Anda di halaman 1dari 7

JOM Vol 2 No 1, Februari 2015

PENGARUH PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) YANG


DILAKUKAN OLEH PERAWAT TERHADAP KESIAPAN PASIEN
TB PARU MENGHADAPI PEMULANGAN

Dewi Ernita1) Siti Rahmalia2) Riri Novayelinda3)

Mahasiswa/Perawat RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru1


Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau2,3
Dewi.Ernita 19@gmail.com

Abstract

The purpose of this study was to identify the influence discharge planning study performed by nurses among pulmonary
TB patient's The method is quasi-experimental design, the equivalent control group design approach. The research was
conducted in Medical General Hospital Arifin Achmad Pekanbaru involving 15 respondents. The sampling method is
purposive sample. The data was colled by using a guestommaire who have been make by health departement systematic
republic Indonesia. The analysis used univariate and bivariate is the dependent t test. The result showed that there is
very significantly the effect of discharge planning for readiness home care among pulmonary TB Patients (p value=
0,000). The results of this study recommend the discharge planning can provide a regularly and proper conduct
discharge of patients with pulmonary TB to avoid the drop out when the drop out drugs and hospital again in RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru.

Keywords: discharge planning, preparedness, pulmonary TB


Bibliography: 42 (2004-2013)

PENDAHULUAN TB paru di Indonesia dari 100.000 penduduk


didapatkan 235 penduduk dengan persentase
Salah satu masalah kesehatan yang kasus baru TB paru (BTA Positif). Beban
masih banyak berkembang di Indonesia saat global penyakit TB paru (prevalensi dan
ini adalah penyakit Tuberculosis Paru (TB mortalitas) tahun 2015 diharapkan akan relatif
paru). TB paru adalah penyakit infeksi yang berkurang dibandingkan tahun sebelumnya,
menyerang parenkim paru yang dapat setidaknya 70% orang yang terinfeksi TB
ditularkan ke bagian tubuh lain, termasuk paru dapat dideteksi dengan strategi DOTS,
selaput otak, ginjal, tulang, dan nodus limfe 85% diantaranya dinyatakan sembuh dan pada
(Pryce, 2006). tahun 2050 TB paru bukan lagi merupakan
World Health Organization (WHO) masalah kesehatan masyarakat global.
menunjukkan sepertiga penduduk dunia telah Berdasarkan Case Detection Rate TB
terinfeksi TB paru. Sekitar 8 juta orang yang Indonesia per Juni 2012 diketahui bahwa saat
terinfeksi setiap tahunnya mengalami ini TB paru telah di alami oleh 16,43% dari
kematian lebih dari 2 juta orang setiap tahun keseluruhan jumlah penduduk di Provinsi
(Nofizar, Nawas & Burhan, 2010). Riau (5.935.430 orang). Berdasarkan target
Berdasarkan data terbaru dari Global Report nasional dari Rencana Strategis (Renstra)
TB (2013) diketahui bahwa jumlah TB paru (2012) untuk keberhasilan pengobatan TB
mengalami peningkatan dan masih menjadi paru di Riau adalah 87%, namun target
masalah kesehatanglobal utama dimana pada nasional dari Renstra ini belum tercapai
tahun 2012, diperkirakan8,6 juta orang karena succes rate yang berhasil dicapai oleh
menderita TB paru dan1,3 juta meninggal Provinsi Riau hanya sekitar 78,3% saja.
akibat penyakit ini. Jumlah kematian TB paru Menurut Amin (2006) kegagalan
ini terlampau besar mengingat sebagian besar penderitaTB paru dalam pengobatan TB paru
penyakit ini dapat dicegah. dapat diakibatkan oleh banyak faktor, seperti
Berdasarkan Strategi Nasional obat, penyakit dan penderitanya sendiri.
Pengendalian TB paru di Indonesia (2010 – Faktor obat terdiri dari panduan obat yang
2014) diketahui bahwa saat ini jumlah kasus tidak adekuat, dosis obat yang tidak cukup,
647
JOM Vol 2 No 1, Februari 2015

tidak teratur minum obat, jangka waktu pelaksanaan perencanaan pulang, Sehingga
pengobatan yang kurang dari semestinya,dan menimbulkan kendala dalam melaksanakan
terjadinya resistensi obat. Faktor penyakit perencanaan pulang yang baik dimana
biasanya disebabkan oleh lesi yang terlalu memungkinkan terjadi kesalahan komunikasi
luas, adanya penyakit lain yang mengikuti, (misscomunication) mengenai perawatan
adanya gangguan imonologis, faktor terakhir klien selama dirumah. Hal ini nantinya akan
adalah masalah penderita sendiri, seperti berdampak pada kondisi pasien, pasien dan
kurangnya pengetahuan mengenai TB paru, seluruh anggota keluarga harus mendapatkan
kekurangan biaya, malas berobat, dan merasa informasi tentang semua rencana pemulangan
sudah sembuh. Sebagian besar kasus agar kondisi pasien selama dirumah dapat
ketidakberhasilan karena ketidakpatuhan membaik bukan kembali pada keadaan
minum obat yang disebabkan oleh faktor semula atau malah pada kondisi yang lebih
kekurangan biaya atau karena pasien sudah parah.
merasa sembuh, sehingga mengakibatkan Berdasarkan hasil obervasi sementara
pasien menjadi tidak patuh untuk melanjutkan bulan Maret 2014 di Rumah Sakit Umum
pengobatan. Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru
Mengingat tingginya kemungkinan didapatkan data selama 1 bulan terdapat 18
terjadinya putus obat, hendaknya tenaga orang penderita TB paru. Distribusi penderita
kesehatan memperkenalkan tentang TB paru, TB paru di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
pengobatan serta perawatannya selama di ini terdiri dari 11 penderita lama dan 7
rumah. Tindakan mempersiapkan pasien penderita baru. Menurut keterangan petugas,
untuk meninggalkan satu unit pelayanan 11 penderita TB paru tersebut merupakan
kesehatan umum ini dikenal dengan istilah pasien ulangan karena drop out dari
discharge planning.Discharge planningpada pengobatan yang sebelumnya.
pasien TB paru bertujuan tidak hanya untuk Berdasarkan wawancara dengan 11
mengidentifikasi kebutuhan pasien dan penderita TB paru lama diketahui bahwa 4
perencanaannya namun juga memfasilitasi orang diantaranya mengatakan drop out dari
keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan agar pengobatan sebelunya karena tidak
tidak terjadi putus obat yang dapat mengetahui bagaimana perawatan TB paru
menimbulkan resistensi terhadap obat itu selama dirumah, 2 orang tidak tahu bahwa
sendiri.Semua pasien yang dihospitalisasi pasien harus wajib mengambil obat setiap
memerlukan discharge planning (Discharge bulannya, 2 orang berhenti karena mengalami
planning Association, 2008). efek samping dari obat, 2 orang jenuh makan
Saat ini masih banyak laporan tentang obatdan 1 orang dengan alasan tidak bisa
pelayanan kegiatan discharge planning yang mengambil obat karena rumahnya jauh dari
kurang optimal. Perencanaan pulang saat ini pelayanan.
banyak yang tidak sistematis, kurang Ketidaktahuan pasien akan perawatan
melakukan koordinasi dengan fasilitas TB paru selama dirumah merupakan bukti
kesehatan yang ada atau yang telah ditentukan gagalnya informasi yang disampaikan petugas
serta kurang bekerjasama dengan pelayanan kesehatan saat discharge planning. Discharge
sosial yang ada di komunitas, sehingga planning merupakan perencanaan kepulangan
kegiatan perencanaan pulang dan manfaatnya pasien dengan memberikan informasi kepada
hanya dirasakan saat pasien dirumah sakit klien dan keluarganya tentang hal-hal yang
(Hariyati, Afifah & Handiyani, 2008). perlu dihindari dan dilakukan sehubungan
Ramie, dkk (2006) mengemukakan dengan kondisi penyakitnya. Discharge
dalam laporan hasil praktek manajemen fokus planning terkoordinasi dan tercapai dengan
di discharge planning di Ruang Teratai RS. baik maka kegiatan ini dapat memenuhi
Fatmawati bahwa 84% perawat saat ini belum kebutuhan pasien, pasien dapat merasakan
mempunyai Satuan Acuan Pembelajaran bahwa dirinya adalah bagian dari proses
(SAP) dalam melaksanakan perencanaan perawatan, menyadari hak mendapatkan
pulang dan 24% perawat mengatakan media informasi tentang penyakitnya telah
pembelajaran tidak memadai untuk terpenuhi, merasa nyaman untuk kelanjutan
648
JOM Vol 2 No 1, Februari 2015

dan support akan perawatannya sebelum Distribusi frekuensi responden berdasarkan


timbulnya masalah, adanya informasi tentang karakteristik, usia, jenis kelamin, lama
pilihan prosedur perawatannya, mengerti apa menderita CHF, rawat inap, penyakit yang
yang terjadi pada dirinya dan mengetahui diderita.
siapa yang dapat dihubungi.
Mengingat manfaat dan penting untuk Kelompok
Total
dilakukannya discharge planning pada pasien eksperimen
Karakteristik (n=15)
(n=15)
TB paru maka peneliti tertarik untuk
n % n %
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Jenis Kelamin
perencanaan pasien pulang (discharge Laki-laki 10 66,7 10 66,7
planning) yang dilakukan oleh perawat Perempuan 5 33,3 5 33,3
terhadap kesiapan pasien TB paru
menghadapi pemulangan di RSUD Arifin Umur
Achmad Pekanbaru 2014”. <45 Tahun 3 20,0 3 20,0
> 45Tahun 12 80,0 12 80,0

TUJUAN Pendidikan
Tujuan penelitian adalah SMP 6 40,0 6 40,0
mengidentifikasi pengaruh perencanaan SMA 3 20,0 3 20,0
pasien pulang (discharge planning) yang PT 6 40,0 6 40,0
dilakukan oleh perawat terhadap kesiapan Pekerjaan
pasien TB paru menghadapi pemulangan di IRT 4 26,7 4 26,7
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2014. Swasta 3 20,0 3 20,0
Wiraswasta 6 40,0 6 40,0
METODE PNS 2 13,3 2 13,3
Desain; Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian Quasy Experiment Tabel 2
dengan menggunakan “One Group Pretest Distribusi Pretest & Posttest Discharge
Posttest Planning (N=15)
Sampel: Jumlah sampel dalam
No Variabel Mean Standar p value
penelitian ini adalah 15 pasien TB Paru yang
Deviasi
dirawat di ruang Medikal, dimana 15 pasien 1 Pretest 10,33 2,582 0, 143
TB Paru ini akan diuji terlebih dahulu 2 Postest 17,13 2,532
pengetahuannya akan TB paru dan kesiapan
pasien seebelum dipulangkan. Setelah di uji, Tabel 3
peneliti akan memberikan discharge planning Perbedaan rata-rata kesiapan pasien TB paru
kepada 15 pasien tersebut sesuai dengan menghadapi pemulangan sebelum dan
panduan discharge planning dari Departemen sesudah diberikan perencanaan pasien
Kesehatan RI. Selesai dilakukannya discharge pulang (discharge planning).
planning, peneliti akan melakukan pengujian
kembali (pengetahuan dan kesiapan) pasien p
Variabel Jumlah Mean SD
yang akan di pulangkan. value
Instrument: Alat pengumpulan data
yang digunakan berupa lembar kuesioner dan Pretest 15 10,33 2,582 0,000
Posttest 15 17,13 2,532
observasi yang dimodifikasi.
Analisa Data: Univariat dan Bivariat.
PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil Karakteristik Penelitian
sebagai berikut:
Jenis kelamin
Tabel 1

