Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 14, No. 2, Juli 2017, hlm.

21-25
ISSN 1410-5373

Deteksi Tuberkulosis pada Satwa Primata Berbasis Interferon Gamma


Releasing Assay (IGRA) dengan Enzyme-Linked Immunosorbent Spot
(ELISpot)
Detection of Tuberculosis in Non-Human Primates Based on Interferon Gamma
Releasing Assay (IGRA) using Enzyme-Linked Immunosorbent Spot (ELISpot)
Darmono GE1*, Pamungkas J2
1
Program Studi Primatologi, Program Multidisiplin, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
2
Pusat Studi Satwa Primata, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor

*Korespondensi : g.e.darmono@gmail.com

Abstract. Tuberculosis is a disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis complex. Tuberculosis
is a zoonotic disease that can attack humans and animals, such as non-human primates. Tuberculosis can be
controlled through proper and accurate detection. Detection of tuberculosis can be done with the examination
of skin and blood. Skin examination was performed with the tuberculin skin test (TST), whereas the blood
examination of the interferon gamma measurement based on interferon gamma releasing assay (IGRA)
was performed with enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) or enzyme-linked immunosorbent spot
(ELISpot) assay technique. ELISpot techniques have a higher level of sensitivity and specificity compared
to other techniques.

Key words: ELISpot, interferon gamma, non-human primate, tuberculosis

Pendahuluan monkey (M. fascicularis). TB pada orangutan


(Pongo pygmaeus) belum banyak dilaporkan
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit (Shin et al. 1995).
yang disebabkan beberapa spesies dalam Tindakan kontrol TB diperlukan deteksi
kelompok Mycobacterium tuberculosis complex yang akurat, pengobatan yang efektif dan isolasi
(MTC) (Lecu dan Ball 2011). TB merupakan individu yang terinfeksi sangat penting. Deteksi
penyakit zoonotik yang dapat menyerang TB harus dilakukan secara akurat dan tepat,
manusia dan hewan atau sebaliknya (Tjahajati sehingga diperlukan teknik deteksi TB dengan
et al. 2007). MTC memiliki kemampuan untuk sensitivitas dan spesifisitas tinggi. Deteksi TB
menginfeksi satwa liar dengan kerentanan, dapat dilakukan melalui pemeriksaan kulit dan
patogenisitas dan respon imunitas yang sangat darah. Pemeriksaan kulit yang sering dilakukan
bervariasi antar MTC dan spesies satwa liar. untuk deteksi TB melalui mantoux tuberculin
Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) test (MTT) atau tuberculin skin test (TST). TST
dapat menginfeksi manusia dan satwa primata dilakukan dengan injeksi intradermal 5 tuberculin
(Lecu dan Ball 2011; Scanga dan Flynn unit (TU) turunan protein murni PPD-S atau
2017). Outbreak TB dilaporkan terjadi pada protein purified derivate (PPD) atau 2 TU PPD
monyet dunia lama, termasuk koloni tertutup RT23. Antigen PPD akan menyebabkan respon
monyet rhesus (Macaca mulatta) dan koloni imunitas yang diperantarai sel (cell-mediated
semi tertutup monyet ekor panjang (Macaca immune response) dan menyebabkan reaksi
fascicularis) (Payne et al. 2011). hipersensitivitas tipe delayed dalam 48-72
Tuberkulosis dapat menginfeksi jam. Reaksi imunitas menyebabkan indurasi
prosimian, monyet dunia baru dan monyet lokal pada kulit, khususnya tempat suntikan.
dunia lama, seperti kera besar (Scanga dan TST dapat memberikan hasil false-negative
Flynn 2017). Monyet dunia lama lebih sensitif tergantung pada kepekaan individu (Pai et al.
dibandingkan great apes dan monyet dunia baru 2014).
(Matz-Rensing et al. 2015). TB sering terjadi Deteksi TB pada satwa primata selain
pada satwa primata dan umumnya karena TST dapat dilakukan melalui pemeriksaan
galur bakteri TB pada manusia. TB dilaporkan darah berdasarkan interferon gamma (IFN-γ)
terjadi pada pig-tailed macaque/beruk (Macaca untuk mengukur reaksi sistem imunitas.
nemestrina/beruk), stumptailed macaque (M. Pengukuran IFN-γ dapat dilakukan dengan
speciosa), squirrel monkey (Saimiri sciureus), teknik interferon gamma releasing assay
rhesus monkey (M. mulatta) dan cynomolgus (IGRA). IGRA merupakan pemeriksaan
22 Darmono dan Pamungkas, Deteksi Tuberkulosis pada Satwa Primata Berbasis IGRA

darah secara in vitro untuk mengetahui Early secretory antigenic target-6 (ESAT-
respon imunitas yang diperantarai sel (cell- 6) dan culture filtrate protein-10 (CFP-10)
mediated immune response) dengan mengukur merupakan dua antigen spesifik utama pada
pelepasan IFN-γ sel limfosit T. Respon imunitas M. tuberculosis dan memiliki peran utama
diakibatkan stimulasi antigen spesifik M. sebagai faktor virulensi M. tuberculosis dan
tuberculosis complex, yaitu early secretory menyebabkan respon sel limfosit T yang kuat
antigenic target 6 (ESAT-6) dan culture filtrate (Li et al. 2016). Gen Rv3875 yang mengkode
protein 10 (CFP-10). Pengembangan deteksi ESAT-6 memiliki lokasi pada daerah region
TB pada satwa primata menggunakan teknik of difference 1 (RD1), yang terdapat pada
IGRA perlu dilakukan dan diterapkan sebagai semua Mycobacteria sp. patogenik, termasuk
alternatif lain dari TST. Hal ini karena IGRA M. tuberculosis dan M. bovis. Mohmoudi et
memiliki spesivisitas untuk deteksi TB di atas al. (2013) menyatakan ESAT-6 dan CFP-10
95% dan tidak terpengaruh vaksinasi dengan membantu proses translokasi M. tuberculosis
vaksin bacillus calmatte-guerin (BCG) (Pai et dari fagosom dalam sitoplasma sel hospes
al. 2014). Pang et al. (2015) sensitivitas IGRA pada tahap akhir infeksi. M. tuberculosis
dari cairan pleura dan darah sebesar 82% dan juga menganggu ekspresi molekul major
80%, serta spesifisitas sebesar 87% dan 70%. histocompatibility complex (MHC) Kelas II
Interferon gamma releasing assay (IGRA) melalui ESAT-6. ESAT-6 akan berinteraksi
yang tersedia di banyak negara dan digunakan dengan Toll-receptor like 2 (TLR2) dan
pada manusia, yaitu kit QuantiFERON-TB menstimulasi respon imunitas pada hospes.
Gold-in Tube (QFT) dan kit T-SPOT.TB Assay. Pengenalan ESAT-6 oleh sel limfosit T yang
Kit T-SPOT.TB assay memiliki sensitivitas diisolasi dari hewan terinfeksi M. tuberculosis,
menunjukkan bahwa ESAT-6 merupakan
lebih tinggi dibandingkan kit QFT assay atau antigen bagi sel limfosit T selama respon
TST (Pai et al. 2014). T-SPOT.TB memiliki imunitas yang dimediasi sel (cell-mediated
sensitivitas sebesar 88,6% dan spesifisitas immune response) (Rai et al. 2012). Sementara
sebesar 83,1%. IGRA yang digunakan pada itu, CFP-10 merupakan antigen target dominan
satwa primata selama ini kit PRIMAGAM untuk sel CD4+ T-helper1 pada hewan model
assay. Kit PRIMAGAM assay memiliki tuberculosis dan manusia.
sensitivitas rendah, namun spesivisitasnya
tinggi dibandingkan dengan TST. Kit T.SPOT. Secara normal, M. tuberculosis akan
TB merupakan IGRA yang dilakukan dengan menstimulasi respon imunitas selular, terutama
teknik enzyme-linked immunosorbent spot assay sel limfosit T untuk menghasilkan IFN-γ. IFN-γ
(ELISpot). Deteksi TB dengan teknik ELISpot merupakan salah satu sitokin yang diproduksi sel
yang digunakan pada satwa primata belum T-helper1. IFN-γ akan mengaktivasi makrofag
banyak dilaporkan. Pemahaman mengenai untuk memfagositosis M. tuberculosis,
teknik ELISpot sebagai salah satu alternatif sehingga apabila terjadi defisiensi IFN-γ yang
deteksi TB berbasis IGRA perlu dijelaskan diproduksi sel limfosit T akan menyebabkan
lebih lanjut. Dengan demikian, penggunakan TB (Fatah et al. 2017). IFN-γ berperan sebagai
IGRA dengan teknik ELISpot dapat digunakan imunomodulator dalam respon imunitas
dalam deteksi TB pada satwa primata dengan selular, yaitu kemampuan dalam meningkatkan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. kapasitas antimikrobial dalam makrofag
(Green et al. 2017). IFN-γ berperan penting
Interferon Gamma Releasing Assay (IGRA) dalam mengeliminasi M. tuberculosis untuk
Interferon gamma (IFN-γ) releasing
assay (IGRA) telah banyak digunakan dalam memperkuat potensi fagositosis dari makrofag
deteksi beberapa penyakit, salah satunya TB. dengan cara menstimulasi pembentukan
Penggunaan IGRA dalam deteksi TB telah fagolisosom. IFN-γ dapat digunakan untuk
banyak diterapkan pada manusia, dibandingkan identifikasi TB dengan metode IGRA (Pai
pada hewan. Beberapa metode IGRA yang et al. 2014). IGRA dapat menjadi alternatif
diterapkan dalam deteksi TB, diantaranya teknik dalam deteksi TB, selain TST dan pemeriksaan
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) radiografi thoraks.
dan enzyme-linked immunosorbent spot assay Interferon gamma (IFN-γ) releasing
(ELISpot). Antigen spesifik TB yang digunakan assay (IGRA) yang telah banyak digunakan
untuk menstimulasi pengeluaran IFN-γ oleh dalam deteksi TB pada manusia adalah dengan
sel limfosit T pada IGRA, yaitu early secretory teknik ELISA menggunakan kit QuantiFERON-
antigenic target 6 (ESAT-6) dan culture filtrate TB Gold In-Tube (QFT) assay pada manusia
protein 10 (CFP-10) yang berasal dari M. atau kit PRIMAGRAM assay pada satwa
tuberculosis complex, kecuali substrain bacillus primata. Selain IGRA dengan teknik ELISA,
calmette-guerin (BCG) (Pai et al. 2014). IGRA dengan ELISpot memiliki sensitivitas
Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 14, No. 2, Juli 2017, hlm. 21-25 23

dan spesifisitas tinggi dalam deteksi M. antigennya yang telah difiksasi pada plat
tuberculosis, seperti menggunakan kit T.SPOT- mikrotiter, sehingga hasil akhir adalah aktivitas
TB assay. Secara umum, IGRA memiliki antigen early secretory antigenic target 6
spesifisitas untuk diagnosis TB diatas 95% dan (ESAT-6) dan culture filtrate protein 10 (CFP-
tidak terpengaruh vaksinasi BCG (Pai et al. 10), serta akan dapat dilihat sebagai titik
2014). Vaksinasi BCG akan menyebabkan hasil (spot) (Pratomo dan Setyanto 2013). Ikatan
negatif palsu (false negative). IGRA dengan tersebut akan divisualisasikan ELISpot dengan
teknik ELISpot menggunakan kit T-SPOT. TB ukuran dan densitas spot yang mengambarkan
assay memiliki sensitivitas yang lebih tinggi produksi sitokin sel selama waktu pengukuran
dibandingkan dengan kit QFT assay atau TST, (Kalyuzhny 2005).
yaitu sensitivitas secara berurutan sekitar 90, Keuntungan teknik ELIspot dalam deteksi
80, dan 70% (Pai et al. 2014). TB antara lain, mudah dalam prosedur pengujian
Interferon gamma (IFN-γ) releasing dan pengukuran hasil. ELISpot merupakan
assay (IGRA) pada satwa primata dilakukan teknik yang masih memerlukan akurasi,
menggunakan kit PRIMAGAM assay dan pilihan yang menyeluruh terkait antibodi dan
hanya khusus untuk cynomolgus monkey antigen, serta pemahaman mengenai prinsip-
(Macaca fascicularis) dan rhesus monkey (M. prinsip analisis data (Kalyuzhny 2005). Hasil
mulatta). Kit PRIMAGAM assay memiliki ELISpot assay tergantung pada kualitas 4
sensitivitas rendah, namun spesifisitasnya (empat) komponen utama, yaitu (1) antibodi,
tinggi dibandingkan dengan TST (Lin et al. (2) enzim konjugat, (3) substrat kromogenik
2008). Sensitivitas kit PRIMAGRAM sebesar dan (4) membran plate. Aktivitas sekresi
68% dan spesifisitas sebesar 97% (Thoen sel pada ELISpot ditentukan dengan adanya
et al. 2006). Penggunaan teknik ELISpot di spot-spot pada bagian bawah plate, sehingga
Indonesia terbatas pada diagnosis TB pada keempat komponen tersebut harus dioptimalkan
manusia. Penelitian Adilistya et al. (2016) pada untuk memfasilitasi pembentukan spot-spot
48 pasien yang diduga TB di RSUPN Dr. Cipto (Kalyuzhny 2005).
Mangunkusumo dari Mei-September 2015 Secara umum, bahan utama yang
menunjukkan sensitivitas sebesar 100% dan diperlukan dalam deteksi TB berbasis IGRA)
spesifisitas sebesar 88,89%. adalah peripheral blood mononuclear cell
(PBMC), peptida early secretory antigenic
