Anda di halaman 1dari 5

Lalu Gin Gin Budiarsa

Agri Bootcamp 2022


e-Mail : Lalu.agb@crowde.co

Lombok Timur, 07 Februari 2022

I. Pendahuluan

Singkong (Manihott Utilissima) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang telah
lama dibudayakan di Indonesia. Singkong banyak dibudidayakan karena sistem budidayanya yang
mudah, tidak membutuhkan modal saprodi yang tinggi, serta tahan terhadap gangguan hama penyakit
serta cekaman lingkungan. Budidaya singkong bersifat sangat fleksibel karena dapat hidup pada
berbagai kondisi lingkungan. Baik dibudidayak pada dataran tinggi maupun dataran rendah hasil
budidaya singkong tetap optimal, sehingga singkong kerap kali dipilih sebagai spesies tanaman yang
dibudidayakan oleh petani. Berdasarkan hasil penelitian Romadlon (2019), singkong dapat
berproduksi optimal pada tanah sub optimal, sehingga singkong potensial menjadi tanaman alternatif
bagi petani untuk budidaya tanaman di lahan yang kurang prodktif.
Budidaya singkong selain ditanam sebagai tanaman pokok, kerap kali singkong ditanam pula
sebagai tanaman sela atau tanaman pagar pada berbagai sistem budidaya tanaman. Produksi singkong
baik ditanam sebagai tanaman utama maupun tanaman sela atau bahkan sebagai tanaman pagar tetap
dapat menghasilkan produk yang optimal. Menurut data yang diakses dari Badan Pusat Statistik,
produksi singkong rata-rata di Indonesia berada pada nilai 160,53 kuintal per Hektare. Nilai produksi
ini menunjukan poduksi yang tinggi sehingga kebutuhan komoditi singkong di masyarakat juga
tergolong tinggi.
Kebutuhan singkong yang tinggi di masyarakat tetap stabil tiap tahunnnya, masyarakat
biasanya memanfaatkan singkong sebagai bahan pangan sumber karbohidrat atau sebagai bahan
pangan alternatif untuk diolah menjadi berbagai produk pangan olahan. Pengolahan umbi singkong
menjadi tepung singkong merupakan bentuk olahan yang paling banyak ditemukan di masyarakat.
Olahan tepung singkong disebut sebagai tepung mocaf yang telah diolah menjadi berbagai turunan
produk pangan. Berdasarkan hasil penelitian Paramita (2011), dalam tepung singkong mengandung
protein sebesar 1,6 gram, lemak sebesar 0,6 gram dan karbohidrat total sebesar 88,6 gram. Nilai
karbohidrat dalam tepung singkong lebih tinggi dibandingkan dengan tepung kentang yang hanya 85,6
gram dan tepung terigu yang hanya mengandung 73,54 gram. Hal ini menunjukan bahwa tepung
singkong dapat menjadi salah satu produk pangan unggulan yang potensial untuk dikembangkan.
Salah satu cara mengoptimalkan produktivitas komoditi singkong yaitu meningkatkan kualitas
bahan tanam yang digunakan. Saat ini para petani biasanya hanya menggunakan bahan tanam yang
diperoleh dari musim tanam sebelumnya. Bahan tanam menggunakan teknik stek batang yang ditanam
langsung pada lahan pertanian. Perbaikan bahan tanam dengan memperbaiki varietas yang digunakan
dapat menjadi cara untuk mengoptimalkan potensi hasil budidaya tanaman singkong. Salah satu
varietas singkong yang mempunyai produksi tinggi yaitu singkong gajah (Manihott utilissima var.
cranzz). Menurut informasi yang diakses dari laman Kementraian Pertanian Republik Indonesia,
Singkong gajah mempunyai ukuran umbi yang lebih tinggi serta lebih tahan terhadap kutu-kutuan. Hal
ini menyebabkan singkong gajah sebagai varietas singkong yang dapat memproduksi hasil yang
optimal serta mempunyai sifat unggul pada aspek budidayanya. Oleh karena itu, pada esai berikut
dipaparkan mengenai dasar-dasar agronomi pada komoditi tanaman singkong.
II. Pembahasan

2.1 Taksonomi Tanaman


Singkong gajah sebagai salah satu varietas singkong di Indonesia yang mempunyai daya hasil
tinggi sangat potensial dikembangkan, terutama saat ini dimana masyarakat Indonesia mulai menyukai
produk pangan alternatif yang dapat menjadi langkah diversifikasi pangan. Adapun berikut taksonomi
tanaman singkong gajah,

Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta/Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihott utilissima/Manihott esculenta
Varietas : Manihott utilissima var. cranz

2.2 Deskripsi Varietas

Singkong gajah merupakan singkong varietas unggul dari yang merupakan varietas lokal dari
Kalimantan Timur. Produksi singkong gajah dapat mencapai produksi hingga 40 kg per tanaman.
Singkong gajah dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, tetapi kurang tumbuh
baik pada daerah rawa atau yang terus menerus sering tergenang air. Dengan pertumbuhan yang
normal, pohon singkong gajah dapat mencapai tinggi empat sampai dengan lima meter. Produksi rata-
rata singkong gajah segar per hektar mencapai 120 ton dengan umur panen tanaman mencapai 10
bulan. Ciri-ciri singkong varietas gajah yaitu daun muda berwarna kemerahan, ujung tunas saat
tanaman berumur tiga hingga empat bulan bercabang tiga, batang tanaman berwarna ungu kemerahan
dengan daun tanaman yang lebih lebar dibandingkan singkong biasa (Wikipedia Indonesia, diakses 7
Februari 2022).

2.3 Fenologi Tanaman


Fenologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai peristiwa pembentukan buah pada
tanaman mulai dari masa awal perbungaan hingga periode terbentuknya buah. Fenologi penting
dipelajari untuk mengetahui perlakuan serta waktu yang tepat diberikan kepada bunga dan buah
tanaman untuk memperoleh komoditi buah atau biji yang optimal. Selain itu, fenologi penting
dipelajari khususnya pada bidang pemuliaan tanaman untuk memperoleh hasil persilangan dengan
varietas baru yang ditujukan. Khususnya pada tanaman singkong varietas gajah, fenologi penting
dipelajari untuk menghasilkan varietas unggulan baru, mengingat saat ini belum terdapat varietas
hibdrida singkong unggul yang ditanam di Indonesia. Berikut fenologi pada tanaman singkong.
Periode awal terbentuk bunga Periode bunga matang Periode bunga setelah penyerbukan

Periode awal pembentukan buah Proses awal pembentukan buah Periode akhir pembentukan buah

Periode pematangan biji

2.4 Tipe Fotosintesis


Tanaman singkong merupakan tanaman yang tahan terhadap kondisi cekaman kekeringan,
karena tahan terhadap kekeringan menandakan proses penyerapan air dan fotosintesis pada tanaman
efektif, sehingga laju penguapan rendah. Menurut Salisburry (1994) tanaman C4 merupakan tanaman
yang tahan terhadap kondisi kekeringan karena mempunyai kemampuan fotosintesis yang baik.
Tanaman C4 adalah golongan tanaman yang efisien karena tidak terdapat fotorespirasi, jika pun ada
maka nilainya sangat rendah. Tanaman C4 menghasilkan 4 atom karbon sebagai produk utama
pembongkaran CO2. Singkong yang juga termasuk ke dalam tanaman C4 juga memiliki
kemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman kekeringan, sehingga dapat ditanam pada
lahan sub optimal pada lahan kering ataupun lahan berpasir.

2.5 Bagan Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Singkong Gajah


Tanaman singkong gajah termasuk ke dalam tanaman yang mempunyai umur cukup
panjang mencapai 10 bulan. Komoditi utama tanaman singkong berupa bagian umbinya yang
mempunyai kandungan karbohidrat tinggi sehingga potensial menjadi sumber pangan. Selain
bagian umbi, bagian daun singkong juga kerap kali dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi
karena mempunyai rasa yang sesuai karakteristik lidah masyarakat Indonesia, serta
mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi seperti vitamin B1 dan kalsium. Biasanya
sebelum memasuki periode berbunga tanaman singkong dipanen terlebih dahulu, karena
periode berbunga biasanya muncul saat tanaman sudah memasuki umur di atas 12 bulan. Hal
ini menyebabkan produksi bibit singkong dihasilkan dari perbanyakan stek, namun dapat pula
dikembangkan dari biji hasil perbungaan. Berikut bagan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman singkong,
(21 Hari) (7 Hari) (16 Bulan) (17 bulan) (18 bulan)

Penanaman biji Perkecambahan Terbentuknya daun awal Munculnya bunga Terbentuknya bakal Buah Panen

Fase Vegetatif (12 bulan) Fase Generatif (2 bulan)

Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman singkong membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk dapat menghasilkan bahan panenan berupa biji. Jika pembibitan dilakukan dari biji maka
waktu yang dibutuhkan untuk perkecambahan selama 21 hari dan membutuhkan waktu sekitar 7 hari
hingga muncul daun awal. Setelah tanaman berumur setidaknya 16 bulan maka tanaman akan
memasuki fase pertumbuhan generatif, dimana tanaman singkong akan menghasilkan bunga. Bunga
akan mekar hingga satu minggu dan akan menghasilkan bakal buah jika berhasil terjadi pembuahan
setelah satu bulan. Lalu biji akan matang ketika tanaman telah memasuki umur ke 18 bulan dimana
biji dapat dipanen kembali untuk perbanyakan.

III. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan mengenai tanaman singkong varietas gajah
(Manihott utilissima var. Cranz), maka dapat disimpulkan bahwa,
a) Tanaman singkong gajah potensial untuk dikembangkan karena dapat ditanam pada lahan
marginal yang sub optimal, namun dapat menghasilkan produksi umbi singkong yang optimal.
b) Tanaman singkong termasuk ke dalam tanaman C4 sehingga mempunyai kemampuan
fotosintesis yang optimal.
c) Perbanyakan tanaman singkong selain menggunakan stk batang dapat pula menggunakan
perbanyakan dari biji, namun membutuhkan waktu penanaman yang lebih lama untuk
memproduksi komoditi umbi dan biji.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Satistik, (2019), Statistik Produksi Ubi Kayu Per Luas Areal Garapan, Jakarta.

Kementrian Pertanian Republik Indonesia, (2020), Budidaya Komoditas Singkong Gajah, Jakarta.

Paramita, O. (2011). Identifikasi Kandungan Gizi Tepung Umbi–Umbian Lokal Indonesia. Prosiding
Pendidikan Teknik Boga Busana.

Romadlon, G. P. (2019) Sifat Fisika Tanah Lahan Kering Suboptimal Di Kecamatan Panji, Kendit,
dan Kapongan Kabupaten Situbondo Untuk Pengtembangan Budidaya Singkong (Manihot
utilissima L.) (Doctoral dissertation, Fakultas Pertanian).

Salisbury, Frank. 1991. Plant Physiology. Wadsworth publishing, California.

Wahyurini, E., Sugandini, D., & Haryanto, I. (2021). Pemberdayaan Perempuan Desa Prima Melati
Sari Sumbersari, Moyudan, Sleman Dalam Produksi Dan Olahan Singkong. Prosiding
Seminar Nasional LPPM

Wikipedia Indonesia, (2018), Deskripsi Tanaman Singkong Gajah, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai