sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Menurut Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia RAPBN 2021 sebenarnya belum kuat dan agresif mendorong konsumsi dan investasi.
"Oleh karena itu pertumbuhan kita
terjebak di pertumbuhan natural yaitu pada kisaran 5%," jelas Piter kepada Kosngosan.com, Ahad (25/8/2021).
Beliau mengatakan bahwa dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, bila mengandalkan konsumsi dan investasi bukan strategi yang buruk. Beliau menyebut banyak negara khususnya yang sudah aging atau kekurangan populasi menghadapi masalah tidak bisa mendorong konsumsi.
"Indonesiak kan demografinya masih
didominasi orang muda, mengalami bonus demografi diuntungkan dengan potensi konsumsi," ungkap Beliau Beliau memberikan keterangan lebih lanjut, pertumbuhan rata2 Indonesia yaitu 5% juga sebagian besar akibat geliat konsumsi. Oleh karena itu pemerintah Indonesia seharusnya memanfaatkan potensi tersebut untuk mendongkrak pertumbuhan dari sisi konsumsi.
"Maka itu APBN harus lebih agresif,"
tegasnya. Beberapa cara adalah dengan meningkatkan belanja pemerintah yang ditambahkan dengan pelonggaran belanja. Akan tetapi penerapan kebijakan tersebut akan menuai konsekuensinya yaitu neraca defisit akan melebar.
"Tapi jangan takut dengan pelebaran
defisit, asal tetap di bawah 3% dari PDB," pungkasnya.
Menurut Beliau, belanja pemerintah
Indonesia seperti bidang pembangunan dan belanja modal harus didorong untuk meningkatkan investasi dan konsumsi. Belanja rutin juga tidak perlu dipangkas, akan tetapi dikelola dengan baik supaya bisa membantu menumbuhkan ekonomi. Contoh soal teks 3 :