Enzyme-Linked Immunosorbent Spot target-6 (ESAT-6) dan culture filtrate
(ELISpot) protein-10 (CFP-10). PBMC merupakan sel
Enzyme-Linked Immunosorbent Spot darah yang memiliki bentuk nukleus bulat,
(ELISpot) assay merupakan pengujian yang yaitu limfosit, monosit atau makrofag. Sel-
memungkinkan mengenali sel dengan jumlah sel darah ini merupakan komponen penting
sedikit yang mensekresikan berbagai molekul. dalam sistem imunitas sebagai pertahanan
ELISpot dapat digunakan dalam banyak bidang terhadap infeksi dan adaptasi terhadap
penelitian, karena memiliki sensitivitas yang antigen (Pourahmad dan Salimi 2015). PBMC
tinggi dan berpotensi sebagai alat diagnostik memberikan respon imunitas yang selektif dan
yang berharga. Deteksi TB menggunakan terdiri atas sel-sel yang utama dalam imunitas
teknik ELISpot telah banyak diterapkan pada tubuh, seperti limfosit, monosit atau makrofag.
manusia. Sensitivitas dan spesifisitas teknik PBMC dapat diekstraksi dari whole blood
ELISPot dalam deteksi TB pada manusia, yaitu dengan menggunakan medium ficoll, senyawa
45.5% dan 81.0% (Wu et al. 2014). Adapun polisakarida dan bersifat hidrofilik yang dapat
penggunaan teknik ELISpot dalam deteksi TB memisahkan lapisan whole blood dan diikuti
pada hewan, terutama satwa primata belum sentrifugasi berdasarkan gradien dengan
pernah dilaporkan. Teknik ELISpot dengan kit kecepatan 400 x g selama 30 menit pada suhu
T.SPOT.TB secara komersial digunakan pada 15-25oC. Sentrifugasi akan memisahkan darah
manusia dan bukan merupakan kit komersial menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu plasma (bagian
untuk satwa primata (Lerche et al. 2008). atas), PBMC (tengah) dan sebagian kecil sel
Teknik ELISpot menggunakan peripheral blood polimorfonuklear (neutrofil dan eosinofil), serta
mononuclear cell (PBMC) yang diinkubasi dan eritrosit pada bagian bawah. PBMC banyak
distimulasi peptida ESAT-6 dan CFP-10. Hasil dipergunakan dalam penelitian dan aplikasi
pengukuran ELISpot dilaporkan dalam bentuk pengujian toksikologi (Pourahmad dan Salimi
spot forming cells (SFC) (Pai et al. 2014). 2015).
Prinsip kerja teknik ELISpot serupa Tahapan pengukuran kadar IFN-γ dengan
dengan prosedur ELISA, yaitu mendeteksi teknik ELISpot secara umum dapat dilihat
aktivitas enzimatik dengan pemberian label pada Gambar 1. Secara khusus, pengukuran
terhadap antibodi yang telah ditentukan kadar interferon gamma (IFN-γ) dengan teknik
24 Darmono dan Pamungkas, Deteksi Tuberkulosis pada Satwa Primata Berbasis IGRA

