Pebisnis Tangguh
yang Meyakini
Faktor Pertolongan
Allah
S
iapa yang tak kenal Wardah? Rangkaian produk kosmetik dan skin
care inilah yang kini jadi pilihan wanita Indonesia ketika mencari
produk kosmetik yang halal. Merek yang dalam bahasa Arab berarti
“bunga mawar” ini merupakan pionir kosmetik halal di negeri ini. Dengan
positioning halalnya, Wardah menjadi jawaban bagi para hijaber yang sejak
tahun 2000-an semakin marak. Mereka tak perlu lagi mencemaskan halal-
tidaknya produk yang mereka pakai.
Torehan Wardah pun fenomenal. Pada 2013, bisa mengalahkan
semua produk lokal. Pada 2018, menurut laporan Nielsen, menjadi merek
kosmetik dengan pertumbuhan tertinggi, mencapai 25%. Capaian ini di
atas pertumbuhan industri kosmetik nasional yang bergerak di kisaran
7%. Wardah pun menguasai 30% pasar kosmetik nasional. Dan, sejak
2018, kosmetik dan pelembab (mouisturizer)-nya sudah melewati produk
perusahaan multinasional. Ya, kosmetik dan pelembab Wardah menjadi
produk lokal pertama yang mampu mengalahkan produk perusahaan
multinasional terbesar di negeri ini. Wow.
Prestasi Wardah sampai menjadi studi kasus Harvard Business Review
(HBR), 7 Februari 2019, yang membahas tergerusnya produk global oleh
produk lokal. HBR mengungkapkan bahwa Wardah mampu meningkatkan
pasar dua kali lipat karena berani mengambil peluang segmentasi halal.
4 Legacy & Wisdom | Nurhayati Subakat
Selain ketiga tantangan itu, ada juga krisis besar yang menimpa
Nurhayati. Pada 1990, ketika usahanya tengah berkembang, rumah yang
sekaligus menjadi pabriknya terbakar. Usaha yang dirintis bersama sang
suami seketika musnah, lenyap begitu saja. Musibah ini membuatnya tidak
bisa tidur semalaman. Ia bertanya-tanya dalam hati, “Apa salah saya?”
Sempat terbersit di benaknya untuk menyerah dan menutup usaha.
Toh, suaminya memiliki gaji yang cukup untuk menghidupi dirinya dan
ketiga anaknya yang masih kecil saat itu. Namun, di waktu yang sama ia
pun memikirkan nasib 25 karyawannya. Jika usaha ditutup, bagaimana
nasib mereka? Apalagi, saat itu bulan Ramadan, ia wajib memberi mereka
tunjangan hari raya (THR). Dan jika usaha ditutup, bagaimana ia akan
membayar utangnya? Waktu itu, selain masih berutang kepada pemasok, ia
juga baru saja membeli dua mobil boks secara mencicil/kredit.
Pikiran untuk menutup usaha pun dibuangnya jauh-jauh. Ia bertekad
bangkit. Ia bersyukur, kenalan baiknya berbaik hati meminjaminya rumah
kosong, yang bisa dipakai untuk rumah dan tempat usaha. Hari ketiga
setelah kebakaran, pagi-pagi sekali, semua karyawan ia telepon untuk
kembali memulai bisnis. Roda bisnis pun berputar lagi.
Kebetulan, ia masih punya stok kemasan dan bahan baku di gudang
belakang rumah yang tidak ikut terbakar. Yang cukup membantu, pemasok
tetap percaya kepadanya. Mereka mau mengirim bahan baku yang dipesan,
bahkan melebihi permintaan. Padahal, ia belum melunasi utang.
Para salesman dimintanya untuk menjual dengan sistem cash, karena
saat bulan puasa itu penjualan naik, terutama obat keriting. “Alhamdulillah,
dalam dua minggu, saya bisa membayar THR karyawan,” ujarnya.
Pelan-pelan, perusahaan makin berkembang. Desember 1990, didirikan
pabrik pertama di Kawasan Industri Cibodas, Tangerang, untuk menambah
kapasitas produksi demi memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Lima tahun kemudian, 1995, perusahaan meluncurkan Wardah.
Kelahiran kosmetik berlabel halal ini berasal dari ide seorang tamu dari
Pesantren Hidayatullah yang disampaikan kepada Nurhayati untuk
membuat kosmetik khusus muslimah.
Ketika terjadi krisis moneter 1998 yang menyebabkan bangkrutnya
banyak perusahaan dan menciptakan pengangguran di sana-sini, kinerja
Paragon malah lumayan bagus, walaupun di awal-awal memang sangat
Pebisnis Tangguh yang Meyakini Faktor Pertolongan Allah 7
Nurhayati bersama keluarga (dari kiri ke kanan: Nurhayati Subakat, Dini Wardini Ardi, Salman Subakat,
Harman, Ratih Savitri Ali, Sari Chairunnisa, Subakat Hadi).
Nilai-nilai Bisnis
Nilai-nilai bisnis (business values) Nurhayati bersumber dari family
values yang ditanamkan kedua orang tua saat ia kecil. “Nilai-nilai
inilah yang saya ajarkan kepada anak-anak saya, kemudian menjadi
10 Legacy & Wisdom | Nurhayati Subakat
2020
Kahf, merek personal care untuk pria,
diluncurkan
2019
PT Paragon Universa Utama, didirikan
(holding yang membawahkan PT Paragon
Technology and Innovation dan PT Parama
Global Inspira)
2018
Kosmetik dan pelembab
2016 Wardah menjadi produk nomor
PT Parama Global Inspira 1 di Tanah Air, mengalahkan
didirikan, menangani produk perusahaan lokal dan
distribusi produk multinasional
2014
Emina, produk kosmetik
2013 dan skin care untuk
Wardah mengalahkan milenial, lahir
produk lokal; 2011
pertumbuhan sampai PT Pusaka Tradisi Ibu
100% berganti nama menjadi
PT Paragon Technology
and Innovation
2010
2009 Make Over, produk
Wardah diluncurkan kosmetik untuk
ulang ((relaunching) 1995 profesional, lahir
Wardah lahir,
sebagai pionir
1985 kosmetik halal
PT Pusaka Tradisi Ibu di Indonesia
didirikan; Sampo
Putri, brand pertama,
diluncurkan
Pebisnis Tangguh yang Meyakini Faktor Pertolongan Allah 15
Keamanan (J3K) yang digagas oleh Gojek. Sejalan dengan standar protokol
kesehatan serta sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus, Paragon
dan Gojek menyediakan hygiene toolbox di sejumlah titik Zona Nyaman
J3K yang tersebar di empat wilayah: Bekasi, Bali, Makassar, dan Surabaya.
Di era pandemi ini, Paragon juga meluncurkan kampanye Cara Baru
Hidup dan Cara Baru Saling Jaga. Menurut Nurhayati, touching point
Paragon sudah cukup tinggi, sehingga bisa menjadi media edukasi.
Di pilar Pemberdayaan Perempuan, Paragon berkomitmen
mengembangkan kapasitas dan keterampilan perempuan di Indonesia
agar lebih berdaya. Tujuannya, tumbuh jiwa womenpreneur yang dapat
menunjang peningkatan kualitas hidup. Salah satu program di pilar ini
adalah Wardah WomenPreneur, yang mendukung perempuan Indonesia
untuk mendapatkan penghasilan dari rumah. Kegiatannya antara lain
pelatihan dan pendampingan menjadi beauty agent untuk Muslimat
Nahdlatul Ulama.
Ada pula sejumlah program kolaborasi bersama partner, antara lain
Sekoper Cinta (Sekolah Perempuan Capai Impian dan Cita-cita, program
Pemerintah Daerah Jawa Barat), Lembaga Kemanusiaan ESQ (wadah aksi
total alumni ESQ), serta Lazismu (Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah
Muhammadiyah).
Di pilar Lingkungan, tahun lalu, Paragon sudah memulai
sustainability project, untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan,
dari hulu ke hilir. Dalam kegiatan ini, dijalin kolaborasi dengan berbagai
komunitas peduli lingkungan, antara lain Waste4Change (perusahaan
pengelola sistem waste management yang bermitra dengan rumah tangga
dan perusahaan besar), Water House Project, WWF, dan Kemangteer
(komunitas sukarelawan yang fokus pada bidang konservasi mangrove).
bisa. “Mau” artinya ada kemauan, niat, dan tekad untuk memulai
bisnis. Adapun “bisa” artinya memahami bidang bisnisnya karena
memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman yang bisa
diterapkan.
Keharusan memahami bidang bisnis yang diterjuni sangat menentukan
keberlangsungan bisnis. Harus mengerti produknya, bisnisnya seperti apa,
dan pasarnya bagaimana. Jangan ikut-ikutan menjalankan bisnis yang lagi
ngetren, padahal tidak memahami bisnisnya. “Kita tidak bisa masuk ke
bisnis yang kita tidak mengerti,” ujarnya.
Mulai dari Kecil. Sebaiknya bisnis dimulai dari kecil. Banyak
kaum milenial yang tertarik pada perusahaan dengan valuasi yang
besar dan sukses, seperti Gojek. Mereka tidak sabar, ingin bisnis yang
dibangunnya bisa cepat membesar. “Startup hari ini biasanya maunya
instan, padahal semuanya harus well process,” katanya.
Jangan mengharapkan bisnis akan impas, memberikan profit, dan
menjadi besar dalam waktu singkat. “Jangan sampai berpikir ingin
menjadi seperti Wardah dalam dua tahun. Saya membangun Wardah
(Paragon) sejak 1985, sejak 36 tahun lalu,” katanya. Ikuti saja prosesnya
dengan baik dan bekerjalah dengan mengikuti etika.
Miliki Karakter berkualitas tinggi. Yakni karakter yang
berlandaskan Nilai Ketuhanan (berintegritas), Kerendahan hati (mau
terus belajar), Kepedulian (kolaboratif), Ketangguhan (bekerja keras
dan pantang menyerah), dan Inovasi.
Mencari mentor. Mereka yang mau berbisnis harus belajar dari
orang yang sudah sukses. Selain itu, juga terus belajar dari buku,
YouTube, dll. “Ikhtiar harus dilakukan, tetapi segala keputusan Allah
yang menentukan. Covid-19 mengajarkan kita untuk ikhtiar. Kita
harus banyak melakukan inovasi dan banyak belajar, ” demikian
pesannya.
Nurhayati mengaku senang membagikan wisdom-nya, tak hanya
kepada keluarga dan karyawan, tetapi juga kepada masyarakat,
termasuk para pebisnis muda. Yang paling membahagiakannya,
“Ketika ada pengusaha muda sukses yang mengatakan bahwa saya
adalah inspirasinya dan bahwa ia juga ikut menerapkan values yang
saya miliki.”•
Pebisnis Tangguh yang Meyakini Faktor Pertolongan Allah 21
Nurhayati Subakat
D r. ( H C ) D r a . N u r h a y a t i
Subakat (Apt) lahir di Padang
Panjang, Sumatera Barat, pada
27 Juli 1950. Putri pasangan
Abdul Muin Saidi dan Nurjanah
ini merupakan anak keempat
dari delapan bersaudara.
Ay a h ny a m e r u p a k a n s o s o k
pedagang ulet yang sukses dan
pernah menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Padang Panjang.
Ibunya juga pedagang yang ulet, yang menjadi orang tua tunggal
setelah sang suami meninggal pada 1966.
Ia menempuh pendidikan di SD Latihan SPG Padang Panjang,
SMP Diniyyah Putri Padang Panjang, dan SMA Negeri 1 Padang.
Setamat SMA, ia kuliah di Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung,
lalu menempuh Studi Profesi Apoteker ITB. Ia menjadi lulusan terbaik
S-1 Farmasi ITB (1975), juga lulusan terbaik Studi Apoteker ITB (1976)
sehingga berhak mendapatkan Kalbe Farma Award.
Pada 5 April 2019, 43 tahun setelah menamatkan pendidikan
Apotekernya, Nurhayati mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa
dari ITB. Ia menjadi perempuan pertama yang menerima gelar Doktor
HC dalam 100 tahun sejarah ITB. Ia merasa gelar tersebut bukan hanya
dipersembahkan untuknya, tetapi juga untuk anak-anak bangsa yang
telah bersamanya menghasilkan karya nyata di industri selama ini.
Menikah dengan Subakat Hadi pada 1978, Nurhayati dikarunia
tiga putra-putri yang k ini semuanya ikut terjun mengelola
perusahaan. Mereka adalah Harman Subakat (lahir pada 7 Februari
1979), Salman Subakat (20 Juli 1980), dan Sari Chairunnisa (10
Desember 1983). Meskipun kedua putranya telah memegang tongkat
estafet kepemimpinan, sebagai pendiri dan komisaris Nurhayati
masih memberikan bimbingan untuk mereka, juga karyawannya.