EMOSI,STRESS,DAN ADAPTASI
Disusun oleh :
KELOMPOK 9
Rizkika Arpiandina(152111055)
Dosen Pembimbing :
Ernawati,S.Psi.,M.Si
Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja dalam Keperawatan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Tujuan suatu pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk
sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk watak dan jiwa sosial,
berbudaya, berakhlak dan berbudi luhur, serta berwawasan pengetahuan yang luas dan
menguasai teknologi. Makalah ini dibuat oleh penulis untuk membantu memahami materi
tersebut. Mudah-mudahan makalah ini memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan
belajar, sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses pencapaian yang telah
direncanakan.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalahini. Oleh karena
itu,segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan lapang dada sebagai
wujud koreksi atas diri tim penyusun yang masih belajar. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………………..
Rumusan Masalah……………...……………………………………………...
Tujuan Penulisan………………………………………………………………
BAB II lANDASAN TEORI
2.1 Teori Emosi..................................................................................................
2.2 Teori Setress……………………………………………………………….
2.3 Teori Adaptasi……………………………………………………………..
4.2. Saran……………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep emosi, stress, dan adaptasi.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi.
2. Mahasiswa dapat mengethui dan memahami pengertian emosi, stress dan
adaptasi.
3. Agar mahasiswa mengetahui bentuk-bentuk dari reaksi emosi.
4. Agar mahasiswa dapat memahami proses perkembangan reaksi emosi.
5. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan
stress dapat terjadi.
6. Agar mahasiswa mengetahui respons terhadap stress.
7. Agar mahasiswa mengetahui dan macam-macam adaptasi.
BAB II
LANDASAN TEEORI
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy(1969). Konsep
ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan dibawah ini. Asumsi
dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biospikologi dan sosial yang terus menerus berinteraksi
dengan lingkungan .
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan bio-
psiko-sosial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batasan kemampuan untuk
beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik
positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Jika seorang
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk
menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.
System adalah suatu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan
untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.
System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik (Roy, 1991), dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. input
a. Subsitem regulator
b. Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output
dari regulator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat.
Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang pertahanan untuk mencari keringanan, memperguna-kan
penilaian dan kasih sayang.
3.Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku
ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkatogarikan output sistem
sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang dapat
meningkatkan integritas seseoranng yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenan dengan kelangsungan
hidup, perkembangan, reproduksi dan keuunggulan, Sedangkan respon yang mal-
adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
● Pertama, fungsi fisilogis,, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisilogis diantarannya
oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera cairan dan
elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
● Kedua, konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola pola
interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.
● Ketiga, fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan orang lain.
● Keempat, interdependent merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang
dilakukan melalui hubungan secera interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.
5. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu melaksanakan
tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini
memiliki tujuan menimgkatkan respon adaptasi
Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu system adaptasi. Sesuai
dengan model Roy, tujuan dan keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap
perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama
sehat dan sakit (Marriner-Tomerry,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak
dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Emosi
Emosi adalah keadaan atau peristiwa kejiwaan yang dirasakan atau dimulai dengan :
senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, setuju atau tidak setuju, dan
sebagainya. Menerut Daniel Golemen, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran
khasnya. Suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkain kecenderungan untuk bertindak.
Hathersall (1985) merumuskan pengertian emosi sebagai suatu psikologis yang merupakan
pengalaman subyektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Misalnya seorang remaja yang
sedang marah memperlihatkan muka merah, wajah seram, dan postur tubuh menegang, bertingkah
laku menendang atau menyerang, serta jantung berdenyut cepat.
Oleh sebab itu,emosi bersifat subyektif ketimbang objektif. Suatu hal, benda atau peristiwa
bagi seseorang itu baik atau menyenangkan , tetapi bagi orang hal ini hal yang sama di niliai tidak
menyenangkan atau tidak baik. Oleh sebab itu, unsur unsur perasaan atau emosi mempunyai ciri ciri
antara lain sebagai berikut :
a. Bersifat subjektif
b. Bersangkut paut dengan persepsi terhadap objek atau fenomena yang diamati atau
dikenal
c. Perasaan senang atau tidak senang, baik atau tidak baik, suka atau tidak suka,setuju
atau tidak setuju, dan sebagainya mempunyai tingkatan yang berbeda. Dua orang
menilai satu objek, sama-sama baik, atau sama-sama tidak baik, tetapi penilaian baik
atau penilaian tidak baik tersebut tidak sama (bertingkat), mulai dengan baik sampai
dengan sangat baik sekali.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan
salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku
dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat menganggu perilaku internsional manusia.
