Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN VIII

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP


8.1. Diskripsi
Percobaan hidrolika saluran tertutup dimaksudkan untuk mempelajari sifat-sifat aliran
melalui pipa bertekanan tentang gesekan kekasaran pipa dan kehilangan energi, garis energi,
pengukuran debit aliran dalam pipa.
8.2 Dasar Teori
Pengaliran dalam saluran tertutup (pipa) adalah pengaliran air melalui saluran yang
berpenampang tetap, memenuhi seluruh penampang dan tekanan air lebih dari 1 atmosfir.
Air yang mengalir dalam saluran dapat digolongkan dalam beberapa tipe aliran, yaitu :
1. Uniform Flow
Aliran air disebut uniform bila kecepatan partikel-partikel air pada setiap sepanjang saluran
adalah sama
2. Aliran Non Uniform Flow
Aliran air disebut Non Uniform Flow bila kecepatan partikel-partikel air berubah-ubah pada
setiap titik di sepanjang saluran
3. Steady Flow
Aliran disebut dengan aliran Steady flow bila debit yang mengalir / melalui suatu titik
persatuan waktu terhadap tetap
4. Unsteady Flow
Aliran air disebut Unsteady flow bila debit yang melalui suatu titik persatuan waktu berubah-
ubah
5. Laminair Flow
Aliran air disebut laminair bila setiap partikelnya mempunyai lintasan tertentu, tidak saling
memotong
6. Turbulent Flow
Aliran disebut turbulent bila partikel-parikel air tidak mempunyai lintasan aliran tertentu dan
saling berpotongan satu sama lain
7. Compressible Flow
Aliran disebut compressible flow bila kerapatan air selama mengalir berubah semakin besar
8. Incompressible Flow
Aliran air dapat disebut Incompressible Flow bila kerapatan air selama mengalir tidak berubah
9. Rotational Flow
Aliran disebut rotational bila sepanjang aliran pratikel-partikel alirannya mempunyai
kecepatan sudut pada titik-titik tertentu
10. In Rotational Flow
Aliran disebut in rorational flow bila sepanjang aliran partikel-partikel airnya memepunyai
kecepatan sudut pada titik-titik terntentu
Dalalm sistem aliran tertutup (pipa) terdapat 3 unsur yang sangat menentukan sifat-sifat
aliran yaitu :
 Diameter pipa
 Kekentalan zat cair (viscositas)
 Kecepatan aliran air dalam pipa
Jenis aliran dalam pipa termasuk aliran laminair atau turbulent ditentukan berdasarkan Angka
Reynold (NR), yang dirumuskan sebagai berikut :
Fi
NR = Fv
Dimana :
F1 =  . v . a

(
F1 =  . L . T
3
L
) 2

L2
F1 =  . L2 . T
2 ( )
F1 =  . L2 . v2
Fv =  . A

Fv =  .
( dvdy ) . L2
Fv =  . v . L
2
ρ . L .v ρ . v . L

NR = μ.v. L μ
Bila L = D, maka :
ρ. v. D μ
:v=
NR = μ ρ
v.D
Jadi NR = v
Dimana :
NR = Angka Reynold
F1 = Gaya Inersia (Inersia Force) (N)
Fv = Gaya Fiscositas (Viscous Force) (N)
 = Berat volume air (kg/m3)
V = Volume air (m3)
A = percepatan aliran pipa aliran
f = Koefisien geseran pipa
 = Viskositas kinematik (m2/dt)
 = Viskositas dinamik (m/dt)
v = Kecepatan aliran, (m/dt)
Perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent atau sebaliknya adalah dengan melalui
kondisi transisi yang disebut dengan batas kritis . Nilai batas kritis perubahan aliran dari laminair
menjadi turbulent, tidak sama besarnya dengan perubahan dari turbulent menjadi laminair.
Menurut hasil percobaan Reynold :
Perubahan aliran dari laminair menjadi turbulent : Nilai NR = 3000
Perubahan aliran dari turbulent menjadi laminair : Nilai NR = 2100

Laminair
Transisi

2100 3000

Zone Transisi

Gambar : Distribusi Angka Reynold


Dengan percobaan yang lebih teliti, zone transisi berkisar pada angka Reynold dari 3000 sampai
4000.
1. Energi Hidrolik
Energi hidrolik (hydraulic energy) adalah kemampuan air untuk melakukan usaha.
Sedangkan usaha merupakan jumlah energi yang bekerja per satuan waktu.
Ada dua macam energi hidrolik yaitu energi kinetik dan energi potensial.
a. Energi kinetik
Energi kinetik adalah energi akibat dari aliran air dalam pipa dirumuskan :
EK = v2/2 . g
Dimana :
EK = Energi kinetik hidrolis (m)
v = Kecepatan aliran (m/dt)
g = Percepatan grafitasi (m2/dt)
b. Energi potensial
Energi potensial adalah energi yang dihasilkan oleh tekanan yang bekerja dalam air
atau energi yagn di hasilkan oleh adanya selisih ketinggian (elevasi).
1. Energi potensial tekanan
Energi potensial tekanan merupakan energi yagn dimiliki oleh partikel partikel air yang
berada dalam tekanan yang bersesuaian.
Dirumuskan :
Ep = p/w
Dimana :
Ep = energi potensial tekanan, (m)
P = tekanan (kg/m2)
W = berat volume air (kg/m3)
2. Energi potensial ketinggian
Energi potensial ketinggian merupakan energi potensial yang dimiliki oelh partikel air
terhadap garis persamaan (datum) yang ditentukan . energi potensial ketinggian diberi notasi 2
dengan satuan m.
Total energi hidrolis aliran dalalm pipa pada suatu titik energi dirumuskan seagai berikut :
2
V P
+
H = Z + 2..g W

Garis energi Garis hidrolik

V1 2/2g hf

V2 2/2g
P1/pg

P2/pg = W

Z1
Datum Z2

Menurut hukum kekentalan energi : pada setiap titik sepanjang aliran dalam pipa, energi
hidrolis adalah konstan. Pengurangan atau kehilangan energi akan dirubah dalam bentuk energi
lain, sehingga untuk persamaan energi untuk titik 1 dan titik 2 sebagai berikut :
P 1 V 21 P 1 V 21
Z1 + + = Z1 + + + hf
w 2g w 2g
Dimana :
Z = Jarak vertikal dari pipa terhadap garis persamaan (m)
P = Tekanan dalam (Kg/m2)
w = Berat volume air (kg/m3)
v = Kecepatan air (m/dt)
g = Percepatan grafitasi (m/dt2)
hf = Kehilangan energi (m)

1. Kehilangan energi
Dalam saluran tertutup (pipa) aliaran air mengalami hambatan-hambatan atau kehilangan
energi karena kekasaran pipa, turbulensi aliran dan kehilangan energi diartiakan dalam
kehilangan kecepatan.
Kehilangan energi dalam saluran tertutup di klasifikasikan dalam 2 macam yaitu :
a. Kehilangan energi minor (minor losses)
Kehilangan energi minor adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh :
1. Perluasan penampang mendadank (student enlargement)
2. Penyempitan penampang mendadak ( student contraction)
3. Pemasukan dalam pipa (entrance to pipe)
4. Keluaran dari pipa
5. Belokan pipa (charge of pipa)
6. Halangan dalam aliran (obtraction int the path of pipe)
7. Penyempitan penampang secara teratur
8. Perluasan penampang secara teratur tinggi (gradual enlargenment)
9. Kehilangan tinggi di katup dan krane (pipe fitting)
b. Kehilangan energi mayor (mayor losses)
Ada dua persamaan yang dapat digunakan untujk menghitung kehilangan energi mayor,
yaitu
 Persamaan Darcy Weisbach
 Persamaan Chezy
1. Persamaan Darcy Weisbach
Kehilangan energi mayor menurut Darcy Weisbach dirumuskan sebagai berikut :
2
4.F.L.V
Hf = 2 . g . D
hf : 0,005 (L + 1/12 D), untuk pipa baru (halus)
hf : 0,01 (L + 1/12 D), untuk pipa lama (kasar)
Dimana :
hf = Kehilangan energi mayor (m)
f = Koefisienb geseran pipa
L = Panjang pipa (m)
v = Kecepatan air (m/dt)
g = Percepatan grafitasi (m/dt2)
D = Diameter pipa (m)
2. Persamaan De Chezy
Kehilangan aliran dalam pipa menurut De Chezy adalah sebagai berikut :

4.F.L.V
2
4 . g . d. hf √2.. g √ m . i hf
Hf = 2 . g . D  v= 4.f .d  v= f 4L  i = L
Dimensi jari-jari hidrolis :
2
1/4 . D
m = A/P  m= D  m = D/4
Sehingga :
2.g 2.g
.m.i
v = f  c = f  v=c.m.i

Dimana :
i = Kemiringan tekanan hidrolis
m = Jari-jari hidrolis (m)
A = Luas penampang pipa (m2)
D = Keliling penampang pipa (m)

C
m
= Koefisien De Chezy, dt √
V = Kecepatan aliran (m/dt)
8.3. Tujuan
1. Menentukan garis hidrolik dan garis energi
2. Menghitung kehilangan energi
3. Menentukan tipe aliran
4. Menentukan debit aliran
Gambar 8.1. Hidrolika Saluran Tertutup (baru)
Keterangan gambar :
A = Saluran dari pipa pusat
B, B1, B2 = Katub inlet ke bak penampung 1
C = Katub ke kolam sirkulasi
D, D1, D2 = Katub inlet dari aliran pompa sirkulasi ke bak penampung 1
E, F = Katub outlet bak 1 ke sungai brantas
G, H = Katub outlet bak 2 ke sungai brantas
I, J = Katub outlet bak 3 ke sungai brantas
L = Katub outlet kolam sirkulasi
K = Katub outlet bak 3 ke arah kolam sirkulasi
8.4 Tahap dan Cara Percobaan
Lakukan satu diantara dua langkah berikut :
A. Langsung dari pipa saluran air pusat
B. Melalui pompa sirkulasi
A. Langsung dari pipa saluran air pusat (hal ini dilakukan apabila listrik dalam keadaan
mati/pompa sirkulasi rusak))
1. Buka katub B, B1 dan B2 untuk mengalirkan air langsung dari saluran air pusat, tunggu
air sampai tercukupi (jangan sampai meluap).
2. Apabila air pada kolam 3 telah mencapai batas ambang, buka katub J pelan-pelan dan
cari keseimbangan air (inlet dan outlet) untuk mendapatkan keseimbangan air lihat pada
ambang .
3. Bila posisi muka air dalam manometer stabil maka :
a. Lakukan pembacaan tinggi muka air di bak 1 dengan alat ukur sebanyak 5 kali.
b. Dilakukan pembacaan tinggi manometer dari nomor 1 sampai dengan 5, pipa muka
dan pipa belakang, masing-masing 3 kali dengan selang waktu kurang lebih 5 menit.
4. Ukur diameter pipa luar dan dalam
5. Ukur panjang pipa ruas 1 s/d 7
6. Ukur suhu air sebelum, saat dan sesudah percobaan
B. Melalui pompa sirkulasi
1. Pastikan bahwa kolam sirkulasi telah terisi air dengan membuka katub C. Apabila
kolam sudah terisi sebelumnya maka hal tersebut tidak perlu dilakukan.
2. Buka katub D, D1, D2 dan Hidupkan pompa sirkulasi (posisi ON)
3. Apabila air pada kolam 3 telah mencapai batas ambang, buka katub K pelan-pelan dan
cari keseimbangan air (inlet dan outlet) untuk mendapatkan keseimbangan air lihat pada
ambang .
4. Bila posisi muka air dalam manometer stabil maka :
c. Lakukan pembacaan tinggi muka air di bak 1 dengan alat ukur sebanyak 5 kali.
d. Dilakukan pembacaan tinggi manometer dari nomor 1 sampai dengan 5, pipa muka
dan pipa belakang, masing-masing 3 kali dengan selang waktu kurang lebih 5 menit.
5. Ukur diameter pipa luar dan dalam
6. Ukur panjang pipa ruas 1 s/d 7
7. Ukur suhu air sebelum, saat dan sesudah percobaan
8.5 Analisa Data dan Hasil Percobaan
Tabel hasil percobaan :
1. Diameter Pipa.
Diameter Luar Diameter Dalam
No Ruas Pipa Keterangan
(m) (m)
1 R1 – R2 0.098 0.094 Diameter
2 R2 – R3 0.098 0.094 pipa
3 R3 – R4 0.098 0.094 dianggap
4 R4 – R5 0.098 0.094 sama
5 R5 – R6 0.098 0.094
6 R6 – R7 0.098 0.094
Rata-rata 0.098 0.094

2. Suhu Air.
No Ruas Pipa Suhu t (C) Keterangan
1 Sebelum percobaan 250 Di ukur dengan
2 Saat percobaan 230 termometer
3 Sesudah percobaan 240
Rata-rata 240

3. Panjang Pipa.
Panjang Pipa (m) Panjang Pipa (m)
No Ruas Pipa Keterangan
(miring) (Datar)
1 R1 – R2 0,910 0,929
2 R2 – R3 1,000 0,995
3 R3 – R4 1,000 0,998
4 R4 – R5 1,000 1,000
5 R5 – R6 1,000 1,006
6 R6 – R7 0,900 0,862
Rata-rata 0,968 0,965

4. Pembacaan Alat Ukur Thomson (Point Gauge).


No Dasar Mercu Tinggi Air Keterangan
Thomson (mm) H (m)
1 RI-R2 100
2 R2-R3 110
3 R3-R4 120
Rata-rata

5. Pembacaan manometer
 Pipa Datar
No. Pembacaan Manometer Air Mengalir Pembacaan Manometer Air Tidak Mengalir
Pipa 1 2 3 RERATA 1 2 3 RERATA
1 11,9 22,2 31,9 22,00 12,2 22 32 22,07
2 12,2 22,4 32 22,20 12,3 21,8 31,6 21,90
3 12,2 22,5 32,1 22,27 12,3 21,9 31,4 21,87
4 12,3 22,6 32,1 22,33 12,2 22 31,6 21,93
5 12,4 22,6 32,2 22,40 12,2 22,8 31,8 22,27
6 12,5 22,7 32,4 22,53 15 24 34 24,33

 Pipa Miring
No. Pembacaan Manometer Air Mengalir Pembacaan Manometer Air Tidak Mengalir
Pipa 1 2 3 RERATA 1 2 3 RERATA
1 12,6 22,6 32 22,4 10,7 22 31,6 21,43
2 13,5 23,3 32,3 23,0 11,8 21,9 31,7 21,80
3 13,8 23,4 32,2 23,1 11,8 22,1 31,9 21,93
4 14,3 24,1 34,2 24,2 11,9 22,1 32 22,00
5 15,5 24,6 35,1 25,1 12 22,2 32,1 22,10
6 18,8 28 38 28,3 19,2 27,3 36,8 27,77
Catatan :
Nomor 6 : pipa bak muka
Nomor 7 : pipa bak belakang

Kehilangan Energi untuk pipa datar


m =D/4
= 0,094 / 4
= 0,024 m
dimana:
D = keliling penampang pipa
m = jari – jari hidrolis
2g
C= -  f = 0,005 (1 + 1/12 D)
f
0,005 (1 + 1/12.0,094)
0,00504
Keterangan :
C = Chezy
g = 9,81 m/dt2
f = friction (m)
V = Kecepatan (m/dt)
i = Slope
2 x 9,81
C= =3892,8571 V1 = C x m x i
0,00504

 Hukum Bernoulli
Pipa Datar
f 0,00504
i= = =0,00522 V1 = 3892,8571 x 0,024 x 0,00522 = 0,49 m/dt
L 0,965
Titik 1
2 2
V 1 P1 V P
Z1 + + =Z 2 + 2 + 2 + hf ; (Z1 = Z2)
2g ϒ 2g ϒ
0,482 V 22
+0,22 0= + 0,222+ 0,0023
19,62 19,62
V2 = 0,40 m/dt
Selanjutnya perhitungan ditabelkan
 Kehilangan Energi
2
H f = 4. f . L. V
2. g . D
2
H f 1= 4 x 0,00504 x 0,930 x 0,48 = 0,0023 m
2 x 9,81 x 0,094
Selanjutnya perhitungan ditabelkan
Tabel Hubungan V dengan Hf pada pipa Datar
Kecepatan V2/2g Hf komulatif
No P/γ (m) Hf (m) E (m) Q (m3/dt)
(m/dt) (m) (m)
1 0,220 0,49 0,0122 0,0023 0,0023 0,232 0,0034
2 0,222 0,40 0,0082 0,0017 0,0040 0,230 0,0028
2 0,223 0,31 0,0049 0,0011 0,0051 0,228 0,0021
2 0,223 0,27 0,0037 0,0008 0,0059 0,227 0,0019
2 0,224 0,19 0,0018 0,0004 0,0063 0,226 0,0013
2 0,225 0,09 0,0004 0,0001 0,0064 0,225 0,0006

Pipa Miring
f 0,00504
i= = =0,00521 V1 = 3892,8571 x 0,024 x 0,00521 = 0,49 m/dt
L 0,968
Titik 1
V 21 P1 V 22 P2
Z1 + + =Z 2 + + + hf ; (Z1 = 0,90 m, Z2 = 0,81 m)
2g ϒ 2g ϒ
2 2
V 1 P1 V 2 P2
0,90+ + =0,81+ + + hf
2g ϒ 2g ϒ
0,48 2 V 22
0,90+ + 0.224=0,81+ + 0,230+0,0023
19,62 19,62
V2 = 1,36 m/dt

 Kehilangan Energi
4. f . L. V 2
Hf =
2. g . D
2
4 x 0,00504 x 0,910 x 0,48
H f 1= = 0,0023 m
2 x 9,81 x 0,094

Tabel Hubungan V dengan Hf pada pipa Miring


Kecepatan V2/2g Hf komulatif Q
No P/γ (m) Hf (m) E (m) Z
(m/dt) (m) (m) (m3/dt)
1 0,224 0,49 0,0122 0,0024 0,0023 0,2362 0,0034 0,90
2 0,230 1,36 0,0943 0,0202 0,0225 0,3243 0,0094 0,81
3 0,231 1,73 0,1525 0,0330 0,0555 0,3835 0,0119 0,73
4 0,242 1,97 0,1978 0,0424 0,0979 0,4398 0,0136 0,64
5 0,251 2,29 0,2673 0,0573 0,1552 0,5183 0,0158 0,52
6 0,261 2,39 0,2911 0,0561 0,2113 0,5521 0,0165 0,43

 Bilangan Reynold
Pipa Datar
 V = 0,29 m/dt
 D = 0,094 m
 Temperatur air
T20 = 1,01x10-6 m/dt
T30 = 0,89x10-6 m/dt
Dengan Interpolasi diperoleh
T24 = 0,938 x10-6 m/dt

Re = V.D/T
Re = (0,29 x 0,094) / 0,938 x10-6
Re = 29.061,83
Maka jenis aliran yang melalui pipa adalah aliran Transisi Re = 20.000-50.000
Pipa Miring
 V = 1,71 m/dt
 D = 0,094 m
 Temperatur air
T20 = 1,01x10-6 m/dt
T30 = 0,89x10-6 m/dt
Dengan Interpolasi diperoleh
T24 = 0,938 x10-6 m/dt

Re = V.D/T
Re = (1,71 x 0,094) / 0,938 x10-6
Re = 171.364,61
Maka jenis aliran yang melalui pipa adalah aliran Turbulen Re >50.000
8.6 Kesimpulan
 Dari pembacaan manometer air di dapat nilai kecepatannya semakin kecil berlaku
untuk pipa datar, sedangkan untuk pipa miring dari pembacaan manometer di dapat
nilai kecepatan yang semakin besar
 Dari percobaan yang telah dilakukan jenis aliran yang melalui pipa datar adalah aliran
transisi dan pipa miring adalah turbulen
8.7 Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai