suatu kegiatan pengupasan
akan menentukan pada macam atau jenis alat yang digunakan untuk
pengupasan, sedapat mungkin alat gali yang digunakan memanfaatkan gaya
gravitasi untuk pendorongan material. Untuk penggunaan Bulldozer lebih
cocok dan baik jika digunakan untuk menggali permukaan topografi yang
landai dan rata sedangkan excavator lebih cocok digunakan pada topografi
yang curam ataupun berjenjang.
c. Kondisi Tanah Penutup
Material tanah penutup dijumpai dalam bentuk lapisan tanah pucuk (topsoil)
yang mengandung humus, tanah penutup lunak dan tanah penutup keras.
Tabel E.1
Klasifikasi Material Menurut Skala Kekerasan dan Kuat Tekan
Klasifikasi Material Skala Kekerasan Kuat Tekan
Moh’s (Mpa)
Sangat Keras +7 + 200
Keras 6–7 120 -200
Setengah Keras 4,5 - 6 60 – 120
Setengah Lunak 3 – 4,5 30 – 60
Lemah 2–3 10 – 30
Sangat Lunak 1–2 - 10

Jenis material batuan penyusun lapisan tanah penutup tersebut akan


menentukan besarnya produksi alat dan cara pengoperasiannya, karena hal ini
berhubungan dengan factor pengembangan material dan factor pengisian
mangkuk (Bucket) atau bilah (Blade).
Tabel E.2
Klasifikasi Material Menurut Bobot Isi dan Faktor Pengembangan
Macam Material Bobot Isi Faktor
(Ton/BCM) Pengembangan
(%)
Tanah Liat Kering 1,50 0,85
Tanah Liat Basah 1,80 – 2 0,82 – 0,80
Tanah Biasa Kering 1,80 0,85
Tanah Biasa Basah 2,20 0,85
Tanah Biasa 2,03 0,9
Bercampur Pasir
dan Kerikil
Kerikil Kering 2,10 0,89
(Gravel)
Kerikil Basah 2,40 0,88
(Gravel)
Andesit Hasil 2,71 0,63
Peledakan
Lumpur 1,40 – 1,90 0,83
PasirKering 1,40 – 2,10 0,89
Pasir Basah 2,10 – 2,40 0,88

Bentuk lapisan tanah penutup, ukuran ketebalan dan luasnya akan menentukan
volume keseluruhan sehingga dengan factor pengembangan tertentu dapat
digunakan untuk mencari dan menentukan lokasi penampungan material hasil
penggalian.
Untuk menghitung volume tanah penutup digunakan metode penampang
melintang (Cross Section) sebagai berikut 9):
L1 + L2 Ln−1 +Ln
xd 1 +. . .+ xd n−1
V= 2 2 ………(E.1)
V = Volume Tanah Penutup, m3(BCM)
L1 = Luas Penampang Blok Pertama, m2
L2 = Luas Penampang Blok Kedua, m2
n = Sayatan ke 3, 4 dan seterusnya
d = Jarak Tegak Lurus L1 dan L2
d. Tumbuh-tumbuhan (Vegetation)
Keadaan tanaman atau pepohonan yang tumbuh di tempat kerja perlu diteliti
apakah terdiri dari hutan belukar, semak-semak, rawa-rawa, pohon besar yang
akarnya kuat, dsb. Ini perlu dipertimbangkan dalam melakukan pembukaan
lahan di daerah kerja, apakah akan ditebang satu-satu ataukah akan ditebang
secara masal. Sehingga dapat dipilih untuk diterapkan sesuai dengan
kondisinya, metode apa yang paling cocok dengan menyesuaikan peralatan
apa saja yang dibutuhkan.
e. Lokasi Penimbunan
Penentuan lokasi penimbunan tanah penutup pada tempat tertentu harus
memperhatikan factor-faktor tertentu sebagai persyaratannya yaitu :
1. Topografi Daerah
Bentuk permukaan lokasi penimbunan apakah berupa lekukan, datar,
curam atau landai.
2. Kondisi tanah
Keadaan asli tanah permukaan dari tempat penimbunan dan vegetasi yang
ada : daerah ini apakah masih ditutupi tanah yang mengandung unsur hara
(berhara) atau tidak, serta bagaimana keadaan vegetasi yang ada di daerah
tersebut.
3. Hidrologi
Tempat dimana akan dijadikan lokasi penimbunan, apakah di bawah
lokasi tersebut merupakan jenis lapisan tanah yang bersifat menyimpan
kandungan air atau tidak.
4. Endapan Bahan Tambang
Seberapa luas penyebaran endapan bahan tambang harus diketahui, hal ini
untuk merencanakan agar lokasi tempat penimbunan tanah penutup tidak
berada di atas lokasi dimana endapan bahan tambang tersebut terdapat.
5. Lokasi dan Jarak Dorong Rata-rata.
Lokasi penimbunan yang terlalu jauh akan menyebabkan waktu edar alat-
alat angkut menjadi lama dan ini kurang menguntungkan, menyebabkan
adanya waktu menunggu alat-alat muat dan menyebabkan membutuhkan
jumlah alat angkut yang lebih banyak agar tidak ada waktu alat muat
menganggur.
6. Volume Tampung Tempat Penimbunan
Dengan mengetahui volume tanah penutup yang akan dikupas maka
perlu diperhitungkan luas dari tempat penimbunan tersebut agar mampu
menampung material hasil pengupasan tersebut. Hal tersebut juga
memperhatikan macam material dan perubahan volumenya karena setiap
macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik dan
mineralogy yang berbeda-beda. Pada operasi penambangan volume
penggalian diharapkan sama dengan volume penimbunan, akan tetapi
kebanyakan tanah atau batuan akan bertambah volumenya sebesar 30 %
kalau digali dan akan berkurang volumenya 10 % kalau dipadatkan di
tempat lain.
7. Pengaruh Tanah Terhadap Lingkungan
Apakah tanah yang ditimbun di lokasi tersebut akan mengganggu
ekosistem yang ada di daerah setempat, atau akan mengganggu
kelangsungan lingkungan sekitarnya seperti perubahan rona lingkungan,
atau akan mengganggu lahan sekitarnya semisal disekitarnya terdapat
lahan pertanian.
f. Bentuk Akhir Daerah Pengupasan
Kondisi lain yang berpengaruh dalam merancang pengupasan tanah penutup
adalah bentuk akhir daerah pengupasan. Bentuk akhir daerah pengupasan
tersebut ditentukan oleh perencanaan tata letak jalan masuk / jalan angkut,
saluran penirisan dan jenjang untuk penambangan.
g. Kemantapan Lereng
Pertanyaan yang sering muncul dalam mendiskusikan kemantapan lereng
adalah seberapa tinggi dan seberapa curamnya batuan dapat digali.
Kenyataannya massa batuan tidak menampakan satu kesatuan secara utuh dan
perilakunya di dominasi oleh bidang diskontinue seperti sesar, kekar dan
adanya bidang geser 3).
Kemantapan lereng penggalian atau penimbunan tanah /batuan tergantung
pada :
1. Tinggi Lereng Maksimum
2. Ada tidaknya Bidang Diskontinue
3. Sudut Geser, Kohesi dan Berat Jenis dari Massa Batuan
4. Pengaruh Tekanan Air Tanah
5. Ada Tidaknya “Tension Crack” pada Lereng
2. Peralatan
a. Jenis Alat
Masing-masing jenis alat gali mempunyai cara kerja dan teknologi yang
berbeda-beda, studi teknik untuk pemilihan alat gali secara optimum harus
menjamin bahwa mesin-mesin tersebut dapat mengatasi secara efektif kondisi
lapangan.
Setiap jenis alat akan mempunyai kekhususan dalam metode penggalian,
pemuatan dan penggalian-pemuatan. Kombinasi-kombinasi yang terbaik sesuai
kondisi lapangan yang akan memberikan hasil yang optimimlah yang akan
dipilih untuk digunakan.
Pada pekerjaan pengupasan lapisan tanah penutup pada tambang batubara
terdapat beberapa cara yang dapat diterapkan antara lain :
1. Back Tailing Digging Method
Cara ini diterapkan pada penambangan batubara tambang terbuka dengan
system Area Mining atau Open Cast Mining. Lapisan tanah penutup
dibuang / ditimbun di belakang front penambangan dimana di tempat
tersebut lapisan batubara telah selesai ditambang. Untuk selanjutnya
kemajuan pengupasan maju ke arah depan diikuti kemajuan penambangan
batubara dan selanjutnya tanah penutup yang telah tergali ditimbun ke
tempat bekas penambangan sebelumnya.
Peralatan yang digunakan antara lain adalah Power Shovel atau Dragline.
Jika dengan 1 peralatan mekanis apakah berupa Power Shovel atau
Dragline maka akan disebut “Single Stripping Shovel” atau “Single
