Anda di halaman 1dari 13

I’JAZUL QUR’AN

OLEH
RAMLI
NIP. 196707271995031002

KEPALA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI


(MTsN) 6 KOTA PADANG

PROVINSI SUMATERA BARAT

TAHUN 2021
IJAZUL QUR’AN

A. Pendahuluan

Allah telah menganugerahkan kepada manusia berbagai keistimewaan dan kelebihan,


serta memberinya kekuatan pikiran cemerlang, yang dapat menembus segala medan untuk
menundukkan unsur-unsur kekuatan alam tersebut dan menjadikannya sebagai pelayan bagi
kepentingan kemanusiaan.

Allah sama sekali tidak menelantarkan manusia, tanpa memberi kepadanya sebersit
wahyu dari waktu ke waktu, yang membimbingnya ke jalan petunjuk, sehingga mereka dapat
menempuh liku-liku hidup dan kehidupan ini atas dasar keterangan dan pengetahuan. Namun
mengingat akal manusia pada awal fase perkembangannya tidak melihat sesuatu yang lebih
dapat menarik hati selain mukjizat-mukjizat alamiah yang hissi (indrawi), karena akal mereka
belum mencapai puncak ketinggian dalam bidang pengetahuan dan pemikiran.

Allah telah menentukan keabadian mukjizat Islam, sehingga kemampuan manusia


menjadi tak berdaya menandinginya, pembicaraan tentang kemukjizatan al-Qur’an juga
merupakan satu macam mukjizat tersendiri, dengan demikian marilah kita belajar mengenai
i’jazul Qur’an berikut ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa I’jazul Qur’an itu?

2. Apa saja macam-macam Ijazul Qur’an itu?

3. Apa saja Segi-Segi kemukjizatan Al-Qur’an?

4. Bagaimana Kadar kemu’jizatan Al-Qur’an?

5. Apa tujuan mempelajari I’jazul Qur’an?

C. Pembahasan

1. Pengertian I’jazul Qur’an

I’jaz (kemukjizatan) menurut bahas adalah masdar dari kata ‘ajz artinya lemah.
Sedangkan menurut istilah adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari
kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz
(sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud dengan i’jaz ialah menampakkan kebenaran
Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang
Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan generasi-
generasi sesudah mereka. Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi Qur’an dalam
tiga tahapan:

1) Menantang mereka dengan seluruh Qur’an dalam uslub umum yang meliputi orang
Arab sendiri dan orang lain, jin dan manusia.

2) Menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari Qur’an.

3) Menantang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an.

Atau patutkah mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(kalau


benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan
panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu
orang yang benar." (QS.10, Yunus : 38).

Kelemahan orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka memiliki faktor-faktor
dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab di masa
bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan kejayaannya.

Kemukjizatan Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang zaman dan
akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam yang disingkap oleh
ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena hakikat-hakikat tinggi yang
terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan bukti bagi eksistensi pencipta dan
perencanaannya.[1]

2. Macam-macam I’jazul Qur’an

Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang
bersifat material indrawi yang tidak kekal dan mukjizat immaterial, logis dan dapat
dibuktikan sepanjang masa.mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan jenis pertama. Mukjizat
mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau
dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat mereka merisalahkannya.

Perahu Nabi Nuh yang dibuat dia atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam
situasi ombak dan gelombang yang sedemikian dahsyat, tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s.
dalam kobaran api yang sangat besar, berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi
ular, penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah, dan lain-lain.
Kesemuanya itu bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka
berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi
Muhammad SAW yang sifat indrawi atau material, tetapi dapat dipahami akal. Karena
sifatnya yang demikian, ia tidak dapat dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat
Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya di mana dan kapan
pun.

3. Segi-Segi Kemukjizatan Al-Qur’an

a. Gaya Bahasa

Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan terpesona.
Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk islam. Bahkan,
Umar bin Abu Thalib pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi
Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk
masuk islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-
ayat Al-Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.

b. Susunan Kalimat

Kendati pun Al-Qur’an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabi,
tetapi uslub atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih
tinggi kualitasnya bila di bandingkan dengan lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang
begitu indah.di dalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pernah
ada ucapan manusia.[2]

c. Hukum Illahi yang sempurna

Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan santun,


undang-undang ekonomi, politik, social dan kemasyarakatan,serta hokum-hukum ibadah.
Apabila memperhatikan pokok-pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan bahwa islam
telah memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi ibadah amaliyah,
seperti zakat dan sedekah. Ada juga berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah badaniyah,
seperti berjuang di jalan Allah.

d. Ketelitian Redaksinya

Ketelitian redaksi bergantung pada hal berikut :

1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya, beberapa contoh diantaranya :

a. Al-Hayah (hidup0 dan Al-Maut (mati), masing-masing serbanyak 145 kali.

b. An-Naf (manfaat) dan Al-Madharah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali.

c. Al-Har (panas) dan Al-Bard (dingin) sebanyak 4 kali.

d. As-Shalihat (kebajikan) dan As-Syyiat (keburukan) sebanyak masing-masing 167 kali.

e. Ath-thuma’ninah (kelapangan) dan Adh-dhiq (kesempitan) sebanyak masing-msing 13


kali.

2. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya:

a. Al-harts dan Az-zira’ah (bertani) masing-masing 14 kali.

b. Al-‘ushb dan Adh-dhurur (angkuh) masing-masing 27 kali.

c. Adh-dhaulun dan Al-mawta (orang sesat/mati jiwanya) masing-masing 17 kali.

3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan
akibatnya

a. Al-infaq (infaq) dengan Ar-ridha (kerelaan) masing-masing 73 kali.

b. Al-bukhl (kekikiran) dengan Al-hasarah (penyesalan) masing-masing 12 kali.

c. Al-kafirun(orang-orang kafir) dengan An-nar (neraka) masing-masing 154 kali.

4. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya

a. Al-israf (pemborosan) dengan As-sur’ah (ketergesaan) masing-masing 23 kali.

b. Al-maw’izhah (nasihat) dengan Al-lisan (lidah) masing-masing 25 kali.

c. Al-asra (tawanan) dengan Al-harb (perang) masing-masing 6 kali.

5. Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, di temukan juga keseimbangan khusus:

a. Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam
setahun, sedangkan kata hari dalam bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah
tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti bulan
(syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

b. Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi
sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah ayat 29, surat Al-Isra ayat 44, surat
Al-Mu’minun ayat 86, surat Fushilat ayat 12, surat Ath-thalaq 12, surat Al- Mulk ayat 3,
surat Nuh ayat 15, selain itu, penjelasan tentang terciptanta langit dan bumi dalam enam hari
dinyatakan pula dalam tujuh ayat.

d. Berita tentang hal-hal yang gaib

Sebagaian ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu adalah berita-berita
gaib. Pada Al-qur’an sudah ditegaskan bahwa badan firaun tersebut akan diselamatkan Tuhan
untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut
karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19 tepatnya.

e. Isyarat-Isyarat Ilmiah

Banyak sekali isyarat ilmiah yang di temukan dalam Al-Qur’an, misalnya:

a. Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan.

b. Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas.

c. Perbedaan sidik jari manusia.

d. Masa penyusunan yang tepat dan masa kehamilan minimal.

e. Adanya nurani dan bawah sadar manusia.

f. Yang merasakan nyeri adalah kulit.

g. Aroma atau bau manusia berbeda-beda.[3]

4. Kadar Kemukjizatan

1. Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa kemukjizatan itu berkaitan dengan keseluruhan


Qur’an, bukan dengan sebagiannya atau dengan setiap surahnya secara lengkap.

2. Sebagian ulama berpendapat sebagian kecil atau sebagian besar dari Qur’an, tanpa harus
satu surah penuh, juga merupakan mukjizat.

3. Ulama yang lain berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surah lengkap
sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surah, baik satu ayat atau beberapa ayat.

5. Tujuan I’jazul Qur’an


Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, dapatlah diketahui bahwa tujuan i’jazul
Qur’an itu banyak, di antaranya yaitu :

Membuktikan bahwa Nabi Muhammad saw yang membawa mukjizat kitab Al-Qur’an itu
adalah benar-benar seorang Nabi dan Rasul Allah. Beliau diutus untuk menyampaikan ajaran-
ajaran Allah SWT kepada umat manusia dan untuk mencanangkan tantangan supaya
menandingi al-Qur’an kepada mereka yang ingkar.

Membuktikan bahwa kitab al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan
buatan malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad saw. Sebab pada kenyataannya
mereka tidak bisa membuat tandingan seperti al-Qur’an sehingga jelaslah bahwa al-Qur’an
itu bukan buatan manusia.

D. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa i’jazul Qur’an merupakan bagian terpenting
dari Ulumul Qur’an, karena i’jazul Qur’an berfungsi sebagai pembawa kebenaran, bahwa al-
Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw adalah murni dari Allah SWT dan
tidak ada unsur-unsur apapun yang bisa menandingi arti dan makna yang terkandung dalam
al-Qur’an walau satu ayat, sekalipun dia seorang pakar pujangga sastra dan ahli dalam seni
bahasa Arab, dan kita wajib mengimani dan tidak boleh mengingkari kemurnian al-Qur’an.

E. Penutup

Demikianlah makalah ini saya buat, semoga dapat bermanfaat serta menambah
pengetahuan bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan
makalah ini saya memohon maaf dan kritik serta saran yang membangun sangat saya
harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.

Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa,
2001.

Ash-Shiddieqy, Muhammad Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT. Pustaka


Rizki Putra,2002.
[1]
Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.
[2]
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.

[3]
Ash-Shiddieqy, Muhammad Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra,2002.

I’JAZUL QUR’AN
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan
utama yang harus mereka imani serta diaplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh
kebaikan di dunia dan di akhirat. Selain itu Al-Qur’an menjadi mu’jizat terbesar bagi Nabi
Muhammad SAW, dan mu’jizat Al-Qur’an ini hukumnya sepanjang masa, karena tidak akan
ada satu manusia pun yang mampu membawa satu kitab tandingan atau sama dengan Al-
Qur’an. Jadi, sebagai seorang muslim wajib bagi kita untuk mengimaninya dengan sepenuh
hati.
Dan sudah sewajarnya pula mengetahui segala sesuatu tentang mu’jizat Al-Qur’an. Karena
ada banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil untuk menambah keimanan kita.
I’jazul Qur’an adalah bagian dari Ilmu Tafsir yang mempelajari tentang segala sesuatu yang
menyangkut kemu’jizatan Al-Qur’an. Dan makalah ini dibuat dengan tujuan memperjelas
kemu’jizatan Al-Qur’an.
Dan diharapkan setelah kita memahaminya kita dapat lebih mencintai Al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam setiap segi kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN I’JAZ AL-QUR’AN KAPASITAS KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN

1) Pengertian I’jaz
I’jaz jika dilihat dari segi bahasa berasal dari kata ( ‫ َي ْع ِجز‬- َ‫ع ِجز‬
َ ) yang artinya menetapkan
kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidakmampuan mengerjakan
sesuatu, lawan dari (‫( )قدرة‬potensi, power, kemampuan). Apabila kemukjizatan muncul, maka
nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan).
Jadi, yang dimaksud I’jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam
pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk
menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi
sesudah mereka dan mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan
selamat dari perlawanan.
2) Kapasitas Kemukjizatan Al-Qur’an
Al-Qur’an Al-Karim digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi mereka tidak
sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasahah dan
balaghahnya. Hal ini tiada lain karena Al-Qur’an adalah mukjizat.
Rasulullah telah meminta orang arab menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan:
a) Menantang mereka dengan seluruh Al-Qur’an dalam uslub (metode) umum yang meliputi
orang arab sendiri dan orang lain, manusia dan jin, dengan tantangan yang mengalahkan
kemampuan mereka secara padu melalui firman-Nya:
ٍ ‫آن لَ َيأْتونَ ِبمِثْ ِل ِه َو َل ْو َكانَ َب ْعضه ْم ِل َب ْع‬
َ ‫ض‬
‫ظ ِهيرا‬ ِ ‫علَى أَن َيأْتواْ ِبمِثْ ِل هَـذَا ْالق ْر‬
َ ‫اإلنس َو ْال ِج ُّن‬
ِ ‫ت‬ ِ ‫قل لَّئ ِِن ا ْجت َ َم َع‬
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” (QS Al-Israa’:88).

