Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pesan merupakan salah satu unsur penting dalam komunikasi.
Pesan komunikasi dikemas melalui bahasa, verbal maupun nonverbal.
Setiap bahasa memiliki kemampuan yang berbeda dalam menunjukkan
realitas, pada akhirnya ia juga mempengaruhi cara orang memandang
realitas.
Secara sederhana, dalam proses komunikasi, apa yang
dipertukarkan oleh komunikator dan komunikan adalah pesan. Pesan
berada diposisi penting dalam proses komunikasi. Jika tidak ada pesan,
maka tidak ada proses komunikasi yang diwujudkan.
Menurut hermeneutika, pesan akan dipahami maknanya
berdasarkan bahasa pemahaman penerima, tidak melulu tergantung pada
apa yang dimaksudkan sumber pesan. Pesan bisa dianalisis maknanya
ketingkat yang mendalam. Hermeneutika menyediakan seni dan metode
untuk menginterpretasikan suatu pesan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bahasa itu?
2. Apa yang dimaksud interpretasi bahasa?
3. Apa yang dimaksud hermeneutika?
4. Bagaimana hermeneutika Islam?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi bahasa.
2. Memahami interpretasi bahasa.
3. Mengetahui tentang hermeneutika.
4. Mengetahui tentang hermeneutika Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bahasa
Ada dua cara pendefinisian bahasa, yaitu fungsional dan formal.
Definisi bahasa yang fungsional adalah melihat bahasa dari segi fungsinya
sehingga definisi bahasa dalam hal ini berarti alat yang dimiliki bersama
untuk mengungkapkan gagasan. Definisi bahasa yang formal adalah
melihat bahasa dari proses pembentukannya sehingga dalam hal ini semua
kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut aturan tatabahasa.
Definsi bahasa yang pertama, dalam penegasan pada kata dimiliki
bersama diperlukan perhatian yang cermat. Mengapa? Karena bahasa akan
menjadi bermakna bila ia disepakati oleh suatu komunitas tertentu yang
menggunakannya. Dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan
kesepakatan sosial suatu komunitas. Dalam bahasa tidak ada aturan yang
mengatur bagaimana bahasa itu terbentuk, artinya bahasa bersifat arbitrer
atau semaunya.
Definisi yang kedua, bahasa memiliki aturan yang harus dipatuhi
oleh para pemakainya, yaitu gramatika (tatabahasa). Secara sederhana,
dalam penggunaan bahasa yang pertama harus tunduk pada masyarakat,
sedangkan definisi bahasa yang kedua masyarakat yang harus tunduk pada
aturan bahasa.

B. Interpretasi Bahasa
Interpretasi memiliki tiga macam pemahaman yaitu pengubahan
yang dalam ilmu matematika memiliki makna mengubah soal kata ke
dalam simbol dan sebaliknya. Pemberian arti interpretasi adalah
kemampuan memaknai masalah yang diberikan atau mengubah informasi
dari masalah dalam bentuk cara lain. Secara harfiah interpretasi adalah
kemampuan menafsirkan atau kemampuan memahami ide yang telah
diubah dalam bentuk lain. Interpretasi dapat merujuk pada proses
penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya.

2
Dalam KBBI, interpretasi adalah pemberian kesan, tafsiran,
pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu.
Kajian sastra, apapun bentuknya, berkaitan dengan interpretasi atau
penafsiran. Kegiatan apresiasi sastra dan kritik sastra pada awal dan
akhirnya berkaitan dengan karya sastra yang harus diinterpretasi dan
dimaknai. Semua kegiatan kajian sastra dalam prosesnya akan melibatkan
peran konsep hermeneutika.
Interpretasi dan pemaknaan tidak diarahkan pada suatu proses yang
hanya menyentuh permukaan karya sastra, tetapi mampu menembus
kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Maka, interpreter atau si
penafsir mesti memiliki wawasan bahasa, sastra, dan budaya yang cukup
luas dan mendalam.
Berhasil tidaknya interpreter mencapai taraf interpretasi yang
optimal, sangat bergantung pada kecermatan dan ketajaman interpreter itu
sendiri. Dalam hal ini juga dibutuhkan metode pemahaman yang memadai,
yang mendukung dan merupakan satu syarat yang harus dimiliki
interpreter.

C. Hermeneutika
Hermeneutika merupakan bagian ilmu filsafat yang sejak
permulaannya di zaman klasik dianggap bertujuan untuk menerangkan
atau menerjemahkan berita atau teks lama atau yang berasal dari
kebudayaan lain. Dapat disimpulkan hermeneutika adalah cara memahami
teks.
Secara etimologis hermeneutika berasal dari kata hermeneuin
(bahasa Yunani) yang berarti seni menerangkan makna. Hermeneutika
sering dikaitkan dengan nama Hermes, nama seorang tokoh dalam
mitologi Yunani. Ia adalah seorang pesuruh dewa-dewa untuk
menyampaikan pesan-pesannya kepada manusia di bumi.
Hermeneutika memiliki tiga pengertian penting, yaitu:
1. Hermeneutika berarti mengalihkan makna yang dikandung dalam
konteks yang agak tertutup, tidak dikenal, sulit dipahami. Konteksnya

3
adalah kebahasaan, jadi secara sederhana hermeneutika berarti
menafsirkan ke dalam suatu bahasa yang dapat dipahami orang.
2. Hermeneutika berkaitan dengan hakikat makna yang ingin dipahami.
Makna tulisan atau berita hanya bisa dipahami sebagian saja, namun
melalui hermeneutika, makna hakiki yang lebih mendalam akan dapat
dipahami. Disini hermeneutika berarti analisis terhadap makna suatu
tulisan.
3. Berangkat dari asumsi bahwa suatu tulisan hanya dapat dipahami
dengan satu cara saja. Berlaku untuk tulisan atau berita spesifik saja,
seperti pesan dewa, dokumen-dokumen politik, yang dibuat untuk
tujuan tertentu saja.
Di zaman pertengahan hermeneutika digunakan untuk mempelajari
kembali kebudayaan Yunani yang sangat berbeda dengan peradaban Eropa
pada masa itu. Pada zaman ini, hermeneutika dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Para ahli yang cenderung menggunakan hermeneutika untuk
mengungkapkan makna murni yang terkandung dalam tulisan zaman
klasik. Bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dan
menyeluruh tentang kebudayaan klasik. Hal ini disebut hermeneutika
ilmiah.
2. Para ahli yang lebih cenderung untuk menangkap makna-makna yang
tertangkap dari tulisan-tulisan pada masa klasik untuk digunakan dalam
memecahkan masalah sosial pragmatis yang dohadapi pada masa itu.
Hal ini dinamakan dengan pendekatan normatif atau dogmatis.
Pada zaman pencerahan hermeneutika adalah cabang ilmu filsafat
yang khusus mempelajari pengalaman pikiran manusia. Dalam hal ini,
hermeneutika digunakan secara spesifik, yaitu seni membaca dan
memahami teks atau tulisan dalam konteks sejarah dimana terjadi.
Seiring dengan berkembangnya zaman, hermeneutika menjadi
bersifat umum dan abstrak, dan batas-batas jangkauannya menjadi lebih
luas. Meluasnya hermeneutika tidak hanya sekedar ilmu kemanusiaan lagi,
tapi ia telah menjadi dasar dari semua ilmu pengetahuan karena semua ilmu
apapun tidak akan lepas dari masalah penafsiran.

4
Secara umum, interpretasi adalah mengartikan dan menafsirkan.
Interpretasi adalah konsep yang dipakai dalam dua arti. Pertama adalah
tindakan (memberikan interpretasi) dan kedua adalah hasil interpretasi
(penguraian, penjelasan yang diberikan).
Interpretasi dalam arti tindakan dapat dibedakan lebih lanjut
kedalam dua macam, yaitu interpretasi sehari-hari: sebagai upaya
memahami orang lain tentang pemberian makna pada kelakuan sendiri dan
kejadian atau gejala dalam lingkungannya; dan interpretasi ilmiah: sebagai
penentuan makna atau arti yang terkandung dalam data yang dikumpulkan
dengan metode ilmiah.

D. Hermeneutika Islam
Kitab suci Al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam merupakan
mukjizat yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai
pedoman umat Islam sepanjang hayat. Al-Qur’an tidak hanya dibaca
meskipun bernilai ibadah, akan tetapi lebih dari itu, bagaimana
mengimplementasikan isi kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-
hari.
Kehadiran hermeneutika tidak terlepas dari pertumbuhan dan
kemajuan pemikiran tentang bahasa dalam wacana filsafat dan keilmuan
lainnya. Dahulu hermeneutika hanya digunakan oleh mereka yang
berhubungan erat dengan kitab suci injil dalam menafsirkan kehendak
Tuhan kepada manusia. Ilmu ini dikenal dengan tafsir kitab suci, ia
berkembang pesat dalam berbagai disiplin keilmuan yang luas. Kajian
yang sama juga dilakukan pada teks-teks klasik Yunani dan Romawi.
Kajian hermeneutika ini marak pada abad 20, dimana kajian ini
semakin berkembang. Ilmu ini tidak hanya mencakup bidang kajian kitab
suci (teks keagamaan) dan teks-teks klasik belaka, melainkan berkembang
jauh pada ilmu-ilmu lain seperti sejarah, hukum, filsafat, kesustraan, dan
lain sebagainya.
Hermeneutik adalah teori tentang bekerjanya pemahaman dalam
menafsirkan teks. Hermeneutik mencakup dua fokus, yaitu peristiwa

5
pemahaman terhadap teks dan persoalan yang lebih mengarah mengenai
pemahaman interpretasi itu. Oleh karena itu dalam kajian Islam ilmu ini
juga dipelajari untuk menambah khazanah keilmuan dan dapat
memberikan pengetahuan baru terhadap bagaimana memahami teks serta
penafsiran terhadap teks yang akan diteliti.
Kesimpulannya, hermeneutika tidak hanya berkembang di dunia
barat. Ia meluas dan menembus sekat-sekat agama dan budaya. Islam yang
selama ini memiliki cara penafsiran tersendiri, yang disebut ilmu tafsir,
juga ditembus hermeneutika. Beberapa pakar modern melihat signifikansi
hermeneutika, khususnya untuk memahami Al-Qur’an. Dari mereka ada
yang menilai bahwa ilmu tafsir yang dijadikan acuan dalam memahami
Al-Qur’an memiliki keterbatasan.
Adanya keterbatasan ini ditambahkan lagi dengan mengaitkan fakta
bahwa mereka dibatasi dengan segenap aturan normatif, aturan yang
dihubungkan dengan pelanggaran terhadap hukum Tuhan. Seorang peneliti
harus memenuhi syarat, yaitu berakidah yang benar, berakhlak mulia,
bersifat ikhlas, berhati jujur, dan sebagainya. Bila syarat tersebut tidak
dipenuhi maka ide penafsirannya tidak diakui.
Menurut pemikir kontemporer jika dibiarkan terus menerus, maka
umat Islam tidak akan mampu menembus lautan makna yang
dibentangkannya dibalik ayat-ayat Al-Qur’an. Jika metode tafsir selama
ini menempatkan teks sebagai satu-satunya area kajian, maka sudah
saatnya segala unsur empiris-psikologis-kultural yang terlibat dalam
pembentukan teks itu di eksplorasi. Faktor inilah yang ditemukan dalam
pembahasan hermeneutika. Maka, hermeneutika menjadi alternatif baru
dalam upaya rekonstruksi keilmuan tafsir.
Dalam Islam hermeneutika pertama-tama diperkenaalkan oleh
Hassan Hanafi dalam karyanya yang berjudul Les methods d’exeges. Essai
sur la Science des Fordements de la Comprehension, ‘Ilm Ushul al-Fiqh
(1965), sekalipun tradisi hermeneutik telah dikenal luas diberbagai ilmu-
ilmu Islam tradisional, terutama tradisi ushul al-fiqh dan tafsir al-Qur’an.

6
Satu hal yang menunjol dari Hermeneutik Hasan Hanafi dalam
pemikirannya secara umum adalah muatan idiologisnya yang syarat-syarat
dan maksudnya sangat praksis. Tipikal pemikiran revolusioner semacam
ini, justru sangat berbeda dengan meinstream umat Islam yang masih
terkungkung oleh lembaga-lembaga tradisionalisme dan ortodoksi.
Hermeneutik, sebagaimana disebut di atas, pada dasarnya
merupakan suatu metode penafsiran yang berangkat dari analisis bahasa
dan kemudian melangkah keanalisis konteks, untuk kemudian “menarik”
makna yang didapat ke dalam ruang dan waktu saat proses pemahaman
dan penafsiran tersebut dilakukan.
Jika pendekatan hermeneutika ini dipertemukan dengan kajian al-
Qur’an, maka persoalan dan tema pokok yang dihadapi adalah bagaiman
teks al-Qur’an hadir di tengah masyarakat, lalu dipahami, ditafsirkan,
diterjemahkan, dan didialogkan dengan dinamika realitas historisnya.
Lebih jauh merumuskan metode tersebut, Fahrudin Faiz
menyatakan, ketika asumsi-asumsi hermeneutika diaplikasikan pada
Ulumul al-Qur’an, ada tiga variabel yang harus diperhatikan, yaitu teks,
konteks, dan kontekstualisasi.
Tentang teks, sudah jelas ulumul al-Qur’an telah membahasanya
secara detail, misalnya dalam sejarah pembukuan mushaf al-Qur’an
dengan metode riwayat. Tentang konteks, ada kajian asbabul nuzul, nasikh
mansukh, makki-madani yang katanya menunjukkan perhatian terhadap
aspek “konteks” dalam penafsiran al-Qur’an.
Tapi, faiz menyatakan bahwa kesadaran konteks hanya membawa
ke masa lalu. Maka kata dia, harus ditambah variabel kontekstualisasi,
yaitu menumbuhkan kesadaran akan kekinian dan segala logika serta
kondisi yang berkembang didalamnya. Variabel kontekstualisasi ini adalah
perangkat metodologis agar teks yang berasal dari masa lalu dapat
dipahami dan bermanfaat bagi masa sekarang.
Dalam hal ini dapat dicontohkan tentang hukum potong tangan
dalam al-Qur’an. Meski secara tegas dalam al-Qur’an tertulis kewajiban

7
hukum potong tangan bagi pencuri, namun hal tersebut dapat dipahami
secara berbeda.
Dalam kacamata hermeneutik, pesan yang tidak terkatakan adalah
adanya keadilan dalam pemenuhan hak dan kewajiban. Hak untuk
memiliki suatu benda tidak boleh dicapai dengan cara-cara yang
mengesampingkan aturan-aturan yang ada. Pada masa teks tersebut turun,
keadaan sosial masyarakat Arab ketika itu memang meniscayakan adanya
hukum potong tangan.
Suatu konstruk budaya Arab ketika itu memang menghendaki
adanya hukum potong tangan bagi pencuri. Namun, karena kondisi sosial
budaya masyarakat yang tidak sama, maka substansi dari hukum potong
tangan lebih dikedepankan. Di Indonesia, hukum potong tangan diganti
dengan hukum penjara, suatu upaya yang secara substantiv sama dalam
mencegah pengulangan kejahatan yang sama.

8
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Ada dua cara pendefinisian bahasa, yaitu fungsional dan formal.
Definisi bahasa yang fungsional adalah melihat bahasa dari segi fungsinya
sehingga definisi bahasa dalam hal ini berarti alat yang dimiliki bersama
untuk mengungkapkan gagasan. Definisi bahasa yang formal adalah
melihat bahasa dari proses pembentukannya sehingga dalam hal ini semua
kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut aturan tatabahasa.
Secara harfiah interpretasi adalah kemampuan menafsirkan atau
kemampuan memahami ide yang telah diubah dalam bentuk lain.
Interpretasi dapat merujuk pada proses penafsiran yang sedang
berlangsung atau hasilnya.
Dalam KBBI, interpretasi adalah pemberian kesan, tafsiran,
pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu.
Hermeneutika merupakan bagian ilmu filsafat yang sejak
permulaannya di zaman klasik dianggap bertujuan untuk menerangkan
atau menerjemahkan berita atau teks lama atau yang berasal dari
kebudayaan lain. Dapat disimpulkan hermeneutika adalah cara memahami
teks.
Hermeneutik yang berarti “menafsirkan” digunakan para
agamawan dengan menyuguhkan makna dalam teks klasik kemudian
berkembang dalam bidang yang lain seperti sastra, hukum dan filsafat.
Penelitian dan kajian ini sudah berlangsung lama yang di digunakan oleh
negara barat (kaum sekuler).

B. Saran
Tentunya tulisan yang sudah kami buat masih memiliki banyak
kekurangan terkait materi yang belum bisa memahamkan. Maka dari itu
kritik dan saran menjadi bagian terpenting dalam tulisan kami. Untuk
mengetahui lebih banyak lagi, sebagai mahasiswa pun sebaiknya

9
meningkatkan kembali tingkat baca dari berbagai macam judul yang
berkaitan dengan materi yang kami sampaikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Farida, Elok Noor dan Kusrini. 2013. Studi Islam Pendekatan Hermeneutik. Jurnal
Penelitian, Vol. 7, No. 2. Jawa Tengah: LPGG Kudus. (Online) diakses pada
tanggal 10 Juli 2022. (820-3070-1-PB.pdf)

Ratmanto, Teguh. 2004. Pesan: Tinjauan Bahasa, Semiotika, dan Hermeneutika.


Mediator, Vol. 5 No. 1. Bandung. (Online) diakses pada tanggal 10 Juli
2022. (153341-ID-pesan-tinjauan-bahasa-semiotika-dan-herm.pdf)

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan


Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung : Tarsito. (Online) diakses pada tanggal 17 Juli 2022.
(http://repository.unpas.ac.id/38014/7/DAFTAR
%20PUSTAKAnuirwan.pdf)

11

Anda mungkin juga menyukai