Anda di halaman 1dari 38

Departemen Keperawatan Gadar dan Kritis

LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG IGD NON BEDAH RSUP
WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh:

ISRAWATI, S.Kep
NIM: 70900121036

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XX

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya yang masih tercurah kepada penulis, sehingga laporan pendahuluan
ini yang berjudul “Chronic Kidney Disease (CKD)” dapat terselesaikan, dan tak
lupa pula kita kirimkan salam dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang
telah mengantarkan kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang
seperti sekarang ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada kelemahan dan


kekurangan dalam laporan pendahuluan ini, oleh karena itu, dari segenap
pembaca, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk lebih meningkatkan mutu
penulisan selanjutnya. Semoga Laporan Pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, Amiin.

Makassar, 23 Agustus 2022


Penulis

Israwati, S.Kep

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi........................................................................................................4
2. Etiologi........................................................................................................4
3. Patofisiologi................................................................................................5
4. Manifestasi Klinis.......................................................................................6
5. Klasifikasi...................................................................................................7
6. Penatalaksanaan..........................................................................................8
7. Pemeriksaan Penunjang............................................................................. 8
8. Komplikasi................................................................................................10
9. Pathway.....................................................................................................11
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.................................................................................................12
2. Diagnosa....................................................................................................15
3. Perencanaan...............................................................................................23
4. Implementasi.............................................................................................34
5. Evaluasi.....................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kemunduran fungsi
ginjal yang progresif dan ireversibel dimana terjadi kegagalan kemampuan
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit
yang mengakibatkan uremia (Smeltzer dkk., 2015).
CKD adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat detruksi
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolik (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 2014).
Perbedaan kata kronis disini dibanding dengan akut adalah kronologis
waktu dan tingkat fisiologis filtrasi. Berdasarkan Mc Clellan (2006) dalam
Prabowo (2014) dijelaskan bahwa CKD merupakan kondisi penyakit pada
ginjal yang persisten (keberlangsungan ≥ 3 bulan) dengan:
1) Kerusakan ginjal
2) Kerusakan Glomerular Filtration Rate (GFR) dengan angka GFR ≤
60 ml/menit/1.73m2.
3) Chronic Kidney Disease merupakan penurunan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat detruksi struktur ginjal yang progresif
2. Etiologi
Salah satu penyebab dari Chronic kidney disease (CKD) adalah
tekanan darah tinggi/ hipertensi. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
tekanan diastolic di atas 90 mmHg.Berdasarkan penyebabnya, hipertensi
dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer
yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik, dan hipertensi sekunder
atau disebut juga hipertensi renal (Kusuma, 2015).

4
Menurut Harmilah (2020) kondisi klinis yang memungkinkan
mengakibatkan CKD bisa disebabkan dari ginjal itu sendiri maupun dari luar
ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada (glomerulus): glomerulonephritis
2) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis
3) Batu ginjal
4) Trauma langsung pada ginjal
5) Keganasan pada ginjal
6) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/struktur.
b. Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi
2) Dyslipidemia
3) SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
4) Infeksi di badan : TBC Paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi
6) Obat-obatan
7) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar).
3. Patofisiologi
Menurut Martin, (2017) penyebab yang mendasari CKD bermacam-
macam seperti penyakit glomerulus baik primer maupun sekunder, penyakit
vaskular, infeksi, nefritis interstisial, obstruksi saluran kemih. Patofisiologi
CKD melibatkan 2 mekanisme kerusakan : (1) mekanisme pencetus spesifik
yang mendasari kerusakan selanjutnya seperti kompleks imun dan mediator
inflamasi pada glomerulonefritis, atau pajanan zat toksin pada penyakit
tubulus ginjal dan interstitium; (2) mekanisme kerusakan progresif yang
ditandai dengan adanya hiperfiltrasi dan hipertrofi nefron yang tersisa.
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume fitrasi
yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan
GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi
¾ dari nefron-nefron yang rusak. Beban yang harus dilarut menjadi lebih

5
besar daripada yang diabsorpsi dan berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri. Selanjutnya jumlah nefron yang rusak bertambah, oliguria timbul
disertai retensi produk sisa. Fungsi ginjal menurun, produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan di dalam urin)
tertimbun di dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh (Martin, 2017).
Hipertensi merupakan salah satu penyebab GGK melalui suatu proses
yang mengakibatkan hilangnya sejumlah besar nefron fungsional yang
progresif dan irreversible. Peningkatan tekanan dan regangan yang kronik
pada arteriol dan glomeruli diyakini dapat menyebabkan sklerosis pada
pembuluh darah glomeruliatau yang sering disebut degan glomerulosklerosis.
Penurunan jumlah nefron akanmenyebabkan proses adaptif, yaitu
meningkatnya aliran darah, peningkatan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) dan
peningkatan keluaran urin di dalam nefron yangmasih bertahan. Proses ini
melibatkan hipertrofi dan vasodilatasi nefron sertaperubahan fungsional yang
menurunkan tahanan vaskular dan reabsorbsi tubulusdi dalam nefron yang
masih bertahan. Perubahan fungsi ginjal dalam waktu yanglama dapat
mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada nefron yang ada.Lesi-lesisklerotik
yang terbentuk semakin banyak sehingga dapat menimbulkan
obliterasiglomerulus, yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal lebih
lanjut, danmenimbulkan lingkaran setan yang berkembang secara lambat
yang berakhirsebagai penyakit Gagal Ginjal Kronik (Brunner & Suddart,
2013)
4. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala seseorang mengalami Chronic Kidney Disease
menurut Harmilah (2020), meliputi:
a. Lebih sering ingin buang air kecil, terutama di malam hari
b. Kulit terasa gatal
c. Adanya darah atau protein dalam urine yang dideteksi saat tes urine
d. Mengalami kram otot
e. Berat badan turun atau kehilangan berat badan

6
f. Kehilangan nafsu makan atau nafsu makan menurun
g. Penumpukan cairan yang mengakibatkan pembengkakan pada
pergelangan kaki dan tangan
h. Nyeri pada dada akibat cairan menumpuk di sekitar jantung
i. Mengalami kejang pada otot
j. Mengalami gangguan pernapasan atau sesak napas
k. Mengalami mual dan muntah
l. Mengalami gangguan tidur atau susah tidur
m. Terjadi disfungsi ereksi pada pria
5. Klasifikasi
Klasifikasi CKD berdasar derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus)
dimana nilai normalnya adalah 125 ml/mnt/1,73m2 dengan rumus kockrof-
gault sebagai berikut :
( 140−umur ) x berat badan
¿ 2 (laki−laki)
LFG (ml/mnt/1,73m ) mg
72 x kreatinin plasma ( )
dl
( 140−umur ) x berat badan
¿ 2 X 0,85( perempuan)
LFG(ml/mnt/1,73m ) mg
72 x kreatinin plasma ( )
dl
Tabel 1.1 Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Disease
Derajat Penjelasan LFG (ml/mnt/1,73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG ≥ 90


normal atau meningkat

2 Kerusakan ginjal dengan 60-89


penurunan LFG ringan

3 Kerusakan ginjal dengan 30-59


penurunan LFG sedang

4 Kerusakan ginjal dengan 15-29

7
penurunan LFG berat

5 Gagal ginjal <15 atau dialysis

Sumber : (Sudoyo, 2015 dalam Harmilah, 2020)

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1) Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya edema
d. Batasi cairan yang masuk
2) Dialysis
a. peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidakbersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori PeritonialDialysis )
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukanmelalui daerah femoralis namun untuk mempermudah
maka dilakukan :
1) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
2) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke
jantung)
3) Operasi
a. Pengambilan batu
Transplantasi ginjal
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Harmilah (2020) beberapa pemeriksaan penunjang untuk CKD
antara lain:

8
a. Gambaran Klinis
1) Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti DM, infeksi traktus
urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemia, SLE
2) Sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual
muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer,
pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma
3) Gejala komplikasi, antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium,kalium, klorida).
b. Gambaran laboratoris
1) Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan
kreatinin serum, dan penurunan LFG yang dihitung dengan
mempergunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin serum
saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.
2) Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar Hb,
peningkatan kadar asam urat, hiperkalemia atau hipokalemia,
hiponatremia, hiperkloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia,dan
asidosis metabolik.
3) Kelainan urinalisis, meliputi proteinuria, leukosuria, cast,
isostenuria.
c. Gambaran Radiologi
Pemeriksaan radiologi penyakit ginjal kronis antara lain:
1) Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opak
2) Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasi
3) Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang
mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu
ginjal, kista, massa, kalsifikasi
4) Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renograf, dikerjakan bila ada
indikasi.
d. Biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal

9
Dilakukan pada pasien dengan ukuran ginjal yang masih mendekati
normal, karena diagnosis secara noninvasif tidak bisa ditegakkan.
Pemeriksaan histopatologi ini bertujuan untuk mengetahui etiologi,
menetapkan terapi, prognosis, dan mengevaluasi hasil terapi yang
telah diberikan. Biopsi ginjal tidak dilakukan pada ginjal yang sudah
mengecil (contracted kidney), ginjal polikistik, hipertensi yang tidak
terkendali, infeksi perinefrik, gangguan pembekuan darah, gagal
napas, dan obesitas
8. Komplikasi
Komplikasi CKD menurut Smletzer, dkk (2015), antara lain:
a. Hyperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diet berlebihan
b. Perkarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin-angiotensin-aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan
kehilangan darah selama hemodialysis
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastasis akibat retensi fosfat,
kadar kalsium serum rendah, metabolise vitamin D abnormal dan
peningkatan kadar aluminium

10
PATHWAY CKD

Zat toksik Vaskuler Penyakit Sistemik,


Infeksi
Hipertensi, DM,
Arterioskerosis kolesterol
Reaksi antigen
antibodi Tertimbun ginjal

Suplay darah ginjal turun

GFR
Retensi cairan, natrium
Pre load naik GGK aktivasi RAA

Beban jantung Retensi Na Penumpukan cairan/cairan


Sekresi eritropoitin berlebih

COP menurun Total CES naik


Suplay O2 menurun
Produksi hb
Suplai o2 jaringan turun menurun
Tekanan Respon asidosis metabolic &
kapiler naik Oksihemoglobin turun sindrom uremi pada RR:
Metabolisme anaerob pernapasan kussmaul,
Suplai O2 dyspnea, odema pulmonary,
Asam laktat naik Volume pleurisy, efusi pleura
jaringan turun
interstisial naik
11
Terjadi fatigue dan Kelemahan Umum Pola Nafas Tidak
nyeri sendi Edema Fatigue Efektif
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera
masalahaktual/potensial dari kondisi life threatening (berdampak terhadap
kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup).
Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi jika hal tersebut memungkinkan. Prioritas penilaian dilakukan
berdasarkan :
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji : - Bersihan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress pernafasan
- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
B = Breathing dan ventilasi
Kaji : - Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
C = Circulation
Kaji : - Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji : - Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon :
A = Alert
V = Verbal,

12
P = Pain/respon nyeri
U = Unresponsive
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
E = Eksposure
Kaji : - Tanda-tanda trauma yang ada
b. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi
pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan,
riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.
1) Pengkajian Riwayat Penyakit :
- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
- Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
- Waktu makan terakhir
- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang,imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi
klien.
Metode pengkajian yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
S:
- (signs and symptoms)
- tanda dan gejala yang di observasi dan dirasakan klien
A:
- (Allergis)
- alergi yang dimiliki klien
M:
- (medications)
- tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi keluhan

13
P:
- (pertinent past medical hystori)
- riwayat penyakit yang di derita klien
L:
- (last oral intakesolid or liquid)
- makan/minum terakhir, jenis makanan
E:
- (event leading toinjury or illnes)
- pencetus/kejadian penyebab keluhan
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :
P:
- (provoked) :
- pencetus nyeri, tanyakan hal yang menimbulkan dan mengurangi
Nyeri
Q:
- (quality)
- kualitas nyeri
R:
- (radian)
- arah perjalan nyeri
S:
- (Skala)
- skala nyeri 1-10
T:
- (Time)
- lamanya nyeri sudah dialami klien
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas urine
2) Dada : pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada
3) Perut : adanya edema anasarka (ascites)
4) Ekstremitas : edema pada tungkai, spatisitas otot

14
5) Kulit : sianosis, akral dingin, turgor kulit menurun
d. Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan Urine
a) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam atau urine tak ada
(anuria)
b) Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh
pus bakteri, lemah, partikel koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis : Kurang dari 1,05 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
d) Osmolaritas : Kurang dari 300 mosm / kg menunjukkan kerusakan
tubular dan rasio urine serum sering 1 : 1.
e) Klirens Kreatinin : Mungkin agak menurun.stadium satu CCT(40-
70ml/menit), stadium kedua, CCT (20-40ml/menit) dan stadium
ketiga, CCT(5 ml/menit)
f) Natrium : Lebih besar dari 40 g/dl, karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium. (135-145 g/dL)
g) Protein : Derajat tinggi proteinuria (3 – 4 + ) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga
ada.
2) Darah
a) BUN/Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi,
kadar kreatinin 10 mg/dl. Diduga batas akhir mungkin rendah yaitu
5
b) Hitung darah lengkap : Ht namun pula adanya anemia Hb : kurang
dari 7 – 8 9/dl, Hb untuk perempuan (13-15 g/dL), laki-laki (13-16
g/dL)
c) SDM : Waktu hidup menurun pada defesiensi eriropoetin seperti
pada azotemia.
3) GDA :
a) PH : penurunan asidosis (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan

15
amonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun
PCo2 menurun natrium serum mungkin rendah (bila ginjal
”kehabisan” natrium atau normal (menunjukkan status difusi
hipematremia)
b) Kalium : Peningkatan normal (3,5- 5,5 g/dL) sehubungan dengan
rotasi sesuai dengan perpindahan selular (asidosis) atau
pengeluaran jaringan (hemolisis SDM) pada tahap akhir pembahan
EKG mungkin tidak terjadi sampai umum gas mengolah lebih
besar.
c) Magnesium / fosfat meningkat di intraseluler : (27 g/dL), plasma (3
g/dL), cairan intersisial (1,5 g/dL).
d) Kalsium : menurun. Intra seluler (2 g/dL), plasma darah (5 g/dL),
cairan intersisial (2,5 g/dL)
e) Protein (khususnya albumin 3,5-5,0 g/dL) : kadar semua menurun
dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine pemindahan
cairan penurunan pemasukan atau penurunan sintesis karena asam
amino esensial.
f) Osmolalitas serum : lebih besar dari 285 mos m/kg. Sering sama
dengan urine Kub Foto : menunjukkan ukuran ginjal / ureter /
kandug kemih dan adanya obstruksi (batu)
g) Pielogram retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan
ureter
4) Arteriogram ginjal :
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravakuler massa.
Sistrouretrografi berkemih : menunjukkan ukuran kandung kemih,
refiuks kedalam ureter, rebonsi.
5) Ultrasono ginjal :
Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa. Kista obstruksi pada
saluran
kemih bagian atas.
6) Biopsi ginjal :

16
mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan pelvis
ginjal : keluar batu hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7) EKG :
Mungkin abnormal menunjukan ketidak keseimbangan elektrolit
asam/basa.
8) Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan : Dapat
menunjukkan deminarilisasi, kalsifikasi.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
1. Hipervolemia
a. Definisi
Peningkatan volume cairan intravascular, intertisial dan atau intraseluler
Batasan karakteristik
b. Penyebab
1) Gangguan mekanisme regulasi
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) Gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmakologis (mis. Kostikosteroid, chlorpropamide,
tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbamazaepine )
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Ortopnea
2) Dispnea
3) Paroxymal nocturnal dyspnea (PND)
Objektif
1) Edema anasarka dan atau edema perifer
2) Berat badan meningkat dalam waktu yang singkat