b) Menantang mereka dengan sepuluh surat saja dari Al-Quran sebagaimana dalam firman-
Nya:
‫ فَإِن لَّ ْم‬.‫صا ِدقِين‬
َ ‫للاِ ِإن كنت ْم‬
ِّ ‫ون‬ َ َ ‫ت َوادْعواْ َم ِن ا ْست‬
ِ ‫ط ْعتم ِِّمن د‬ ٍ ‫أ َ ْم َيقولونَ ا ْفت ََراه ق ْل فَأْتواْ ِب َع ْش ِر س َو ٍر ِِّمثْ ِل ِه م ْفت ََر َيا‬
َ‫ُّم ْسلِمون‬ ‫َوأَن لَّ إِلَـهَ إِلَّ ه َو فَ َه ْل أَنتم‬ ِ‫نز َل بِع ِْلم هللا‬ ِ ‫يَ ْست َِجيبواْ لَك ْم فَا ْعلَمواْ أَنَّ َما أ‬.
“Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Qur’an itu”, Katakanlah:
“(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang
menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah,
jika kamu memang orang-orang yang benar”.Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima
seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah, sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan
ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri
(kepada Allah)?” (QS. Hud :13-14)

c) Menantang mereka dengan satu surat saja dari Al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya:
‫ط ْعتم م‬ َ َ ‫ور ٍة ِِّمثْ ِل ِه َوادْعواْ َم ِن ا ْست‬ َ ‫صا ِدقِينَ ِِِِّأ َ ْم َيقولونَ ا ْفت ََراه ق ْل فَأْتواْ ِبس‬ َ ‫للا ِإن كنت ْم‬
ِ ِّ ‫ون‬ ِ ‫ن د‬
“Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuat-buatnya. Katakanlah: “(Kalau
benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan
panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu
orang yang benar.”(QS. Yunus : 38).
Tantangan ini diulang lagi dalam firman-Nya:
‫ِِّمثْ ِل ِه‬ ‫ِِّمن‬ ٍ‫ورة‬
َ ِ‫س‬ ‫ب‬ ْ ‫ا‬‫و‬ ‫ت‬ْ ‫أ‬َ ‫ف‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫د‬ِ ‫ب‬
ْ ‫ع‬
َ ‫ى‬ َ
‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫َا‬ ‫ن‬‫ل‬ْ َّ
‫َز‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫م‬َّ ‫م‬
ِّ ِ ‫ب‬
ٍ ‫ي‬
ْ ‫ر‬
َ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫كنت ْم‬ ‫َو ِإن‬
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu….”(QS. Al-
Baqarah : 23).

