FFMQ Validasi Bahasa 2022 Sinta 3
FFMQ Validasi Bahasa 2022 Sinta 3
Address: Jl. Nangka No. 58 C (TB. Simatupang), Kel. Tanjung Barat, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530, Indonesia.
+62 (021) 7818718 – 78835283; url: www.unindra.ac.id; psyclrev@unindra.ac.id
Psychocentrum Review
ISSN 2656-8454 (Electronic)│ISSN 2656-1069 (Print)
Editor: Yuda Syahputra
Article History
Received : 24 December 2021
Revised : 20 March 2022
Accepted : 25 March 2022
Universitas Indraprasta PGRI (as Publisher) makes every effort to ensure the accuracy of all the information (the “Content”)
contained in the publications. However, we make no representations or warranties whatsoever as to the accuracy,
completeness, or suitability for any purpose of the Content. Any opinions and views expressed in this publication are the
opinions and views of the authors, and are not the views of or endorsed by Universitas Indraprasta PGRI. The accuracy of
the Content should not be relied upon and should be independently verified with primary sources of information.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
The authors whose names are listed in this manuscript declared that they have NO affiliations with or involvement in any organization or entity with any financial interest
(such as honoraria; educational grants; participation in speakers’ bureaus; membership, employment, consultancies, stock ownership, or other equity interest; and expert
testimony or patent-licensing arrangements), or non-financial interest (such as personal or professional relationships, affiliations, knowledge or beliefs) in the subject
matter or materials discussed in this manuscript. This statement is signed by all the authors to indicate agreement that the all information in this article is true and
correct.
Original Article
Pendahuluan
1
Meindy, N., Djunaidi, A., & Triwahyuni, A. (2022)│2
sosialisasi, latihan atensi intensif, serta adanya pengalaman pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan mindfulness, (Quaglia, Brown, Lindsay, Creswell, & Goodman, 2015).
Berbagai penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa trait mindfulness berkorelasi
positif dengan kesejahteraan dan kesehatan mental (Brown & Ryan, 2003; Hanley, Warner, &
Garland, 2015; Harrington, Loffredo, & Perz, 2016; Jin, Zhang, Wang, & An, 2020; Rosini,
Nelson, Sledjeski, & Dinzeo, 2017). Penelitian pada mahasiswa menunjukkan adanya
hubungan antara trait mindfulness dengan regulasi emosi yang lebih baik, serta dapat
membantu individu terhindar dari kondisi mental yang mengganggu (Coffey & Hartman,
2008).
Penelitian mengenai penerapan mindfulness dalam intervensi telah berkembang pesat,
namun belum banyak penelitian yang meneliti mekanisme dan proses yang terjadi dalam
penerapan mindfulness hingga dapat menghasilkan keuntungan bagi mereka yang
menjalankannya (Gu et al., 2020). Untuk menunjang hal tersebut, dibutuhkan pengukuran
yang memiliki properti psikometri yang mendukung. Sebelumnya, telah terdapat beberapa
pengembangan instrumen mindfulness, diantaranya Frieburg Mindfulness Inventory (FMI:
Buchheld et al., 2001), Mindfull Attention Awareness Scale (MAAS; Brown & Ryan, 2003),
Kentucky Inventory of Mindfulness Skills (KIMS; Baer et al., 2004), Cognitive and Affective
Mindfulness Scale (CAMS, Feldman et al., 2007), dan Mindfulness Questionnaire (MQ;
Chadwick et al., 2008)). Dari kelima instrumen tersebut, Baer, Smith, Hopkins, Krietemeyer,
& Toney (2006) melakukan analisis faktor eksploratori, yang menghasilkan faktor-faktor yang
menunjang integrasi impiris dari operasionalisasi mindfulness. Dari hasil analisis tersebut,
ditemukan lima faktor yang menunjang mindfulness, yaitu observing, describing, acting with
awareness, nonjudging inner experience, dan nonreactivity to inner experience. Kelima faktor
yang didapatkan dari kelima instrumen mindfulness tersebut kemudian disusun menjadi
instrumen pengukuran baru yaitu Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) (Baer et al.,
2006).
Observing merupakan kesadaran atau attending terhadap pengalaman internal maupun
eksternal, seperti sensasi, kognisi, emosi, penglihatan, suara, dan aroma. Describing
merupakan kemampuan memberi nama pada pengalaman internal dengan menggunakan kata-
kata. Acting with awareness merupakan kehadiran (attend) terhadap aktivitas yang dilakukan
pada satu waktu, dan berlawanan dengan melakukan aktivitas secara mekanis sementara atensi
berfokus pada hal lain (biasa disebut dengan automatic pilot). Nonjudging inner experience
merupakan sikap non-evaluatif terhadap pikiran dan perasaan. Nonreactivity to inner
experience merupakan kecenderungan untuk memperkenankan pikiran dan perasaan untuk
datang dan pergi, tanpa ikut terbawa oleh pikiran atau perasaan tersebut (Baer et al., 2008).