17
3) Jugular venous Pressure (JVP) dan atau Central Venous Pressure
(CVP) meningkat
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1) Distensi Vena jugular
2) Terdengar suara napas tambahan
3) Hepatomegali
4) Kadar Hb dan Ht turun
5) Oliguria
6) Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
7) Kongesti paru
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Penyakit ginjal; gagal ginjal akut/kronis, sindrom nefrotik
2) Hipoalbuminemia
3) Gagal Jantung Kongestif
4) Kelainan Hormon
5) Penyakit hati (mis.sirosis, asites, kanker hati)
6) Penyakit vena perifer (mis.varises vena, thrombus vena, phlebitis)
7) Imobilitas
2. Nyeri Akut
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambar dan
berintraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
b. Penyebab
1) Agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

18
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Mengeluh Nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. Posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
d. Gejala dan tanda Minor
Subjektif
Tidak Tersedia
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berfikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaphoresis
e. Kondisi klinis terkait
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom korener akut
5) Glaucoma
3. Pola Napas Tidak Efektif
a. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat

19
b. Penyebab
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neuromuscular
6) Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram [EEG] positif, cedera
kepala, gangguan kejang)
7) Imaturitas neurologis
8) Penurunan energi
9) Obesitas
10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11) Sindrom hipoventilasi
12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
13) Cedera pada medulla spinalis
14) Efek agen farmakologis
15) Kecemasan
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Dispneu
Objektif
1) Penggunaan otot bantu pernapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal (mis.takipneu, bradipneu, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes)
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Ortopneu
Objektif
1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung

20
3) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Depresi sistemn saraf pusat
2) Cedera kepala
3) Trauma toraks
4) Gullian barre syndrome
5) Multipel sclerosis
6) Myasthenia gravis
7) Stroke
4. Intoleransi Aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan keutuhan energi
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1) Mengeluh lelah
Objektif
a. Frekuensi jantung meningka >20% dari kondisi istirahat
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Dispnea saat/setelah aktivitas

21
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lemah
Objektif
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas

3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4) Sianosis
e. Kondisi klinis terkait
1) Anemia
2) Gagal Jantung Kongestif (GJK)
3) Penyakit jantung coroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
7) Gangguan Metabolik
8) Gangguan Muskuloskeletal
5. Defisit nutrisi
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk mmenuhi kebutuhan metabolisme
b. Penyebab

22
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif: tidak tersedia
2) Objektif:
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif
a) Cepat kenyang sebelum makan
b) Kram/nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
2) Objektif:
a) Otot pengunyah lemah
b) Otot menelan lemah
c) Serum albumin menurun
e. Kondisi klinis terkait
1) Stroke
2) Kerusakan neuromuscular
3) Penyakit kronis
6. Ansietas
a. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan Tindakan untuk menghadapi ancaman
b. Penyebab
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisi maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian

23
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi system keluarga
8) Hubungan orangtua-anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan (tempramen mudak teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar bahaya lingkungan (mis.toksin,polutan, dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi
Objektif
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
Objektif
1) Frekuensi nafas meningkat
2) Frekuensi nadi menigkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk

24
9) Sering berkemih
10) Brorientasi pada masa lalu
e. Kondisi klinis terkait
1) Penyakit kronis progresif (mis.kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcomes) yang diharapkan
(PPNI, 2018)
Diagnosa 1 Hipervolemia
Manajemen Hipervolemia
Observasi
1) Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis. Ortopnea, dispnea,
edema, JVP/CVP meningkat, reflex hepatojugular positif, suara napas
tambahan.
Rasional: Mengetahui adanya tanda dan gejala hypervolemia pada
pasien
2) Identifikasi penyebab hipervolemia
Rasional: Mengetahui penyebab hypervolemia pada pasien
3) Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, tekanan darah,
MAP, CVP, PAP, PCWP, CO,CI), jika tersedia
Rasional: Mengetahui status hemodinamik pada pasien
4) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)

