Anda di halaman 1dari 11

KEUTAMAAN PUASA DALAM AL-QUR’AN

Dosan Pengampu :

Dr. Abdul Wahid,S.Ag.,M.Ag

Di Susun oleh :

CUT RISWANA WARLITA (200303147)


RAIHANIL HANIFA ( 200303045)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSLAM-BANDA ACEH
KATA PENGANTAR

Assakamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala Puji dan Syukur kehadirat Allah ta’ala, berkat limpahan rahmat dan
karuniaNya makalah “keutamaan Puasa dalam Al-Qur’an” dapat terselesaikan dengan
lancar. Shalawat dan Salam kepada Nabi Muhammad saw.

Dalam penulisan makalah ini, pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa ada


kekurangan dari segi penataan kata maupun substansinya. Oleh karna itu kami meminta
kepada dosen pembimbing kami, yaitu bapak Dr. Abdul Wahid, S.Ag., M.Ag untuk
memberikan ulasan masukan dan saran pada makalah ini, dan kami juga menerima masukan,
kritikan dari pembaca guna melengkapi kekerangan dari makalah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Juni, 2022

Penyusun Makalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2. Tujuan Penelitian............................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
2.1. Ayat-ayat terkait .......................................................................................................... 5
2.2. Ayat-Ayat terkait ......................................................................................................... 5
.3.2 Hadis-Hadis Terkait. ................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 10
PENUTUP................................................................................................................................ 10
3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Puasa adalah salah satu rukun agama Islam yang diwajibkan kepada setiap kaum
muslimin mengerjakannya. Puasa dikerjakan 30 hari dalam sekali setahun yakni pada bulan
ramadhan. Puasa itu adalah menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh atau segala
yang membatalkan puasa dilakukan sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Dalam
catatan ayat tentang kewajibkan puasa ini turun pada bulan Sya’ban tahun ke-2 hijriah dan
tercatat dalam sejaah bahwa pada tahun ke-2 H umat mulai secara resmi untuk berpuasa.
Dalam redaksi ayat perintah berpuasa disebutkan tujuan melaksanakan puasa adalah
membentuk individu yang bertakwa kepada Allah.

Makalah ini akan memuat pembahasan tentang keutamaan puasa berdasarkan ayat
Al-Qur’an dan penafsiran para mufasir.

1.2. Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui keutamaan berpuasa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Ayat-ayat terkait


Dalam penelusuran ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang puasa, digunakan
kitab Mu’jam al-Mufahras. Berdasarkan penelusuran dengan kata kunci ‫ ص و م‬ditemukan 11
ayat dengan perinciannya sebagai berikut :

No. Nama Surah Ayat Makki/Madani


1. Al-Baqarah 183, 184, Makki
185,187,196
2. An-Nisa 92 Madani
3. Al-Maidah 89,95 Madani
4. Maryam 26 Makki
5. Al-Ahzab 35
6. Al-Mujadalah 4 Madani

2.2. Ayat-Ayat terkait

 Berpuasa sebagai sumber ketaqwaan

           

  

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” Q.S. Al-Baqarah (2): 183.

 Asbabun Nuzul
Tidak ditemukan riwayat asbabun nuzul pada ayat ini.

 Tafsir ayat

Ayat puasa dimulai dengan ajakan kepada setiap orang yang memiliki iman walau
seberat apapun. Ia dimulai dengan satu pengantar yang mengundang setiap mukmin untuk
sadar akan perlunya melaksankan puasa, yakni menahan diri dari makan, minum,dan
bersetubuh dengan niat ikhlas karna Allah sepanjang hari. Ia dimulai dengan panggilan
mesra, wahai orang-orang yang beriman.1 Sahabat nabi, salah seorang ahli tafsir yang
terkenal Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan, bahwa apabila sesuatu ayat telah dimulai
dengan panggilan kepada orang yang percaya, sebelum sampai ke akhirnya kita sudah tau
bahwa ayat ini akan mengandung suatu perihal yang penting ataupun suatu larangan yang
berat. Adapun yang diseru dalam ayat ini adalah orang-orang mukmin, karna iman itulah
yang menjadi dasar adanya perintah. Jika iman tidak ada maka perintah beribadah juga tidak
ada. Sebab, puasa merupakan salah satu rukun Islam dan manifestasi dari iman itu sendiri.

