Anda di halaman 1dari 4

IMUNOASSAY NON-BERLABEL

A. Pendahuluan
Immunoassays (IA) memainkan peran penting dalam berbagai pengaturan
bioanalitik, seperti diagnostik klinis, analisis biofarmasi, pemantauan lingkungan,
keamanan, dan pengujian makanan. (Lee, EH dkk. 2012). Immunoassay (EIA) dan
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) digunakan secara luas sebagai alat
diagnostik dalam bidang kedokteran dan sebagai standar quality control pada berbagai
industri, selain itu juga sebagai alat analitik dalam penelitian biomedik untuk mendeteksi
antigen atau antibodi spesifik pada suatu sampel secara kuantitatif. (Gan SD, & Patel KR,
2013)
Kedua prosedur ini mempunyai prinsip dasar yang serupa yang bermula dari
radioimmunoassay (RIA). RIA pertama kali diperkenalkan oleh Berson dan Yalow dan
kemudian dikembangkan menjadi teknik baru untuk mendeteksi dan melakukan
pengukuran molekul biologis yang terdapat dalam jumlah yang sedikit, sehingga
memungkinkan untuk melakukan analisis dan deteksi molekul biologis lainnya termasuk
hormon, peptida dan protein. Penggunaan radioaktif kemudian menimbulkan adanya
masalah isu safety sehingga kemudian dimodifikasi dengan menggantikan radioisotop
dengan enzim. (Gan SD, & Patel KR, 2013)
Pada Enzyme Immunoassay (EIA), molekul enzim berkonjugasi dengan antibodi
detektor sekunder, yang akan berikatan dengan kompleks antigen-antibodi primer. Ketika
substrat ditambahkan maka enzim akan mengkatalisasi produksi end-product yang
berwarna, yang dapat diamati dan diukur. Sistem EIA yang paling banyak tersedia secara
komersial memerlukan pemisahan antigen spesifik dari kompleks non spesifik. Sistem
tersebut disebut solid phase immunosorbent assay (SPIA) atau enzyme-linked
imunosorbent assay (ELISA). Pemisahan dapat dicapai dengan ikatan antigen atau
capture antibody pada permukaan solid/padat seperti polistiren mikrotiter plate, latex
bead, atau magnetik bead. Matriks padat juga memungkinkan pemisahan dengan
melakukan pencucian ulang untuk meminimalisir ikatan nonspesifik. (Koivunen ME, &
Krogrud RI, 2006)
Imunoassay umumnya terdiri atas berlabel dan tidak berlabel. Umumnya yang
tidak berlabel bekerja berdasarkan reaksi imun sekunder, yaitu presipitasi dan aglutinasi
yang diukur dengan penyebaran cahaya atau metode perhitungan partikel. Immunoassay
berlabel bekerja berdasarkan reaksi imun primer. Terdapat 2 tipe tergantung prinsip
reaksinya yaitu tipe 1 reagentobserved dan tipe 2 analit-observed. Pada tipe 1 terdapat
antibodi berlebih sebagai pengikat, yang membatasi reaksi pada tipe 2 yang mempunyai
analit berlebih. Tidak seperti tipe 2 yang digunakan untuk menentukan hapten dan
substansi molekul dengan berat yang tinggi, tipe 1 memerlukan substansi untuk
digunakan sebagai analit dengan sedikitnya 2 epitop yang berbeda, untuk membedakan
epitop yang berlabel dengan tidak berlabel. (Porstmann T, & Kiessig ST, 1992)
B. Isi
a. Imuno-Assay Non-Berlabel
Immunoassay tak berlabel terdiri dari beberapa teknik, yaitu : uji presipitasi, uji
aglutinasi, uji hemaglutinasi, lisis imun dan fiksasi komplemen, serta uji netralisasi.
a) Uji presipitasi
Bila suatu Ag terlarut bereaksi dengan Abnya. Beberapa macam cara/ uji
presipitas yang sering dipakai :
- Uji presipitasi lempeng/ slide. Contoh : uji VDRL mikro
- Uji presipitasi tabung
- Uji presipitasi tabung kapiler. Contoh : uji CRP
- Uji presipitasi cincin -- terbentuk cincin presipitasi (uji +)
- Imunoelektroforesis prinsip sama dengan elektroforesis.
b) Uji Aglutinasi
Reaksi antara Ab-Ag seluler atau Ag permukaan sel.
Macam-macam uji Aglutinasi :
- Uji Aglutinasi lempeng cth : uji Widal digunakan untuk deteksi Ab terhadap
S. Paratyphi
- Uji Aglutinasi tabung - Dipakai jika aglutinasi berlangsung lambat
- Uji Hambatan Aglutinasi – digunakan utk menentukan Ag larut yg tidak
diketahui identitasnya.

Contoh : uji konfirmasi RPHA (Reverse Passive Hemagglutination Test) utk


penentuan HBs Ag.
c) Uji Hemaglutinasi
Merupakan Uji Aglutinasi dari sel darah merah. Sel darah diaglutinasikan
karena antigen yang ada pada darah dapat mendeteksi Ab terhadap antigen sel
darah merah. Sel darah merah yang diuji merupakan Ag pada tes aglutinasi.
Contoh : uji penentuan golongan darah. Jika darah memiliki Ag bergolongan A,
aglutinasi jika dengan keberadaan Ab terhadap Ag golongan A.
d) Lisis imun dan Fiksasi Komponen
Kompleks imun tidak selalu terjadi antara Abx terhadap Ag pada
permukaan sel. Kompleks imun baru terbentuk jika ditambahkan
antiimunoglobulin/ Ab terhadap Abx. Sebagai ganti anti-imunoglobulin yaitu
komplemen menyebabkan terjadinya lisis sel.
Macam uji lisis imun : Uji Fiksasi Komplemen
e) Uji Netralisasi
Uji netralisasi jarang digunakan karena uji ini dapat dikatakan mahal dan
sukar. Adapun prinsip dasar uji netralisasi adalah sebagai berikut:
- Berbagai pengenceran serum dicampur dengan sejumlah tertentu toksin dan
suspensi mikroba
- Campuran tersebut lalu dibiarkan bereaksi
- Uji reaktivitas toksin dan viabilitas mikroba
- Antiktoksin + toksin
- Netralisasi toksin

Berikut ini adalah macam uji netralisasi :

- Netralisasi toksin
- Netralisasi virus : uji in vivo, uji in ono, uji pembenihan jaringan, plague
reduction test dan uji hambatan metabolik.
Referensi:

Lee, EH., Lee, JK., Kang, MJ. dkk. Immunoassay tanpa label berdasarkan analisis
zeta-potensial. BioChip J 6 , 319–324 (2012). https://doi.org/10.1007/s13206-012-
6403-1
Gan SD, & Patel KR. Enzyme Immunoassay and Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay. Journal of Investigative Dermatology. 2013;133(12):1-3.
doi:10.1038/jid.2013.287
Koivunen ME, & Krogrud RI. Principles of Immunochemical Techniquws Used in
Clinical Laboratories. LABMEDICINE. 2006;37(8):490-7.
doi:10.1309/MV9RM1FDLWAUWQ3F
Porstmann T, & Kiessig ST. Enzyme Immunoassay Tachniques An Overview.
Journal of Immunological Methods. 1992;150:5-21. doi:10.1016/0022-
1759(92)90061-W

Anda mungkin juga menyukai