25
Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan pasien
5) Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium, BUN,
hematokrit, berat jenis unri)
Rasional: Mengetahui adanya tanda hemokonsentrasi pada pasien
6) Monitor tanda peningkatan onkotik plasma (mis. kadar protein dan
albumin meningkat
Rasional: Mengetahui tanda peningkatan onkotik plasma pada pasien
7) Monitor kecepatan infus secara ketat
Rasional: Memastikan cairan IV yang masuk sesuai kebutuhan pasien
8) Monitor efek samping diuretic
Rasional: Mengetahui adanya efek samping diuretic pada pasien

Terapeutik
1) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
Rasional: Mengetahui adanya penambahan atau pengurangan berat
badan pasien
2) Batasi asupan cairan dan garam
Rasional: Mengurangi asupan cairan dan garam agar keseimbangan
cairan kembali normal
3) Tinggikan kepala tempat tidur 30-400
Rasional: Mempertahankan kenyamanan, meningkatkan ekspansi
paru, dan memaksimalkan oksigenasi pasien
Edukasi
1) Anjurkan melapor jika haluran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
Rasional: Agar haluaran urin pasien tetap terpantau sehingga perfusi
renal, kecukupan penggantian cairan dan kebutuhan serta status cairan
pasien dapat segera ditangani jika terjadi ketidakseimbangan
2) Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari
Rasional: Agar BB pasien tetap terpantau sehingga, kecukupan
penggantian cairan dan kebutuhan serta status cairan pasien dapat
segera ditangani jika terjadi ketidakseimbangan

26
3) Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
Rasional: Agar pasien dapat mengetahui cara mengukur dan mencatat
asupan dan haluaran cairannya secara mandiri
4) Ajarkan cara membatasi cairan
Rasional: Agar pasien dapat mengontrol intake dan output cairan
secara mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian diuretic
Rasional: Membantu mengeluarkan kelebihan garam dan air dalam
tubuh melalui urin
2) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
Rasional: Mengembalikan konsentrasi kalium dalam tubuh
3) Kolaborasi pemberian Continuous Renal Replacement Therapy
(CRRT), jika perlu
Rasional: Mengatur kesimbangan cairan pasien dan membantu kerja
ginjal
Diagnosa 2 : Nyeri Akut
Luaran Utama : Tingkat Nyeri
a. Tujuan dan kriteria hasil
Nyeri yang dirasakan klien menurun dengan kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis dapat menurun
3) Frekuensi nadi membaik
4) Tekanan darah membaik
b. Intervensi keperawatan dan rasional
Manajemen nyeri
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
Rasional : Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri dari pasien

27
b) Identifikasi skala nyeri
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan pasien
c) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : Mengetahaui hal-hal yang dapat memperberat ataupun
memperingan nyeri yang dirasakan pasien
d) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Rasional : Mengetahui seberapa besar rasa nyeri mempengarui
kualitas hidup pasien
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi pijat, kompres hangat/dingin, hypnosis, relaksasi napas dalam)
Rasional : Mengurangi tingkat nyeri pasien/ mengalihkan pasien dari
rasa nyerinya
b) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Rasional : mengurangi resiko factor yang dapat memperberat
nyeri/menimbulkan nyeri
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
Rasional : mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istrahat pasien
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Rasional : Memberikan informasi terkait nyeri yang dirasakan pasien
b) Jelaskan strategi mengatasi nyeri
Rasional : Membantu pasien mengatasi saat rasa nyeri muncul
c) Anjurkan untuk memonitor nyeri secara mandiri
Rasional : Pasien dapat mengetahui sendiri karakteristik, penyebak,
lokasi saat nyeri muncul
d) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional : Memudahkan pasien untuk mengotrol nyeri dengan cara
sederhana tanpa menggunakan obat-obatan
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

