Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Teologi Kebangsaan

Dosen Pengampu : M.Masykur Abdillah Lc.,M.Th.I

Disusun Oleh :

1. Annisa Nurlaela Ramadhani 201710101101


2. Diva Rosa Abelinda Puteri 201510601039
3. Bagas Septian Jasika 202410102025

Kelas Pendidikan Agama Islam 44

UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teologi Kebangsaan” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
M.Masykur Abdillah Lc.,M.Th.I pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam kelas 44. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teologi Kebangsaan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jember, 06 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
2.1 Pengertian Teologi Kebangsaan..........................................................................2
2.2 Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin..................................................4
2.3 Maqosidu Al-Syari’ah(tujuan syari’at) sebagai pelindung hak-hak dasar
Kemanusiaan (al-kulliyat al-khams)...........................................................................8
2.4 Tiga pilar kebangsaan.........................................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................10
3.2 Saran..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai muslim kita diwajibkan untuk meyakini bahwa agama Islam adalah
yang paling benar, namun Islam melarang umatnya untuk merendahkan agama lain.
Apalagi menyakiti penganut agama non-muslim. Sikap merendahkan non-muslim
justru menunjukkan bahwa Islam bukanlah agama yang mulia. Padahal perintah Allah
SWT dalam Al-Quran dan semangat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah
rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Dalam tradisi intelektualitas Islam, teologi yang dikenal luas adalah Asyi’ariah,
selanjutnya lebih populer disebut dengan Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah. Kemunculan
teologi Ahlu al-Sunnah wa al- Jama’ah menjadi solusi akan masalah yang meruncing
antara Ahlu al-Hadist dan Ahlu al-Ra’yi (teologi mu’tazilah) yang kemudian permasalahan
ini berujung pada masalah mihnah (inquisition). Teologi ini berkembang pesat dan
menjadi mazhab resmi yang dianut umat Islam. sehingga menjawab kebingungan teologi
yang dialami oleh masyarakat Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Teologi Kebangsaan?


2. Islam rahmatan lil alamin sebagai suatu konsep kesejahteraan umat (al-Mashalih Al-
Ra’iyyah)?
3. Maqosidu Al-Syari’ah (tujuan syari’at) sebagai pelindung hak-hak dasar
kemanusiaan (al-kulliyat al-khams)?
4. Apa saja tiga pilar kebangsaan, Musyawarah (Syura), keadilan (‘adalah),
Persamaan (al-musawah)?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi Teologi Kebangsaan


2. Mengetahui konsep kesejahteraan umat al-Mashalih Al-Ra'iyyah
3. Mengetahui tujuan syari'at sebagai pelindung hak hak dasar kemanusiaan
4. Mengetahui tiga pilar kebangsaan

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Teologi Kebangsaan

Teologi berasal dari bahasa Inggris, theos yang berarti Tuhan, dan logos yang berarti ilmu
atau wacana. Dalam bahasa Yunani Theologia, yang mempunyai beberapa pengertian, yakni ilmu
tentang hubungan dunia ilahi dengan dunia fisik, tentang hakikat dan kehendak Tuhan, doktrin atau
keyakinan tentang Tuhan, dan usaha yang sistematis untuk meyakinkan, menafsirkan dan
membenarkan secara konsisten keyakinan tentang Tuhan. Ahmad Hanafi menjelaskan dalam
pengantarnya, bahwa teologi memiliki banyak dimensi pengertian, namun secara umum teologi ialah
“the science which treats of the facts and phenomena of religion, and the relations between God and
man”, atau ilmu yang membicarakan kenyataan-kenyataan dan gejala-gejala agama dan
membicarakan hubungan Tuhan dan manusia. baik dengan jalan penyelidikan maupun pemikiran
murni, atau dengan jalan wahyu.

Menurut Wiliam l Resse teologi berasal dari bahasa inggris yaitu theology yang artinya
discours or reason concerning god (diskursus atau pemikiran tentang tuhan) dengan kata ini Reese
lebih jauh mengatakan “ teologi merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu
serta independensi filsafat ilmu pengetahuan. dan gove mengatakan bahwa teologi merupakan
penjelasan tentang keimanan, perbuatan dan pengalaman agama secara rasional.

Sedangkan pengertian teologi islam secara terminologi terdapat berbagai perbedaan.


Menurut abdurrazak, Teologi islam adalah ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan segala
sesuatu yang berkait dengan-NYA secara rasional. Muhammad Abduh :
“ tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat yang wajib tetap
pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, sifat-sifat yang sma sekali wajib di lenyapkan
dari pada-Nya; juga membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan keyakinan mereka,
meyakinkan apa yang ada pada diri mereka, apa yang boleh di hubungkan kepada diri mereka dan
apa yang terlarang menghubungkanya kepada diri mereka

Teologi merupakan “ilmu tentang Ketuhanan”, yaitu membicarakan zat


Tuhan dari segala seginya dan hubungannya dengan alam. Teologi yang bercorak agama
dipahami sebagai intellectual expression of religion, atau keterangantentang kata-kata agama
yang bersifat pikiran. Karena itu teologi biasanya diikuti dengan kualifikasi tertentu seperti Teologi
Yahudi, Teologi Kristen dan juga Teologi Islam (Ilm Kalam).

Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran dasar dari suatu agama. Setiap orang
menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam
agama yang dianutnya, mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang berdasarkan
kepada landasan kuat yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh peredaran zaman.

2
Dalam istilah Arab ajaran-ajaran dasar itu disebut Ushul al-Din dan oleh karena itu
buku yang membahas soal-soal teologi dalam islam selalu diberi nama kitab Ushul al-Din
oleh nama pengarangnya. Ajaran-ajaran dasar disebut ‘Aqa’id atau keyakinan-keyakinan.
Teologi dalam Islam disebut juga ilmu al-tauhid.
Berdasarkan informasi di atas, nyatalah persoalan prinsip yang dibahas dalam ilmu
(teologi) adalah:
1. Esensi Tuhan itu sendiri dengan segenap sifat-sifatnya.
2. Manusia dan seluruh alam, serta hubungannya dengan Tuhan.
3. Hubungan yang mempertalikan antara Tuhan sebagai pencipta dengan alam
sebagai ciptaan-Nya, melalui utusan-utusan atau ajaran-ajaran tertentu.
Oleh karena itu teologi bersifat umum, artinya bisa berbagai aliran kepercayaan atau
agama mempergunakannya, baik kepercayaan yang bersumber dari wahyu ataupun
kepercayaan yang bersumber dari hasil pemikiran filosofis, untuk melakukan penelitan
yang mendalam yang membedakan satu agama dengan agama lainnya, perlu diberi
kualifikasi terhadap kata teologi itu sendiri, sehingga dijumpailah istilah teologi Kristen,
teologi Yahudi, teologi Islam, artinya yang menjdi pokok perbincangan adalah segala
sesuatu persoalan keyakinan tentang ketuhanan menurut ajaran Islam.

3
1.2 Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin
Benar bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Namun banyak
orang menyimpangkan pernyataan ini kepada pemahaman-pemahaman yang salah
kaprah. Sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam praktek beragama bahkan
dalam hal yang sangat fundamental, yaitu dalam masalah aqidah.

Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya
adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala,

َ ‫َوما َأرْ َس ْلنا‬


َ ‫ك ِإالَّ َرحْ َم ًة ل ِْلعالَم‬
‫ِين‬

“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat


bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran


Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh
manusia.

Secara bahasa,

ُ‫ الرِّ َّق ُة وال َّت َع ُّطف‬:‫الرَّ حْ مة‬

rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab,
Ibnul Mandzur). Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang.
Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah bentuk kasih
sayang Allah kepada seluruh manusia.
Penafsiran Para Ahli Tafsir
1. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim:

“Pendapat yang lebih benar dalam menafsirkan ayat ini adalah bahwa rahmat
disini bersifat umum. Dalam masalah ini, terdapat dua penafsiran:
Pertama: Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.

Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat
sekaligus.

4
Orang kafir yang memerangi beliau, manfaat yang mereka dapatkan adalah
disegerakannya pembunuhan dan maut bagi mereka, itu lebih baik bagi mereka. Karena
hidup mereka hanya akan menambah kepedihan adzab kelak di akhirat. Kebinasaan
telah ditetapkan bagi mereka. Sehingga, dipercepatnya ajal lebih bermanfaat bagi
mereka daripada hidup menetap dalam kekafiran.

Orang kafir yang terikat perjanjian dengan beliau, manfaat bagi mereka adalah
dibiarkan hidup didunia dalam perlindungan dan perjanjian. Mereka ini lebih sedikit
keburukannya daripada orang kafir yang memerangi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.

Orang munafik, yang menampakkan iman secara zhahir saja, mereka mendapat
manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun
diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum
yang lain.

Dan pada umat manusia setelah beliau diutus, Allah Ta’ala tidak memberikan
adzab yang menyeluruh dari umat manusia di bumi. Kesimpulannya, semua manusia
mendapat manfaat dari diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.

Kedua: Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman
menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan
orang kafir menolaknya. Sehingga bagi orang kafir, Islam tetap dikatakan rahmat bagi
mereka, namun mereka enggan menerima. Sebagaimana jika dikatakan ‘Ini adalah obat
bagi si fulan yang sakit’. Andaikan fulan tidak meminumnya, obat tersebut tetaplah
dikatakan obat”

2. Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Fathul Qadir:

“Makna ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, dengan
membawa hukum-hukum syariat, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia tanpa
ada keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian’. Dengan kata lain, ‘satu-
satunya alasan Kami mengutusmu, wahai Muhammad, adalah sebagai rahmat yang
luas. Karena kami mengutusmu dengan membawa sesuatu yang menjadi sebab
kebahagiaan di akhirat’ ”

3. Muhammad bin Jarir Ath Thabari dalam Tafsir Ath Thabari:

“Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini, tentang apakah seluruh
manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah seluruh manusia baik mu’min dan kafir?

5
Ataukah hanya manusia mu’min saja? Sebagian ahli tafsir berpendapat, yang dimaksud
adalah seluruh manusia baik mu’min maupun kafir. Mereka mendasarinya dengan
riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu dalam menafsirkan ayat ini:

‫ ومن لم يؤمن باهلل ورسوله عوفي مما أصاب األمم من‬, ‫من آمن باهلل واليوم اآلخر كتب له الرحمة في الدنيا واآلخرة‬
‫الخسف والقذف‬

“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya rahmat
di dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat
terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan atau di terpa gelombang besar”

dalam riwayat yang lain:

‫ ومن لم يؤمن به عوفي مما أصاب األمم قبل‬, ‫تمت الرحمة لمن آمن به في الدنيا واآلخرة‬

“Rahmat yang sempurna di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman
kepada Rasulullah. Sedangkan bagi orang-orang yang enggan beriman, bentuk rahmat
bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu”

Pendapat ahli tafsir yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang-
orang beriman saja. Mereka membawakan riwayat dari Ibnu Zaid dalam menafsirkan
ayat ini:

‫ من آمن به وصدقه‬: ‫ والعالمون هاهنا‬. ‫ وقد جاء األمر مجمال رحمة للعالمين‬, ‫فهو لهؤالء فتنة ولهؤالء رحمة‬
‫وأطاعه‬

“Dengan diutusnya Rasulullah, ada manusia yang mendapat bencana, ada yang
mendapat rahmah, walaupun bentuk penyebutan dalam ayat ini sifatnya umum, yaitu
sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Seluruh manusia yang dimaksud di sini adalah
orang-orang yang beriman kepada Rasulullah, membenarkannya dan menaatinya”

Pendapat yang benar dari dua pendapat ini adalah pendapat yang pertama,
sebagaimana riwayat Ibnu Abbas. Yaitu Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi Wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, baik mu’min maupun kafir.
Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka
terhadap ajaran Allah. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak disegerakannya
6
bencana yang menimpa umat-umat terdahulu yang mengingkari ajaran Allah”
(diterjemahkan secara ringkas).

4. Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi

“Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau berkata:

‫ ومن لم يؤمن به سلم مما لحق األمم‬, ‫كان محمد صلى هللا عليه وسلم رحمة لجميع الناس فمن آمن به وصدق به سعد‬
‫من الخسف والغرق‬

“Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat bagi seluruh manusia.


Bagi yang beriman dan membenarkan ajaran beliau, akan mendapat kebahagiaan. Bagi
yang tidak beriman kepada beliau, diselamatkan dari bencana yang menimpa umat
terdahulu berupa ditenggelamkan ke dalam bumi atau ditenggelamkan dengan air”

Ibnu Zaid berkata:

‫أراد بالعالمين المؤمنين خاص‬

“Yang dimaksud ‘seluruh manusia’ dalam ayat ini adalah hanya orang-orang yang
beriman” ”

5. Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir

“Maksud ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad,


melainkan sebagai rahmat bagi seluruh makhluk’. Sebagaimana dalam sebuah hadits:

‫إنما أنا رحمة مهداة‬

“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)” (HR. Al


Bukhari dalam Al ‘Ilal Al Kabir 369, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/596. Hadits ini di-
shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 490, juga dalam Shahih Al Jami’,
2345)

Orang yang menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, ia akan
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Allah Ta’ala tidak mengatakan ‘rahmatan lilmu’minin‘, namun mengatakan


7
‘rahmatan lil ‘alamin‘ karena Allah Ta’ala ingin memberikan rahmat bagi seluruh
makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi, Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa
sallam. Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar. Beliau juga
menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab
tercapainya berbagai kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan
kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah
kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud
rahmat Allah bagi seluruh manusia. Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari
rahmat ini, yaitu ditundanya hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi
ditimpa azab berupa diubah menjadi binatang, atau dibenamkan ke bumi, atau
ditenggelamkan dengan air”

1.3 Maqosidu Al-Syari’ah (tujuan syari’at) sebagai pelindung hak-hak dasar


kemanusiaan (al-kulliyat al-khams)
1. Definisi Maqashid Syari’ah
Secara etimologi, maqashid berasal dari kata qa-sa-da yang berarti menghadap
pada sesuatu. Sedangkan secara terminologi adalah sasaran-sasaran yang dituju
dan rahasia-rahasia yang diinginkan oleh syari’ (baca: Allah) dalam setiap hukum-
hukumnya untuk menjaga kemashlahatan manusia.
2. Pembagian Maqashid Syari’ah
Inti dari tasry’ Islam adalah jalbu al-mashalih dan dar’u almafasid. Inilah yang dimaksud
dengan pelestarian tatanan dunia dan mengatur perilaku manusia sehingga terhindar
dari tindakantindakan destruktif. Akan tetapi, mashlahah ini terkait besar atau kecilnya
pengaruh keshalehan umat atau jama’ah. Tinjauan mashlahah dari sisi pengaruh ini
terbagi dalam dlaruriyah, hajjiyah dan tahsiniyah.Secara garis besar maqashid syari’ah
terbagi dua bagian; yaitu:
pertama, maqashid yang dikembalikan kepada maksud syari’. Syari’ menurunkan
hukum bagi makhluknya mempunyai satu illat (alasan), yaitu kemaslahatan manusia,
baik kemaslahatan yang bisa diindra selama hidup di dunia ini, maupun kemaslahatan
ukhrawi.
Kedua, hukum syari’ah yang dikembalikan kepada maksud mukalaf. Hal ini dapat
diimplementasikan dalam tiga visi; dlaruriyah, hajjiyah dan tahsiniyah.
Lebih terperinci lagi, maqashid syari’ah dalam visi dlaruriyah terbagi menjadi lima, yang
terefleksi kedalam apa yang disebut dengan al-kulliyat al-khamsah, yaitu:
Pertama, Hifdz Din ; artinya terjaga norma agama dari hal-hal yang mengotorinya, baik
dari sisi akidah maupun amal, teori maupun praktek serta menjamin keutuhan agama
yang menjadi pilihan rakyat secara umum dengan tindakan preventif terhadap setiap
potensi yang bisa mengganggu prinsip-prinsip gama yang qath’i.
Kedua, Hifdz Nafs; yaitu melindungi hak hidup setiap individu dan masyarakat secara
kolektif serta segala hal yang dapat mengacam jiwa. Seperti pemberantasan penyakit
menular, hukuman bagi pelaku pembunuhan dan sebagainya.

8
Ketiga, Hifdz ‘Aql; mencegah terjadinya khalal (cacat) pada akal yang dapat
mengganggu daya pikir dan kreatifitas. Eksistensi akal sangat urgen sekali dalam
menumbuhkembangkan semangat menggali nilai-nilai agama, sehingga tentunya harus
dijaga dari hal-hal yang merusaknya. Seperti minuman keras, narkotika, alkohol, zat
aditif dan sebagainya.
Keempat, Hifdz Nashl; melestarikan kelangsungan generasi dengan mempermudah
proses pernikahan, menghindari setiap kebijaksanaan yang dapat memutus
kelangsungan hidup; seperti vasektomi, tubektomi dan sebagainya.
Kelima, Hifdz Mal; mengembangkan sumber-sumber perekonomian rakyat, menjamin
hak milik pribadi dan menjaga keamanan harta tersebut.
1.4 Tiga pilar kebangsaan
Di dalam Al-Qur’an terdapat sejumlah ayat yang menganduk petunjuk dan pedoman
bagi manusia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Diantaranya ayat-ayat
tersebut mengajarkan tentang kedudukan manusia di bumi dan tentang prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam kehidupan bermasyarakat. Mengandung nilai-nilai dan
ajaran yang bersifat etis mengenai aktivitas sosial-politik umat manusia. Adapun Tiga
pilar kebangsaan meliputi : Musyawarah (Syura), keadilan (‘adalah), Persamaan (al-
musawah)

1. Al-syura, musyawarah, dimana setiap warga masyarakat berhak atas partisipasi


dalam urusan publik yang menyangkut kepen-tingan bersama. Dalam hal ini
mengutamakan prinsip musyawarah sebagaimana firman Allah dalam Surat al-
Syura (42) ayat 38: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang
Kami berikan kepada mereka”.
2. Al-‘Adalah, adalah konsep keadilan yang berintikan kepada pemenuhan hak-hak
manusia sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat. Allah berfirman
dalam Surat al-Ma’idah (5) ayat 8: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu
Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. dan janganlah sekalikali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”
3. Al-Musawah, yaitu sebuah konsep persamaan diantara sesama manusia dalam hal
martabat, derajat dan kedudukannya. Islam tidak membedakan manusia
berdasarkan strata sosial, gender, ras, melainkan sikap ketakwaan manusia
terhadap Allah lah yang membedakan kemuliaan seorang manusia. Di dalam
Alquran, Allah swt berfirman dalam surat Al-Hujurat (49) ayat 13: “Hai manusia,
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal”

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teologi kebangsaan islam adalah ilmu yang
membahas aspek ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Teologi
islam berdasarkan Al-Qur’an , Al-Hadist dan sumber historis (perkembangan pemikiran
yang berkaitan dengan objek kajian ilmu tauhid) dan mempunyai tujuan syari’at sebagai
pelindung hak-hak dasar kemanusiaan. Adapun Tiga pilar kebangsaan meliputi :
Musyawarah (Syura), keadilan (‘adalah), Persamaan (al-musawah)

3.2 Saran
Kita sebagai orang Islam mengetahui adanya aliran-aliran dalam Islam, dan mungkin
makalah ini sangat cocok bagi kita untuk dijadikan pegangan dalam pembelajaran
tentang ilmu kalam atau tentang ketuhanan. Apalagi kita berada dilingkungan bebas
yang di situ banyak aliran-aliran dan pemikiran menyimpang

10
DAFTAR PUSTAKA

Suparno, 2013, Keterkaitan Kebudayaan Islam dengan Karekter Orang Jepang

Marzuki, 2019, Prinsip prinsip politik Islam

http://achbaidowi.com/prinsip-prinsip-dasar-islam/. Diakses pada tanggal 30 November 2020

https://dadansetiana.wordpress.com/pengertian-siyasah-syariyyah-dan-fiqih-siyasah-sert
a-cakupan-dan-sejarah-munculnya/. Diakses pada tanggal 30 November

https://rivandipputra.wordpress.com/2012/10/31/sistem-politik-dalam-islam/. Diakses
pada tanggal 30 November
journal.unas.ac.id
https://core.ac.uk

11

Anda mungkin juga menyukai