649
JOM Vol 2 No 1, Februari 2015

Hal ini sesuai dengan penelitian yang Tingkat pendidikan seseorang akan
dilakukan oleh Hiswani (2009), tentang mempengaruhi terhadap pengetahuan
tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang seseorang diantaranya mengenai rumah yang
masih menjadi masalah kesehatan memenuhi syarat kesehatan, penyakit
masyarakat, bahwa penderita TB Paru tuberkulosis paru dan penularan tuberkulosis,
cenderung lebih tinggi pada laki-laki sehingga dengan pengetahuan yang cukup
dibandingkan perempuan. maka seseorang akan mencoba untuk
Banyak teori telah mengemukakan tentang mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat
peristiwa timbulnya penyakit. Weraman sehingga bebas dari TBC. Selain itu, tingkat
(2010), menyebutkan bahwa timbulnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi
penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga terhadap jenis pekerjaannya (Wahyuni, 2012).
faktor utama yakni penjamu, bibit penyakit,
dan lingkungan. Faktor penjamu adalah Jenis Pekerjaan
semua faktor yang terdapat pada diri manusia Penelitian pada 15 orang pasien TB paru
yang dapat mempengaruhi timbulnya menunjukkan bahwa mayoritas responden
penyakit serta perjalanan suatu penyakit bekerja sebagai wiraswasta (40,0%). Individu
seperti keturunan, keadaan imunologis, umur, yang bekerja dapat memperoleh penghasilan
jenis kelamin, ras, keadaan fisiologis tubuh, untuk membantu kebutuhan gizi bagi
status perkawinan, pekerjaan, dan kebiasaan tubuhnya, sehingga akan memperkuat daya
hidup. Hal ini jelas bahwa jenis kelamin tahan tubuhnya terhadap penularan penyakit.
mempengaruhi timbulnya TB paru pada laki- Jenis pekerjaan yang bekerja di tempat
laki. Pada karakteristik jenis kelamin ini, laki- berdebu yang telah terkontaminasi dengan
laki lebih tinggi karena merokok tembakau bakteri pathogen tuberkulosis paru yaitu
dan minum alkohol sehingga dapat Mycobacterium Tuberculosis yang tidak
menurunkan sistem pertahanan tubuh, terkena paparan sinar matahari dan
sehingga lebih mudah terpapar dengan agent mengalami masa dorman, dapat terpapar oleh
penyebab TB paru pekerja yang sehat, sehingga mengalami
peyakit tuberkulosis paru di saat sistem
Umur kekebalan tubuh menurun (Wahyuni, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Siahaan Pengaruh perencanaan pasien pulang
(2009) bahwa setengah responden (66,6%) (discharge planning) yang dilakukan oleh
yang berada pada golongan usia dewasa perawat terhadap kesiapan pasien TB paru
madya, dimana pada usia ini diketahui terjadi menghadapi pemulangan di RSUD Arifin
penurunan fungsi fisik beberapa organ tubuh Achmad Pekanbaru 2014.
yang vital sudah tidak mampu lagi berfungsi
dengan baik sehingga cenderung berhubungan Berdasarkan hasil penelitian yang
dengan timbulnya berbagai penyakit. Umur didapatkan dari uji t dependent diperoleh nilai
adalah variabel yang diperhatikan dalam p value yakni 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti
penyelidikan epidemiologi yang dicapai ada perbedaan yang signifikan antara
seseorang dalam kehidupannya, maka bila kesiapan pasien TB paru menghadapi
ditinjau dan faktor umur maka semakin tinggi pemulangan sebelum dan sesudah diberikan
umur seseorang maka akan semakin baik pula perencanaan pasien pulang (discharge
pengetahuan yang diperoleh dan pengalaman planning) yang dilakukan oleh perawat di
kehidupan sehari-hari (Imbalo, 2007). Hasil RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2014.
penelitian ini sesuai dengan pendapat Imbalo Berdasarkan hasil penelitian dapat
yang mengatakan bahwa semakin tinggi umur disimpulkan bahwa program discharge
seseorang maka semakin tinggi pula planning yang dipersiapkan di awal pasien
pengetahuan yang dimilikinya, karena masuk rawat inap sampai menjelang pulang
mayoritas responden berumur >45 tahun. setelah dinyatakan boleh pulang oleh dokter
sangat signifikan (p value = 0,000). Hal ini
Pendidikan dapat terjadi karena informasi yang diberikan
650
JOM Vol 2 No 1, Februari 2015

dapat berulang-ulang. Semakin lama pasien dari kesiapan pasien untuk menghadapi
dirawat maka semakin paham akan persiapan pemulangan yang diukur dengan kuisioner.
perawatan di rumah tehadap penyakit yang Kesiapan berhubungan dengan
diderita. kemampuan yaitu pengetahuan, pangalaman,
Discharge planning juga meningkatkan dan keterampilan serta berhubungan dengan
kemampuan pasien dalam mengenal efek keinginan yang mencakup keyakinan,
samping obat yang harus dilaporkan segera ke komitmen, dan motivasi untuk menyelesaikan
tim kesehatan untuk mengantisipasi jenis obat tugas atau kegiatan tertentu (Martinsusilo,
yang akan digunakan oleh pasien. Pasien TB 2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan
juga diberi informasi tentang gizi yang harus penelitian siahaan (2007), menunjukkan
dikonsumsi untuk meningkatkan daya tahan bahwa hampir seluruh responden (85,72%)
tubuh. Kegiatan discharge planning juga sebelum dilakukan discharge planning sudah
meningkatkan pasien untuk kontrol ulang memiliki tingkat kesiapan yang baik dimana
sesuai dengan jadwal, serta pasien disarankan responden memiliki motivasi yang tinggi
untuk melakukan aktivitas sesuai dengan untuk melakukan hal-hal yang dapat membuat
kondisi pasien. mereka semakin cepat sembuh, baik dalam
Perbaikan kesiapan pada kelompok hal tindakan pengobatan di rumah, tanda-
eksperimen sebenarnya tidak hanya didukung tanda bahaya, perawatan luka, aktivitas di
oleh adanya pendidikan kesehatan yang rumah, diet di rumah, maupun dalam hal
dilakukan pada saat discharge palnning perawatan lanjutan.
namun juga didukung oleh karakteristik Setelah dilakukan discharge planning,
responden, yakni usia, dimana pada setiap tingkat kesiapan responden menghadapi
peningkatan usia maka akan semakin banyak pemulangan menghadapi pemulangan
pula pengetahuannya yang berpengaruh mengalami peningkatan, dimana lebih dari
terhadap pembentukan perilaku yang baik setengah responden (71,43%) memiliki
(Sunaryo, 2004). Usia merupakan salah satu tingkat kesiapan yang baik dalam
domain penting yang mempengaruhi tingkat mengahadapi pemulangan yaitu mampu,
pengetahuan dan keingintahuan seseorang ingin, dan yakin melakukan kegiatan yang
dalam hidupnya. Semakin tua seseorang maka diajarkan pada saat discharge planning
akan semakin banyak pangalaman yang setelah berada di rumah.
dijalani, tingkat kematangan dan kekuatan KESIMPULAN
seseorang akan lebih matang dalam berfikir Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
dan bekerja (Notoatmodjo, 2007). Sehingga bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
secara tidak langsung penerimaan dan aplikasi kesiapan pasien TB paru menghadapi
pasien TB paru terhadap kesiapannya untuk pemulangan pada kelompok eksperimen
pulang dalam penelitian ini dapat berjalan sebelum dan sesudah diberikan perencanaan
dengan baik. pasien pulang (discharge planning) oleh
Berdasarkan Rindhianto (2008) diketahui perawat di RSUD Arifin Achmad dengan
bahwa discharge planning sebagai tindakan hasil uji statistik p<0,05.
perencanaan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan SARAN
keluarganya tentang hal-hal yang perlu Perawat disarankan aktif dalam
dihindari dan dilakukan sehubungan dengan memberikan program pendidikan kesehatan
kondisi penyakit pasca bedah. Semua pasien (penyuluhan kesehatan) pada pasien TB paru
yang dihospitalisasi memerlukan discharge yang menghadapi pemulangan.
planning (Discharge planning Association,
2008). Kesuksesan tindakan discharge UCAPAN TERIMA KASIH
planning menjamin pasien mampu melakukan Ucapan terima kasih kepada semua
tindakan perawatan lanjutan yang aman dan pihak yang telah membantu dalam penelitian
realistis setelah meninggalkan rumah sakit ini terutama untuk pembimbing I, II dan
(Perry & Potter, 2010). Hal ini dapat dilihat penguji serta semua pihak dan seluruh
responden dalam penelitian ini.
651
JOM Vol 2 No 1, Februari 2015