Stripping Dragline”.Jika digunakan lebih dari 1 alat mekanis maka disebut
“Tandem Stripping Shovel” atau “Tandem Stripping Dragline”.
2. Benching System
Cara ini diterapkan pada lapisan tanah penutup yang tebal dan demikian
pula lapisan batubara yang ada di tempat tersebut. Penerapannya adalah
pada saat mengupas tanah penutup sekaligus sambil membuat jenjang.
Cara ini diterapkan pada metode tambang terbuka dengan system Open Pit
Mining.
Peralatan yang digunakan untuk menggali adalah Jenis excavator seperti
Power Shovel atau Back Hoe, dengan dibantu alat angkut yaitu Dump
Truck.
3. Multi Bucket Excavator System
Cara ini diterapkan pada lapisan batubara yang tidak terlalu tebal tetapi
memiliki lapisan yang datar meliputi daerah yang luas. Pada proses
pengupasannya Lapisan tanah penutup dibuang / ditimbun ke tempat yang
telah digali lapisan batubaranya atau ditimbun / dibuang ke tempat
penimbunan khusus. Peralatan yang digunakan adalah Bucket Wheel
Excavator (BWE).
4. Drag Scraper System
Pengupasan lapisan tanah penutup diikuti dengan penggalian batubara
setelah tanah penutup dibuang. Tapi dapat pula diterapkan dengan
mengupas secara keseluruhan lapisan tanah penutup baru dilakukan
penggalian terhadap lapisan batubara. Peralatan yang digunakan adalah
jenis Scraper. Cara ini cocok digunakan pada material penutup yang
bersifat lunak dan lepas.
5. Stack Line Cable Way
Pengupasan Lapisan dengan menggunakan “Flexible Cable” ,dimana
kabel itu menghubungkan dua menara dapat bersifat menetap atau
berpindah-pindah (sesuai kebutuhan penggalian), dimana pada Kabel itu
dipasang peralatan gali semacam scraper. Dapat digunakan untuk menggali
lapisan tanah penutup yang relatif datar atau landai dan meliputi daerah
yang luas, dimana lapisan batubara yang ada dibawahnya tersebar meliputi
daerah yang luas.
6. Cara Konvensional
Cara ini diterapkan dengan menggunakan kombinasi peralatan mekanis
seperti Bulldozer sebagai alat garu-dorong, Loader sebagai alat muat dan
Dump Truck sebagai alat angkut
Dalam perencanan pengupasan lapisan tanah penutup juga harus
diperhitungkan dengan tepat metode penggalian sesuai dengan fungsi alat
tersebut apakah sebagai alat garu-dorong, alat gali-muat.
Jika digunakan alat garu-dorong yakni Bulldozer maka metode
penggusurannya antara lain :
1. Down Hill Dozing
Dalam metode ini cara kerja Bulldozer adalah selalu mendorong ke bawah,
jadi mengambil keuntungan dari bantuan gravitasi untuk menambang
tenaga dan kecepatan.
2. High Wall or Float Dozing
Bulldozer menggali beberapa kali, lalu mengumpulkan galian menjadi satu
dan mendorong dengan hati-hati pada lereng yang curam. Sebelum seluruh
tanah habis meluncur ke lereng Bulldozer harus direm agar tidak terjungkir
ke dalam lereng.
3. Trench or Slot Dozing
Bulldozer yang menggali melalui satu jalan yang sama akan menyebabkan
terbentuknya semacam dinding di kiri dan kanan bilah yang disebut
Spilages, sehingga pada pendorongan tanah berikutnya tidak ada tanah
yang keluar atau tercecer ke samping bilah (blade).
Dan Jika digunakan alat gali-muat dalam hal ini Excavator Jenis Back Hoe
maka terdapat beberapa metode penggalian-pemuatan yang dapat diterapkan
antara lain :
1. Frontal Cuts
Pada metode ini Back hoe berhadapan dengan muka jenjang dan mulai
menggali ke depan (lurus ke muka) dan ke samping. Pertama kali Back
Hoe memuati truk sebelah kiri sampai penuh, setelah itu diteruskan dengan
yang sebelah kanan atau sebaliknya. Karena itu pola pemuatan ini cukup
efektif. Dipandang dari unjuk kerja Back Hoe yang digunakan, pola
pemuatan ini sangat efisien meskipun truk harus mundur untuk mengambil
posisi.
2. Parallel Cuts With Drive – By
Back Hoe bergerak melintang dan sejajar dengan lokasi penggalian. Jalan
masuk ke jenjang untuk truk harus tersedia dari dua arah. Efisiensi untuk
Back Hoe dan Truk sangat tinggi, meskipun rata-rata sudut putar lebih
besar daripada frontal cut, tetapi truk tidak mundur ke belakang Back Hoe.
Dengan demikian pengambilan posisinya akan lebih mudah.
3. Parallel Cuts – Turn And Back
a. Single Spoting
Truk kedua menunggu selagi Back Hoe memuat ke truk
pertama.Setelah truk pertama berangkat, truk kedua berputar dan
mundur ke posisi yang sesuai. Selama truk kedua diisi truk ketiga
datang dan seterusnya. Pada pola ini, truk dan Back Hoe mengalami
waktu tunggu.
b. Double Spoting
Truk pertama diisi. Truk kedua datang dan mundur untuk mengambil
posisi. Saat truk kedua telah berada dalam posisinya, Back Hoe masih
mengisi truk pertama. Begitu truk pertama berangkat, Back Hoe mulai
mengisi truk kedua. Ketika truk kedua sedang diisi, truk ketiga datang
dan seterusnya. Pada pola ini Back Hoe tidak mengalami waktu
tunggu. Produksi keseluruhan lebih tinggi dari pada pola Single
Spoting.
b. Kapasitas Daya Guna Alat
Kapasitas daya guna alat harus sesuai dan cocok untuk menunjang produksi
pengupasan yang akan dilakukan serta memungkinkan beroperasi sesuai
dengan kondisi : Grade, Altitute, Haul Distance.
c. Kemampuan Produksi Alat Mekanis
Besarnya produksi atau out put dari peralatan sangat tergantung pada 2 hal :
i. Angka siklus penggalian yang memberikan periode waktu
ii. Volume sebenarnya pada setiap penggalian.
Untuk melengkapi pengertian bagaimana menaksir atau meramalkan produksi
alat mekanis, definisi yang jelas dari beberapa variable yang mewakili dua hal
tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Waktu Edar (Cycle Time)


