Anda di halaman 1dari 17

TO

GA

H
AG
PRAY

A
SAYAGA
KU
TA UD A RA W AN G SA

TE
GA AN
R BERIM

PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN PEKERJAAN
PADA BIDANG IRIGASI DAN SUMBER DAYA AIR

JALAN TEGAR BERIMAN KECAMATAN CIBINONG


TELP. ( 021 ) 8754153 – CIBINONG 16914

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN BOGOR


TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa, yang selalu
melimpahkan karunia kepada kita tanpa hisab. Dengan telah diterbitkannya dan diundangkannya
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.28/PRT/M/2016 tentang
Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum, maka mulai tahun anggaran
2017 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bogor terutama Bidang Irigasi dan
Sumber Daya Air (ISDA) dalam perhitungan RAB (Rencana Anggaran Biaya) mengacu pada
analisa tersebut. Sebelumnya seksi perencanaan teknik ISDA menggunakan analisa Permen PU
nomor 11/PRT/M/2013.
Permen PUPR nomor 28/PRT/M/2016 tersebut belum dibarengi dengan diterbitkannya
Spesifikasi Teknis (spektek) yang menjelaskan metode dan narasi jenis pekerjaan. Walaupun
belum diterbitkan spektek analisa tersebut bisa digunakan, sementara untuk spektek bisa disusun
sendiri dengan mengacu spektek yang sudah ada dan sudah digunakan.
Dalam tulisan ini juga dimuat metode dan cara-cara pelaksanaan yang mengacu pada
teori-teori baku yang sudah sering digunakan dalam metode pelaksanaan pekerjaan bangunan air.
Semua pelaksana wajib memahai dan mempedomani metode dan spektek yang termuat dalam
tulisan ini, adapun bila ada hal-hal yang belum tercantum dalam tulisan ini maka dapat
mempedomani pada teori-teori yang ada dan logis. Penulis menyadari akan kekurangan dalam
tulisan ini, untuk itu penulis menerima kritik dan saran ataupun usulan untuk bisa ditambahankan.
BAB I PENDAHULUAN

Kabupaten Bogor memiliki curah hujan tertinggi di Indonesia besar curah hujan antara
3000 mm s/d 5000 mm per tahun. Musim hujan dimulai pada Bulan Oktober sampai dengan
Bulan Mei, namun pada Bulan Juni hingga September masih juga sering terjadi hujan terutama di
Kecamatan bagian selatan seperti Cisarua, Megamendung, Caringin, Cijeruk, Cigombong,
Nanggung, Tamansari, Tenjolaya, dan Sukajaya. Perangkat pengalirnya berupa sungai terdiri dari
7 sungai orde I dan sekitar 150 anak sungai atau sungai orde 2, 3 dan 4. Sifat sungai sebagian
merupakan sungai periodik artinya aliran tidak terus menerus, sungai seperti inilah yang
mengakibatkan alur sungai sering berpindah-pindah. Sungai episotik artinya aliran terus menerus
walaupun di musim kemarau. Topografi bagian selatan Kabupaten Bogor berbukit dan bertebing.
Berdasar hal tersebut di atas, dapat mengganggu kegiatan pekerjaan fisik pembangunan
jaringan irigasi, pembangunan bangunan sungai dan pembangunan dinding penahan tebing
sungai. Oleh karena itu spektek dan metode pelaksanaan harus dibuat sebagai acuan dalam
pelaksanaan agar meminimalisir kegagalan konstruksi. Dengan diundangkannya Permen PUPR
nomor 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan
Umum, maka Permen tersebut harus dipedomani, hanya saja spektek-nya masih berbentuh draft.
Agar tidak terjadi kekosongan maka spektek disusun sendiri dan tetap mengacu pada spektek
yang pernah ada.
Spektek dan metode pelaksanaan ini tetap harus disesuaikan dengan kondisi lapangan dan
persetujuan/arahan dari direksi tetap sebagai pertimbangan utama.

Daftar istilah:
1. AHSP adalah Analisa Harga Satuan Pekerjaan
2. Banjir sekerm adalah bangunan dari beton bertulang terletak di ambang pintu
penguras/pintu intake yang bertujuan untuk membatasi elevasi muka air.
3. Bekisting adalah cetakan beton dengan bahan dari kayu, besi dll
4. Beton Pre-cast adalah beton yang sudah jadi (dicetak di luar lokasi pekerjaan)
5. Beton siklop adalah beton dengan mutu tertentu dan dicampur dengan batu pecah 10 –
20 Cm dengan perbandingan 60% beton : 40 % batu pecah 10 – 20 Cm.
6. Beton tahu adalah campuran semen, pasir dan air dibentuk kotak dengan ukuran (5 x 5
x 2) Cm3
7. Borrow Area adalah lokasi tempat menyimpan sementara bahan bangunan atau
material galian.
8. Bowplank adalah titik acuan untuk membentuk bentuk bangunan.
9. Bronjong adalah kawat galvanis dengan diameter tertentu dan dianyam sedemikian
rupa dengan membentuk lobang-lobang segi enam dengan diameter lobang sesuai
pilihan dalam AHSP 2016
10. Ceruruk adalah pancang kecil dengan panjang maksimal 1,5 m
11. Dekzerk adalah batas atas pasangan pilar/sayap.
12. Dewatering adalah pekerjaan pengeringan lokasi pekerjaan
13. Dilatasi adalah sekat yang memisahkan dua bangunan struktur, dibuat karena
mengikuti teori mekanika dengan dua tumpuan sendi-sendi/sendi-rol.
14. DPS adalah Dam Pengendali Sedimen.
15. Free Intake adalah bangunan pengambilan air dari sungai tanpa menaikkan muka air
sungai.
16. Groundsill adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk mengendalikan
gradien dasar sungai.
17. Intake adalah ambang/mulut saluran untuk mengambil air dari sungai
18. Inlet adalah bangunan vasilitas untuk memasukkan air ke dalam situ.
19. K3 adalah Keamanan dan Kesehatan Kerja
20. Kistdam adalah tanggul pelindung lokasi pekerjaan sering juga disebut coverdam.
21. Kolam olak adalah kolam yang berada pada hilir bendung guna meredam energi.
22. Kosrekan adalah pekerjaan pembersihan lapangan (lokasi kegiatan), pembersihan
terdiri dari membersihkan lokasi pekerjaan dari material-material yang dapat
mengganggu kegiatan, atau bahan-bahan yang tidak digunakan dalam kegiatan.
23. Krib adalah bangunan pada palung sungai bisa tegak lurus dengan tebing sungai atau
menyudut ke arah hulu atau hilir sungai yang berfungsi untuk melindungi tebing dari
daya rusak air dan menstabilkan alur sungai.
24. Lantai kerja adalah lantai yang dibuat dari campuran semen dan pasir dengan
perbandingan disesuaikan dengan analisa yang ada, dibuat di dasar pondasi berguna
untuk memeratakan beban, membantu pekerja dalam mengerjakan pondasi terutama
pondasi beton bertulang.
25. Mercu adalah puncak bangunan bendung.
26. Mortar adalah campuran/adukan semen, pasir pasang dan air.
27. Oncoran adalah mengambilan air dari saluran tidak menggunakan bangunan
bagi/sadap atau bangunan ukur.
28. Palung Sungai adalah daerah milik sungai yang ada air mengalirnya.
29. PB adalah Pasir Beton
30. PC (Portland Cemen) adalah semen abu-abu.
31. Pengelak adalah alur untuk memindahkan aliran sungai/saluran sementara.
32. Perancah adalah tiang-tiang penyangga bekisting, namun bisa juga berfungsi sebagai
stegger yaitu tiang-tiang yang dibentuk sedemikian rupa dan digunakan untuk pekerja
dapat melaksanakan pengecoran balok/kolom/plat beton yang tingginya lebi dari satu
meter
33. Poor/pilecap adalah bagian dari pondasi yang dilaksanakan pekerjaannya di atas
pondasi group tiang pancang atau pondasi sumuran.
34. PP adalah Pasir Pasang.
35. Quary adalah lokasi material yang disetujui direksi untuk digunakan.
36. Stegger adalah alat bantu untuk pekerja mengerjakan bangunan yang tinggi yang tidak
terjangkau oleh pekerja.
37. Split adalah batu kerikir pecah
38. Tangga monyet adalah tangga yang terbuat dari baja dibuat pada sayap atau pilar
bendung guna memvasilitasi petugas bendung dalam menginspeksi bangunan
bendung.
39. Tanggul adalah bangunan pengendali sungai yang berfungsi untuk membatasi luapan
air sungai agar tidak menggenangi daerah yang dilindungi.
40. Tunggul pohon adalah sisa batang pohon yang ditebang sampai akar pohon.
41. Turap adalah bangunan penahan tebing sering disebut DPT (Dinding Penahan
Tebing).
42. Uitzet adalah pekerjaan pengukuran untuk menetapkan titik acuan dan untuk profil,
penetapan bowplank.
BAB II SPESIFIKASI TEKNIS

Dalam Bab ini diuraikan spesifikasi teknis pekerjaan-pekerjaan bangunan air.