Perkembangan literatur menunjukkan bahwa intervensi yang didasari mindfulness secara
konsisten menghasilkan hasil yang positif, sehingga mengindikasikan peningkatan
mindfulness akan menurunkan gejala psikologis. Secara umum, terdapat korelasi negatif
antara setiap facet dengan gejala-gejala psikologis. Setiap facet mindfulness juga berkorelasi
positif dengan psychological well-being. Hal ini sesuai dengan perkembangan literatur
terdahulu mengenai hasil positif dari penerapan mindfulness (Baer et al., 2008).
Artikel ini bertujuan untuk melaporkan proses dan hasil adaptasi FFMQ ke Bahasa
Indoensia. Saat ini, FFMQ merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan
dalam penelitian terkait trait mindfulness (Quaglia, Braun, Freeman, McDaniel, & Brown,
2016). FFMQ telah diadaptasi dalam berbagai bahasa di seluruh dunia, seperti Jerman
(Michalak et al., 2016), Brazil (Barros, Kozasa, Souza, & Ronzani, 2014), Italia (Giovannini
et al., 2014), Tiongkok (Deng, Liu, Rodriguez, & Xia, 2011), dan India (Mandal, Arya, &
Pandey, 2016). Di Indonesia, terdapat berbagai penelitian terkait mindfulness baik sebagai
intervensi maupun trait. Penelitian tersebut dilakukan pada berbagai populasi seperti remaja,
orang tua, dewasa awal, dan sebagainya (Erpiana & Fourianalistyawati, 2018; Febriani,
Kumalasari, Triman, & Fourianalistyawati, 2019; Waty & Fourianalistyawati, 2018). Sebagian
diantaranya menggunakan FFMQ sebagai instrumen pengukuran trait mindfulness. Dari
berbagai penelitian tersebut, dilaporkan properti psikometri dari FFMQ yang digunakan,
namun hasilnya beragam dan belum menyatakan properti psikometri dan proses adaptasi
secara lengkap. Penelitian tersebut memberikan informasi mengenai reliabilitas dan korelasi
item-total, namun belum disertai dengan pembukitan validitas, serta metode yang digunakan
dalam melakukan adaptasi alat ukur secara keseluruhan (Dyah & Fourianalistyawati, 2018;
Erpiana & Fourianalistyawati, 2018; Fourianalistyawati, Listiyandini, & Fitriana, 2016).
Hingga saat ini belum ada publikasi ilmiah terkait properti psikometri dari FFMQ bahasa
Indonesia. Penelitian terbaru mengenai adaptasi FFMQ berbahasa Indonesia masih merupakan
rancangan kuesioner yang belum diuji cobakan (Mutiara & Suyasa, 2021). Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk melakukan adaptasi dan menganalisis properti psikometri dari
FFMQ berbahasa Indonesia sehingga dapat membantu mengembangkan penelitian terkait
mindfulness di Indonesia.
Metode
Prosedur Penelitian
berdasarkan jenis kelamin dan latar belakang pendidikan didasari oleh pertimbangan
mindfulness dan kosa kata yang digunakan pada FFMQ bahasa Indonesia dinilai belum
umum bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan pertimbangan tersebut, FFMQ berbahasa
Indonesia diharapkan dapat mengukur tingkat mindfulness tanpa ada bias jenis kelamin
maupun latar belakang pendidikan. Para partisipan diminta untuk mengisi kuesioner
secara daring, lalu kemudian peneliti menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan
pengisian kuesioner yang telah dilakukan. Untuk setiap item, partisipan diminta untuk
menjelaskan bagaimana pemahaman mereka terhadap item, proses yang terjadi hingga
akhirnya memilih jawaban yang telah dipilih, serta seberapa yakin mereka dalam
menjawab setiap item. Untuk instrumen secara keseluruhan, terdapat beberapa
pertanyaan yang diberikan, seperti (1) Dalam panduan maupun pernyataan yang
diberikan, apakah terdapat istilah yang sulit dipahami? (2) Adakah item yang dirasa sulit?
(3) Adakah kosa kata atau istilah yang belum pernah Anda dengar sebelumnya? (4) Jika
ada item yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dijawab: Tampaknya Anda
mengalami kesulitan pada item tersebut, boleh diceritakan?
Setelah mendapatkan hasil dari wawancara kognitif, proses adaptasi kemudian
dilanjutkan dengan tahap confirmation yang meliputi pemilihan sampel dan perencanaan
uji coba. Berikutnya adalah tahap administration berupa persiapan kuesioner dan
instruksi, serta administrasi pengujian. Tahap terakhir yang dilakukan adalah
documentation dengan melakukan pencatatan pada setiap perbaikan dan perubahan yang
dilakukan, sehingga menghasilkan instrumen tahap akhir yang akan diujicobakan.
Setelah mendapatkan hasil final dari adaptasi yang dilakukan, penelitian dilanjutkan
dengan melakukan survei daring untuk membuktikan properti psikometri dari FFMQ
bahasa Indonesia yang telah diadaptasi.
Instrumen
kadang, 4 = Sering, dan 5 = Sangat sering. FFMQ memiliki internal consistency yang
baik, dengan koefisien alpha berada pada rentang 0,75 sampai 0,91. FFMQ juga
menunjukkan bukti validitas internal structure menggunakan hasil analisis CFA dan
bukti validitas korelasi dengan variabel terkait seperti gejala-gejala psikologis,
kecerdasan emosional, serta keterbukaan terhadap pengalaman. Berdasarkan bukti-bukti
validitas tersebut, model instrument FFMQ dinyatakan fit dengan model lima aspek-
hierarkial (second-order) (Chi-square = 207,75; p < 0,001, RMSEA = 0,070, CFI = 0,93,
NNFI = 0,92) dan terbukti berkorelasi positif dengan faktor prediktif positif seperti
kecerdasan emosional dan keterbukaan terhadap pengalaman, dan berkorelasi negatif
terhadap gejala-gejala psikologis (Baer et al., 2006). Berdasarkan interkorelasi yang
dilakukan antar aspek, hasil yang didapatkan berkisar pada 0,32 sampai 0,56, yang
berarti setiap aspek berkorelasi satu sama lain, namun tetap mengukur hal yang berbeda
(Baer et al., 2008). Skoring FFMQ dilakukan dengan membalikkan koding pada items
negatif, kemudian menghitung skor rata-rata dari setiap aspek sehingga menghasilkan
profil mindfulness. Tidak direkomendasikan untuk menghitung atau mengolah data
dengan menggunakan skor total dari keseluruhan FFMQ (Danielson & Jones, 2018).
Analisis Data
Analisis data pengujian instrumen dilakukan dengan bantuan program Lisrel for
Windows 8.80 dan IBM SPSS Statistics 2020 (IBM Corp, 2011; Jöreskog, 2008).
Pelaporan informasi psikometris mencakup reliabilitas yang dihitung dengan uji
Cronbach’s α atau koefisien Alpha untuk melihat konsistensi internal, dan validitas
dibuktikan dengan bukti validitas berdasarkan test content, bukti validitas berdasarkan
response process, dan bukti validitas berdasarkan struktur internal (AERA, APA, &
NCME, 2014).
Hasil
Adaptasi Instrumen
Setelah melakukan studi literatur dan melakukan izin pada pembuat FFMQ di tahap
precondition, adaptasi dilanjutkan ke tahap test development. FFMQ berbahasa Inggris
yang telah ditranslasi dengan metode forward-backward dan melewati proses peer
review ditelaah kembali oleh ahli. Berdasarkan penelaahan tersebut, didapatkan komentar
dan saran untuk items yang telah ditranslasi ke Bahasa Indonesia berdasarkan
kesesuaiannya dengan konteks pada FFMQ asli. Pada tahap ini, dilibatkan tiga ahli yang
merupakan psikolog sekaligus akademisi psikologi. Berdasarkan jawaban dari setiap ahli,
didapatkan bahwa semua items hasil translasi yang diajukan termasuk kedalam kategori
relevan (Tabel 1). Dari jawaban tersebut, didapatkan hasil bahwa setiap item
mendapatkan skor I-CVI sebesar 1.00. Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Lynn
(1986) dalam (Polit & Beck, 2006). bahwa untuk penelitian dengan ahli yang berjumlah
kurang dari enam orang, maka setiap item harus memiliki nilai I-CVI sebesar 1.00.
Dengan kata lain, setiap ahli menyetujui bahwa setiap item yang diajukan telah relevan
dengan konstruk yang diukur (Polit & Beck, 2006). Pada tingkat skala, persetujuan
keseluruhan ahli terhadap setiap item menghasilkan nilai S-CVI/UA sebesar 1.00. Hal ini
telah memenuhi standar dimana skor yang dapat diterima untuk S-CVI/UA adalah 0.80
(Polit & Beck, 2006).
Des_2 4 4 4 1
Des_7 3 4 4 1
Des_27 3 3 4 1
Des_32 4 3 4 1
Des_37 3 3 4 1
Des_12R 3 3 4 1
Des_16R 3 4 4 1
Des_22R 3 3 4 1
Awa_5R 3 3 4 1
Awa_8R 3 3 4 1
Awa_13R 4 4 4 1
Awa_18R 4 3 1
Awa_23R 4 4 3 1
Awa_28R 4 4 4 1
Awa_34R 3 3 3 1
Awa_38R 3 3 3 1
NJud_3R 3 4 3 1
NJud_10R 4 4 4 1
NJud_14R 3 3 3 1
NJud_25R 3 3 3 1
NJud_30R 4 4 4 1
NJud_35R 3 4 4 1
NJud_39R 3 4 4 1
NonRe_4 3 3 4 1
NonRe_9 4 4 4 1
NonRe_19 3 4 3 1
NonRe_21 3 4 3 1
NonRe_24 4 4 4 1
NonRe_29 3 4 4 1
NonRe_33 4 3 4 1
S-CVI = 1
S2). Berdasarkan wawancara tersebut, terdapat 12 items yang kemudian diperbaiki dan
diujikan kembali pada empat dari sembilan partisipan tersebut (Tabel 2). Perbaikan yang
dilakukan terkait dengan beberapa kata yang ditemukan tidak lazim bagi masyarakat
umum, seperti penggunaan kata “sensasi” dan “alamiah.” Perbaikan juga dilakukan
terkait dengan kalimat-kalimat pada aspek describing yang pada hasil terjemahan awal
lebih banyak diinterpretasikan oleh partisipan sebagai kemampuan untuk menyampaikan
pikiran atau perasaan, dibanding dengan mendeskripsikan pikiran atau perasaan.
Reliabilitas
Validitas
Bukti validitas yang berikutnya adalah melalui internal structure. Pembuktian ini
dilakukan dengan melakukan uji confirmatory factor analysis (CFA) untuk menganalisis
kesesuaian item dalam instrumen terhadap konstruk yang diukur. CFA dilakukan dengan
metode estimasi parameter diagonally weighted least square dengan model second order.
Estimasi parameter diagonally weighted least square digunakan karena data bersifat
ordinal sehingga tidak dapat memenuhi asumsi normalitas multivariate (Mîndrilă, 2010).
Model uji dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Pada awal pengujian (Gambar 1), masing-masing aspek observing, describing, acting
with awareness, dan nonjudging inner experience terdiri dari 8 items; dan nonreactivity
to inner experience terdiri dari 7 items. Pada pengujian pertama, ditemukan bahwa model
CFA belum memenuhi kriteria fit indices dengan Chi-square/df = 2,74; p < 0,001,
RMSEA = 0,075 [CI 0,071, 0,079], SRMR = 0,11, CFI = 0,91, dan GFI = 0,89 (Bentler,
1990, 1995; Jöreskog & Sörbom, 1981; R. B. Kline, 1998; Steiger & Lind, 1980).
Berdasarkan hasil tersebut, berikutnya dilakukan modifikasi model berdasarkan
rekomendasi dari modification indices terhadap items yang berada pada aspek yang sama.
Selain itu, item 17 yang merupakan salah satu item dari aspek nonjudging tidak diikutkan
pada pengujian model karena memiliki factor loading yang signifikan namun sangat
rendah (0,24). Item 17 berada pada aspek nonjudging inner experience. Koefisien alpha
sebelum item 17 dihapus adalah 0,841. Setelah item 17 dihapus, koefisian alpha pada
aspek nonjudging inner experience menjadi 0,835. Setelah melakukan modifikasi model
dan menghapus item 17 (Gambar 2), didapatkan hasil fit indices meliputi Chi-square/df =
1,95; p < 0,001, RMSEA = 0,056 [CI 0,051, 0,060], CFI = 0,950, dan GFI = 0,91. Setiap
item memiliki factor loading yang signifikan dan memiliki nilai > 0,20. Dengan jumlah
sampel > 250 dan jumlah item > 30, fit indices tersebut telah memenuhi kriteria goodness
of fit (CFI ≥ 0,92, dan RMSEA < 0,7 dengan CFI ≥ 0,92, Chi-Square/df di bawah 2,0,
dan GFI ≥ 0,90) (Hair et al., 2019).
Tabel 4. Factor Loadings, Construct Reliability (CR), dan Average Variance Extracted (AVE)
Item Factor Loadings CR dan
Observating Descripting Act with Nonjudging Nonreactivity AVE
Awareness
Ob_1 0,55* CR=0,73
Ob_6 0,63* AVE=0,26
Ob_11 0,52*
Ob_15 0,47*
Ob_20 0,45*
Ob_26 0,54*
Ob_31 0,56*
Ob_36 0,30*
Des_2 0,78* CR=0,89
Des_7 0,71* AVE=0,53
Des_27 0,65*
Des_32 0,44*
Des_37 0,68*
Des_12R 0,89*
Des_16R 0,88*
Des_22R 0,70*
Awa_5R 0,80* CR=0,88
Awa_8R 0,81* AVE=0,48
Awa_13R 0,86*
Awa_18R 0,83*
Awa_23R 0,46*
Awa_28R 0,58*
Awa_34R 0,51*
Awa_38R 0,59*
Dari pengujian CFA yang dilakukan, ditemukan bahwa semua items yang dilibatkan
pada pengujian FFMQ versi akhir berkontribusi signifikan terhadap setiap aspeknya
maupun pada FFMQ secara keseluruhan (Tabel 4). Secara umum, nilai minimal dari
factor loading untuk menjadi bagian dari struktur adalah 0,3 (Hair et al., 2019). Dari
hasil pengujian CFA, terdapat dua item yang memiliki nilai factor loading di bawah 0,3
namun tetap dipertahankan, yaitu item NonRe_4 dan NonRe_21. Dengan
mempertimbangan pemenuhan syarat statistik dan keselarasan item dengan aspek
(conctent validity), maka kedua item tersebut dapat dipertahankan meskipun memiliki
factor loading yang kurang baik (Hair et al., 2019).
Construct reliability berada pada rentang 0,67 – 0,89. Hasil tersebut berada pada
rentang yang dapat diterima (≥0,60) (Hair et al., 2019). Hampir seluruh AVE kecuali
pada aspek Description memiliki nilai < 0,50, di bawah rekomendasi dalam CFA (Hair et
al., 2019). Korelasi antar seluruh aspek FFMQ termasuk dalam kategori signifikan,
kecuali antara aspek observation dengan act with awareness dan antara nonjudging inner
experience dengan nonreactivity to inner experience. Korelasi antar masing-masing
aspek berada pada rentang 0,123 – 0,462 (Tabel 5).
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi FFMQ berbahasa Indonesia yang dapat
digunakan pada populasi orang dewasa secara umum. FFMQ berbahasa Indonesia telah
terbukti sebagai instrumen yang memiliki konsistensi internal (reliabel) serta terbukti
mengukur aspek-aspek dari trait mindfulness (valid). FFMQ bahasa Indonesia memiliki
konsistensi internal yang cukup (Taber, 2018). Pada umumnya, batas minimal dari koefisien
alpha adalah 0,70. Namun, koefisien alpha sebesar 0,60 juga termasuk ke dalam batas yang
dapat diterima pada penelitian yang bersifat eksploratif yang belum pernah dilakukan
sebelumnya (Hair et al., 2019). Selain itu, nilai construct reliability (CR) dari setiap aspek
FFMQ > 0,60, yang berarti bahwa setiap pengukuran secara konsisten merepresentasikan
konstruk laten yang sama. CR merupakan reliabilitas internal pada konstruk yang
mempertimbangkan bobot dari setiap item. Hal ini membuat CR dapat melengkapi
keterbatasan dari koefisien alpha dalam menunjukkan angka reliabilitas (Hair et al., 2019). CR
pada setiap aspek bernilai > 0,60 dan lebih tinggi dari koefisien alpha dari setiap aspek. Hal ini
dapat berarti aspek observation, description, acting with awareness, dan non-judging to inner
experience pada FFMQ memiliki konsistensi internal yang memuaskan, sementara aspek non-
reactivity to inner experience memiliki konsistensi internal yang dapat diterima.
Koefisien alpha yang dihasilkan pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
koefisien alpha pada FFMQ bahasa Inggris. Pada penelitian tersebut, koefisien alpha pada
setiap aspek FFMQ berada pada rentang 0.75 – 0.91 (Baer et al., 2006). Namun, hasil ini
serupa dengan hasil koefisien alpha pada FFMQ yang diadaptasi ke bahasa Cina dan bahasa
India (Deng et al., 2011; Mandal et al., 2016). Konsisten dengan penelitian-penelitan
sebelumnya, nonreactivity memiliki reliabilitas paling rendah dibandingkan dengan aspek-
aspek FFMQ yang lain (Baer et al., 2006; Deng et al., 2011; Mandal et al., 2016; Radon,
2014). Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, koefisien alpha dari aspek-aspek
mindfulness dalam FFMQ cenderung sensitif terhadap pengalaman meditasi dari partisipan
penelitian. Dalam pengujian reliabilitas FFMQ yang dilakukan pada sampel umum yang tidak
melibatkan pengalaman meditasi, atau tingkat pengalaman meditasi yang rendah dari
partisipannya,, koefisien alpha dari aspek-aspek mindfulness cenderung rendah, mulai dari
kisaran 0.60. Namun, pengujian FFMQ pada partisipan dengan tingkat pengalaman meditasi
atau terapi yang berkaitan dengan mindfulness yang lebih tinggi, menghasilkan koefisien alpha
yang lebih tinggi hingga mencapai lebih dari 0,90. Berdasarkan hal tersebut, nilai reliabilitas
dari koefisien alpha yang berada sedikit di bawah 0.70 masih dapat diterima, dalam pengujian
yang tidak mengontrol tingkat pengalaman meditasi dari partisipannya (Radon, 2014).
Rendahnya koefisien alpha pada aspek-aspek mindfulness, terutama nonreactivity disebabkan
adanya perbedaan konseptualisasi mindfulness barat dengan mindfulness timur (Deng et al.,
2011). Jika dikaitkan dengan hasil wawancara kognitif, istilah atau bahasa yang digunakan
terkait konsep-konsep mindfulness tampaknya belum cukup umum di Indonesia. Hal ini dapat
menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsistensi internal dari FFMQ.
Bukti validitas yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tipe, yaitu bukti
berdasarkan test content, bukti berdasarkan response process, dan bukti berdasarkan internal
structure (AERA et al., 2014). Pertama, bukti validitas berdasarkan test content dilakukan
dengan meminta penelaahan ahli dan dikuantifikasikan dengan metode Content Validity Index
pada tingkat item (I-CVI) dan pada tingkat skala (S-CVI) (Polit & Beck, 2006). Berdasarkan
proses tersebut, didapatkan bahwa secara keseluruhan, setiap item telah sesuai dengan
konstruk dan memiliki keselarasan dengan FFMQ asli. Kedua, bukti validitas response
process dilakukan dengan metode wawancara kognitif. Berdasarkan wawancara tersebut,
setelah dilakukan perbaikan, telah dibuktikan bahwa items dalam FFMQ bahasa Indonesia
telah direspon dengan cara yang sama dengan konstruk mindfulness yang digunakan dalam
FFMQ asli. Meskipun terdapat 1-2 partisipan yang membutuhkan waktu lebih lama untuk
memahami beberapa istilah terutama dalam aspek nonreactivity, seperti “terlarut”, “mundur
sementara,” dan “berhenti sejenak,” setiap partisipan telah menunjukkan pemahaman
terhadap items FFMQ. Ketiga, bukti validitas berdasarkan internal structure dilakukan dengan
melakukan uji confirmatory factor analysis pada data hasil uji coba instrumen. Hasil dari
pengujian menunjukkan bahwa model yang diajukan dalam uji coba ini telah sesuai dengan
data uji coba yang didapat. Hasil fit indices dari pengujian CFA berada pada angka yang dapat
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item memiliki kontribusi dalam mengukur
masing-masing aspek, dan setiap aspek dalam FFMQ berkontribusi terhadap FFMQ secara
keseluruhan. Hasil korelasi antar aspek dari FFMQ menunjukkan adanya korelasi pada tingkat
rendah hingga menengah. Hasil yang ditunjukkan dalam penelitian ini serupa dengan hasil
dari pengujian yang dilakukan pada FFMQ asli, yaitu dalam rentang 0,123 – 0,426 (Tabel 5).
Hal ini menunjukkan bahwa aspek-aspek pada FFMQ bahasa Indonesia memiliki korelasi
namun masih mengukur hal yang berbeda antar aspeknya (Baer et al., 2006).
Dalam pengujian model, factor loadings dengan nilai ≥ 0,30 termasuk dalam kategori
minimal untuk dapat diinterpretasikan sebagai bagian dari struktur (Hair et al., 2019). Pada
pengujian penelitian ini, items yang memiliki factor loading < 0,30 masih dipertahankan. Hal
ini dilakukan pada item 4 dan 21 pada aspek nonreactivity. Item-item tersebut dipertahankan
dengan mempertimbangkan penurunan reliabilitas dari aspek nonreactivity dari FFMQ jika
items tersebut dihapus. Selain itu, items tersebut dipertahankan dengan pertimbangan relevansi
item dengan teori berdasarkan content validity. Items yang memiliki factor loading yang
kurang baik dapat dipertahankan untuk memenuhi persyaratan statistik, maupun pertimbangan
face / content validity (Hair et al., 2019). Secara keseluruhan, rata-rata dari factor loading
secara keseluruhan adalah 0,54. Hal ini cukup baik jika dibandingkan dengan penelitian-
penelitian sebelumnya, yang berada pada rentang 0,31-0,92 (Barros et al., 2014). Pada
pengujian CFA yang dilakukan oleh Baer et al., (2006) dan Deng et al., (2011) sebagai bukti
validasi berdasarkan struktur internal dilakukan dengan melakukan penggabungan skor pada
2-3 item di setiap aspek. Hal ini dilakukan untuk mencapai reliabilitas yang lebih baik serta
mencapai hasil yang lebih baik pada pengujian model (Baer et al., 2006). Sementara, pada
penelitian ini, pengujian CFA dilakukan dengan menggunakan item individual. Meskipun
begitu, hasil pengujian CFA dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria goodness of fit dari
model yang digunakan. Selain itu, pada berbagai penelitian sebelumnya ditemukan bahwa
aspek observing tidak memiliki kontribusi pada FFMQ secara keseluruhan pada sampel yang
tidak memperhatikan rutinitas meditasi (Baer et al., 2006; Mandal et al., 2016; Radon, 2014).
Namun, dalam penelitian ini, meskipun tidak mempertimbangkan rutinitas meditasi pada
sampelnya, ditemukan bahwa aspek observing memiliki kontribusi positif terhadap FFMQ
secara keseluruhan. Hasil ini sejalan dengan adaptasi FFMQ bahasa Persia. Kelima aspek dari
FFMQ berkontribusi secara positif pada FFMQ secara keseluruhan (Sajjadian, 2016). Hal ini
dapat terjadi karena perbedaan metode estimasi yang digunakan dalam melakukan uji CFA.
Pada penelitian-penelitian sebelumnya, digunakan parsel dan metode estimasi maximum
likelihood. Sementara pada penelitian ini, digunakan diagonally weighted least square (DWLS)
dengan pertimbangan data FFMQ bersifat ordinal, meskipun berbeda dengan yang dilakukan
pada penelitian FFMQ yang asli. Meskipun tidak menggunakan parsel, metode estimasi
(DWLS) dapat meningkatkan hasil uji sehingga memenuhi kriteria goodness of fit.
Adaptasi FFMQ pada berbagai bahasa menghasilkan model yang beragam. Penggunaan
model yang berbeda-beda dalam membuktikan validitas alat ukur FFMQ merupakan salah
satu keterbatasan FFMQ saat ini. Budaya pada negara tempat alat ukur FFMQ diadaptasi
berperan penting dalam pembuktian model FFMQ. Faktor yang dapat mempengaruhi adalah
individualisme-kolektivisme, serta thightness-looseness. Individualisme-kolektivisme merujuk
pada tingkat keterikatan individu dengan kelompok sosial di sekitarnya. Sementara,
thightness-looseness berkaitan dengan kecenderungan sosial untuk menilai dan menghukum
hal-hal yang berbeda dari norma budaya. Kedua faktor tersebut terbukti secara signifikan
mempengaruhi model FFMQ, yang berawal dari teori mindfulness barat. Budaya Asia yang
lebih cenderung ke arah kolektivisme dan thightness dapat mempengaruhi perbedaan model
FFMQ yang lebih fit (Karl et al., 2020). Perbedaan budaya juga dapat menjadi faktor yang
membuat model yang fit pada penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu,
terutama penelitian yang dilakukan di negara-negara barat.
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama, seluruh pengambilan data
dilakukan secara daring. Hal ini dapat menimbulkan bias karena hanya individu yang terpapar
secara daring dan menggunakan media sosial yang terjaring dalam penelitian ini. Hal ini sudah
berusaha untuk diantisipasi dengan menyebarkan ke berbagai jenis media sosial, namun
tampaknya belum dapat menjangkau masyarakat secara keseluruhan. Kedua, masih terdapat
beberapa keterbarasan dalam properti psikometri yang dilaporkan. Nilai AVE pada setiap
dimensi masih di bawah 0.50. Hal ini berarti masih banyak error yang ikut terukur dalam
FFMQ bahasa Indonesia. Selain itu, meskipun menunjukkan hasil yang dapat diterima,
terdapat beberapa aspek yang dapat ditingkatkan, seperti reliabilitasi pada aspek observing dan
nonreactivity to inner experience, serta loading factor pada dua item yang masih bernilai di
bawah 0,3. Ketiga, tidak seperti penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini tidak dilakukan
pengujian validitas maupun reliabilitas berdasarkan populasi yang rutin bermeditasi. Dalam
penelitian, partisipan diberi pertanyaan mengenai rutinitas meditasi yang mereka lakukan,
namun jumlah partisipan yang secara rutin melakukan meditasi hanya 22 orang (7,12%).
Jumlah ini tidak dapat merepresentasikan sampel yang melakukan meditasi, sehingga pada
akhirnya data diolah secara keseluruhan tanpa mempertimbangkan rutinitas meditasi.
Penelitian ini juga belum melibatkan berbagai faktor lain dalam pengukuran mindfulness
seperti pengetahuan terhadap mindfulness, kondisi sosial-ekonomi tertentu, serta kondisi klinis
yang dapat menyertai.
Simpulan
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa FFMQ bahasa Indonesia, merupakan instrumen
yang layak digunakan dalam mengukur mindfulness pada individu dewasa secara umum.
Publikasi mengenai reliabilitas dan bukti validitas FFMQ bahasa Indonesia dapat menjadi
kontribusi dalam pengembangan FFMQ secara keseluruhan, serta dalam pengembangan
penelitian mindfulness di Indonesia. Meskipun begitu, dapat dilakukan pengembangan
instrumen lebih lanjut dengan memperhatikan dan mengontrol berbagai faktor yang dapat
berpengaruh pada model FFMQ, seperti rutinitas dalam melakukan meditasi, atau populasi
dengan kondisi klinis tertentu. Selain itu, dapat ditambahkan pula bukti validitas yang belum
dilakukan dalam penelitian ini, seperti bukti validitas berdasarkan korelasi dengan variabel
terkait seperti kecerdasan emosional atau self-compassion sebagai variabel yang diprediksi
memiliki korelasi positif, atau gejala psikologis, supresi pemikiran, kesulitan dalam
meregulasi emosi, dan disosiasi sebagai variabel yang diprediksi memiliki korelasi negatif
dengan aspek-aspek mindfulness (Baer et al., 2006). Adaptasi dari instrumen FFMQ bahasa
Indonesia juga dapat menjadi langkah dalam pengembangan treatement berbasis mindfulness
sebagai indikator untuk melihat keberhasilan capaian dari treatment yang diberikan.
Referensi
AERA, APA, & NCME. (2014). Standards for Educational and Psychological Testing.
Washington, DC: American Educational Research Association, American Psychological
Association, National Council on Measurement in Education.
Baer, R. A., Smith, G. T., & Allen, K. B. (2004). Assessment of mindfulness by self-report:
The Kentucky inventory of mindfulness skills. Assessment, 11(3), 191–206.
https://doi.org/10.1177/1073191104268029
Baer, R. A., Smith, G. T., Hopkins, J., Krietemeyer, J., & Toney, L. (2006). Using self-report
assessment methods to explore facets of mindfulness. Assessment, 13(1), 27–45.
https://doi.org/10.1177/1073191105283504
Baer, R. A., Smith, G. T., Lykins, E., Button, D., Krietemeyer, J., Sauer, S., … Williams, J. M.
G. (2008). Construct validity of the five facet mindfulness questionnaire in meditating
and nonmeditating samples. Assessment, 15(3), 329–342.
https://doi.org/10.1177/1073191107313003
Barros, V. V, Kozasa, E. H., Souza, I. C. W., & Ronzani, T. M. (2014). Validity Evidence of
the Brazilian Version of the Five Facet Mindfulness ( FFMQ-BR ). Psicologia: Teoria e
Pesquisa, 30(3), 317–327.
Bentler, P. M. (1990). Comparative fit indexes in structural models. Psychological bulletin,
107(2), 238.
Bentler, P. M. (1995). EQS structural equations program manual. CA: Multivariate Software.
Brown, K. W., Creswell, J. D., & Ryan, R. M. (2015). Introduction The Evolution of
Mindfulness Science. In K. W. Brown, J. D. Creswell, & R. M. Ryan (Ed.), Handbook
of Mindfulness Theory, Research, and Practice (hal. 1–8). New York: The Guilford
Press.
Brown, K. W., & Ryan, R. M. (2003). The Benefits of Being Present: Mindfulness and Its
Role in Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 84(4),
822–848. https://doi.org/10.1037/0022-3514.84.4.822
Buchheld, N., Grossman, P., & Walach, H. (2001). Measuring mindfulness in insight
meditation (vipassana) and meditation-based psychotherapy: the development of the
Freiburg Mindfulness Inventory (FMI). Journal for Meditation and Meditation Research,
1, 11–34.
Chadwick, P., Hember, M., Symes, J., Peters, E., Kuipers, E., & Dagnan, D. (2008).
Responding mindfully to unpleasant thoughts and images: Reliability and validity of the
Southampton mindfulness questionnaire (SMQ). British Journal of Clinical Psychology,
47(4), 451–455. https://doi.org/10.1348/014466508X314891
Coffey, K. A., & Hartman, M. (2008). Mechanisms of action in the inverse relationship
between mindfulness and psychological distress. Complementary health practice review,
13(2)(2003), 79–91.
Commission, I. T. (2017). ITC Guidelines for Translating and Adapting Tests (Second
Edition). Diambil dari www.InTestCom.org
Corp, I. (2011). IBM SPSS Statistics for Windows, Version 20.0. Armonk, NY: IBM Corp.
Danielson, C. M., & Jones, S. M. (2018). Five Facet Mindfulness Questionnaire ( FFMQ )
(Baer, Smith, Hopkins, Krietemeyer, & Toney, 2006). In D. L. Worthington & G. D.
Bodie (Ed.), The Sourcebook of Listening Research: Methodology and Measures (hal.
281–289). John Wiley & Sons, Inc. https://doi.org/10.1002/9781119102991.ch26
Deng, Y. Q., Liu, X. H., Rodriguez, M. A., & Xia, C. Y. (2011). The Five Facet Mindfulness
Questionnaire: Psychometric Properties of the Chinese Version. Mindfulness, 2(2), 123–
128. https://doi.org/10.1007/s12671-011-0050-9
Dyah, A. S. P., & Fourianalistyawati, E. (2018). Peran Trait Mindfulness Terhadap
Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia. Jurnal Psikologi Ulayat, 5(1), 109.
https://doi.org/10.24854/jpu12018-115
Erpiana, A., & Fourianalistyawati, E. (2018). Peran Trait Mindfulness terhadap Psychological
Well-Being pada Dewasa Awal. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(1), 67–82.
https://doi.org/10.15575/psy.v5i1.1774
Febriani, Z., Kumalasari, D., Triman, A., & Fourianalistyawati, E. (2019). PELATIHAN
MINDFUL PARENTING BAGI IBU DENGAN BALITA DI CEMPAKA PUTIH.
Jurnal ABDIMAS Unmer Malang, 4(1), 7–12.
Feldman, G., Hayes, A., Kumar, S., & Laurenceau, J. G. J. (2007). Mindfulness and Emotion
Regulation : The Development and Initial Validation of the Cognitive and Affective
Mindfulness Scale-Revised ( CAMS-R ). 177–190. https://doi.org/10.1007/s10862-006-
9035-8
Fourianalistyawati, E., Listiyandini, R. A., & Fitriana, T. S. (2016). Hubungan Mindfulness
dan Kualitas Hidup Orang Dewasa. Well-being and Resilience Research Group, 1(July
2017), 1–12.
Giovannini, C., Giromini, L., Bonalume, L., Tagini, A., Lang, M., & Amadei, G. (2014). The
Italian five facet mindfulness questionnaire: A contribution to its validity and reliability.
Journal of Psychopathology and Behavioral Assessment, 36(3), 415–423.
https://doi.org/10.1007/s10862-013-9403-0
Gu, J., Karl, A., Baer, R. A., Strauss, C., Barnhofer, T., & Crane, C. (2020). Latent Profile
Analysis of the Five Facet Mindfulness Questionnaire in a Sample With a History of