Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : DBD

Sasaran : Orang tua pasien di ruangan Tulip


RSUD Kota Makassar
Tempat : Ruangan Tulip
Waktu : 40 Menit

I. Tujuan Instruksional Umum

Setelah di berikan penyuluhan kesehatan pada keluarga agar mengetahui apa itu
DBD, pencegahan dan cara penanganan .

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan orang tua mampu:

1. Mengetahui pengertian DBD

2. Tanda dan gejala anak mengalami DBD

3. Mengetahui penatalaksanaan DBD pada anak

II. Materi

1. Pengertian DBD

2. Penyebab DBD

3. Tanda dan Gejala DBD

4. Cara penanganan DBD pada anak

III. Metode

Ceramah dan Tanya Jawab

IV. Media
1. Banner

2. Leaflet

3. Daftar hadir penyuluhan

V. Pengorganisasian

Penyaji :

Moderator :

Observer :

Fasilitator :

Job Deskcription

1. Moderator : mengarahkan jalannya acara

2. Penyaji : menyampaikan materi penyuluhan

3. Observer : mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan,


mengevaluasi jalannya penyuluhan
4. Fasilitator : membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara
aktif dalam diskusi.
VI. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan Mendengarkan
a) Membuka kegiatan pembukaan yang
dengan mengucapkan salam disampaikan
b) Memperkenalkan diri moderator
c) Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu
2. 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan
Penyampaian materi melalui dan memberikan
media Banner dan Liflet umpan balik
a) Menjelaskan pengertian DBD terhadap materi
b) Menjelaskan penyebab DBD yang
c) Menjelaskan gejala DBD disampaikan
d) Menjelaskan penanganan DBD
3. 10 Menit Tanya jawab Mengajukan
Memberikan kesempatan kepada pertanyaan
peserta untuk bertanya tentang
materi yang
kurang dipahami
4. 5 menit Evaluasi Menjawab
Menanyakan kembali kepada peserta Pertanyaan
tentang materi yang telah diberikan

5. 5 menit Penutup Mendengarkan


a) Menjelaskan kesimpulan dengan seksama
dari materi penyuluhan Dan menjawab
b) Ucapan terimakasih Salam salam
penutup
40 menit Toatal Waktu
VII. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Peserta hadir ditempat penyuluhan

b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruangan Tulip RSUD Kota


Makassar

2. Evaluasi Proses

a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

b. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar


3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orang tua dapat memahami terkait
dengan pencegahan dan penanganan DBD pada anak.
MATERI PENYULUHAN
1. Definisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang


disebabkan oleh virus ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit DBD dapat muncul
sepanjang tahun (Kemenkes, 2019). Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh arbovirus (arthopodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes
albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014).
2. Etiologi
Penyebab dari DHF adalah virus dengue sejenis arbovirus (Wulandari and Meira 2016).
Penyebab penyakit DHF adalah virus dengue. Virus dengue ini terutama ditularkan melaui
vektor nyamuk Aesdes aegypti. Jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh Indonesia kecuali
ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut. (Nursalam dkk, 2008).

3. Klasifikasi
Tabel 1.1 Klasifikasi Derajat Infeksius Dangue
DD/ DBD Derajat Gejala

DD Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeriretro-


orbital, sakit pada otot, sakit pada persendian.

DBD I Gejala diatas ditambah uji bendung positif

DBD II Gejala diatas ditambah perdarahan spontan

DBD III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan
lembab serta gelisah)

DBD IV Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak
terukur

Sumber : Soadjas, 2011

DBD dibedakan menjadi 4 derajat, sebagai berikut :

1) Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji
turniket positif) .
2) Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain
3) Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah
4) Derajat IV : ranjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur. (WHO, 2017).
4. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat C3 dan C5 akan dilepas C3a dan
C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat
sebagai factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan
plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya factor
koagulasi (prothrombin, factor V, VII, IX, X, dan fibrinogen) merupakan factor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang
menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma
melalui endotel dinding pembuluh darah dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian (Wulandari and Meira 2016). Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8
hari (Soegijanto, 2006).

5. Manifestasi Klinis
Penyakit DHF ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai gejala
lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung,
sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan
ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan
berupa perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis, sampai
perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga
hematuria massif.
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah
menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda anak menjadi makin lemah, ujung-
ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin, dan lembap. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan
tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang (Ngastiyah, 2014).