Dengan tantangan ini berarti kapasitas kemukjizatan Al-Qur’an itu hanya satu surah saja,
artinya kadar yang menjadi mukjizat dari Al-Qur’an adalah walaupun hanya satu surah sudah
mu’jiz, sudah tidak ada yang sanggup melawan dengan membuat tandingan dari dulu sampai
sekarang. Karena tantangan minim inipun tidak ada yang mampu melawan, maka surat Al-
Baqarah ayat 24 itu menegaskan : “tidak ada seorang pun yang sanggup melawan Al-Qur’an,
karena itu bagi orang yang inkar diharuskan waspada terhadap ancaman neraka.”
B. MACAM-MACAM I’JAZ AL-QUR’AN
Dalam kitab Tafsir al-Mizan, menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada tujuh I’jaz Al-
Qur’an:
1. I’jazul ‘ilmi. Al-Qur’an mempunyai suatu ilmu pengetahuan didalamnya.
2. I’jaz kepribadian Nabi SAW. Kenapa kepribadian nabi dikatakan I’jaz? Pertama, Nabi
SAW didefinisikan oleh Al-Qur’an bahwa Nabi itu manusia yang tidak bisa membaca dan
menulis. Allah SWT ingin tunjukkan kepada setiap manusia bahwa Al-Qur’an adalah suatu
I’jaz dari nabi yang ummi ini, agar tidak menuduh nabi sebagai sihir,dan sebagainya.
3. I’jaz Ghaib, Al-Qur’an membawa berita ghaib. Ghaib di sini ada 4 yaitu:
a) Ghaib berita-berita zaman dahulu yang menceritakan tetang waktu terdahulu.
b) Ghaib tetang masa datang, ghaib adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat atau diketahui oleh
manusia.
c) Ghaib tetang kenyataan-kenyataan ilmiah yang baru diketahui kebenarannya ribuan tahun
setelah Al-Qur’an diturunkan.
d) Ghaib tetang kejadian-kejadian besar yang akan menimpa kaum muslim sepeninggal
Rasulullah SAW.
4. I’jaz Tasyrii, I’jaz tetang perundang-undangan (hukum Al-Qur’an)
5. I’jaz Al-Qur’an dari segala perubahan, segala sesuatu yang ada di dunia ini mesti
mengalami perubahan, harus tunduk pada hukum dunia, mengalami usia usang, tetapi Al-
Qur’an tidak pernah tunduk pada hukum dunia, Al-Qur’an tidak pernah usang.
6. I’jazun balaghi. Al-Qur’an mempunyai kefasihan. Al-Qur’an adalaj suatu kitab yang
sangat piawai dalam ilmu Balaghah. Sebab setiap kalimat yang ada dalam Al-Qur’an
mengungkapkan suatu makna yang sebenarnya dari suatu makna sebenarnya dari pada
kalimat tersebut, jadi yang dimaksud balaghah yaitu suatu ilmu yang bukan hanya kalimatnya
baligh (tinngi) tetai kalimatnya juga mewakili suatu makna yang daripada maksud kalimat
tersebut. Diantara kalimat yang baik yang ada di dalam Al-Qur’an yang akan kita jadikan
contoh misalkan dalam surat Al-Hadiid ayat 23 ketika Allah SWT berfirman,
ٍ ‫َفخ‬
‫ور‬ ٍ ‫للا لَ يحِ بُّ كلَّ م ْخت‬
‫َال‬ َّ ‫َو‬ ‫َولَ ت َ ْف َرحوا بِ َما آت َاك ْم‬ ‫َما فَات َك ْم‬ ‫علَى‬
َ َ ْ ‫ِل َك ْيالَ ت َأ‬
‫س ْوا‬
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri.”(QS. Al-Hadiid:23)
7. I’jaz bilangan dalam Al-Qur’an. I’jaz ini baru ditemukan. Orang menghitung ayat-ayat
tertentu dalam Al-Qur’an dan kemudian mencocokan dengan hukum-hukum Allah SWT.
Yang diwajibkan kepada manusia.

Misalnya begini, dalam islam, sholat wajib adalah sholat yang lima waktu. Ada seorang yang
meneliti bilangan kalimat tersebut dalam Al-Qur’an. Kalimat shalawat (jamak dari sholat)
misalnya, akan di jumpai bilangannya ada lima kalimat. Dan kalimat ini kaitannya dengan
sholatul wajib. Suatu mukjizat Al-Qur’an dalam segi bilangan di mana sangat sesuai antara
bilangan sholatul wajib dengan kalimat shalawat.
Kemudian mengenai kalimat fardhu dalam Al-Qur’an. Sholat lima waktu ini ada 17 rekaat,
kemudian Abu Jahra meneliti kalimat fardhu ini di dalam Al-Qur’an, dan semua kalimat
fardhu dengan berbagai derajatnya berjunlah 17 kalimat. Lalu kalimat qasr (memendekkan
bilangan rekaat dalam sholat ketika dalam perjalanan). Kalau kita hitung jumlah rekaat dalam
sholat qasr, kita akan dapati sampai 11 rekaat, Zuhur 2, Ashar2, Magrib 3, Isya’ 2, dan
Subuh2. kemudian kalau kita teliti kalimat qasr dalam Al-Qur’an, ternyata ada 11 kalimat.
Kalimat tawaf. Kita diwajibkan dalam tawaf yang tercatat daam Al-Qur’an ada tujuh kalimat.
Itu adalah sebagian dari mukjizat bilangan dala Al-Qur’an.

C. TUJUAN I’JAZUL QUR’AN DAN SEJARAHNYA


Setelah diketahui pengertian I’jaz Qur’an, perla dijelaskan tujuannya, agar tidak
manimbulkan segala sangka. Sebab, bukanlah menjadi tujuan Al-Qur’an untuk melemahkan,
tetapi ada tujuan khusus, dan perlu pula dikaji sejarahnya.

1. Tujuan I’jazul Qur’an


Dari I’jaz diatas, dapatlaj diketahui bahwa tujuan I’jazul Qur’an itu banyak diantaranya yaitu:
a) Membuktikan bahwa nabi Muhammad SAW yang membawa mu’jizat kitab Al-Qur’an itu
adalah benar-benar seorang Nabi/Rosul Allah SWT. Beliau diuts menyampaikan ajaran-
ajaran Allah SWT kepada umat manusiauntuk mencanangkan tantangan supaya menandingi
Al-Qur’an kepada yang ingkar.
b) Membuktikan bahwa Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah SWt, bukan buatan
Malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad SAW tidak mungkan karena sudah kita
ketahui bersama bahwa Nabi Muhannad SAWseorang yang ummi (tidak pandai menulis dan
membaca), dan sudah barang tentu pujangga-pujangga arab profesional, dimana mereka tidak
hanya pandai menulis dan membaca tetapi juga ahli dalam sastra, grametika bahasa arab, dan
Balaghahnya akan bisa membuat seperti Al-Qur’an itu bukan buatan manusia.
c) Menunjukkan kelemahan daya apaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding
dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar tidak mau beriman mempercayai
kewahyuan Al-Qur’an dan sombong tidak mau menerima kitab itu. Mereka menuduh bahwa
kitab itu hasil lamunan atau buatan Nabi Muhammad SAW sendiri, kenyataannya para
pujangga sastra arab tidak mampu membuat tandingan yang seperti Al-Qur’an itu, walaupun
hanya satu ayat.
d) Menunjukan kelemahan mutu sastra dan Balaghah manusia, karena terbukti pakar-pakar
pujangga sastra dan seni bahasa arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan
yang seperti Al-Qur’an yang telaj ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkatan.
2. Sejarah Ilmu I’jazul Qur’an
Ada ulama yang berpendapat, bahwa orang yang pertama kali menulis I’jazul Qur’an ialah
Abu Ubaidah (wafat 208H) dalam kitabnya “Majazul Qur’an”, lalu disusun oleh Al-Farra
(wafat 207 H) yang menulis kitab “Ma’anil Qur’an”, kemudian disusul lagi oleh Ibnu
Quthaibah yang mengarang kitab Ta’wil Musyakil Qur’an”.
Namun pernyataan tersebut dibantah oleh Abdul Qohir Al-Jurjany dalam kitabnya “Dalailul
I’jaz”, bahwa semua kitab tersebut diatas bukanlah Ilmu I’jazul Qur’an, melainkan sesuai
dengan nama judul-judulnya itu.
Menurut Dr. Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya “Makahis Fi Ulumil Qur’an”, bahwa orang
pertama kali yang membicarakan I’jazul Qur’an adalah Iman Al-Jahili (wafat 225 H), ditulis
dalam kitab “Nuzhumul Qur’an”.hal ini seperti diisyaratkan dalam kitabnya yang lain, Al-
Hayawan, lalu disusul Muhammad bin Zaid Al-Wasithy (wafat 306 H), dalam kitab I’jazul
Qur’an, yang banyak mengutip isi kitab Al-Jahidh tersebut diatas. Kemudian dilanjutkan
Iman Ar-Rumany (wafat 384 H). lalu disusul oleh Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillny (wafat
403 H) dalam kitabnya I’jazul Qur’an, yang isinya mengupas segi-segi kemu’jizatan, kitab ini
sangat populer. Kemudian disusul oleh Abdul Qohir Al-Jumany (wafat 471 H) dalam kitab
Dala’ilul I’jaz dan Asarul Balaghah.

BAB III
KESIMPULAN

I’jazul Qur’an ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang
Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang
abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka dan mukjizat
adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.

Dan Al-Qur’an al-Karim digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi mereka
tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasahah dan
balaghahnya. Hal ini tiada lain karena Al-Qur’an adalah mukjizat.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Digital versi 2.0


Al Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar Studi Ilmu Al Quran. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
2008.
Rakhmat, Jalaluddin dkk. Belajar Mudah ‘Ulum Al-Qur’an. Jakarta: PT. Lentera Basritama.
2002

Anda mungkin juga menyukai