28
Rasional : Mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan
pasien, pemberian analgetik sesuai kebutuhan pasien
Diagnosa 3 : Pola Napas Tidak Efektif
Luaran Utama : Pola Napas
a. Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi
adekuat, dengan kriteria hasil:
1) Meningkatnya ventilasi semenit, kapasitas vita, diameter thoraks
anterior-posterior, tekanan ekspirasi, tekanan inspirasi
2) Menurunnya tanda dan gejala dispnea, penggunaan otot bantu napas,
pemanjangan fase ekspirasi, ortopnea, pernapasan pursed-tip,
pernapasan cuping hidung
3) Membaiknya frekuensi napas, kedalaman napas, ekskursi dada
b. Intervensi keperawatan dan rasional:
Manajemen jalan napas
Observasi
1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Rasional: Mengetahui pola napas pasien (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
2) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
Rasional: Mengetahui adanya bunyi napas tambahan masih ada atau
tidak
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Rasional: Mengetahui karakteristik sputum pasien dan bahan evaluasi
Terapeutik
1) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma servikal)
Rasional: Mempertahankan terbukanya jalan napas pasien
2) Posisikan semi-fowler atau fowler

29
Rasional: Mempertahankan kenyamanan, meningkatkan ekspansi
paru, dan memaksimalkan oksigenasi pasien
3) Berikan minum hangat
Rasional: Membantu memobilisasi dan mengeluarkan secret
4) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Rasional: Meningkatkan drainase dan memudahkan eliminasi secret
yang susah dikeluarkan secara mandiri
5) Lakukan pengisapan lender kurang dari 15 detik
Rasional: Untuk menghindari hipoksemi dan tidak terjadi cedera pada
jalan napas (nasopharing, oropharing, dan orotracheal) dan
mempertahankan kepatenan jalan napas
6) Lakukan hiperoksigenasi sebelum pengisapan endotrakeal
Rasional: Untuk menghindari hipoksemia yang diakibatkan tindakan
suction
7) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
Rasional: Mempertahankan kepatenan jalan napas dan mencegah
terjadinya infeksi
8) Berikan Oksigen, jika perlu
Rasional: Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan
sirkulasi
Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Rasional: Agar keseimbangan cairan pasien tetap terjaga sehingga
oksigenasi juga membaik
2) Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional: Agar pasien bisa mengeluakan secret secara maksimal tanpa
menggunakan tenaga lebih/menguras tenaga
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran atau mukolitik, jika
perlu Rasional: Memberikan support bantuan pernapsan tambahan dan
memudahkan pengenceran serta pembuangan secret

30
Diagnosa 4 : Intoleransi Aktivitas
Luaran Utama : Manajemen Energi
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Respon fisiologis terhadap aktifitas yang membutuhkan tenaga dapat
meningkat dengan kriteria hasil
1) Kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari-hari meningkat
2) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
3) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
4) Keluhan lelah menurun
b. Intervensi keperawatan
Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Rasional :mengidentifikasi pencetus terjadinya kelelahandan rencana
tindakan berikutnya yang dapat dilakukan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
Rasional :untuk mengetahui koping klien
3) Monitor pola dan jam tidur
Rasional : menghindari kelelahan akibat kurang istirahat
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Rasional :mengetahui kemampuan dan batasan pasien terkait aktivitas
yang akan dilakukan
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya,suara,kunjungan).
Rasional : memberikan rasa aman dan nyaman kepada klien
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif (ROM)
Rasional : membantu meningkatkan rentang gerak klien dalam
beraktivitas
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Rasional : memberikan rasa nyaman pada klien

31
4) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan.
Rasional :mengurangi resiko jatuh/sakit pada klien
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Rasional: Istirahat yang lebih dan mengurangi aktivitas dapat
memulihkan energi kembali
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Rasional : melatih kekuatan otot dan pergerakan pasien agar tidak
terjadi kekakuan otot maupun sendi
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Rasional : untuk mengidentifikasi rencana tindakan selanjutnya yang
dapat dilakukan oleh perawat
4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Rasional :memiliki kemampuan mengatasi masalah (coping skill)
bermanfaat untuk mencegah komplikasi kesehatan yang mungkin
nanti akan timbul.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Rasional: Pemberian gizi yang cukup dapat meningkatkan energi klien
Diagnosa 5 : Defisit Nutrisi
a. Tujuan dan criteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam status nutrisi
membaik dengan kriteria hasil:
1) Porsi makanan yang dihabiskan
2) Nafsu makan membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nutrisi :
1) Observasi :
a) Identifikasi status nutrisi