Waktu edar merupakan waktu yang dibutuhkan oleh alat-alat mekanis
yang meliputi alat garu-dorong, alat muat, alat angkut dalam satu siklus
termasuk waktu tunggu yang dicatat dari hasil pengamatan di lapangan.
Untuk mengetahui kesediaan dan penggunaan alat mekanis perlu
dilakukan pengamatan terhadap jam kerja, jam perawatan dan jam tunggu
untuk setiap alat dalam waktu yang tersedia menurut jadwal yang telah
ditetapkan.
Jam Kerja (W) merupakan waktu yang dikeluarkan oleh seorang operator
pada suatu alat yang ada dalam kondisi dapat dioperasikan, termasuk
waktu yang digunakan untuk pulang pergi ke front kerja, pemilihan
tempat, pelumasan dan pengisian bahan bakar.
Jam Pemuatan (R) merupakan waktu yang digunakan untuk memperbaiki,
menunggu suku cadang, perawatan preventif.
Jam Tunggu (S) merupakan waktu yang digunakan dimana alat dapat
dipakai tetapi tidak digunakan dan tambang dalam keadaan operasi.
Jam Tersedia (W+R+S) merupakan waktu yang disediakan untuk kerja
tiap hari menurut jadwal yang telah ditetapkan ( data diperoleh dari Mine
Enginnering Departement).
1. Availability Index (mechanical availability)
Availability Index (mechanical availability) adalah faktor yang
menunjukan kesediaan alat untuk melakukan pekerjaan dengan
memperhitungkan waktu yang hilang karena perbaikan mesin, pemuatan
isi dan dapat dirumuskan sbb ).
W
x 100 %
AI = W + R ………….(E.2)