Puasa adalah salah satu ibadah yang telah lama berkembang dalam masyarakat ummat
manusia sebelum islam. Ini berarti puasa bukan hanya khusus untuk generasi mereka yang
diajak berdialog pada masa turunnya ayat ini, tetapi juga terhadap umat-umat terdahulu,
walaupun rincian pelaksanaannya berbeda-beda. At-Thabari meriwayatkan dari Al-Duyyi, ia
berkata: telah diwajibkan kepada kaum Nasrani untuk puasa (tidak makan dan minum)
setelah bangnun tidur dan pada bulan itu juga mereka dilarang untuk kawin. Mereka merasa
berat berpuasa karna sering kali puasa itu bertepatan dean musim panas atau musim dingin.
Melihat itu, mereka bermusyawarah dan menjadikan puasa tesebut pada musim semi (musim
bunga). Mereka berkata, “kita tambahkan dua puluh hari sebagai kafarat atas perbuatan kita
ini.” Maka mereka menjadikan puasanya sebanyak lima puluh hari.2 Dalam Taurat
dikisahkan, Nabi Musa melakukan puasa selama 40 hari, Injil juga menyebutkan dalam
Alkitab bahwa Nabi Isa juga melakukan puasa selama 40 hari siang dan malam. Taurat yang
ada saat ini menunjukkan bahwa kaum Yahudi dan Nasrani dulu mereka berpuasa pada saat
sedih, tertimpa bencana, pada saat mereka menyesal, mencari keridhaan tuhan dan mereka
berpuasa untuk mengenang porak-porandanya Yerussalem.

Pakar-pakar perbandingan agama menyebutkan bahwa orang-orang Mesir kuno pun-


sebelum mengenal agama samawi-telah mengenal puasa. Puasa juga dikenal dalam agama-
agama penyembah bintang. Agama Budha, Yahudi, dan Kristen demikian juga. Ibn an-Nadim
dalam bukunya al-Fharasat-nya menyebutkan bahwa agama para penyembah bintang
berpuasa tiga puluh hari setahun, ada pua puasa sunnah sebanyak 16 hari dan ada juga yang
27 hari. Puasa mereka sebagai penghormatan kepada bulan, juga kepada bintang Mars yang
mereka percaya sebagai bintang nasib, dan juga kepada matahari. Dalam ajaran Budha pun
dikenal puasa, sejak terbit sampai terbenamnya matahari. Mereka melakukan puasa empat
hari dalam sebulan. Mereka menamainya uposatha, pada hari-hari pertama kesembilan,
kelima belas dan kedua puluh. Orang Yahudi mengenal puasa selama empat puluh hari,
bahkan dikenal beberapa macam puasa yang dianjurkan bagi penganut-penganut agama ini,
khususnya untuk mengenang para nabi atau peristiwa-peristiwa dalam sejarah mereka. Oleh
karena itu puasa disebut juga ibadah tua.3

Penggalan akhir ayat ini menunjukkan bahwa tujuan yang besar dari puasa adalah
takwa kepada Allah. Takwa itulah yang membangkitkan kesadaran dalam hati untuk menaati

1
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati,2002),
hal.400-403.
2
Syibli,Syarjaya, Tafsir ayat-ayat ahkam,(Jakarta: Raja Grafindo, 2008), hal.151.
3
Bahry, Oemar, Tafsir Rahmat,
ُ َّ‫ “ل ََعل‬menjelaskan
Allah dan untuk mendapatkan keridhaanNya. Firman Allah “ ‫ك ْم تَ تَّ ُق ْو َن‬
manfaat atau tujuan dari ibadah puasa ini dan hikmah yang terkandung didalamnya, yakni
terhidar dari segala macam sanksi dan dampak buruk, baik duniawi maupun ukhrawi. Takwa
menurut arti bahasa adalah memelihara diri dari bahaya atau mengekang seseorang terhadap
(perbuatan dosa. Mayoritas dosa bersumber dari angkara murka dan nafsu syahwat. Puasa
mengendalikan berlebihnya insting sehingga mampu menurunkan kecurangan dan
meningkatkan ketaqwaan. 4 Dalam agama, bertakwa kepada Allah berarti mematuhi
perintahNya, mengerjakan suruhan dan menghentikan laranganNya, supaya terpelihara dari
azab dunia ataupun diakhirat. 5 Mematuhi perintah Allah dengan menjalankan petunjuk dan
bimbinganNya di bidang kepercayaan, peribadatan, budi pekerti, amal perbuatan dan tingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari. Jadi puasa adalah jalan untuk diri dalam bertakwa kepada
Allah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi berikut:

1) Puasa dapat membiasakan seseorang untuk takut kepada Allah, baik dalam keadaan
sendiri atau dengan orang banyak. Sebab orang berpuasa tidak ada pengawas yang
mengawasi selain Allah. Orang yang berpuasa akan bersikap malu pada Allah yang
selalu menguasainya dalam menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya. Puasa
merupakan suatu ibadah yang banyak berdampak pada kesehatan, baik jasmani
maupun rohani. Dalam keadaan lapar serta dahaga, orang yang berpuasa akan lebih
ringan mengendalikan nafsunya untuk berbuat maksiat. Serta akan melatih kesabaran
dalam mendapatkan apa yang diinginkan 6

2) Puasa dapat menurunkan ketegangan syahwat dan dapat menjadikan jiwa seseorang
menghidari berbagai keinginan.

3) Puasa dapat melatih diri untuk bersikap kasih sayang.

4) Tidak dibedakan antara yang miskin dengan yang kaya, semuanya sama diwajibkan
menjalankan puasa.

5) Membiasakan umat untuk teratur dalam hidup. Mereka berbuka pada waktu yang
sama tidak ada satupun yang mendahului.

6) Puasa merupakan suatu ibadah yang banyak berdampak pada kesehatan, baik jasmani
maupun rohani. Dalam keadaan lapar serta dahaga, orang yang berpuasa akan lebih
ringan mengendalikan nafsunya untuk berbuat maksiat. Puasa juga menjadikan kita
lebih sehat dengan membersihkan perut besar dari berbagai kotoran dan racun yang
berbahaya bagi tubuh. Para sarjana Eropa mengatakan,”puasa satu bulan dalam
setahun akan menghilangkan endapan-endapan yang sudah mati didalam tubuh
manusia selama satu tahun.

4
Faqih,Kamal, Tafsir Nurul Qur’an,(Jakarta: Al-Huda, 2006), hal.75.
5
Fachruddin, Ensiklopedia Al-Qur’an,jilid II: M-Z,(Jakarta: Melton Putra,1992),hal.457.
6
Faqih,Kamal, Tafsir Nurul Qur’an,(Jakarta: Al-Huda, 2006), hal.79.
 Menghapus dosa dengan berpuasa.

      

     

     

          

Artinya: Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan


mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.

Asbabun Nuzul

Di riwayatkan oleh Ahmad dan an-nasa’i dari Abdurrahman bin syaibah bahwa ummi
Salamah istri nabi Saw pernah bertanya kepada Rasulullah Saw, “mengapa kami kaum
perempuan tidak pernah di sebut-sebut dalam Al-Qur’an sebagaimana kaum pria.” Maka
turunlah ayat ini. 7

Tafsir ayat :

Ayat di atas menyebut laki-laki dan perempuan dalam sifat-sifat yang sama , kita
dapat berkata bahwa firman Allah di atas, bermaksud menekan peranan perempuan, tetapai
jika hanya perempuan yang disebut, Maka bisa jadi ada kesan, bahwa mereka tidak sama
dengan lelaki dalam hal keberagaman, untuk menekankan persamaan itu, Allah juga
menyebut juga laki-laki dalam rangakaian ayat-ayat di atas, mempersalahkannya dengan
perempuan dalam segala amal kebajikan yang di sebutnya Serata dalam ganjaran yang
menanti kedua jenis kelamin itu, atas dasar itu pula, sehingga ayat ini di mulai dengan kata
yang menunjukan penekanan yaitu Inna/sesungguhnya. 8

ّٰٰۤ ‫و‬
Di dalam ayat tersebut terdapat kata َ‫الص ِٕى ٰمت َوالص َّۤا ِٕى ِٕم ْين‬ Yang artinya “dan laki-laki
َ
dan perempuan yang berpuasa”. Yang dijadikan redaksi ayat di atas sebagai salah satu sifat
dari sifat-sifat yang di sebutkan. Rasulullah Saw bersabda: artinya “puasa ialah zakat badan”.
7
Depertemen agama RI, Al-Quran dan tafsirnya, (Jakarta: lentera hati,2010) hal 7, jilid 8.
8
Quraish Shihab, tafsir almisbah (Jakarta:lentera hati,2002) hal 269-270, jilid 11
Kalau hendak membersihkan harta daripada kekotorannya, keluarkanlah zakatnya tetapi
kalau hendak membersihkan diri dari kotoran diri, hendaklah lakukan puasa

Puasa juga dapat menurunkan kadar syahwat, sehingga di sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh imam Bukhari dan imam Muslim nabi bersabda menganjurkan supaya para pemuda
lekas kawin. Kalau belum sanggup kawin hendaklah perbanyak puasa. Sebeb berpuasa dapat
menelan syahwat agar turun dan dengan puasa pun kita membangkitka tenaga keinsafan kita
sebagai manusia, yang sanggup menahan syahwat dan hawa nafsu dan membatasi diri yang
demikian itu menanamkan semangat berdisiplin dalam jiwa kita. 9

2.3. Hadis-Hadis Terkait.

‫الصيام من اللغ ِو و الرفث‬ ِ ‫ام ِم َن‬


ّ ‫االكل و الشرب انّما‬ ُ َ‫الصي‬
ِّ ‫س‬َ ‫لَْي‬
Artinya: “Tiadalah puasa itu (menahan diri) dari makanan dan minuman, tetapi berpuasa
itu (menahan diri pula) dari perbuatan keji dan sia-sia. (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban dan Hakim, dari Abu Hurairah

‫اج ِزى بِ ِه‬


ْ ‫الصيام فانّهُ لى و انَا‬
ِّ ‫آدم لهُ اال‬ ِ ‫ُك ُّل َع‬
َ ‫مل ابن‬
Artinya: “ Seluruh amal anak turunan Adam (manusia), adalah bagi dirinya kecuali puasa.
Oleh karna itu, sesungguhnya puasa adalah hak-Ku, dan Akulah yang akan (langsung)
membalasnya.(HR. Muslim, Ahmad dan Nasa’i, dari Abu Hurairah)

ُ ‫فشفعنى فِيه و‬
‫يقول‬ ِّ ‫ّعام و الشهوات بالنّهار‬
َ ‫الصيام اَ ْي منعتُهُ الط‬
ّ ‫يقول‬
ِ ‫عان للعب ِد يوم‬
ُ ,‫القيَامة‬ ََ ْ
ِ ‫الصيام و ال ُقران يش َف‬
َ ِّ
10 ِ
‫القران منعته النوم با الليل فش ّفعنى فيه فيشفعان‬

Artinya: “Sesungguhnya puasa dan Al-Qur’an memberi syafaat kepada pelakunya pada hari
Kiamat. Puasa berkata, “ Ya Tuhanku aku telah menahan hasrat makan dan syahwatnya,
maka berilah aku izin untuk memberikan syafaat kepadanya, berkata pula Al-Qur’an, Wahai
Tuhanku, aku telah menghalanginya dari tidur untuk qiyamullail, maka berilah aku izin untuk
memberikan syafaat kepadanya. Nabi bersabda,” maka keduanya diberikan izin untuk
memberikan Syafaat.” (HR. Ahmad dari Abdullah ibn Umar).

9
Hamka, tafsir alazhar, hal 5718, jilid 8.
10
Faishal, Arwanie, Ramadhan, Puasa, lailatul Qadar, i’tikaf, ( Jakarta: Fikahati Aneska, 1993), hal.33.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan.
Allah Swt. menjelaskan kepada kita mengenai kewajiban berpuasa, sebagaimana
puasa tersebut telah diwajibkan kepada umat-uamat terdahulu. Dibalik kewajiban berpuasa
tersebut, didapati keutamaan bagi pelaksananya, seperti persiapan diri menjadi insan yang
bertaqwa dan penghapusan dosa serta imbalan pahala dari Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Agama RI, Departemen. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya . Jakarta: lentera hati.

Al baqi, Muhammad Fuad, Mu’jam al-Mufahras lialfazi alquran alkarim. Dar al-Fikri.

Bakry,Oemar, Tafsir Rahmat,: Mutiara.

Faqih, Kamal.2006. Tafsir Nurul Quran, Jakarta: Al-Huda.

Faishal, Arwanie. 1993. Ramadhan, Puasa, lailatul Qadar, i’tikaf, Jakarta: Fikahati Aneska.

Fachruddin. 1992. Ensiklopedia Al-Qur’an,jilid II: M-Z, Jakarta: Melton Putra.

Hamka. 1983. Tafsir al-Azhar, Jakarta: PUSTAKA PANJIMAS.

M.Yusuf, Kadar. 2015. Tafsir ayat Ahkam. Jakarta. AMZAH.

Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah Volume 2. Jakarta: Lentera Hati.

Syibli, Syarjaya.2008. Tafsir ayat-ayat Ahkam. Jakarta: RAJAGRAFINDO PERSADA.

Anda mungkin juga menyukai