Anda di halaman 1dari 2

Chandra Prakash Bamri mengemukan enam syarat seorang Swamin dalam bukunya yang berjudul

Substance of Hindu Polity. Sad warnaning Rajaniti yang artinya enam sifat dan bakat seorang pemimpin.
Enam sifat tersebut adalah:

Abhiga mika artinya seorang pemimpin harus mampu menarik perhatian yang positif dari masyarakat
yang dipimpinnya. Selain itu pemimpin harus memberi contoh-contoh yang baik pada masyarakatnya,
sehingga apa yang dilakukan pimpinan dapat menjadi panutan bagi rakyatnya. Antara pemimpin dan
rakyatnya harus ada kerja sama untuk mewujudkan kesejahtraan bersama, bukannya rakyat harus
bekerja keras, menderita demi kesejahtraan rajanya. Contohnya yang masih gencar-gencarnya adalah
tentang penghematan energi. Disini pemerintah menghimbau pada seluruh rakyat agar menghemat
dalam penggunaan energi, tapi disisi lain pemerintah sendiri tidak melakukan penghematan. Mereka
hidup dengan gaya kemewahannya, mentang-mentang mendapat fasilitas yang lebih dari cukup.
Sebenarnya rakyat berhemat untuk siapa?. Itulah contoh yang tidak positif bagi seorang pemimpin yang
menggerakan roda pemerintahan. Seharusnya pemerintahlah yang harus berhemat, selalu memberikan
dan mengutamakan kepentingan rakyat sehingga masyarakat akan ikut meniru cara hidup pimpinannya
tanpa perintah.

Prjna artinya bijaksana. Kata prajna pada mulanya berarti mengetahui dari kata “Jna” yang artinya tahu.
Orang yang banyak pengetahuannya adalah orang yang memiliki peluang yang besar untuk menjadi
bijaksana. Orang yang bijaksana ukurannya adalah mampu membuat berbagai kebijaksanaan yang
mendatangkan kebahagian. Disini pemimpin harus mempunyai wawasan yang luas memiliki banyak
pengalaman-pengalaman mengenai kepemimpinan. Seorang pemimpin harus berlaku bijaksana dalam
memerintah rakyatnya. Dengan kebijaksanaanya diharapkan seorang pemimpin mampu memerintah
dengan adil dan makmur. Mampu memecahkan dan meredam konflik yang brkecamuk dalam kehidupan
bermasyarakat. Itulah yang diperlukan oleh seorang pemimpin yaitu kebijaksanaan.

Utsaha artinya kreativitas. Seseorang pemimpin apalagi raja harus memiliki kreatifitas yang besar dan
terus menerus. Untuk membangun Negara dan memecahkan persoalan perlu adanya kreativitas yang
kontinu dan dengan pandangan yang luas. Negara yang maju adalah Negara yang pemimpinnya memiliki
kreativitas yang tinggi, memiliki wawasan dan kecerdasan yang luas. Seorang pemimpin dengan
kreativitasnya maka akan tercipta banyak ide-ide untuk mensejahtrakan rakyatnya. Pemimpin tidak
mementingkan dirinya sendiri tetapi lebih ingin mensejahtrakan dan membahagiakan rakyatnya.
Pemerintah menyediakan fasilitas bagi rakyatnya. Memberikan sarana pendidikan yang bermutu yang
terjangkau bagi rakyat yang tidak mampu, sehingga tidak hanya pemimpin saja yang memiliki
pengetahuan yang tinggi namun rakyat pun memiliki kecerdasan dan wawasan yang luas. Pemimpin dan
rakyat sama-sama mewujudkan kemakmuran dan keadilan demi kesejahteraan bersama.

Atmasampad artinya kecenderungan pada atma atau Sang Hyang Atma dalam diri manusia adalah suara
suci dan amat bertentangan dengan bisikan nafsu atau wisaya. Maksud dari atmasampad disini adalah
agar setiap pemimpin bermoral yang suci dengan selalu mendengarkan suara hati nuraninya yang suci.
Suara hati merupakan suara Atman yang merupakan percikan dari Hyang Widhi. Sehingga apa yang
diperintahkan dari suara hati adalah juga merupakan perintah Tuhan. Suara hati tidak pernah
membohongi Ia yang di dalam bersifat jujur. Dengan banyak mendengar suara hati pemimpin
hendaknya bersifat jujur dan adil. Menuruti perintah sang atman itu adalah tidak akan menuruti
kehendak nafsu sehingga keinginan untuk berbuat jahat tidak akan menghampiri. Pemimpin
memerintah demi kesejahtraan rakyatnya bukan untuk mengeruk keuntungan dan mengorbankan
kesejahtran seluruh rakyatnya.

Sakya samanta artinya seseorang harus mampu mengontrol bawahannya dan memperbaiki hal-hal yang
patut mendapat perbaikan. Kata sakya samanta berasal dari kata saka yang artinya sahabat.
Pengawasan pada bawahan dengan jalan pendekatan sebagai seorang sahabat. Memerintah dengan
rasa persaudaraan akan lebih mengharmoniskan hubungan antara pemimpin dan bawahannya. Dengan
rasa persaudaraan yang erat bawahan tidak merasa bahwa dirinya lebih rendah dreajatnya dari
pemimpin. Dengan persaudaraan bawahan akan melaksanakan interuksi-interuksi dari pemimpin yang
diemban dengan suka rela, mereka tidak merasa diperintah oleh seorang atasan tetapi bekerja
berdasarkan rasa persaudaraan untuk mewujudkan rasa persaudaraan yang harmonis sehingga antara
pemimpin dan bawahan tidak akan terjadi kesalahpahaman, walaupun ada maka akan segera
terselesaikan karena rasa persaudaraan yang erat.

Aksudra Parisatha artinya seorang pemimpin harus mampu memimpin sidang dari para bawahannya
dan menyatukan pendapat yang berbeda-beda. Parisatha artinya mencari inti kebenaran dari berbagai
pendapat , usul, saran yang dijumpai dalam sidang. Di masyarakat banyak sekali pendapat atau
pandangan yang kerap menjadi konflik social. Sebaagi pemimpin yang bijaksana diharapkan mampu
memecahkan dan menyelasaraskan berbagai pendapat yang ada demi terciptanya kerukunan dan
kemakmuran rakyat. Sebagai pemimpin tidak harus menyeragamkan satu pendapat saja. Hidup di dunia
ini penuh dengan keberagaman. Nusantara adalah Negara kesatuan yang di dalamnya terdiri dari
berbagai bangsa, suku, ras dan golongan. Seorang pemimpin tidak boleh menyeragamkan satu
pandangan tetapi harus dapat menciptakan kesejahtraan dan kebahagian ditengah-tengah
keberagaman. Dimana keputusan yang diambil sang pemimpin selalu bersifat adil tidak memihak pada
satu pandangan saja, sehingga ketentraman dan kedamaian akan tetap tertanam dalam masyarakat
yang dipimpinnya.

Sumber : https://satyawacana.com/sad-warnaning-rajaniti-sebagai-konsep-kepemimpinan-hindu/

Anda mungkin juga menyukai