Dimana :
AI = Availability Index
W = Working Hours (jam kerja alat)
R = Repair Hours (jam perbaikan)
2. Phisical Availability (Operational Availability)
Phisical Availability (Operational Availability) merupakan catatan
Operational Availability dari alat yang digunakan atau faktor yang
menunjukan kesediaan suatu alat untuk melakukan pekerjaan dengan
menghilangkan waktu yang hilang karena berbagai sebab dan dapat
dirumuskan sbb ) :
W +S
x100 %
PA = (W +R+S ) ………………(E.3)
Dimana :
PA = Phisical Availability
W = Working Hours (jan kerja alat)
R = Repair Hours (jam perbaikan)
S = Stanby Hours ( Jam alat tidak dapat digunakan dimana alat tidak
rusak).
Phisical Availability alat mekanis umumnya selalu lebih besar dari AI, hal
ini menunjukan alat tersebut baik digunakan dan sesuai dengan
kemampuannya.
3. Use of Availability
Use of Availability merupakan persentase waktu yang digunakan alat
untuk beroperasi pada saat alat digunakan dapat dilihat pada rumus
dibawah ) :
W
x100 %
UA = (W +S ) ……………..(E.4)
Dimana :
UA = Use Availability
W = Working Hours (jam kerja alat)
S = Stanby Hours ( Jam alat tidak dapat digunakan dimana alat tidak
rusak)