(Prawitasari,1995)
Hal ini berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Eknam dan Friesen (Carson,1987)
aadannya tiga rules, yaitu :
1. Masking ; yaitu keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau menutupi emosi yang
dialaminnya.
2. Modulation ; yaitu orang yang tidak dapat merredam secara tuntas mengenai gejala
kejasmaniannya, tetapi hanya dapat mengurangi saja.
3. Simulation ; yaitu orang yang tidak mengalami sesuatu emosi, tetapi seolah-olah mengakami
emosi dengan menampakkan gejala kejasmaniannya.
Seperti telah disebutkan bahwa perasaan atau emosi adalah merupakan penilain seseorang
terhadap stimulus atau kondisi dan situasi di luar dirinya. Hasil penelitian, emosi atau perasaan
tersebut terwujud dalam berbagi bentuk manifestasi, yang biasanya disebut reaksi perasaan atau
emosional. Reaksi-reaksi perasaan ini dapat dibedakan antara lain sebagai berikut :
a. Terkejut ; adalah reaksi yang tiba-tiba dan biasanya terjadi jika stimulus dari luar
tersebut secra tiba-tiba tanpa disadari.
b. Sedih ; terjadinya rasa negatif, yakni apabila adanya kekosongan jiwa akibat suatu
peristiwa atau kejadian yang tidak mmengenakkan. Sedih terjadinya akibat ‘trauma’
psikologis.
c. Gembira ; terjadi karena rasa positif, yakni adanya peristiwa atau kejadian yang
menyenangkan terkait dirinya.
d. Takut ; terjadi atau timbul karena merasa lemah, tidak berdaya dalam menghadapi
kondisi, situasi, atau peristiwa diuluar dirinya. Takut adalah perasaan
ketidakmampuan dirinya dalam menghadaapi tantangan atau ancaman dari luar.
e. Giris ; adalah rasa takut yang sangat berat dan berlebihan.
f. Gelisah ; rasa takut tetapi dalam tingkat yang masih ringan.
g. Khawatir; adalah teerjadinya perasaan kurang berdaya atau adanya terancam terhadap
kondisi atau situasi diluar dirinya.
h. Marah ; adalah suatu bentuk reaksi terhadap rintangan atau kemungkinan kegagalan
yang dialami. Marah juga merupakan bentuk perlawanan terhadap eksitensi dirinya.
i. Heran ; adalah reaksi atau respons terhadap objek yang belum dipahami, atau respons
terhadap kejadian diluar dirinya yang tidak seperti biasanya, atau lain dari pada yang
lain.
3.1.3 Perkembangan Reaksi Emosi Emosi atau perasaan mempunyai pengaruh terhadap
berbagai hal, dan selanjutnya pengaruh ini akan sampai pada kesehatan seseorang. Secara
garis besar pengaruh emosi atau perasaan ini dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa emosi atau perasaan itu
mengendalikan tindakan atau perilaku manusia. Agar perlikau manusia itu
terkendali, maka perasaan atau emosi juga harus dikendalikan. Apa yang
mengendalikan emosi supaya menghasilkan perilaku yang
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah
dicapai.
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai
puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi)
d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan
mempengarui sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun
terhadap orang lain.
d. Pupil mata : membesar apabila marah. e. Liur : mengering apabila takut atau
tegang.
i. Komposisi darah : komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang
menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
i. Komposisi darah : komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang
menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
3.2 Stress
Stress menurut Hans Selye tahun 1950 merupakan respons tubuh yang bersifat
tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang
tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan merespons
dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami
stress, begitu juga sebaliknya.
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari
yang tidak dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian, sering dianggap
sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cidera, sakit
atau kematian orang yang dicintai, bahkan putus cinta. Perubahan positif juga dapat
menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, dan jatuh cinta.
1. Faktor Lingkungan
2. Faktor Organisasi
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk
memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu
organisasi tersebut.
b. Interpersonal Demands
c. Organizational Structure
d. Organizational Leadership
3. Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari
dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari
keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan
menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat
tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah
ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat
menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta
dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik
pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan
stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang
tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap
pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
b. Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik, faktor-faktor fisik juga dapat
mempengaruhi fungsi mental. Gangguan fisik yang diyakini disebabkan atau dipengaruhi
faktor psikologis pada masa lalu yang disebut psikosomatis (psychosomatic) atau
psikofisiologis.
● Daya pikir
Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan bepikir dan mengingat serta
konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala
pusing.
3.3 Adaptasi
Adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam berespons terhadap
perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara
fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa emosi adalah keadaan atau
persitiwa kejiwaan yang dirasakan atau dinilai dengan : senang atau tidak senang, setuju atau
tidak setuju, suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, dan sebagainya. Emosi berkaitan
dengan perubahan fisiologi dan berbagai pikiran. Stress adalah suatu ketidakseimbangan
diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari perubahan yang
memerlukan penyesuaian, sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang
dapat menimbulkan stress, seperti cidera, sakit atau kematian orang yang dicintai, bahkan
putus cinta. Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespons terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan
sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga, maupun komunitas terhadap stress.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya
.DAFTAR PUSTAKA
Suara, M., Dalami, R., Rochimah, Raenah, E., Rusmiyati. Konsep Dasar Keperawatan
2.2. Upaya pencegahan dan meminimalkan resiko dan harzard pada tahap
pengkajian, perencanaan, implementasi dan implementasi asuhan keperawatan
2.2.1. Pengendalian Risiko
Berdasarkan identifikasi bahaya upaya pengendalian risiko untuk aktivitas kerja
di ruang Pangeran Suryanegara (Psikiatri) dengan lima hirarki pengendalian yaitu:
1. Melakukan perawatan terhadap pasien pada siang hari Substitusi: Gunakan
pencahayaan yang baik, agar penglihatan dapat melihat dengan jelas pada
objek,
2. Melakukan pembersihan ruangan Administrasi: Memperhatikan tanda-tanda
peringatan yang ada di lokasi kerja untuk mengatisipasi adanya bahaya dan
melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur,
3. Melakukan perawatan pada penderita penyakit menular APD: Alat
pelindung diri perawat menggunakan sarung tangan dan masker ketika
melakukan tindakan terhadap pasien,
4. Melakukan restrain Administrasi: Dilakukan manajemen kerja dengan
pelatihan perawat untuk penanganan pada pasien gangguan jiwa. Merestrain
pasien ketika mengamuk, dan mengisolasi pasien pada saat gaduh-gelisah,
5. Memandikan pasienTeknik: Pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang bisa
menguras tenaga, dengan tambahan petugas atau gunakan bantuan mesin,
6. Mengganti pakaian pasien Administrasi: Harus melakukan tata cara yang
baik dalam SOP/SPO ergonomi yang baik dan benar,
7. Dinas malam yang melebihi 8 jam Administrasi: Melakukan manajemen
kerja untuk menghindari beban tugas yang terlalu padat,
8. Menangani pasien halusinasi Eliminasi: Menghilangkan rasa takut pada
pekerjaan yang membuat psikologi terganggu saat bekerja,
9. Menangani pasien yang defisit perawatan diri (melatih BAB & BAK)
Administrasi: Memahami tata cara dalam melakukan pekerjaan dan
pelatihan keperaawatan jiwa bagi perawat,
10. Melakukan terapi bermain/ TAK Administrasi: Memahami tata cara dalam
melakukan pekerjaan alat dengan fisik agar bisa meningkatkan
kesejahteraan fisik, mental, dan beban kerja. Pelatihan keperawatan jiwa
bagi perawat.
2.2.2. Faktor Resiko Hazard Di Tempat Kerja
Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta
resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan
bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial
untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami
oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest,
sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya,
asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Ditempat kerja, kesehatan
dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh (effendi, Ferry. 2009: 233):
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah
dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit
akibat kerja.
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas
kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan
pekerja sebagai modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus
pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat
dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja
(misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban
tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri
atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat
kerja.
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam
kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut
akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (effendi, Ferry. 2009: 233).
✔ Karakteristik material
✔ Bentuk material
✔ Hubungan pekerjaan dan efek
✔ Kondisi dan frekuensi penggunaan
✔ Tingkah laku pekerja.
2.2.7. Risiko
Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti pemberian.
Menurut kamus Webster, risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian cedera,
keadaan yang merugikan atau perusakan (Risk is Possibility of loss,
injury,disadventage or destruction). MenurutInternational Labour Organization (ILO),
risiko adalah kemungkinan adanya peristiwa atau kecelakaan yang tidak diharapkan
dan dapat terjadi dalam waktu dan keadaan tertentu.
✔ Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan
konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat
efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus
pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
✔ Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan
konsekuensi rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit
diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan manusia.
✔ Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara
populasi, komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak
yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
✔ Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari
kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi.
Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan aspek
keuangan.
✔ Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat
terhadap kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap
masyarakat terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.
1. Fungsi perawat
2. Mengkaji masalah kesehatan
3. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
4. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
5. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan
6. Tugas perawat
7. Mengawasi lingkungan pekerja
8. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
9. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
10. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
11. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah kepada
12. pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
13. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
14. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
15. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan
keluarganya
16. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
17. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
2.2.11. Upaya Mencegah Dan Meminimalkan Risiko Dan Hazard Pada Tahap
Implementasi Asuhan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di harapkan
(Gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Contoh upaya mencegah Hazard dan Risiko
Implementasi Keperawatan :
Sedangkan Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu:
risiko keselamatan, risiko kesehatan, risiko lingkungan dan ekologi, risiko finansial, danrisiko
terhadap masyarakat.
3.2. Saran
Saat melakukan proses keperawatan, perawat harus benar-benar memperhatikan hazard
dan resiko yang kemungkinan terjadi. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan menghindari
terjadinya kecelakaan kerja, seperti terinfeksi penyakit, mendapatkan kekerasan fisik/verbal
saat mengkaji pasien, dan mendapatkan informasi yang tidak sesuai dari pasien. Salah satu
cara untuk menghindari dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja, maka disarankan untuk
menggunakan APD yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja. Diaksses pada tanggal 2 November 2018.
(akses: http://www.tappdf.com/read/446175-asuhan-keperawatan-kesehatan-kerja-ners-unair)
Anonim. 2014. Risiko Dan Hazard Kasus Pengkajian. Diaksses pada tanggal 2 November
2018. (akses: https://www.scribd.com/doc/312057056/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-Pengkajian
Azizah, N., Setiawan., & Gerry S. (2018). Hubungan Antara Pengawasan, Prosedur Kerja
Dan Kondisi Fisik Dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap
RUMAH SAKITPERMATA BUNDA MEDAN TAHUN 2017. Jurnal Jumantik, 3(2), 125-
134.
Hanifa, N D., Titik R., & Yuli S. (2017). Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Penerapan
K3 pada Perawat. 1(1), 144-149.
Hasugian, A R. (2017). Perilaku Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Tenaga kerja Indonesia
di Kansashi, Zambia Analisis Kualitatif. Jurnal media Litbangkes, 27(2), 111-124.
Octavia, W R., A.T D N., & Ernita S. (2018). Penerapan Pelayanan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Pada Perawat IGD RUMAH SAKIT UMUM DR.WAHIDIN SUDIRO
HUSODO MOJOKERTO TAHUN 2017. Jurnal Gema Kesehatan Lingkungan, 16(1), 101-
109.
Pitoyo, J., Rudi H., & Titis E S. (2017). Kepatuhan Perawat Menerapkan Pedoman
Keselamatan Kerja Dan Kejadian Cedera Pada Perawat Instrumen Di Jurnal Media Instalasi
Bedah Sentral. Jurnal Pendidikan Kesehatan, 6(2), 65-70
Salawati, L. (2015). Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan.Jurnal Kedokteran Syiah Kuala,
15(2), 91-95.
Sudarmo., Zairin N H., & Lenie M. (2016). Faktor Y ang Mempengaruhi Perilaku Terhadap
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Pencegahan Penyakit Akibat
Kerja. Jurnal Berkala Kesehatan, 1(2), 88-95.
Suharto. & Ratna S. (2016). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan Tindakan
Pencegahan Infeksi Di Ruang ICU RUMAH SAKIT. Jurnal Riset Hesti Medan, 1(1), 1-9.