ELISpot menggunakan human T-SPOT.TB Simpulan


assay (Oxford Immunotec, Oxford, UK) (Wu
et al. 2014) sebagai berikut: PBMC sebanyak Teknik ELISpot merupakan teknik
250.000 sel dimasukkan ke dalam 96 plate dan pemeriksaan darah berdasarkan pengeluaran
diinkubasi selama 18-20 jam, dan plate telah molekul tertentu sel. Teknik ELISpot dapat
dilapisi dengan mouse anti-human IFN- γ. digunakan dalam deteksi TB, baik pada
PBMC dalam plate dibagi dalam 4 kelompok, manusia atau hewan. Deteksi TB menggunakan
yaitu PBMC sebagai kontrol negatif (K-), PBMC teknik ELISpot berdasarkan kadar IFN-γ yang
disekresikan sel limfosit T. Sampel teknik
sebagai kontrol positif (K+) yang distimulasi
ELISpot menggunakan PBMC yang diaktivasi
dengan PHA dan PBMC yang diaktivasi dengan dengan antigen spesifik Mycobacterium
peptida M. tuberculosis, yaitu ESAT-6 dan CFP- tuberculosis, yaitu early secretory antigenic
10. PBMCK+ distimulasi dengan PHA sebanyak target 6 (ESAT-6) dan culture filtrate protein
50 µL, sedangkan PBMC perlakuan distimulasi 10 (CFP-10). Hasil pengukuran kadar IFN-γ
dengan 50 µL ESAT-6 dan CFP-10. Jumlah spot- ditampilkan dalam bentuk spot forming cell
forming cell (SFC) pada masing-masing plate (SFC).
dihitung secara otomatis menggunakan CTL-
ImmunoSpot® S5 Versa Analyzer (Cellular Daftar Pustaka
Technology Ltd, USA). Respon terhadap kultur Adilistya T, Astrawinata DAW, Nasir UZ.
PBMC dinyatakan positif apabila dalam 1 (satu) 2016. Use of pleural fluid interferon-
plate paling sedikit terdapat 6 (enam) spot atau gamma enzyme-linked immunospot assay
2 kali lipat SFC kontrol negatif. in the diagnosis of pleural tuberculosis.
Acta Med Indones J Intern Med 48: 1.
Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 14, No. 2, Juli 2017, hlm. 21-25 25

Fatah SRK, Juffrie M, Setyati A. 2017. Payne KS, Novak JJ, Jongsakul K, Imerbsin
Perbedaan kadar interferon gamma pada R, Apisitsaowapa Y, Pavlin JA, Hinds
tuberkulosis anak. Sari Pediatri 18 (5). SB. 2011. Mycobacterium tuberculosis
Green DS, Young HA, Valencia JC. 2017. infection in a closed colony of rhesus
Current prospects of type II interferon γ
signaling and autoimmunity. J Biol Chem macaques (Macaca mulatta). J Am Assoc
292(34):13925-13933. Lab Anim Sci 50(1): 105-108.
Kalyuzhny AE. 2005. Handbook of ELISPOT: Pourahmad J, Salimi A. 2015. Isolated
Methods and Protocols. New Jersey (US): human peripheral blood mononuclear
Humana Press. cell (PBMC), a cost effective tool for
Lecu A, Ball R. 2011. Mycobacterial infections predicting immunosuppressive effects
in zoo animals: relevance, diagnosis and
management. Int Zoo Yb 45:183-202. of drugs and xenobiotics. Iranian J
Lerche NW, Yee JL, Capuano SV, Flynn JL. Pharmaceut Res 14(4):679-980.
2008. New approaches to tuberculosis Pratomo IP, Setyanto DB. 2013. Penggunaan
surveillance of nonhuman primates. ILAR kompleks antigen ESAT-6 dan CFP-10
J 49: 170–178. untuk diagnosis tuberkulosis. J Respir
Li F, Xu M, Zhou L, Xiong Y, Xia L, Fan Indo 33 (1).
X, Gu J, Pu J, Lu S, Wang G. 2016.
Safety of recombinant fusion protein Rai RC, Dwivedi VP, Chatterjee S, Prasad
ESAT6-CFP10 as a skin test reagent for DVR, Das G. 2012. Early secretory
tuberculosis diagnosis: an open-label, antigenic target-6 of Mycobacterium
randomized, single-center phase I clinical tuberculosis: enigmatic factor in patogen-
trial. Clin Vaccine Immunol 23:767-773. host interactions. Microbes and Infection
Lin PL, Yee J, Klein E, Lerche NW. 2008. 14: 1220-1226.
Immunological concepts in tuberculosis
diagnostics for nonhuman primates: a Scanga AC, Flynn JL. 2017. Modeling
review. J Med Primatol, 37 (1): 44-51. tuberculosis in nonhuman primates.
Mahmoudi S, Mamishi S, Ghazi M, Cold Spring Harb Perspect Med
Sadeghi RH, Pourakbari B. 2013. 2014;4:a018564.
Cloning, expression and purification of Shin N, Kwon S, Han D, Bai G, Yoon J, Cheon
Mycobacterium tuberculosis ESAT-6 and D, Son S, Ahn K, Chae C, Lee Y. 1995.
CFP-10 antigens. Iran J Microbiol 5(4):
374-378. Mycobacterium tuberculosis infection in
Matz-Rensing K, Hartmann T, Wendel an orangutan (Pongo pygmaeus). J Vet
GM, Frick JS, Homolka S, Richter E, Med Sci 57(5):951-953.
Munk MH, Kaup FJ. 2015. Outbreak Thoen CO, Steele JH, Gilsdorf MJ. 2006.
of tuberculosis in a colony of rhesus Mycobacterium bovis Infection in Animals
monkeys (Macaca mulatta) after possible and Humans. New York (US): Blackwell
indirect contact with a human TB patient.
J Comp Path. 153: 81-91. Publishing.
Pai, M, Denkinger CM, Kik SV, Rangaka Tjahajati I, Asmara W, Soebono H. 2007.
MX, Zerling A, Oxlade O, Metcalfe Pengembangan diagnosis tuberkulosis
JZ, Cattamanchi A, Dowdy DW, pada hewan kesayangan menggunakan
Dheha K, Banael N. 2014. Gamma antigen spesifik Mycobacterium
interferon release assays for detection of tuberculosis ESAT-6 dan CFP-10. J
Mycobacterium tuberculosis infection.
Clin Microbiol Rev 27 (1). Kedokteran Brawijaya 23(2).
Pang C, Shen Y, Tian Y, Zhu J, Feng M, Wu X, Ma Y, Wang L, Li D, Yang Y, Hu
Wan C, Wen F. 2015. Accuracy of the M, Liang Y, Xue H, Zhang J. 2014.
interferon gamma release assay for the Diagnostic value of ELISPOT technique
diagnosis of tuberculous pleurisy: an for osteoarticular tuberculosis. Clin Lab
updated meta-analysis. PerrJ 3:e951; DOI 60:1865-1870.
10.7717/peerj.951.

Anda mungkin juga menyukai