4. Effective utilization
Effective utilization menunjukan berapa persen dari seluruh waktu kerja
yang tersedia dapat dimamfaatkan untuk kerja produktif dan dapat
dijelaskan dengan rumus dibawah )

W
x100 %
EU = (W +R+S ) ……………….(E.5)
Dimana :

EU = Effective utilization
W = Working Hours (jam kerja alat)
R = Repair Hours (jam perbaikan)
S = Stand by Hours ( jam alat tidak dapat digunakan dimana alat tidak
rusak)

2. Waktu kerja effektif


Waktu kerja efektif alat adalah waktu yang benar-benar dipergunakan
untuk berproduksi dari alat yang dioperasikan.
3. Efisiensi Kerja Peralatan
Efisiensi Kerja adalah perbandingan antara jam kerja efektif terhadap jam
kerja yang tersedia. Jam kerja efektif adalah jam kerja yang digunakan
untuk menghasilkan produksi tanpa ada hambatan. Waktu kerja efektif
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
We = Wt – (Wtd + Wd) …………….(E.6)
= Wt – Wth …………….(E.7)
Dimana :
We = Waktu kerja efektif (jam)
Wtd = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari
Wd = Waktu hambatan yang dapat dihindari
Wth = Total waktu hambatan
Efisiensi kerja dapat dihitung dengan menggunakan persaman :
JamKerjaEfektif
x 100 %
Efisiensi Kerja = JamKerjaTersedia …………(E.8)
4. Faktor Pengisian
Faktor pengisian adalah perbandingan antara volume mangkuk (bucket)
yang sesungguhnya dengan volume mangkuk secara teoritis (Heaped
Capacity).
Vn
x 100 %
F= Vb ……….(E.9)
Dimana :
F = Faktor pengisian mangkuk (Bucket),%
Vn = Volume nyata mangkuk alat muat, m3
Vb = Volume baku mangkuk alat muat, m3
5. Faktor Pengembangan
Pengembangan (Swell) adalah pengembangan volume suatu material
setelah digali dari tempatnya.
Apabila material digali dari tempat aslinya , maka akan terjadi
pengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnya
pengembangan volume itu dikenal dua istilah yaitu :
a. Swell Faktor
b. Percent Swell
Pengembangan volume suatu material perlu diketahui, karena yang
diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada Pay Yard atau
Bank Yard atau Bank Volume atau In Place Volume atau Volume Insitu,
Sedangkan material yang ditangani (dimuat untuk diangkut) selalu
material yang telah mengembang (Loose Volume).
6. Kapasitas Mangkuk (Bucket)
Volume mangkuk atau bilah tergantung desain dan masing- masing alat
gali mempunyai desain yang berbeda-beda.
Dalam memperkirakan produksi alat mekanis dikenal dua macam cara
yaitu :
a. Produksi Teoritis
Kemampuan teoritis adalah kemmpuan suatu alat untuk berproduksi
dalam operasi penambangan dengan mempertimbangkan factor
kondisi peralatan ang digunakan pada saat ini.
Produksi Teoritis Alat Garu-Dorong (Bulldozer) dan Alat Gali (Back
Hoe) adalah sebagai berikut :
60 xKbxSf
Produksi Teoritis = ( We ),BCM/jam …….(E.10)
Kb = Kapasitas Blade atau Bucket, m3
Sf = Faktor Pengembangan (Swell Factor)
We = Waktu Edar,menit
b. Produksi Nyata
Produksi nyata peralatan mekanis pada saat ini adalah produksi suatu
alat dalam operasi penambangan pada saat ini dengan memperhatikan
factor yang mempengaruhi produksi alat mekanis.
Produksi Nyata Alat Garu-Dorong (Bulldozer) dan Alat Gali (Back
Hoe) adalah sebagai berikut :
60 xKbxSfxBfxE
Produksi Nyata = ( We ),BCM/jam……(E.11)
Kb = Kapasitas Blade atau Bucket , m3
Sf = Faktor Pengembangan (Swell Factor)
We = Waktu Edar,menit
E = Efisiensi, %
E.2. Persiapan Pengupasan
1. Penyediaan Tempat Penimbunan
Dengan memperhatikan factor-faktor persyaratan penentuan lokasi penimbunan
tanah penutup seperti telah diuraikan di depan, tanah penutup hasil pengupasan
didorong (dengan Bulldozer) menuju ke tempat penimbunan. Di peta ditentukan
lokasi pembuangan kemudian dihitung volume tampungnya dengan cara membagi
daerah tersebut dengan sayatan-sayatan. Jarak masing-masing pemisah sayatan
dibuat 1 cm untuk mewakili 10 meter di lapangan. Penampang sayatan di gambar
dan dihitung luasnya. Rumus yang dipakai untuk menghitung volume adalah
metode penampang melintang (Cross Section) sebagai berikut :
L1 + L2 Ln−1 +Ln
xd 1 +. . .+ xd n−1
V= 2 2
V = Volume Tanah Penutup, m3(BCM)
L1 = Luas Penampang Blok Pertama, m2
L2 = Luas Penampang Blok Kedua, m2
n = Sayatan ke 3, 4 dan seterusnya
d = Jarak Tegak Lurus L1 dan L2
2. Pembabatan dan Pembersihan Lahan
Metode-metode yang digunakan adalah :
a. Penebangan dengan metode Perimeter
Metode ini dipakai untuk membuka suatu daerah yang datar. Bila suatu plot
yang akan dibuka telah ditentukan, maka Bulldozer mulai membuka dari
sebelah luar ke dalam berlawanan arah jarum jam mengelilingi plot tersebut.
b. Metode Out Crop
Dilakukan dengan penentuan plot-plot dimana setelah plot-plot tersebut
ditentukan letak dan ukurannya, maka Bulldozer mulai membuka dari sebelah
dalam ke arah luar plot dengan gerakan searah jarum jam. Penimbunan
dilakukan dari arah luar ke dalam , sehingga timbunan berada di dalam plot.
c. Metode Contour
Dilakukan pada daerah yang berbukit, Bulldzer mulai melakukan penebangan
dari arah bukit menutju ke bawah, timbunan dibuat pada daerah ketinggian.

3. Rancangan Pembuatan Jalan Masuk / Jalan Angkut


Keadaan jalan angkut sangat berpengaruh terhadap keamanan dan keselamatan
operasi pengangkutan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keadaan
jalan angkut, misalnya, lebar jalan, jari-jari tikungan dan kemiringan jalan.
 Lebar jalan angkut
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada “rule
of thumb” yang dikemukakan oleh Ashto Manual Rural High-way Design adalah :
(11)

L = n x Wt + (n + 1)(0,5Wt) ……………………………. (E.12)


Dimana : L = lebar jalan angkut minimum, meter
n = jumlah jalur ( 2 )
Wt = lebar alat angkut total,meter

