Anda di halaman 1dari 3

Terik matahari tanpa ampun menghujam Kulit

hitam itu. Menyentuhnya dan mencabiknya


dengan Caranya sendiri. Rasa panas &
ketakutan berbaur menyelimuti dirinya. Tak tau
kemana lagi Ia akan bersandar setelah ini.

Pukul 16.00 WIB, kegelapan tiba-tiba datang


dan seakan menjulur menenggelamkannya ke
lubang yang sama untuk kedua kalinya. Namun
setelah itu pergi dan muncul Kunang2 perkasa
yang menyinarinya. Kunang-kunang itu ingin
sekali membisikkan sesuatu ditelinganya,
seakan dia telah mendapatkan hal terbaik di
hidupnya.

Lebih dari 997 potongan jeruji besi tua yang


menjadi temannya selama dua tahun belakang
ini membuatnya muak. Tapi ia sadar kalau
memang ia lupa diri pada waktu itu. Kini ia
terusik akan datangnya suara itu. Ya, suara
pemilik toko yang mengomeli pekerjanya yang
tak becus

“Tresno, bangun Tresno! Jangan tidur saja


kerjaan kau,” suara lantang milik Bang Togar
itu menyentakkan tidur pulasnya. Tresno yang
sedari tadi berada di tumpukan beras miliknya,
kini terjaga.

“I. . . . . iya, Bang!” segera Tresno kembali


mengangkati beras" itu ke dalam toko. Sulit
membayangkan pria bujang mantan
narapidana seperti Tresno mendapatkan jodoh
wanita solehah seperti yang diidamkannya
selama ini. Jangankan jodoh, pekerjaan saja
sulit ia dapatkan. Kepercayaan masyarakat
terhadap orang seperti Tresno memang
mungkin sudah hilang.

Sekitar 1 bulan yang lalu Tresno dibebaskan


dari tempat memuakkan itu. Karena bujuk rayu
Syamsuddin dan Abrar yang membuat dia tak
berpikir panjang waktu itu. Seketika itu motor
haram yang berhasil mereka curi berubah jadi
bunga uang yang menari-nari di depan mereka.
Dari hasil pencurian itu, Tresno berhasil
melunasi utang-utangnya di Malang, kota
kelahirannya~

“Ini sudah, Bang?”{tanyanya menyudahi


pekerjaannya}

“Ya cukuplah itu. Lain kali kalau ada pekerjaan


kosong, kau akan ku pekerjakan lagi,” [tukas
Bang Togar pelan, tetapi masih terdengar
keras ditelinga Tresno.]

Setelah menerima uang penghasilan dari Bang


Togar, Tresno berniat tidak pulang dulu ke
rumah kontrakannya. Dia ingin belanja
keperluan dapur. Walaupun Tresno hidup
sendirian, ia lebih memilih masak sendiri di
dapur mininya.

Anda mungkin juga menyukai