Kemenkes RI. (2013). Strategi nasional


DAFTAR PUSTAKA pengendalian TB di Indonesia 2010-
2014. Kemenkes RI Direktorat jenderal
Amin. (2006). Tuberkulosis paru. Buku ajar pengendalian penyakit & penyehatan
ilmu penyakit dalam. Edisi 4. Jakarta : lingkungan.
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Kozier, B. (2004). Fundamentals of nursing
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran concepts process & practice. New
Universitas Indonesia Jersey: Pearson/ Prentice Hall.
Amin. (2009). Tuberkulosis paru. Buku ajar Martinsusilo. (2007). Kepemimpinan
ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta : situasional. Diperoleh tanggal 13 Maret
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu 2014 dari
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran http://puskesmaspalaran.wordpress.com
Universitas Indonesia /saran.
Asmariani, S. (2012). Faktor-faktor yang Medical Mutual of Ohio. (2008). Discharge
menyebabkan ketidakpatuhan penderita planning guidelines. Diperoleh tanggal
TB paru minum obat anti tuberkulosis 13 Maret 2014 dari
(OAT) di wilayah kerja puskesmas http://www.medmutual.
Gajah Mada Kecamatan Tembilahan com/proviver/resources/hospitalservices
Kota Kabupaten Indragiri Hilir. Skripsi / Discharge Planning. aspx.
PSIK Universitas Riau. Tidak Nofizar.R, Nawas. A & Burhan. E. (2010).
dipublikasikan. karakteristik & evaluasi perjalanan
Astuti. (2011). Asuhan Keperawatan Anak penyakit multidrug resistant
dan dewasa dgn Gangguan Sistem tuberculosis dengan diabetes melitus &
Pernafasan. Jakarta: TIM. non diabetes melitus. Diperoleh tanggal
Burns & Grove. (2005). The Practise Of 13 Maret 2014 dari
Nurshing Research Conduct, Critique, http://indonesia.digitaljournals.org/
& Utilization(4th edition), USA:WB. index.php/ idnmed/article/ download/
Saunders Company 917/914
Depkes RI. (2009). Pedoman nasional Notoadmojo, S. (2007). Promosi kesehatan
penangulangan tuberkulosis. Jakarta: teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka
EGC Cipta.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2013). Nursalam. (2008). Konsep & penerapan
Profil kesehatan kota pekanbaru tahun metodologi penelitian keperawatan.
2012. Pekanbaru. Jakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2013). Nursalam. (2011). Dasar-dasar keperawatan
Laporan TB Paru bi&g pengendalian kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC.
penyakit & penyehatan lingkungan Perry & Potter. (2010). Fundamentals of
(p2pl) tahun 2012. Pekanbaru. nursing concepts, process, & practice.
Discharge planning Association. (2008). 4th ed. St. Mosby Inc St. Louis.
Discharge planning. Diperoleh pada Pryce, S. A. (2006). Patofisiologi konsep
tanggal 9 Juli 2014 dari klinik proses proses penyakit, Edisi VII.
http://www.discharge planning.org.au/ Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EG
index.html. Rindhianto. (2008). Keperawatan
Embi, A. M (2008). Cabaran dunia perioperatif. Diperoleh tanggal 13
pekerjaan. Kuala Lumpur: PRIN-AD Maret 2014 dari
SDN.BHD. http://athearobiansyah.com/2008/01/kep
Hidayat, A. A. (2007). Metode penelitian erawatanperioperatif.html.
keperawatan & tekhnik analisis data. Rustam. (2014). Hubungan pemberian ASI
Jakarta: Salemba Medika eksklusif terhadap kejadian ISPA di
Hidayat, A. A. (2008). Metode penelitian Kabupaten Kampar, Kepulauan Riau.
keperawatan & tekhnik analisis data. Diperoleh tanggal 13 Maret 2014 dari
Jakarta: Salemba Medik. http://lontar.ui.ac.id/file?=digital/20267
652
JOM Vol 2 No 1, Februari 2015

028-T%2028490-Hubungan %20pembe WHO. (2008). Country profile indonesia.


rian-full%text.pdf. Diperoleh tanggal 13 Maret 2014 dari
Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development: http://tbcindonesia.or.id/pdf/TBProfile/I
Perkembangan Masa Hidup (edisi ndonesia-Profile-2008.pdf.
kelima). (Penerj. Achmad Chusairi, Wood, G. L & Haber, J. (2006). Nursing
Juda Damanik; Ed. Herman Sinaga, research : methods & critical appraisal
Yati Sumiharti). Jakarta: Erlangga. for evidence-based practise. 6th. St.
Siahaan, M.S.U. (2009). Penatalaksanaan TB Louis: Mosby Elsiver.
Paru Rumah Sakit Umum Daerah
Sidikalang Tahun 2010. (Skripsi,
Universitas Sumatera Utara, Medan,
Sumatera Utara). Diperoleh pada
tanggal 05 Januari 2015 dari
http://repository.
usu.ac.id/handle/123456789/21943
Smeltzer & Bare. (2010). Keperawatan
medikal bedah. Edisi 8. Volume I.
Jakarta: EGC
Stevens, dkk. (2005). Pengantar riset:
Pendekatan ilmiah untuk profesi
kesehatan. Jakarta : EGC
Sudoyo, A.W dkk. (2009). Ilmu penyakit
dalam. Jakarta : Internal Publishing.
Sujayanto (2006). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan penderita TB
Paru. Diperoleh tanggal 13 Maret 2014
dari http://repository.unri.ac.id/ xmlui/
bitstream/h&le/ 123456789/ 1827/
jurnal.pdf? sequence=1.
Sunaryo. (2004). Psikologi sosial
keperawatan. PT Rineka Cipta: Jakarta.
The Royal Marsden Hospital. (2004).
Discharge Planning. Diperoleh tanggal
13 Maret 2014 dari
http://www.royalmarsden.org.
Trih&ini. (2007). Analisis pengaruh
kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosi & kecerdasan spiritual terhadap
kinerja karyawan. Diperoleh tanggal 13
Maret 2014 dari
http://eprints.undip.ac.id/
15539/1/Fabiola.pdf
Wahyuni (2012). Hubungan Kondisi Fisik
Rumah dan Karakteristik Individu
dengan Kejadian Tuberkulosis Paru
BTA Positif di Puskesmas Ciputat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2012.
Diperoleh pada tanggal 12 Januari 2015
dari www.bimkes.org/wp-
content/plugins/ download.../ download.
php?id=10

653

Anda mungkin juga menyukai