32
R: Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi
pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
b) Identifikasi makanan yang disukai
R: membantu pasien untuk memenuhi asupan nutrisi
c) Monitor asupan makanan
R: untuk mengetahui jumlah yang masuk dan jumlah yang keluar.
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygnel sebelum makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk
R: Posisi duduk memberikan pasien perasaan nyaman saat makan.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antimetic).
R: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis dalam
manajemen mual dengan menghambat sekres asam lambung
b) Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
R: membantu pasien untuk memenuhi jumlah nutrisi dalam tubuh
Diagnosa 6 : Ansietas
Luaran Utama : Tingkat Ansietas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Ansietas menurun, dengan kriteria hasil:
1) Verbalisasi kebingungan menurun
2) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
3) Perilaku gelisah menurun
4) Perasaan kebrdayaan membaik
b. Intervensi keperawatan dan rasional
Terapi Relaksasi
Observasi

33
1) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
Rasional: Mengetahui adanya gejala-gejala yang mengganggu
kemampuan kognitif pasien
2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif diguakan
Rasional: Mengetahui teknik relaksasi yang pernah efektif diguakan
pada pasien
3) Monitor respon terhadap terapi relaksasi
Rasional: Menjaga kemanan dan kenyamanan pasien
Terapeutik
1) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Rasional: Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien
2) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
Rasional: Agar pasien lebih mudah memahami dan dapat
memperisiapkan diri untuk melakukan teknik relaksasi
3) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Rasional: Agar pasien merasa nyaman saat melakukan Teknik
relaksasi
Edukasi
1) Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis. musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
Rasional: Memberikan informasi secara rinci kepada pasien tentang
macam-macam teknik relaksasi dan pasien bisa memilih teknik
relaksasi yang diinginkan
2) Jelaskan secara rinci teknik relaksasi yang dipilih
Rasional: Agar pasien mengetahui tindakan yang akan diberkan dan
dilakukan
3) Anjurkan mengambil posisi nyaman

34
Rasional: Mempertahankan rasa aman dan nyaman pasien
4) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Rasional: Agar teknik relaksasi dapat maksimal
5) Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih
Rasional: Agar pasien tidak mudah lupa dan dapat melakukan teknik
relaksasi secara mandiri
6) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)
7) Rasional: Agar pasien dapat melakukan teknik relaksasi secara
mandiri

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
a. Tindakan keperawatan mandiri.
b. Tindakan Keperawatan edukatif.
c. Tindakan keperawatan kolaboratif.
d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan. Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana (Ridha & Hilda,
2019) :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

35
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :
a. Masalah teratasi
Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku dan
perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.

b. Masalah sebagian teratasi


Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan
perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
c. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak menunjukkan
perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul
masalah yang baru.

36
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Sofi. 2016. Stop! Gagal Ginjal dan Gangguan-Gangguan Ginjal Lainnya.
Yogyakarta : Istana Media

Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2
Edisi 8. Jakarta: EGC.

Dinarti & Mulyanti, Y. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta :


Kementerian Kesehatan RI

Harmilah.(2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Martin, M. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Chronic Kidney


Disease Di Ruang Teratai RSU Banyumas. Naskah Publikasi. Diakses
pada tanggal 15 2021 dari http://eprints.ums.ac.id/22368/

Muttaqin, A.,& Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif, Amin H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta;
MediAction

Potter, & Perry. (2011). Implementasi keperawatan.

PPNI (2017). Standar Diagnosis Kepertawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi I, Cetakan III (Revisi). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Kepertawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi I, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Kepertawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi I, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Prabowo, E., & Pranata, A. E., Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta : Nuha Medika.

37
Primasiwi, A. (2019). Perbaiki Pola Makan dan Gaya Hidup Demi Cegah Kanker
Kolorektal.
Ridha & Hilda. (2019). Pengaruh Pelaksanaan SOP Perawat terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien. 3(23), 84-96.

Smeltzer, S. C. & Bare, B.G. 2015. Buku Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 11. Jakarta : EGC

38

Anda mungkin juga menyukai