 Lebar jalan pada tikungan


Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari lebar jalan lurus (lihat
Gambar 5.3). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung dengan
persamaan :(11)
W = n (U + Fa + Fb + Z) + C ..……….……… (E.13)
C = 0,5 (U + Fa + Fb) = Z .…..………………… (E.14)
Dimana : U = jarak jejak roda (center to center tire), meter
Fa = lebar juntai depan, meter
Fb = lebar juntai belakang, meter
C = jarak dua truk yang akan bersimpangan
Z = jarak sisi luar truk ke tepi jalan
 Kemiringan jalan masuk / angkut
Kemiringan jalan angkut di lokasi berkisar antara 0 % - 3 %, sedangkan
kemiringan jalan maksimum yang masih mampu diatasi oleh alat angkut dengan
baik adalah 10 %.
E.3. Teknis Pengupasan
Pengupasan lapisan tanah penutup yang dikerjakan di atas lapisan batubara mengikuti
arah penyebaran dan jurus.
Besarnya produksi pengupasan tergantung perencanaan geometri jenjang dan
banyaknya batubara yang harus dibongkar. Teknis pengupasan lapisan tanah penutup
batubara dapat dilakukan secara seri dan paralel.
1. Pengupasan Seri
Artinya jika suatu kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup dilakukan sekaligus
sebelum pekerjaan penambangan atau perluasan penambangan mulai dikerjakan.
2. Pengupasan Paralel
Artinya jika kegiatan pengupasan dilakukan bersamaan dengan penambangan.
Setelah pengupasan lapisan tanah penutup selesai dilakukan, dilanjutkan dengan
kegiatan penambangan bersamaan dengan itu di lain tempat dilakukan pengupasan
lapisan tanah penutup untuk produksi tambang selanjutnya.
Arah kemajuan pengupasan ditentukan dengan mengikuti bentuk topografi, cara
penambangan dan lokasi penimbunan.
Penggalian untuk pengupasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Penggalian dilakukan pada tiap-tiap ketinggian mengikuti garis kontur menuju ke
tempat yang lebih rendah sampai ke lokasi penimbunan.
2. Penggalian dilakukan dengan membagi daerah pengupasan menjadi blok-blok
penggalian dengan luas tertentu.
Secara bertahap penggalian pada suatu blok ditimbunkan ke blok lain yang sudah
tidak ditambang, demikian pula untuk blok-blok selanjutnya.

D. METODE PENELITIAN
- Melakukan Penelitian terhadap kegiatan pengupasan tanah penutup yang telah berlangsung.
Menganalisa kelemahan-kelemahan yang ada pada proses pengupasan lapisan tanah penutup
mulai sejak perencanaan, perancangan dan pelaksanaanya.
- Penelitian terhadap unjuk kerja alat-alat mekanis saat ini meliputi waktu kerja effektif alat,
penggunaan jam kerja yang tersedia dan produksi dari alat-alat mekanis yang ada
- Mengurangi hambatan yang ada baik hambatan yang dapat dihindari maupun yang tidak
dapat dihindari sehingga waktu sehingga waktu kerja effektif alat meningkat.
E. AKUISISI DATA
Data utama sebagai dasar dalam membuat suatu perencanaan dan rancangan pengupasan
lapisan tanah penutup adalah :
- Metode, jumlah dan jenis alat yang digunakan dalam Pembersihan lahan, Pengupasan tanah
penutup, Pemuatan, pengangkutan dan penimbunan.
- Topografi daerah penambangan, Kondisi Curah Hujan dan Kondisi Hidrologi serta Geologi
setempat.
- Jam kerja effektif penambangan dan penggunaan waktu kerja yang tersedia
- Kapasitas produksi dari alat-alat mekanis.
- Hubungan antara sifat fisik material dengan penggunaan alat muat. ( Berat material, Swell
factor, Kekerasan material, Daya dukung material, Jarak angkut).
- Keadaan tempat alat ( penempatan alat, Lebar tempat kerja)
- Kestabilan Timbunan tanah Penutup dan Kemantapan Lereng front penggalian tanah
penutup.
Data utama diperoleh dengan penyelidikan dilapangan, analisa laboratorium

Anda mungkin juga menyukai