2.1. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan meliputi mobilisasi/demobilisasi, pembersihan lapangan, uitzet,
direksi keet, los kerja, dan dewatering.
2.1.1. Mobilisasi ketentuannya adalah:
- Pengadaan (sewa) sebidang lahan untuk base camp penyedia jasa dan kegiatan
pelaksanaan pekerjaan.
- Mobilisasi pekerjaan pengerahan peralatan kerja termasuk perlengkapan K3, bahan dan
tenaga kerja sedangkan Demobilisasi adalah pengiriman kembali peralatan, tenaga kerja
dan pembersihan sisa-sisa bahan yang tidak digunakan. Dalam AHSP 2016 merujuk pada
kode LA.04
2.1.2. Pembersihan lapangan meliputi pekerjaan pembersihan lapangan dari sampah dan dari
tumbuhan, tunggul pohon dan lain-lain yang dapat mengganggu pekerjaan. Dalam AHSP
2016 merujuk pada kode T.01
2.1.3. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal sebelum pekerjaan fisik dimulai yaitu meliputi
pekerjaan pengukuran dengan menetapkan titik acuan. Pengukuran disesuaikan dengan
gambar, titik-titik obyek pekerjaan yang akan dilaksanakan. Setelah ditetapkan titik-titik
acuan dilanjutkan dengan pemasangan bowplank dan dibentuk profil-profil saluran dan
bangunan air yang akan dibangun. Material untuk membuat profil bisa dari bahan apa saja
(missal bambu, kayu, papan, gedhek dll) dan anggaran sudah disediakan dalam pekerjaan
persiapan. Untuk pekerjaan rehabilitasi, acuan + 0.00 adalah ambang bangunan
pengambilan (intake), sedangkan untuk pekerjaan peningkatan yang sudah ada salurannya
maka titik acuan + 0,00 adalah ambang saluran.
2.1.4. Direksi keet dan los kerja, direksi keet dilengakapi dengan meja, kursi, papan tulis, alat
tulis, dan toilet. Los kerja dimanfaatkan buat pekerja dan penyimpan bahan non local
(semen, besi, dll). Pengguna jasa tidak menyediakan anggaran untuk alat bantu kerja yang
tidak ada analisanya, misalnya cangkul, linggis, sendok semen, dolak, palu, pahat, martil,
tambang, golok, kampak, gergasi, ember, selang, drum air dll, biaya alat bantu kerja sudah
melekat pada tenaga kerja. Biaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja/K3 (helem, sepatu
boot, sabuk pengaman, rompi pengaman dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
masuk dalam fee overhead yang sudah diperhitungkan oleh penyedia jasa.
2.1.5. Dewatering, Pekerjaan dewatering/pengeringan merupakan pekerjaan pengeringan dengan
membuat kistdam atau memompa air, dilakukan pada lokasi pekerjaan yang terdapat air,
dimana keberadaan air tersebut akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Misalnya
pekerjaan pondasi, dan pekerjaan bangunan air di palung sungai. Dalam AHSP merujuk
pada D.01, D.02, D.03, D.04, D.05, D.06.
2.1.6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan kegiatan pengadaan peralatan untuk
melindungi para pekerja dari kecelakaan kerja. Biaya pengadaan K3 sudah diperhitungkan
oleh penyedia jasa dan dimasukkan dalam fee overhead, setelah selesai pekerjaan
peralatan K3 menjadi milik penyedia jasa.
2.1.7. Mengangkut bahan lokal dan non lokal merupakan pekerjaan mengangkut bahan material
yang akan digunakan. Permen PUPR nomor 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisa
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum mengharuskan perencana untuk
memperhitungkan biaya angkut material dari gudang penyimpanan, quary, atau dari
lokasi droping material. Cara menghitung biaya angkut tertuang dalam analisa T.15 dan
turunannya. Perencanaan menetapkan jarak maksimum angkutan sejauh 300 m (tiga ratus
meter) dari gudang penyimpanan, quary, atau dari lokasi droping material. Apabila jarak
angkut melebihi 300 m maka penyedia jasa dapat mengajukan penawaran sesuai dengan
harga yang sudah sesuai dengan perhitungan jarak angkut yang ada.
2.1.8 Pekerjaan mempersiapkan jalur evakuasi yang digunakan untuk keadaan darurat (bencana
alam). Pekerjaan ini berupa penyiapan tempat dan jalurnya untuk evakuasi bila terjadi
keadaan darurat. Segala biaya yang timbul dari pekerjaan ini sudah diperhitungkan oleh
penyedia jasa dalam penawaran dimasukkan dalam fee overhead.
2.2 PEKERJAAN GALIAN TANAH
- Pekerjaan galian, analisa termuat dalam Lampiran A.1.1 Pekerjaan galian meliputi jenis
galian tanah biasa, galian tanah berbatu/cadas, galian tanah lumpur, galian tanah berpasir.
Cara menggali tanah yaitu galian tanah dengan alat dan manual. Cara membuang tanah
galian, dibuang ditempat dan dibuang dengan menggunakan alat dan memperhitungkan
jarak angkut.
- Setelah disetujui dan ditetapkan oleh direksi profil galian sesuai gambar, maka pekerjaan
galian baru boleh dilaksanakan.
- Galian sangat tergantung pada potensi kelongsoran, biasanya tanah biasa dan tanah
berpasir. Untuk galian pondasi yang kedalamannya lebih dari 2 m atau galian pondasi
pada pekerjaan dinding penahan tebing perlu dilakukan perlindungan kepada pekerja,
pekerja harus mengenakan helem dan sepatu boot juga pengamanan yang menjaga pekerja
dari longsoran tanah. Bahan pengamanan bisa berupa turap dari pancang-pancang bambu
dan antar pancang dihubungkan dengan terpal, anyaman bambu, sehingga membentuk
seperti bilik yang dapat menahan longsoran tanah. Untuk Tebing dengan ketinggian lebih
dari 3 m maka tebing yang berpotensi longsor harus ditahan dengan turap dan ditutup
dengan terpal.
- Pekerjaan penggalian harus dihentikan ketika terjadi hujan lebat dan atau muncul retakan-
retakan tanah. Kejadian ini harus segera dilaporkan kepada direksi. Penyedia jasa sudah
memperhitungkan biaya pembuatan pengaman tebing dalam kelompok Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
2.3 PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH
- Pekerjaan timbunan disertai pemadatan, dalam Permen 11 tahun 2013 dengan kode T.14.
Material timbunan terdiri dari timbunan tanah biasa, pasir, atau jenis tanah yang sudah
melalui uji laboratorium. Cara menimbun dan memadatkan bisa menggunakan alat berat
atau alat sederhana. Material timbunan bisa dari material setempat atau mendatangkan
dari lokasi lain yang membutuhkan alat dan jarak angkut.
- Setelah disetujui dan ditetapkan oleh direksi profil timbunan sesuai gambar, maka
pekerjaan timbunan dan pemadatan baru boleh dilaksanakan.
- Pekerjaan timbunan dilaksanakan secara berlapis dengan tebal setiap lapis maksimal 30
cm, kemudian setiap lapis timbunan dipadatkan dahulu sebelum lapis berikutnya
dihampar. Pemadatan bisa menggunakan mesin pemadat atau alat pemadat manual. Untuk
hal-hal khusus kepadatan timbunan harus diuji di laboratorium.
- Penimbunan dan pemadatan pada dinding turap (DPT), harus dilakukan berhati-hati dan
dilaksanakan bertahap sesuai dengan capaian ketinggian DPT.
- Lokasi pekerjaan di-kistdam hingga air dari luar lokasi pekerjaan tidak masuk, ketinggian
kistdam disesuaikan dengan kemungkinan muka air yang paling tinggi. Setelah lokasi
pekerjaan telah tertutup semua oleh kistdam, dilanjutkan dengan pengeringan air dalam
lokasi pekerjaan dengan cara manual atau dengan pompa, hingga lokasi pekerjaan benar-
benar kering, dan terus dijaga tetap kering selama pekerjaan berlangsung.
- Untuk pekerjaan Bendung atau bangunan melintang sungai lainnya dikerjakan separo-
separo, separo digunakan untuk aliran air dan separo lainnya untuk dikerjakan atau dapat
juga membuat saluran pengelak. Kabupaten Bogor terdiri dari dua jenis sungai namun
pelaksanaan pekerjaan metodenya sama. Pengerjaannya bisa dilaksanakan pada bulan-
bulan saat air sungai kecil atau hampir kering yaitu sekitar bulan Juni. Air sungai akan
kembali besar terjadi pada Bulan November akhir.
- Pelaksana harus memahami karakter musim sehingga dapat memprioritaskan pengerjaan
bangunan. Apabila SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) antara Bulan Februari hingga Mei
maka sebaiknya mengerjakan bangunan-bangunan yang terletak di luar palung sungai
dulu. Apabila SPMK Bulan Juni hingga Agustus maka pekerjaan diutamakan pada lokasi
palung sungai.

2.5 BAHAN
- Bahan bangunan yang digunakan harus sudah disiapkan di lokasi pekerjaan dengan
kuantitas sesuai dengan rencana pekerjaan yang akan dilaksanakan pada hari yang
bersangkutan.
- 2.5.1. AIR : air yang digunakan dalam campuran mortar atau beton harus memenuhi
persyaratan yaitu tidak berwarna (jernih), tidak berbau, tidak mengandung minyak, tidak
mengandung polutan baik berbentuk material padat maupun cair. Apabila menggunakan
air sungai harus mendapat persetujuan direksi (dengan uji lab bila diperlukan). Penyedia
jasa sudah memperhitungkan harga Air dalam pekerjaan yang menggunakan air.
- 2.5.2. PASIR : pasir terdiri dari pasir pasang dan pasir beton, keduanya harus memenuhi
syarat bahan bangunan yaitu tidak tercemar oleh polutan terlarut (cair) dan padat, selain
itu tidak boleh terdapat biji-bijian yang dapat tumbuh. Pasir harus bersih dengan kadar
lumpur maksimum 2%. Cara sederhana untuk mengetahui kadar lumpur adalah dengan
cara memasukkan pesir ke dalam botol air mineral bekas separuh, dan separuhnya
ditambahkan air bersih bila perlu ditambah bahan kimia yang bersifat basa (misal NaOH).
Botol berisi pasir dan air dikocok sampai tercampur, kemudian didiamkan beberapa saat
sampai terlihat tebal pasir dan lumpur, ukur ketebalan lumpur dan bandingkan dengan
ketebalan pasir + lumpur.
- 2.5.3. BATU : batu untuk pasangan bisa batu bulat atau batu belah, batu harus bersih dari
bahan-bahan yang dapat mengganggu kualitas pasangan, misal terdapat lumpur/ tanah
atau kotoran yang melekat, batu dalam keadaan kotor atau bersih maka harus disiram
dahulu dengan air sebelum dipasang, hal ini bertujuan untuk agar batu tidak menyerap air
pada mortar, karena air pada mortar diperlukan untuk proses pengikatan antara semen
dengan pasir/batu.
- 2.5.4. SPLIT/KERIKIL (BATU PECAH) : kerikil (batu pecah) terdiri dari berbagai
ukuran, ukuran kerikil dibutuhkan tergantung peruntukannya. Kerikil digunakan untuk
pekerjaan beton, oleh karena itu kerikil harus bersih dari lumpur dan kotoran dan tidak
tercampur benda-benda lain yang dapat merusak beton, misal biji-bijian yang dapat
tumbuh dan benda-benda lain yang dapat lapuk.
- 2.5.5. SEMEN : semen yang digunakan adalah ber-SNI yang ada dalam pasaran , maka
hanya disampaikan cara penyimpanan dan cara menyetok. Semen harap disimpan di
gudang yang tertutup tidak lembab, bagian bawah harus dialas dengan bahan yang kedap
air. Alas bisa dari papan/triplek dan dilapis dengan terpal, sedemikian terpalnya bisa
untuk menutup semen. Setok semen harus cukup dan sirkulasi penggunaan harus benar
artinya tidak ada semen yang ada di tumpukan paling bawah dan tidak pernah dipakai,
karena ditumpuk dengan semen-semen yang baru datang.
- 2.5.6. BESI BETON : besi beton yang digunakan ber-SNI yang ada di pasaran, maka
hanya disampaikan cara penyimpanan dan cara menyetok. Sebelum dibentuk dan
dirangkai besi harus dalam keadaan tidak keropos dan bersih dari bahan-bahan yang dapat
mengganggu kualitas beton. Besi disimpan di gudang tertutup dan tidak lembab, jauhkan
besi dari air. Setok besi diatur sesuai kebutuhan dan sirkulasi penggunaan harus benar,
artinya tidak ada besi yang terlalu lama tidak digunakan.
- 2.5.7. BAHAN CETAKAN (BEKISTING) : bahan cetakan umumnya dari kayu atau
kombinasi kayu dan logam. Bahan cetakan dari kayu harus mengikuti analisa yang sudah
ditentukan, mudah dibentuk. Kayu dan papan harus lurus dan rata, bersih dari kotoran
yang akan menurunkan kualitas beton. Bahan cetakan harus disimpan pada tempat
tertutup dan kering, tidak boleh terkena air, saat digunakan tidak boleh dalam keadaan
basah. Untuk balok beton yang bebas harus menggunakan perancah, balok yang
menumpang pada pasangan batu dengan tinggi lebih dari 2 m (dua meter) perancah
diganti dengan stegger.
- 2.5.8. BAHAN LAINNYA : dalam pekerjaan konstruksi sering digunakan bahan-bahan
additive, penggunaan bahan additive harus persetujuan direksi.

2.6. PASANGAN BATU.


- Pekerjaan pasangan batu dengan mortar, pasangan batu kosong dan pasangan batu dengan
bronjong.
- Pasangan batu dengan mortar digunakan untuk pekerjaan saluran, dinding penahan tanah,
bendung, bangunan pelengkap dan lain-lain. Harga pekerjaan pasangan batu dan
bongkaran harus mengacu pada AHSP P.01. Pelaksanaannya, bahan berupa batu yang
sudah disiram, pasir, semen dan air sudah ditempatkan pada lokasi pekerjaan. Lokasi
pekerjaan sudah dipersiapkan, pembuatan mortar bisa cara manual bisa juga dengan
molen. Untuk air yang harus dibeli maka penyedia jasa sudah memperhitungkan harga air
ke dalam harga satuan mortar.
Cara pemasangannya dari pondasi dihampar mortar kemudian batu ditata dan mengisi
sela-sela antar batu dengan mortar, sela-sela antar batu baik vertikal maupun horizontal
tidak boleh kosong harus diisi mortar. Jarak sela-sela batu maksimal 2 Cm. Pemasangan
DPT yang tinggi dilakukan bertahap, ketinggian pasangan batu maksimal 1 (satu) meter
dan dilanjutkan lagi keesokan harinya.
Sambungan pasangan batu lama dengan yang baru baik, arah vertikal maupun horizontal
harus dilakukan penyiraman air semen pada permukaan pasangan lama.
- Pekerjaan bongkaran pasangan batu dilakukan sedikit demi sedikit dimuali dari yang
paling atas, pekerjaan bongkaran bisa secara manual atau dengan alat.
- Pasangan Batu Merah analisanya mengacu pada AHSP P.02. Pelaksanaannya, bata merah
sebelum dipasang harus disiram dengan air bersih, pemasangan secara berlapis, sela-sela
batu merah baik vertikal maupun horizontal diisi dengan mortar, tinggi maaksimum
pasangan 1 m.
- Pekerjaan batu kosong mengacu pada AHSP P.05. Pelaksanaannya batu disusun dengan
rapi sesuai gambar. Pasangan batu kosong tidak untuk menahan beban hanya digunakan
untuk melindungi lahan dari erosi permukaan, pemecah energi, drainase lereng dll
- Pekerjaan bronjong kawat standard SNI 03-0009-1999 dan mengacu pada AHSP 2016.
Pelaksanaannya, ukuran batu harus lebih besar dari ukuran diameter lobang, batu ditata
hingga padat baru ditutup dan diikat. Antar bronjong satu dengan bronjong yang lain
diikat hingga menjadi satu kesatuan. Apabila pasangan bronjong pada permukaan dasar
sungai maka harus dipasang cerucuk untuk mengikat bronjong dengan dasar sungai.
- Pekerjaan siaran analisa mengacu pada AHSP 2016. Siar dalam, sela-sela antar batu kali
atau batu merah dikorek sedalam sekurangnya 1 Cm dan merata, kemudian dirapikan
dengan mortar dengan campuran sesuai AHSP 2016, lebar siaran maksimal 2 Cm. Siar
luar (timbul), sela-sela antar batu kali langsung dirapikan dengan mortar merata dan
paling tebal 1 cm. Untuk air yang harus dibeli maka penyedia jasa sudah
memperhitungkan harga air ke dalam harga satuan mortar untuk siaran.
- Pekerjaan Plesteran analisa mengacu pada AHSP 2016. Pelaksanannya, permukaan yang
akan diplester harus dibersihkan dan disiram dengan air bersih, bila perlu disiram dengan
air semen setelah itu baru dilakukan plesteran. Tebal dan adukan mortar untuk plesteran
mengacu pada AHSP 2016. Untuk air yang harus dibeli maka penyedia jasa sudah
memperhitungkan harga air ke dalam harga satuan mortar untuk plesteran.
- Pasangan batu muka dan batu candi, analisa mengacu pada AHSP P.08. Pelaksanaannya
profil dan bentuk batu muka sudah ditentukan dan harus sudah disiapkan. Batu muka
adalah batu biasa yang dibelah dibentuk permukaanya dan dipasang pada tembok paling
muka yang bisa dilihat.
- Untuk pekerjaan pasangan batu yang tingginya lebih dari 2 m maka pekerja wajib
menggunakan helem, sepatu boot dan sabuk pengaman.

2.7.PASANGAN LEMPENGAN RUMPUT


- Lempengan rumput dipasang dengan tujuan untuk menstabilkan permukaan timbunan
tanah dan untuk melindungi erosi permukaan. Acuannya AHSP P.12. Pelaksanaanya,
setelah timbunan mencapai ketinggian yang ditetapkan kemudian dipadatkan dan
diratakan, baru lempengan rumput dipasang rapat dengan toleransi sela antar lempengan
rumput 1 Cm. Jenis rumput menyesuaikan harga satuan yang ada, karena dalam analisa
tidak disebutkan jenis rumputnya.

2.8. PASANGAN PIPA SULING-SULING


- Suling-suling dibuat pada turap dan sayap bendung, dengan tujuan untuk
mendrain/membuang air yang terkandung dalam tanah, agar berat jenis tanah tidak
bertambah besar karena kadar air yang tinggi. Pelaksanaanya, setiap satu meter persegi
pasangan turap atau sayap bendung dibuat minimal 2 pipa suling-suling. Bahan suling-
suling dapat dari pipa atau bahan lain yang mudah ditemukan diselitar lokasi pekerjaan.
Harga suling-suling sudah diperhitungkan oleh Penyedia Jasa dalam mengajukan
penawaran.
-
2.9. BETON ATAU BETON BERTULANG
- Analisa pekerjaan beton mengacu pada AHSP 2016.
- Bahan berupa pasir, semen, kerikil pecah dan air sudah disyaratkan pada pasal 2.5.
Campuran beton adalah 1 bagian PC : 2 bagian PB : 3 bagian split dan air atau sesuai
dengan mix design, untuk beton mutu K0 beton rabat tidak memerlukan uji kuat tekan.
Untuk beton mutu K125, K225, K300.....dst harus dilaksanakan uji tekan di laboratorium
yang disetujui direksi. Uji tarik dilaksanakan untuk bangunan bendung. Untuk
pelaksanaan, campuran beton harus sesuai dengan mix design yang dikeluarkan
laboratorium. Untuk air yang harus dibeli penyedia jasa sudah memperhitungkan harga air
ke dalam harga satuan beton.
- Dalam pencampuran harus menggunakan alat (molen), perbandingan campuran harus
diawasi. Untuk pekerjaan lantai kerja atau pekerjaan lainnya yang pengerjaannya di
permukaan tanah, maka harus direncanakan pemberhentian pengecoran agar
penyambungannya rapih dan rata, akan tetapi apabila bisa dilakukan pengecoran dalam
sehari, hal itu lebih baik.
- Untuk pekerjaan beton struktur (pondasi, poor, balok/sloof, talang) yang menahan beban
maka cara pengecoran diupayakan sekali jadi, namun bila terpaksa tidak bisa dilakukan
sekali jadi, maka pemberhentian pengecoran pada momen = 0 (nol). Untuk melanjutkan
pengecoran, beton lama harus disiram dengan air semen atau bahan kimia yang berfungsi
sebagai perekat. Antara tulangan dan bekisting diganjal dengan beton tahu.
- Pengecoran pada kolom/tiang beton dilaksanakan berhati-hati dan diupayakan campuran
beton betul-betul padat, bila perlu menggunakan vibrator, tidak boleh terjadi sarang
kerikil. Antara tulangan dan bekisting diganjal dengan beton tahu.
- Pengecoran plat beton (dak pelindung, lantai talang, plat pelayan) dilakukan setelah
pengecoran tiang/dudukan selesai. Perancah dan bekisting harus diyakinkan kuat menahan
beban beton basah. Agar tulangan tidak menyentuh bekisting maka anatara tulangan dan
bekisting diganjal dengan beton tahu. Pengecoran plat beton bisa dilaksanakan bersamaan
dengan balok-balok penyangga plat beton.
- Beton muda dijaga kelembabannya, oleh karena itu beton harus tetap dalam keadaan
basah, misalnya disiram setiap pagi dan sore, ditutup dengan karung basah atau digenangi
air.
- Untuk perlindungan kepada pekerja saat melaksanakan pengecoran, pekerja wajib
menggunakan helem dan sepatu boot. Untuk lokasi pengecoran yang tingginya lebih dari
2 m maka pekerja harus menggunakan sabuk pengaman.

2.10. PEKERJAAN PEMBESIAN


- Analisa mengacu pada AHSP 2016.
- Syarat besi beton sudah disampaikan pada 2.5. Pelaksanaan pekerjaan pembesian dapat
dilakukan di tempat pekerjaan atau di luar tempat pekerjaan. Pelaksana sebelum
merangkai rangka besi harus membuat daftar kebutuhan besi yang berisi ukuran besi,
bentuk besi dan jumlahnya, kemudian diajukan ke direksi untuk disetujui.
- Setiap batang besi ujungnya dibekokkan menyudut 45 o sepanjang sekurang-kurangnya 5D
(lima kali diameter besi).
- Sebelum pengecoran pelaksana minta direksi untuk memeriksa rangkaian besi terkait
bentuk besi, ukuran besi, jumlahnya dan ikatannya, selanjutnya minta persetujuan untuk
dilakukan pekerjaan pengecoran.
- Untuk perlindungan kepada pekerja saat melaksanakan pemasangan rangkaian besi,
pekerja wajib menggunakan helem dan sepatu boot. Untuk lokasi pemasangan besi yang
tingginya lebih dari 2 m maka pekerja harus menggunakan sabuk pengaman.
-
2.11. PEKERJAAN BEKISTING
- Analisa mengacu pada AHSP 2016
- Syarat bahan bekisting sudah disampaikan pada pasal 2.5. Pelaksanaan pekerjaan
bekisting harus atas persetuhjuan direksi, pelaksana harus memahami gambar dan
membuat bekisting sesuai dengan gambar kerja baik bentuk dan ukuran. Bilamana kurang
jelas dalam gambar maka harus meminta penjelasan kepada direksi.
- Bekisting tidak boleh bocor dan harus kuat menahan beban beton basah.
- Untuk perlindungan kepada pekerja saat melaksanakan pemasangan bekisting, pekerja
wajib menggunakan helem dan sepatu boot. Untuk lokasi pemasangan bekisting yang
tingginya lebih dari 2 m maka pekerja harus menggunakan sabuk pengaman.

2.12. PEKERJAAN BONGKAR BEKISTING.


- Analisa mengacu pada AHSP 2016.
- Pelaksanaan pekerjaan bongkaran bekisting dilakukan dengan hati-hati setelah usia beton
minimal 28 hari dan atas persetujuan direksi, kecuali beton yang tidak menahan beban.
- Bongkaran dimulai dengan melepas balok-balok skoor/pengunci dilanjutkan dengan
pembongkaran cetakan utama.
- Untuk perlindungan kepada pekerja saat melaksanakan bongkaran bekisting, pekerja
wajib menggunakan helem dan sepatu boot. Untuk lokasi bongkaran bekisting yang
tingginya lebih dari 2 m maka pekerja harus menggunakan sabuk pengaman.
-
2.13. BONGKARAN BETON
- Analisa mengacu pada AHSP 2016
- Cara membongkar bisa menggunakan alat (mesin) atau manual (palu & pahat).
Pelaksanaan pembongkaran harus hati-hati terutama bila lokasi pembongkaran
berhubungan dengan struktur lain.
- Pekerja menggunakan helem dilengkapi dengan kaca pelindung muka dan sepatu boot,
bila lokasi bongkaran lebih tinggi dari 2 m maka pekerja harus menggunakan sabuk
pengaman.
2.14. MENGGENANGI PERMUKAAN BETON
- Analisa mengacu pada AHSP 2016
- Setelah dicor beton harus dijaga agar tetap basah selama 1 minggu dengan menyiram,
menggenangi, atau menutup dengan karung basah.
- Air yang digunakan harus air tawar tidak bersifat asam/basa dan tidak mengandung
garam, dan disetui direksi.

2.15. PEKERJAAN TURAP/DPT


- Sebelum melaksanakan pekerjaan DPT harus dilakukan uitset untuk menentukan titik
acuan dan membentuk profil bangunan sesuai gambar.
- Pekerjaan pondasi diawali dengan galian, galian harus sesuai dengan gambar, dan harus
difoto dengan menunjukkan dimensi (dalam dan lebar) pondasi.
- DPT yang tingginya lebih dari 2 m maka harus menggunakan alat bantu stegger dan
pekerja harus menggunakan sabuk pengaman.
- Pekerjaan DPT merupakan pekerjaan tidak menunggu, dapat dilaksanakan bersamaan
sepanjang lokasi pekerjaan.
- Pemasangan dilakukan bertahap, maksimal dipasang setinggi 1 meter, kemudian
dilanjutkan setelah umur pasangan satu hari.
- Bila dibutuhkan timbunan maka setiap kenaikan DPT harus diikuti dengan pekerjaan
timbunan, selain timbunan dapat digunakan untuk pijakan pekerja juga dapat
menstabilkan DPT.
- Untuk tebing yang tingginya lebih dari 3 meter maka harus dibuat pengaman tanah dari
kemungkinan longsor. Pengaman bisa dengan cara menutup tebing secara vertikal dengan
terpal.
- Tinggalkan lokasi pekerjaan ketika terjadi hujan lebat dan atau timbul retakan-retakan
tanah.

2.16. PEKERJAAN KRIB


- Bahan pembuatan krib bisa dari bronjong, pasangan batu, beton atau cerucuk bamboo dll.
Untuk bahan dari bronjong tidak diperlukan pekerjaan dewatering, pekerjaan dari
pasangan batu dan beton harus ada pekerjaan dewatering.
- Sebelum memulai pekerjaan harus ditetapkan titik nol dan profil bangunan.
- Krib dipasang bisa tegak lurus dengan sungai, bisa miring (menyudut) ke arah hulu/hilir,
fungsi utamanya untuk melindungi tebing sungai dari gerusan, terutama pada tikungan
luar. Penetapan bentuk dan arah krib oleh perencana.
- Pekerjaan krib dibuat sesuai dengan gambar rencana, kecuali ada perubahan-perubahan
yang disepakati dan sesuai dengan norma/standard perencanaan.
- Pekerja wajib menggunakan helem, sepatu boot dan sabuk pengaman untuk pekerjaan
krib yang tingginya lebih dari 2 m.
2.17. PEKERJAAN GROUNDSILL
- Groundsill bisa dibuat dari bronjong, pasangan batu, beton, dll. Fungsi groundsill adalah
untuk mengendalikan dasar (riverbed) sungai/saluran dari erosi dasar yang dapat
mengancam bangunan lainnya misalnya pilar jembatan, bendung, pondasi DPT dll.
Ukuran dan tingggi bangunan grounsill disesuaikan dengan keadaan lapangan.
- Sebelum memulai pekerjaan harus ditetapkan titik nol dan profil bangunan.
- Pada sungai episotik pengerjaan grounsill dapat dilakukan dengan separo-separo, artinya
separo digunakan untuk jalan air separo lainnya dilaksanakan pekerjaan pokok.
- Untuk Groundsill yang terbuat dari bronjong tidak begitu perlu dewatering, namun bila
dibutuhkan dapat dilakukan dewatering.
- Pada sungai periodik, pelaksanaan pembangunan grounsill harus memperhatikan musim
dan pola aliran sungai, saat aliran kecil segera memprioritaskan pelaksanaan. Pekerja
harap segera meninggalkan lokasi pekerjaan ketika diduga terjadi hujan lebat di hulu
sungai, dan banjir akan terjadi dengan bercampur dengan material sedimen.
- Pekerja wajib menggunakan sepatu boot, helem dan sabuk pengaman (bila dibutuhkan).

2.18 PEKERJAAN BENDUNG DAN BANGUNAN MELINTANG SUNGAI LAINNYA


- Seperti pekerjaan groundsill bandung juga bangunan sungai yang dibuat melintang
sungai, cara dan metode sama dengan pembangunan grounsil.
- Karena bendung berfungsi menaikkan muka air maka penetapan titik nol saat utzet harus
sangat teliti, sehingga tidak terjadi kesalahan yang berakibat pada tidak mengalirnya air
ke saluran induk.
- Pada sungai periodeik maupun sungai episotik, pelaksanaan pekerjaan bendung dilakukan
separo-separo, akan tetapi bila memungkinkan dapat membuat saluran pengelak di
samping badan sungai hal itu lebih baik.
- Upayakan pelaksanaan pembangunan bendung saat musim kemarau atau saat debit air
sungai masih kecil, bila pelaksanaan terpaksa saat debit air sungai besar maka harus
diyakinkan kistdam/coverdam cukup kuat untuk menahan tekanan air.
- Pekerja wajib mengguanakan sepatu boot, helem, dan sabuk pengaman.
BAB III ADMINISTRASI
Selain pedoman-pedoman teknis pelaksanaan pekerjaan juga harus dibarengi
dengan rangkaian proses administrasi, sebagai bukti yang menerangkan secara tertulis dan
tercatat.

3.1. FE (Field Engineering)


FE atau dalam bahasa Indonesia disebut Pemeriksaan Lapangan Bersama (PLB)
merupakan tahapan awal dalam pelaksanaan fisik lapangan, setelah diterbitkannya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK). Tujuan FE adalah untuk menyepakati pekerjaan yang akan
dilaksanakan antara penyedia jasa dengan pengguna jasa termasuk perubahan-
perubahannya bila ada. Setelah dipahami dan disetujui oleh penyedia jasa maka dibuat
Berita Acara PLB dan gambar rencana dirubah menjadi gambar pelaksanaan (shop
drawing) sebagai gambar acuan pelaksanaan. Setiap penyedia jasa akan merubah bentuk
dan lokasi pekerjaan maka harus mengajukan permohonan dahulu kepada direksi

3.2. KELENGKAPAN YANG HARUS ADA DI LAPANGAN


Dalam rangka transparansi yang dituntut undang-undang maka penyedia jasa
wajib menempelkan pada dinding direksi keet yaitu gambar rencana, jadwal kegiatan
(time schedule), blangko cuaca, dan papan nama proyek yang dapat dilihat oleh
masyarakat. Penyedia jasa juga menyediakan buku tamu, buku catatan keluar dan masuk
bahan material, dan blangko laporan harian. Selain kelengkapan administrasi juga harus
dipenuhi kelengkapan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan logistik.

3.3 LAPORAN
Penyedia jasa wajib membuat laporan harian dan diserahkan kepada direksi,
laporan harian memuat jumlah bahan bangunan yang digunakan, jumlah tenaga kerja,
jenis alat yang digunakan dan volume pekerjaan yang telah dicapai. Guna mendukung
laporan harian berupa capaian volume pekerjaan maka harus dilengkapi dengan
perhitungan volume dengan format yang sudah ditentukan oleh direksi.

3.4 DOKUMENTASI
Setiap tahapan kegiatan harus didokumentasikan, paling utama pada kemajuan
fisik yang digunakan untuk dokumen penagihan.
BAB IV PENUTUP
Tulisan ini sebagai pedoman penyedia jasa, ditulis dengan ringkas dan sederhana
sehingga mudah dipahami. Tulisan ini merujuk pada literatur-literatur dan kenyataan-kenyataan
yang sering terjadi di lapangan, dirangkum sehingga memudahkan penyedia jasa untuk
memedomaninya. Literatur-literatur yang bisa dipedomani yaitu Peraturan Beton Indonesia (PBI)
1971, Peraturan Muatan Indonesia (PMI) dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Spesifikasi ini
merupakan draft sebagai bahan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dalam menyusun Spesifikasi
Teknis yang akan dituangkan dalam dokumen lelang.
Dalam tulisan ini dipastikan masih ada kekurangan-kekurangan oleh karena itu masukan
yang bersifat menambahkan dan melengkapi akan diterima. Apabila masalah-masalah yang
ditemui di lapangan tidak dipayungi oleh tulisan ini maka spesifikasi dan pedoman-pedoman
yang ada, yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat digunakan.

Anda mungkin juga menyukai