Gejala klinis untuk diagnosis DHF, sebagai berikut :

1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa sebab jelas.
2. Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dan adanya salah satu
bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
melena atau hematemesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20
mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg
atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
6. Komplikasi
Menurut Wulandari dan Meira (2016), komplikasi yang dapat terjadi pada pasien demam
berdarah:
a. Hepatitis
b. Efusi pleura
c. Kejang
d. syok
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang DHF menurut Nurarif dan Kusumas (2015) adalah:

a. Pemeriksaan darah lengkap

a. Hemoglobin menurun (Normal Hb : 10-16gr/dl)

b. Hematokrit meningkat mencapai 20% (Normal Lk : 40-54%, Pr : 35- 47%)


c. Trombosit menurun menyebabkan trombositopenia 100.000/ml atau kurang
(Normal : 200.000- 400.000/ml)
b. Pemeriksaan analisa gas darah
a. Urine dan pH dapat meningkat

b. Dalam keadaan lanjut terjadi asidosis metabolic mengakibatkan PCO2 menurun


(Normal : 35-40 mmHg)
c. SGOT/SGPT meningkat
8. Penatalaksanaan
Menurut Ngastyah (2014) menyebutkan bahwa penatalaksanaan pasien DBD ada
penantalaksanaan medis dan keperawataan diantanya :
a. Penatalaksanaan Medis
1) DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia, dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan
haus. Orang tua dilibatkan dalam pemberian minum pada anak sedikt demi sedikit yaitu
1,5-2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik dan
kompres hangat. Jika anak mengalami kejang-kejang diberi luminal dengan dosis : anak
yang berumur 1 tahun 75mg. atau antikonvulsan lainnya. Infus diberikan pada pasien
DHF tanpa renjatan apabila pasien teruss menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancan terjadinya dehidrasi atau hematokrit yang cenderung meningkat
2) DHF disertai renjatan
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segara dipasang infus sebagai
pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang biasanya diberikan
Ringer Laktat. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur.
Apabila renjatan sudah teratasi, kecepatan tetesan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam.
Pada pasien dengan renjatan berat atau renjatan berulang perlu dipasang CVP (central
venous pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui safena magna atau vena
jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Perawatan pasien DBD derajat I
Pada pasien ini keadaan umumya seperti pada pasien influenza biasa dengan gejala
demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya, tetapi terdapat juga gejala perdarahan.
Pasien perlu istirahat mutlak, observasi tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan
trombosit secara periodik (4 jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam. Obat-
obatan harus diberikan tepat waktunya disamping kompres hangat jika pasien demam.
2) Perawatan pasien DBD derajat II
Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat sudah dalam
keadaan lemah, malas minum dan tidak jarang setelah dalam perawatan baru beberapa
saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan. Oleh karena itu, lebih baik jika pasien
segera dipasang infus. Bila keadaan pasien sangat lemah infus lebih baik dipasang pada
dua tempat. Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin serta
trombosit.
3) Perawatan pasien DBD derajat III (DSS)
Pasien DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan penanganan yang
cepat dan tepat akan menjadi fatal sehingga memerlukan perawatan yang intensif.
Masalah utama adalah kebocoran plasma yang pada pasien DSS ini mencapai
puncaknya dengan ditemuinya tubuh pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena
menjadi kental sehingga mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan
saraf pusat. Akibat terjadinya kebocoran plasma pada paru terjadi pengumpulan cairan
didalam rongga pleura dan menyebabkan pasien agak dispnea, untuk meringankan
pasien dibaringkan semi-fowler dan diberikan O2. Pengawasan tanda vital dilakukan
setiap 15 menit terutama tekanan darah, nadi dan pernapasan. Pemeriksaan Ht, Hb dan
trombosit tetap dilakukan secara periodik dan semua tindakan serta hasil pemeriksaan
dicatat dalam catatan khusus.
9. Prognosis
Demam berdarah tanpa adanya komplikasi merupakan penyakit ringan. Demam
berdarah dapat sembuh sendiri (self limiting dieases) yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Bila
tidak disertai renjatan dalam 24-36 jam maka prognosis menjadi baik, sedangkan bila tidak
ditemukan perbaikan dalam24-36 jam kemungkinan prognosis buruk. Penyakit dengan infeksi
dangue membahayakan sekitar 20 juta individu setiap tahun di daerah negara tropis dan
subtropics. Angka kematian berkisar 1%-2%, dengan tanda-tanda penyakit mulai perubahan
derajat trombositopenia dan tumpahan vascular serta kegagalan multiorgan. Kasus korban
demam berdarah ekstrim di Asia khususnya negara sekitar sebanyak 0,55-3,5 % (Eka Fitri
Sari Ningrum, 2021).

10. Pencegahan DBD


Salah satu cara untuk mencegah terjadinya DBD adalah dengan melakukan 3 M yaitu
sebagai berikut:

a. Menguras, merupakan kegiatan membersihkan atau menguras tempat yang sering


menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, drum dan tempat
penampungan air alinnya. Dinding bak maupun penampungan air juga harus digosok
untuk membersihkan dan membuang telur nyamuk yang menempel erat pada dinding
tersebut. Saat musim hujan maupun pancaroba, kegiatan ini harus dilakukan setiap hari
untuk menutup siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan ditempat kering selama 6 bulan.

b. Menutup, merupakan kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak
mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang
bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat berpotensi
menjadi srang nyamuk.

c. Memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang),
disarankan untuk memanfaatkan kembali atau mendaur ulang bang-barang bekas yang
berpotensi menjadi tempat perkembanganbiakan nyamuk demam berdarah.

DAFTAR HADIR PENYULUHAN HIPERTERMI

NAMA PARAF

Anda mungkin juga menyukai