Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan/Kelas : XXIX/ IV
Nama Mata Pelatihan : Anti Korupsi
Nama Peserta : Purwanti, S.Pd.
NIP : 199511132020122009
Lembaga Penyelenggara : PPSDM Kemendagri Regional Bandung

A. Pokok Pikiran
Korupsi berasal dari bahasa latin corruption yang berarti busuk. Makna
Tindak Pidana Korupsi telah diatur di dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
yang sebagaimana telah diubah menjadi Undang - Undang No. 20 Tahun 2001
yakni suatu tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian
negara. Di dalam Undang-Undang tersebut tindak pidana korupsi di jelaskan
dalam 13 pasal. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam
30 (tiga puluh) bentuk/jenis tindak pidana korupsi, dan dari 30 (tiga puluh) jenis
tindak pidana korupsi pada dasarnya dikelompokkan dalam 7 kelompok pidana
korupsi dan Tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi,
yakni sebagai berikut:
1. Korupsi Transaktif yaitu ada kesepakatan, sama-sama berbuat dan
keuntungan timbal balik.
2. Korupsi Ekstroaktif yaitu salah satu pihak memaksa, Pihak yang dipaksa
aktif melakukan, tetapi yang memaksa tidak terlibat.
3. Korupsi Investif yaitu adanya penawaran barang dan jasa, keuntungan
diharapkan di masa datang.
4. Korupsi Nepotistik yaitu adanya perlakuan khusus kepada keluarga,
teman dan kerabat pejabat publik.
5. Korupsi Autogenik yaitu memanfaatkan pengetahuan dan pemahaman
yang hanya diketahui oleh dirinya untuk mendapatkan keuntungan.
6. Korupsi Suportif yaitu adanya upaya melindungi dan mempertahankan
Perbuatan Korupsi.
7. Korupsi Defensif yaitu korupsi dilakukan dalam rangka mempertahankan
diri dari tindakan kriminalisasi.
Faktor Terjadinya Tindak Pidana Korupsi antara lain sebagai berikut:
1. Aspek Individu Pelaku
a. Sikap tamak dan tidak puas dengan penghasilan yang ada.
b. Moral dan iman yang lemah tidak dapat menahan godaan hawa nafsu.
c. Merasa penghasilan kurang mencukupi kebutuhan yang wajar.
2. Aspek Masyarakat
a. Adanya nilai - nilai di dalam masyarakat yang kondusif terjadinya
korupsi (ex. Permisif, apatis dan adat)
b. Dampak Korupsi tidak dirasa langsung oleh masyarakat, walaupun
dampak korupsi dapat merugikan negara dan juga masyarakat luas.
Kesadaran diri anti korupsi dapat dibangun melalui pendekatan spiritual,
dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi,
dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus
dipertanggungjawabkan, dapat menjadi benteng kuat untuk anti korupsi.
Tanggung jawab spiritual yang baik pasti akan menghasilkan niat yang baik dan
mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki
semangat untuk melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil
terbaik, agar dapat dipertanggungjawabkan juga secara publik.
Kata kunci untuk menjauhkan diri dari korupsi adalah internalisasi
integritas pada diri sendiri dan hidup atau bekerja dalam lingkungan yang
menjalankan sistem integritas dengan baik. Identifikasi nilai dasar anti korupsi
memberikan nilai-nilai dasar anti korupsi yang prioritas dan memiliki signifikan
yang tinggi bagi ASN, dengan jumlah nilai yang semakin sedikit maka proses
internalisasinya lebih mudah karena ASN dapat memfokuskan sumberdaya
waktu dan energi yang ASN miliki.
Identifikasi nilai dasar anti korupsi memberikan nilai-nilai dasar anti
korupsi yang prioritas dan memiliki signifikan yang tinggi bagi ASN, dengan
jumlah nilai yang semakin sedikit maka proses internalisasinya lebih mudah
karena ASN dapat memfokuskan sumberdaya waktu dan energi yang ASN miliki.
Penyelarasan nilai anti korupsi dengan nilai-nilai organisasi merupakan
kontribusi ASN untuk dapat mengetahui “apakah nilai-nilai organisasi yang akan
menjadi tempat ASN bekerja, telah selaras dan menampung secara maksimal
nilai-nilai dasar anti korupsi?”. Keselarasan tersebut akan mengurangi dilema etik
dan menjadi payung bagi kontribusi ASN dalam membangun sistem integritas.
Penanaman nilai integritas dapat dilakukan dengan pendekatan beragam cara,
diantaranya melalui:
1. Kesediaan,
2. Identifikasi dan
3. Internalisasi.
Tingkat permanensi penanaman ataupun perubahan sikap dan perilaku melalui
pendekatan internalisasi akan lebih permanen dibandingkan dengan identifikasi
dan kesediaan. Beragam jenis dan bentuk sistem integritas untuk menjaga suatu
organisasi mencapai tujuannya secara berintegritas, diantaranya:
1. Kebijakan perekrutan dan promosi,
2. Pengukuran Kinerja,
3. Sistem dan Kebijakan Pengembangan SDM,
4. Pengadaan Barang dan Jasa,
5. Kode Etik dan Pedoman Perilaku,
6. Laporan Harta Kekayaan Penyelengara Negara,
7. Program Pengendalian Gratifikasi, dan lain-lain.
Menanamkan integritas dan membangun sistem integritas merupakan
suatu kerja yang simultan sampai terbentuk budaya integritas di organisasi.
Dalam upaya sistem mampu memastikan organisasi mencapai tujuannya dan
menjaga individu dalam organisasi, maka kematangan pelaksanaan programnya
dilaksanakan secara optimal lewat tahapan:
1. Not Performance (belum ada kinerja),
2. Adhoc, (sementara, reaktif , mendadak)
3. Planned (terencana dan teroganisasi dengan baik)
4. Institutionalized (menyatu dengan sistem organisasi)
5. Evaluated (telah dapat dievaluasi)
6. Optimized (dapat di optimalkan).
Integritas sebagai solusi terhadap korupsi, KPK telah menyusun konsep
Sistem Integritas Nasional yang merupakan konsep integritas yang komprehensif
untuk memastikan bangsa Indonesia dapat mencapai tujuan nasionalnya. Mulai
dari integritas sebagai suatu nilai pada tataran individu sampai integritas sebagai
pencapaian tujuan dalam tataran organisasi dan integritas sebagai kesatuan
dalam tataran bangsa. Saat seseorang telah mencapai kesadaran Anti Korupsi
secara menyeluruh dan utuh, maka hal tersebut tidak hanya sampai menjadi
semangat, namun akan terus bergerak hingga menjadi komitmen integritas,
bukan hanya sekedar menghindar, namun juga mencari solusi terhadap
fenomena korupsi. Nilai-Nilai dasar anti korupsi yaitu:
1. Jujur
2. Peduli
3. Mandiri
4. Disiplin
5. Tanggung jawab
6. Kerja keras
7. Sederhana
8. Berani
9. Adil
8. Penerapan
1. ASN harus berpegang teguh pada janji untuk berintegritas tinggi (takut
pada Tuhan Yang Maha Esa), jujur, bertanggung jawab, dan kerja sama
team yang kompak.
2. Memperkuat mental dan nilai-nilai kejujuran dalam melakukan pekerjan
sehari-hari.
3. Saling mengingatkan sesama rekan kerja, ketika ada yang berpotensi
melakukan kesalahan.
4. Berani menolak jika diajak untuk berbuat yang tidak baik.
5. Menanamkan kebiasaan jujur sejak dini tehrhadap peserta didik dimulai
dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat agar terbiasa
melakukan sesuatu dengan cara yang benar sesuai aturan yang berlaku
hingga kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai