Anda di halaman 1dari 22

Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

2.1. Gelombang
2.1.1. Teori Gelombang Airy
Teori gelombang linier (Airy) diturunkan berdasarkan persamaan Laplace untuk
aliran tak rotasional (irrotational flow) dengan mengambil kondisi batas (boundary
condition) di permukaan air dan dasar laut. Kondisi batas di permukaan air diperoleh
dengan melinierkan persamaan Bernoulli untuk aliran tak mantap. Penyelesaian persamaan
tersebut memberikan potensial kecepatan periodik untuk aliran tak rotasional. Potensial
kecepatan ini kemudian digunakan untuk menurunkan persamaan dari berbagai
karakteristik gelombang seperti fluktuasi muka air, kecepatan dan percepatan partikel,
tekanan, kecepatan rambat gelombang, dan sebagainya.
Pada Gambar 2.1 di bawah ini menunjukkan suatu gelombang berada pada system
koordinat x (absis) dan y (ordinat), dimana gelombang menjalar pada arah sumbu x.

wave crest C
y

swl
a 
x
H a 0
still water level

wave trough

bottom, y = - d

Gambar
Gambar 4.1definisi gelombang
2.1 Sketsa

Gelombang adalah dinamika/pergerakan naik dan turunnya permukaan laut yang


disebabkan oleh berbagai kekuatan, dimana profil/fluktuasi muka air merupakan fungsi
ruang (x) dan waktu (t) yang mempunyai bentuk persamaan sebagai berikut :

H
 cos (kx   t ) (2.1)
2
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Dengan :
 = fluktuasi muka air terhadap muka air diam (still water level, swl),
d = jarak antara swl dan dasar laut,
H = tinggi gelombang = 2a,
a = amplitudo gelombang = H/2,
L = panjang gelombang,
C = kecepatan rambat gelombang = L/T,
k = angka gelombang = 2/L,
 = frekuensi sudut gelombang = 2/T,
T = periode gelombang.

Teori gelombang Airy atau teori gelombang amplitude kecil, dikembangkan dengan
melakukan linierisasi persamaan gelombang yang kompleks, sehingga diperoleh
persamaan implisit yang disebut dengan persamaan dispersi, yang menghubungkan
antara kecepatan jalar gelombang (C), periode gelombang (T), dan kedalaman (d), dengan
bentuk persamaan sebagai berikut :

 2  gk tanh kd (2.2)

dengan : g = percepatan gravitasi (9.81 m/det2),


tanh = tangen hiperbolik.

Jika persamaan frekuensi sudut gelombang (σ) dan persamaan angka gelombang
(k) disubstitusikan ke dalam Persamaan (2.2), maka persamaan dispersi menjadi :

 2  2 2
2

  g tanh d (2.3)
 T  L L

Oleh karena C = L/T, maka Persamaan (2.3) menjadi :


L 2
C2  g tanh d (2.4)
2 L

Persamaan (2.4) menunjukkan laju penjalaran gelombang sebagai fungsi kedalaman air (d)
dan panjang gelombang (L).
Jika nilai k = σ/C = (2π/T)/C disubstitusikan ke dalam Persamaan (2.4), akan
didapat nilai kecepatan rambat gelombang (C) sebagai fungsi T dan d, seperti berikut ini.
T 2
Cg tanh d (2.5)
2 L
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Dengan memasukan nilai k = 2π/L dan C = L/T ke dalam Persamaan (2.5), akan diperoleh
panjang gelombang (L) sebagai fungsi kedalaman (d), seperti berikut ini.
T2 2
Lg tanh d (2.6)
2 L

5.1.1. Klasifikasi Gelombang Linier


Gelombang yang menjalar dari laut dalam adalah gelombang sinusoidal. Penjalaran
gelombang di laut dalam tidak dipengaruhi oleh kedalaman dasar (d), tetapi untuk
gelombang di laut transisi dan laut dangkal, penjalarannya dipengaruhi oleh kedalaman
dasar. Di zona ini, apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang, bagian dari puncak
gelombang yang berada di kedalaman yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan
lebih kecil daripada bagian yang menjalar di kedalaman yang lebih besar.
Berdasarkan kedalaman relative (d/L), yaitu perbandingan antara kedalaman air (d)
dan panjang gelombang (L). Gelombang dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) macam
yaitu :
1. gelombang di laut dalam jika d/L ≥ 0.50
2. gelombang di laut transisi jika 0.05 < d/L < 0.50
3. gelombang di laut dangkal jika d/L ≤ 0.05

Untuk gelombang di laut dalam, apabila kedalaman relatif d/L lebih besar dari
0.50, maka nilai tanh (2πd/L) = 1.0 sehingga Persamaan (2.5) dan (2.6) menjadi :

gT
C0  1.56 T (2.7)
2
gT 2
L0  1.56 T 2 (2.8)
2

dengan : C0 = kecepatan rambat gelombang di laut dalam (m/det),


L0 = panjang gelombang di laut dalam (m),
g = percepatan gravitasi (9.81 m/det2).

Untuk gelombang di laut transisi, dengan nilai 0.05 < d/L < 0.50, maka kecepatan
rambat gelombang dan panjang gelombang adalah :

C L 2 d
 tanh (2.9)
C 0 L0 L
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Apabila kedua ruas dari Persamaan (2.9) dikalikan dengan d/L maka akan didapat :

d d 2 d
 tanh (2.10)
L0 L L

Untuk gelombang di laut dangkal, apabila kedalaman relatif d/L ≤ 0.05, maka nilai
tanh (2πd/L) =2πd/L sehingga Persamaan (2.5) dan (2.6) menjadi :

C  gd (2.11)

L  gd T  C T (2.12)

5.1.2. Gelombang Pecah


Gelombang akan pecah jika kecepatan partikel air melebihi kecepatan jalar
gelombangnya. Pada saat itu partikel air di puncak gelombang mendahului bentuk
gelombang atau puncaknya sehingga gelombang tidak stabil dan pecah. CERC (1984)
menyatakan bahwa gelombang pecah di air dangkal terjadi pada Hb/db = 0.78 dengan
angka 0.78 merupakan koefisien tinggi relatif gelombang pecah atau koefisien gelombang
pecah.
Ada beberapa persamaan empiris dalam menentukan tinggi gelombang pecah, salah
satunya adalah rumus empiris yang ditemukan oleh Kaminski dan Kraus (1993) dalam
Ahrens (1998) yakni sebagai berikut :
 0.28
Hb  H '
 0.46  O  (2.13)
HO '  LO 

dengan : Hb = tinggi gelombang pecah (m),


H0’ = tinggi gelombang laut dalam ekivalen (m),
L0 = panjang gelombang di laut dalam (m).

Penggunaan Persamaan (2.13) di atas untuk memperkirakan tinggi gelombang pecah


sedangkan untuk memperkirakan letak kedalaman gelombang pecah, menggunakan
kriteria yang dikembangkan oleh Weggel (1972) dalam USACE (2000) dengan bentuk
persamaan sebagai berikut :
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Hb H
b   b'a' b2 (2.14)
db gT

Triatmodjo (1999) menyarankan menggunakan grafik untuk menghitung tinggi dan


kedalaman pecah pada kedalaman tertentu, yang dituliskan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut :
db 1
 (2.15)
H b b'(a' H b / gT 2 )

dengan : 
a'  43.75 1  e 19 tan   b' 

1.56
1  e 19.5 tan  
a’ dan b’ merupakan fungsi kemiringan dasar pantai (tanβ),
db adalah kedalaman gelombang pecah.

Untuk menentukan tinggi gelombang laut dalam ekivalen digunakan persamaan


berikut :
H0’ = H0  KR  KD KS (2.16)
Pemakaian gelombang ini bertujuan menetapkan tinggi gelombang yang mengalami
refraksi, difraksi dan transformasi lainnya, sehingga perkiraan transformasi dan deformasi
gelombang dapat dilakukan dengan mudah.
Koefisien refraksi dihitung dengan menggunakan Snell’s Law seperti berikut ini.
sin θb = Cb/C0  sin θ0 (2.17)

dan koefisien refraksi adalah :

cos o
KR 
cos b (2.18)

dengan : KR = koefisien refraksi,


θb = sudut datang gelombang pecah,
θ0 = sudut datang gelombang di laut dalam,
Cb = kecepatan rambat gelombang pecah (m/det).

5.1.3. Pembangkitan Gelombang Angin


Angin yang berhembus di atas permukaan air yang semula tenang, akan
menyebabkan gangguan pada permukaan tersebut, dengan timbulnya riak gelombang kecil
di atas permukaan. Apabila kecepatan angin bertambah, riak tersebut menjadi semakin
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

besar, dan apabila angin berhembus terus, akhirnya akan terbentuk gelombang. Semakin
lama dan semakin kuat angin berhembus, maka gelombang yang terbentuk semakin besar.
Sebagian besar gelombang di laut dibangkitkan oleh angin, dimana tinggi dan
periode gelombang yang dibangkitkan dipengaruhi oleh kecepatan angin (U), lama hembus
angin (td), dan fetch (F).

A. Faktor Tegangan Angin (wind stress factor)


Biasanya pengukuran angin dilakukan di daratan, padahal di dalam rumus-rumus
pembangkitan gelombang angin yang digunakan adalah diukur di atas permukaan laut.
Seperti data angin yang biasanya diperoleh dari Badan Meteorologi & Geofisikan, BMG
berupa kecepatan angin. Oleh karena itu diperlukan transformasi dari data angin di daratan
yang terdekat dengan lokasi studi ke data angin di atas permukaan alut. Transformasi
tersebut dituangkan dalam bentuk koreksi untuk mendapatkan faktor tegangan angin, UA
(wind stress factor).

a) Koreksi elevasi
Wind stress factor dihitung dari kecepatan angin yang diukur dari ketinggian 10 m
di atas permukaan. Bila data angin diukur tidak dalam ketinggian ini, koreksi perlu
dilakukan dengan persamaan berikut ini (persamaan ini dapat dipakai untuk z < 20 m) :
1
 10  7
U10  U z   (2.19)
 z
dengan :
U10 = kecepatan angin hasil koreksi elevasi (m/det),
Uz = kecepatan angin yang tidak diukur pada ketinggian 10 m (m/det),
z = elevasi atau ketinggian alat ukur di atas permukaan laut (m).

b) Koreksi durasi
Data angin yang tersedia biasanya tidak disebutkan durasinya atau merupakan data
hasil pengamatan sesaat. Kondisi sebenarnya kecepatan angin adalah selalu berubah-ubah
meskipun pada arah yang sama. Untuk melakukan peramalan gelombang diperlukan juga
durasi angin bertiup, dimana selama dalam durasi tersebut dianggap kecepatan angin
adalah konstan. Oleh karena itu, koreksi durasi ini dilakukan untuk mendapatkan
kecepatan angin rata-rata selama durasi angin bertiup diinginkan. Berdasarkan data hasil
pengamatan angin sesaat, dapat dihitung kecepatan angin rata-rata untuk durasi angin
tertentu, dengan prosedur sebagai berikut :
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

a. Diketahui kecepatan angin sesaat adalah u10, akan ditentukan angin dengan durasi ti
detik (ut).
1609
ti  det (2.20)
u10

b. Menghitung u3600
u10
 c1
u3600
u10
u3600  (2.21)
c1

c. Menghitung ut dengan ti = durasi yang ditentukan

ut
 cd
u3600

ut  u3600  cd (2.22)

dengan nilai c adalah sebagai berikut :

untuk 1 < ti < 3600 det :

  45  
c  1.277  0.296 tanh 0.9 log   (2.23)
  ti  

untuk 3600 < ti < 36000 det :

c  0.15 log t i 1.5334 (2.24)

Keterangan :
U10 = kecepatan angin hasil koreksi elevasi (m/det)
Ut = Kecepatan angin untuk durasi angin yang diinginkan (m/det)
ti = durasi angin yang diinginkan (detik)

c) Koreksi stabilitas dan koreksi lokasi pengamatan


Koreksi stabilitas (RT) diperlukan karena adanya perbedaan temperatur antara udara
dan laut. Apabila data temperatur tidak diketahui, maka CERC (1984) menyarankan
penggunaan RT = 1.1. Sedangkan koreksi lokasi dilakukan karena data angin yang
digunakan adalah data angin daratan sehingga perlu adanya koreksi lokasi untuk
menjadikan data angin daratan menjadi data angin pengukuran di laut. Berikut ini adalah
persamaan yang digunakan untuk koreksi stabilitas :
U L  R T . Ut (2.25)
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Sedangkan untuk menentukan kecepatan angin di laut, digunakan persamaan


sebagai berikut:
UW  R L .UL (2.26)

dengan :
U10 = kecepatan angin hasil koreksi elevasi (m/det),
RT = rasio amplifikasi, (RT = 1.1),
UL = kecepatan angin di daratan (m/det),
RL = rasio kecepatan angin di atas laut dengan daratan, diperoleh dari kurva,
UW = kecepatan angin di laut ((m/det).

Adapun kurva rasio kecepatan angin di atas laut dengan di daratan, ditunjukkan
pada Gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2. Kurva rasio kecepatan angin di atas laut dengan di daratan.
(Sumber : CERC, 1984)

d) Koreksi koefisien seret


Setelah data kecepatan angin melalui koreksi-koreksi di atas, maka data kecepatan
tersebut dikonversi menjadi wind stress factor (UA) dengan menggunakan persamaan di
bawah ini :

U A  0.71 U w
1.23
(2.27)

dengan : Uw = kecepatan angin di laut (m/det),


UA = wind stress factor (m/det).
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

B. Fetch
Fetch didefinisikan sebagai daerah angin bergerak dengan arah dan kecepatan
angin yang relatif konstan. Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch
dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan gelombang,
gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga
dalam berbagai sudut terhadap arah angin. Arah angin yang masih dapat diterima sebagai
konstan untuk hitungan adalah bila perubahan arahnya kurang dari 150. Perubahan arah
angin lebih dari 450 seyogyanya dianggap sebagai arah yang berbeda.
Pada beberapa pustaka, dikenal fetch efektif untuk meramalkan gelombang.
Menurut beberapa penelitian terakhir, ternyata penggunaan fetch efektif berakibat terlalu
rendahnya hasil hitungan, namun demikian CERC (1984) masih menganjurkan untuk
menggunakan fetch efektif yang dihitung dengan memperhatikan perairan dan pulau di
depan atau di sekitar lokasi yang ditinjau.
Perhitungan panjang fetch efektif dilakukan dengan menggunakan bantuan peta
topografi lokasi dengan skala yang cukup besar atau menggunakan Google Earth. Menurut
CERC (1984) penggambaran dan perhitungan fetch gelombang dilakukan dengan menarik
garis lurus sebanyak 9 radial dari titik yang ditinjau ke arah laut dengan garis radial
ditengah merupakan garis arah angin yang ditinjau. Sudut antara atau deviasi garis radial
ini 30 dengan total sudut 240 dan setiap garis dibuat hingga sampai ke pulau atau daratan.
Panjang garis radial kemudian direratakan yang menunjukkan fetch efektif. Persamaannya
dapat ditulis dalam bentuk berikut ini :
9

F i
Feff  i 1
(2.28)
9
Untuk keperluan peramalan gelombang, fetch efektif juga dapat dihitung dengan
menggunakan Saville’s Method (1962) atau dalam buku teknik pantai Bambang
Triatmodjo (1999) dengan bentuk persamaan sebagai berikut :

Feff 
 F cos 
i
(2.29)
 cos 
dengan : Feff = fetch efektif,
Fi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke
ujung akhir fetch,
ά = deviasi pada kedua sisi arah angin, dengan menggunakan pertambahan
60 sampai sudut sebesar 420 pada kedua sisi arah angin.
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Gambar 2.3. Contoh penentuan fetch efektif dari arah Barat dengan metode Saville.

Tabel 2.1. Contoh hasil perhitungan panjang fetch efektif arah Barat dengan
metode Saville

a ( o) Cos a Fi (m) Fi Cos a


42 0.74 0.00 0.00
36 0.81 0.00 0.00
30 0.87 0.00 0.00
24 0.91 0.00 0.00
18 0.95 0.00 0.00
12 0.98 23,141.72 22,636.02
6 0.99 21,619.24 21,500.81
0 1.00 22,744.57 22,744.57
6 0.99 23,807.27 23,676.85
12 0.98 24,355.37 23,823.15
18 0.95 22,597.32 21,491.33
24 0.91 24,345.80 22,241.00
30 0.87 25,497.72 22,081.67
36 0.81 36,112.23 29,215.41
42 0.74 35,414.14 26,317.83
Total 13.51 235,728.63
Feff (m) 17,447.27
Feff (km) 17.45

C. Peramalan/Hindcasting Gelombang di Laut Dalam


Pembentukan gelombang di laut dalam, dianalisa dengan formula-formula empiris
yang diturunkan dari model parametrik berdasarkan spektrum gelombang JONSWAP
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

(Joint North Sea Wave Project) (CERC, 1984). Prosedur peramalan tersebut berlaku baik
untuk kondisi fetch terbatas (fetch limited condition) maupun kondisi durasi terbatas
(duration limited condition).
Pada kondisi fetch terbatas, angin bertiup secara konstan cukup jauh untuk tinggi
gelombang di ujung fetch dalam mencapai keseimbangan sedangkan pada kondisi durasi
terbatas, tinggi gelombang dibatasi waktu setelah angin bertiup/berhembus. Spektral tinggi
gelombang signifikan (H0) dan periode puncak spektrum (Tp) adalah parameter yang
diramalkan dengan persamaan sebagai berikut :
1

U  g Feff 2
2

H 0  0.0016 A  

(2.30)
g  U A2 
1

U  g Feff 3
T p  0.2857 A  

(2.31)
g  U A2 
2

gt  g Feff 3
 68.8   (2.32)
UA U 2 
 A 
gt
 7.15 x10 4 (2.33)
UA

Prosedur peramalan gelombang di laut dalam adalah sebagai berikut ini.


1. Melakukan analisis perbandingan hasil hitungan Persamaan (2.32) dengan Persamaan
(2.33). Jika tidak memenuhi Persamaan (2.33), maka gelombang yang terjadi
merupakan hasil pembentukan gelombang sempurna atau Fully Developed Sea (FDS).
Penghitungan tinggi dan periode gelombangnya menggunakan persamaan berikut:
2
UA
H 0  0.2433 (2.34)
g
UA
T p  8.134 (2.35)
g

2. Jika hasil analisis perbandingan memenuhi Persamaan (2.33), maka gelombang yang
terjadi merupakan hasil pembentukan gelombang tidak sempurna atau Non Fully
Developed Sea (NFDS). Pembentukan gelombang tidak sempurna ini terdiri dari dua
jenis, yaitu pembentukan gelombang terbatas fetch (fetch limited) dan terbatas durasi
(duration limited). Untuk membedakannya perlu dihitung terlebih dahulu durasi
minimum (tmin), (Deo, 2007) sebagai berikut:
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

68.8 U A  g Feff 3
t min    (2.36)
g U 2 
 A 

3. Memeriksa durasi angin aktual yang ditentukan (td), lalu membandingkan terhadap
durasi hasil hitungan (tmin).
a. Jika td > tmin, maka gelombang yang terjadi merupakan gelombang hasil
pembentukan terbatas fetch. Pada pembentukan jenis ini, durasi angin yang bertiup
cukup lama. Penghitungan tinggi dan periode gelombangnya dilakukan dengan
menggunakan Persamaan (2.30) dan (2.31).
b. Jika td < tmin, maka gelombang yang terjadi merupakan gelombang hasil
pembentukan terbatas durasi. Pada pembentukan ini, durasi angin yang bertiup
tidak cukup lama. Penghitungan tinggi dan periode gelombangnya dilakukan
dengan menggunakan Persamaan (2.30) dan (2.31) dengan terlebih dahulu
mengganti panjang Feff dengan Fmin berikut ini:

UA
2
 g td 2
Fmin    (2.37)
g  68.8U 2 
 A 
dengan :
Feff = panjang fetch efektif (m),
H0 = tinggi gelombang signifikan menurut teori spektral energi (m),
Tp = periode puncak spektrum (detik),
g = percepatan gravitasi = 9.81 (m/det2),
UA = wind stress factor (m/det),
ta = durasi angin (detik),
td = durasi angin aktual yang ditentukan (detik),
tmin = durasi angin kritik/minimum (detik).

Berikut ini adalah bagan alir proses peramalan gelombang dengan metode CERC
(1984) seperti terlihat pada Gambar 2.4 berikut ini.
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Start

2 2

U  g Feff 3 Yes gt  gF 3 No
t min  68.8 A    td  68.8  eff2   7.15x10 4
g U 2  NFDS UA U  FDS
 A   A 

No
Duration Limited
3
U  gtd 2
2
Yes Fmin  A  
Fetch Limited g  68.8 U A 2 

1
U
2
 g Feff 2 Feff = Fmin
H 0  0.0016 A  
g U 2  U
2
 A  H 0  0.2433 A
1 g
U  g Feff 3 UA
Tp  0.2857 A  
g U 2  Tp  8.134
 A  g

Finish Finish

Gambar 2.4. Bagan alir peramalan gelombang metode CERC (1984).

Banyak metode untuk meramalkan gelombang, selain metode CERC (1984),


adapula metode lain yang sering digunakan yakni metode yang dikemukakan oleh
Sverdrup, Munk dan Bretschneider. Metode ini dikenal dengan metode SMB. Untuk
memudahkan penghitungan perkiraan gelombang, metode SMB menyediakan kurva
prediksi gelombang seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. Pada kurva SMB tersebut
terdapat 3 (tiga) variabel penentu tinggi dan periode gelombang yaitu kecepatan angin
(UA), panjang fetch, dan durasi angin.
Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

NFDS

FDS

Gambar 2.5 Kurva SMB untuk Peramalan Gelombang Angin (Sumber : CERC, 1984)

Muriadin, ST., M.Eng. 14


Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Tabel 2.2. Contoh hasil peramalan gelombang di laut dalam dengan metode CERC (1984)
Data Kec. & Arah Angin Tahun 1997 - 2017 Peramalan Gelombang Dengan Metode CERC (1984) Peramalan Gelombang Dengan Metode CERC (1984)
No. Tahun Bulan Arah Uz U10 ti U3600 Durasi, td Ut UL UW UA Feff tmin Fmin Ho Tp
Kec. Angin, gt/UA ≤ Syarat NFDS:
UZ (knot) 0
Mata (m/det) (m/det) (det) c1 cd (m/det) RT (m/det) RL (m/det) (m/det) (m) gt/UA
71500 Tmin ≤ td (m) (m) (det) (...0 )
yyyy mm (... ) Angin
(m/det) (jam) (det) (det) (jam)
1 1996 Jan 17 300 BL 8.74 8.74 184.14 1.13 7.74 5.00 18,000 0.90 6.93 1.1 7.62 1.25 9.54 11.38 0 0 - - - - - 0.00 0.00 300
2 1996 Feb 14 260 B 7.20 7.20 223.60 1.11 6.47 5.00 18,000 0.90 5.79 1.1 6.37 1.31 8.33 9.63 17,447 10,356 NFDS 10162.91 2.8 FL - 0.65 3.44 260
3 1996 Mar 15 90 T 7.71 7.71 208.69 1.12 6.90 5.00 18,000 0.90 6.17 1.1 6.79 1.29 8.74 10.22 0 0 - - - - - 0.00 0.00 90
4 1996 Apr 11 120 TG 5.65 5.65 284.58 1.09 5.17 5.00 18,000 0.90 4.63 1.1 5.09 1.38 7.01 7.79 55,807 29,827 NFDS 23678.49 6.6 DL 1702 0.16 1.48 120
5 1996 Mei 12 130 TG 6.17 6.17 260.86 1.10 5.60 5.00 18,000 0.90 5.02 1.1 5.52 1.35 7.46 8.41 55,807 26,915 NFDS 23078.00 6.4 DL 1576 0.17 1.48 130
6 1996 Jun 13 80 T 6.68 6.68 240.80 1.11 6.04 5.00 18,000 0.90 5.40 1.1 5.95 1.33 7.90 9.02 0 0 - - - - - 0.00 0.00 80
7 1996 Jul 12 110 T 6.17 6.17 260.86 1.10 5.60 5.00 18,000 0.90 5.02 1.1 5.52 1.35 7.46 8.41 0 0 - - - - - 0.00 0.00 110
8 1996 Aug 14 70 T 7.20 7.20 223.60 1.11 6.47 5.00 18,000 0.90 5.79 1.1 6.37 1.31 8.33 9.63 0 0 - - - - - 0.00 0.00 70
9 1996 Sep 15 220 BD 7.71 7.71 208.69 1.12 6.90 5.00 18,000 0.90 6.17 1.1 6.79 1.29 8.74 10.22 22,486 11,325 NFDS 11798.53 3.3 FL - 0.78 3.82 220
10 1996 Okt 14 180 S 7.20 7.20 223.60 1.11 6.47 5.00 18,000 0.90 5.79 1.1 6.37 1.31 8.33 9.63 21,701 11,977 NFDS 11754.16 3.3 FL - 0.72 3.70 180
11 1996 Nov 10 270 B 5.14 5.14 313.04 1.09 4.73 5.00 18,000 0.90 4.23 1.1 4.65 1.41 6.54 7.15 17,447 15,391 NFDS 11221.13 3.1 FL - 0.48 3.12 270
12 1996 Des 17 260 B 8.74 8.74 184.14 1.13 7.74 5.00 18,000 0.90 6.93 1.1 7.62 1.25 9.54 11.38 17,447 8,287 NFDS 9612.17 2.7 FL - 0.77 3.64 260
13 1997 Janu 15 270 B 7.59 7.59 211.90 1.12 6.80 5.00 18,000 0.90 6.09 1.1 6.69 1.29 8.65 10.09 17,447 9,733 NFDS 10006.38 2.8 FL - 0.68 3.49 270
14 1997 Feb 17 270 B 8.49 8.49 189.60 1.13 7.54 5.00 18,000 0.90 6.75 1.1 7.42 1.26 9.35 11.10 17,447 8,567 NFDS 9692.42 2.7 FL - 0.75 3.61 270
15 1997 Mar 17 270 B 8.74 8.74 184.14 1.13 7.74 5.00 18,000 0.90 6.93 1.1 7.62 1.25 9.54 11.38 17,447 8,287 NFDS 9612.17 2.7 FL - 0.77 3.64 270
16 1997 Apr 8 90 T 4.11 4.11 391.29 1.07 3.83 5.00 18,000 0.90 3.43 1.1 3.77 1.47 5.55 5.84 0 0 - - - - - 0.00 0.00 90
17 1997 Mei 15 90 T 7.71 7.71 208.69 1.12 6.90 5.00 18,000 0.90 6.17 1.1 6.79 1.29 8.74 10.22 0 0 - - - - - 0.00 0.00 90
18 1997 Jun 17 180 S 8.74 8.74 184.14 1.13 7.74 5.00 18,000 0.90 6.93 1.1 7.62 1.25 9.54 11.38 21,701 9,585 NFDS 11117.19 3.1 FL - 0.86 3.91 180
19 1997 Jul 15 110 T 7.71 7.71 208.69 1.12 6.90 5.00 18,000 0.90 6.17 1.1 6.79 1.29 8.74 10.22 0 0 - - - - - 0.00 0.00 110
20 1997 Aug 17 100 T 8.49 8.49 189.60 1.13 7.54 5.00 18,000 0.90 6.75 1.1 7.42 1.26 9.35 11.10 0 0 - - - - - 0.00 0.00 100
21 1997 Sep 16 110 T 8.22 8.22 195.65 1.12 7.32 5.00 18,000 0.90 6.55 1.1 7.21 1.27 9.15 10.80 0 0 - - - - - 0.00 0.00 110
22 1997 Okt 16 110 T 8.22 8.22 195.65 1.12 7.32 5.00 18,000 0.90 6.55 1.1 7.21 1.27 9.15 10.80 0 0 - - - - - 0.00 0.00 110
23 1997 Nov 20 200 S 10.28 10.28 156.52 1.14 8.99 5.00 18,000 0.90 8.05 1.1 8.85 1.20 10.67 13.05 21,701 7,980 NFDS 10619.59 2.9 FL - 0.98 4.09 200
24 1997 Des 21 250 B 10.79 10.79 149.06 1.15 9.40 5.00 18,000 0.90 8.42 1.1 9.26 1.19 11.03 13.60 17,447 6,535 NFDS 9057.96 2.5 FL - 0.92 3.86 250
25 1998 Janu 15 270 B 7.71 7.71 208.69 1.12 6.90 5.00 18,000 0.90 6.17 1.1 6.79 1.29 8.74 10.22 17,447 9,563 NFDS 9962.45 2.8 FL - 0.69 3.51 270
26 1998 Feb 12 250 B 6.17 6.17 260.86 1.10 5.60 5.00 18,000 0.90 5.02 1.1 5.52 1.35 7.46 8.41 17,447 12,398 NFDS 10630.63 3.0 FL - 0.57 3.29 250
27 1998 Mar 12 250 B 6.17 6.17 260.86 1.10 5.60 5.00 18,000 0.90 5.02 1.1 5.52 1.35 7.46 8.41 17,447 12,398 NFDS 10630.63 3.0 FL - 0.57 3.29 250
28 1998 Apr 12 120 TG 6.17 6.17 260.86 1.10 5.60 5.00 18,000 0.90 5.02 1.1 5.52 1.35 7.46 8.41 55,807 26,915 NFDS 23078.00 6.4 DL 1576 0.17 1.48 120
29 1998 Mei 12 150 TG 6.17 6.17 260.86 1.10 5.60 5.00 18,000 0.90 5.02 1.1 5.52 1.35 7.46 8.41 55,807 26,915 NFDS 23078.00 6.4 DL 1576 0.17 1.48 150
30 1998 Jun 13 140 TG 6.68 6.68 240.80 1.11 6.04 5.00 18,000 0.90 5.40 1.1 5.95 1.33 7.90 9.02 55,807 24,505 NFDS 22543.21 6.3 DL 1469 0.18 1.48 140

Muriadin, ST., M.Eng. 15


Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

5.2. Gelombang Rencana di Laut Dalam


Untuk keperluan perencanaan bangunan pantai baik untuk keperluan perkuatan
areal reklamasi maupun pengaman pantai atau pelabuhan, maka data gelombang yang
diperoleh dari peramalan melalui data angin harus dipilih suatu tinggi yang dapat mewakili
dan disebut tinggi gelombang representatif. Oleh karena itu data gelombang yang ada
dipilih salah satu tinggi gelombang yang paling besar nilai setiap tahunnya, kemudian
dihitung tinggi gelombang yang dapat mewakili dengan suatu tingkat keyakinan tertentu
atau kala ulang tertentu. Penentuan kala ulang gelombang rencana biasanya didasarkan
pada jenis konstruksi yang akan dibangun dan nilai daerah yang akan dilindungi. Makin
tinggi nilai daerah yang diamankan, makin besar pula nilai kala ulang gelombang rencana
yang dipergunakan. Sebagai pedoman penentuan nilai kala ulang gelombang rencana dapat
menggunakan Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Pedoman pemilihan jenis dan kala ulang gelombang

Jenis Struktur Gelombang Rencana


No.
Bangunan Jenis Gelombang Kala ulang (tahun)
1 Struktur Fleksibel
a. Resiko rendah Hs, (H33) 5 – 10
b. Resiko sedang 10 – 100
c. Resiko tinggi 100 – 1000
2 Struktur Semi Kaku
a. Resiko rendah 5 – 10
H10 – H1
b. Resiko sedang 10 – 100
c. Resiko tinggi 100 – 1000
3 Struktur Kaku
a. Resiko rendah 5 – 10
H1 - Hmaks
b. Resiko sedang 10 – 100
c. Resiko tinggi 100 – 1000

Ada dua metode yang biasa digunakan dalam menentukan suatu tinggi gelombang
yang representatif dengan kala ulang tertentu. Metode yang dimaksud adalah distribusi
Fisher-Tippet tipe I dan distribusi Weibull. Dalam studi ini, digunakan metode Fisher-
Tippet tipe I.
Pada Metode Fisher Tippett tipe I, tinggi gelombang signifikan untuk berbagai

periode ulang dihitung dari fungsi distribusi probabilitas dengan rumus : H sr  Aˆ y r  Bˆ ,


dimana yr diberikan oleh bentuk berikut :

Muriadin, ST., M.Eng 16


Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

  1 
y r   ln  ln1  
  L.Tr 
dengan :
Hsr = tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang Tr
Tr = periode ulang (tahun)
N 
L = rerata jumlah kejadian per tahun  T  , dimana NT adalah jumlah kejadian
 K 
gelombang selama pencatatan, dan K adalah panjang data (tahun).

Data tinggi gelombang signifikan diurutkan dari besar ke kecil, kemudian


ditentukan probabilitas untuk setiap gelombang tersebut dengan:
m  0,44
P  1 , dimana m adalah nomor urut gelombang signifikan.
N T  0,12

Parameter  dan B̂ pada persamaan periode ulang dihitung dengan menggunakan


metode kuadrat terkecil yang didasarkan pada analisis regresi linier atau menentukan
parameter  dan B̂ berdasarkan data Hsm dan ym dengan menggunakan persamaan
berikut:
n  H sm y m   H sm  y m
Aˆ 
n y m2  ( y m ) 2

Bˆ  H sm  Aˆ y m
dengan :
n = jumlah data
H sm
= tinggi gelombang signifikan rata-rata

ym = -ln [-ln (P)] untuk distribusi Fisher-Tippett type I

Selain analisis tinggi gelombang rencana dengan periode ulang tertentu, perkiraan
interval juga penting dalam analisis gelombang ekstrim, mengingat bahwa biasanya
periode pencatatan gelombang adalah pendek dan tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam
perkiraan gelombang ekstrim. Batas keyakinan sangat dipengaruhi oleh penyebaran data,
sehingga nilainya tergantung pada deviasi standar. Deviasi standar yang dinormalkan
dihitung dengan persamaan Gumbel dan Goda :

Muriadin, ST., M.Eng 17


Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

 nr 
1
N

1    y r  c   ln 
2

1/ 2

dengan :
σnr : standar deviasi yang dinormalkan dari tinggi gelombang signifikan dengan periode
ulang Tr
N : jumlah data tinggi gelombang signifikan
1, 3
   1e  N
2   ln 

N
 1 ,  2 , c,  ,  adalah koefisien empiris yang diberikan oleh Tabel 2.4 dan  
NT

Tabel 2.4. Koefisien untuk menghitung deviasi standar

Distribusi 1 2  c ε
Fisher Tippet Tipe I 0.64 9.0 0.93 0.0 1.33

Besaran absolut dari deviasi standar tinggi gelombang signifikan dihitung dengan rumus :
 r   nr H s
dengan :
σr : kesalahan standar dari tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang Tr.
σHsr : deviasi standar dari data tinggi gelombang signifikan.

Interval keyakinan dihitung dengan anggapan bahwa perkiraan tinggi gelombang


signifikan pada kala ulang tertentu terdistribusi normal terhadap fungsi distribusi yang
diperkirakan. Batas interval keyakinan terhadap Hsr dengan berbagai tingkat keyakinan
diberikan dalam berikut. Perlu dingat bahwa lebar interval keyakinan tergantung pada
fungsi distribusi N dan v; tetapi tidak berkaitan dengan seberapa baik data mengikuti
fungsi distribusi.
Tabel 2.5. Batas interval keyakinan tinggi gelombang signifikan ekstrim

Batas Interval
Tingkat Keyakinan Probabilitas Batas
Keyakinan Terhadap
(%) Atas Terlampaui (%)
Hsr
80 1.28 σr 10.0
85 1.44 σr 7.5
90 1.65 σr 5.0
95 1.96 σr 2.5
99 2.58 σr 0.5

Muriadin, ST., M.Eng 18


Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Untuk menjelaskan tahapan analisis gelombang ekstrim dengan distribusi Fisher-


Tippett type I, pada tabel berikut disajikan contoh analisis peramalan gelombang di laut
dalam di Rencana Pelabuhan Roko-Roko Kab. Konawe Kepulauan.

Tabel 2.6. Data tinggi dan periode gelombang maksimum setiap tahun dari arah barat

Gelombang arah Barat


Tinggi Periode
No. TAHUN Gelombang Gelombang
Signifikan, Ho Signifikan, Tp
(m) (det)
1 1996 0.77 3.64
2 1997 0.92 3.86
3 1998 0.69 3.51
4 1999 0.61 3.37
5 2000 0.82 3.71
6 2001 0.84 3.75
7 2002 0.61 3.37
8 2003 0.88 3.81
9 2004 0.69 3.51
10 2005 0.77 3.64
11 2006 0.88 3.81
12 2007 0.77 3.64
13 2008 1.13 4.13
14 2009 1.02 4.00
15 2010 0.77 3.64
16 2011 0.88 3.81
17 2012 0.88 3.81
18 2013 0.84 3.75
19 2014 0.77 3.64
20 2015 0.65 3.44
21 2016 0.00 0.00
22 2017 0.65 3.44
Sumber : Hasil Analisis, 2019

Berdasarkan hasil peramalan tersebut, diperoleh data dan informasi bahwa


tinggi dan periode gelombang signifikan maksimum di laut dalam dari arah barat adalah
1.13 m dan 4.13 det.

Muriadin, ST., M.Eng 19


Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Tabel 2.7. Data tinggi gelombang maksimum di atas diurutkan dari besar ke kecil

Gelombang arah Barat


Tinggi
No. Gelombang Ho diurutkan dari
Signifikan, Ho besar ke kecil (m)
(m)
1 0.77 1.13
2 0.92 1.02
3 0.69 0.92
4 0.61 0.88
5 0.82 0.88
6 0.84 0.88
7 0.61 0.88
8 0.88 0.84
9 0.69 0.84
10 0.77 0.82
11 0.88 0.77
12 0.77 0.77
13 1.13 0.77
14 1.02 0.77
15 0.77 0.77
16 0.88 0.69
17 0.88 0.69
18 0.84 0.65
19 0.77 0.65
20 0.65 0.61
21 0.00 0.61
22 0.65 0.00

Analisis Gelombang Ekstrim dari Arah Barat

NT = jumlah kejadian gelombang selama pencatatan = 82

K = panjang data (tahun) = 22

Muriadin, ST., M.Eng 20


Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

Tabel 2.8. Hitungan gelombang dari arah barat


m Hsm (m) P ym Hsm . y m y m2 (Hsm-Hrsm)2 Ĥsm Hsm-Ĥsm
1 1.13 0.99 4.98 5.62 24.85 0.13 1.22 -0.09
2 1.02 0.98 3.95 4.05 15.63 0.07 1.05 -0.03
3 0.92 0.97 3.45 3.17 11.92 0.02 0.97 -0.05
4 0.88 0.96 3.12 2.75 9.71 0.01 0.91 -0.03
5 0.88 0.94 2.86 2.52 8.19 0.01 0.87 0.01
6 0.88 0.93 2.66 2.34 7.06 0.01 0.84 0.04
7 0.88 0.92 2.49 2.19 6.18 0.01 0.81 0.07
8 0.84 0.91 2.34 1.97 5.46 0.01 0.79 0.06
9 0.84 0.90 2.21 1.86 4.87 0.01 0.76 0.08
10 0.82 0.88 2.09 1.70 4.37 0.00 0.74 0.07
11 0.77 0.87 1.98 1.52 3.93 0.00 0.73 0.04
12 0.77 0.86 1.89 1.45 3.56 0.00 0.71 0.06
13 0.77 0.85 1.80 1.38 3.22 0.00 0.70 0.07
14 0.77 0.83 1.71 1.31 2.93 0.00 0.68 0.09
15 0.77 0.82 1.63 1.25 2.67 0.00 0.67 0.10
16 0.69 0.81 1.56 1.08 2.43 0.01 0.66 0.03
17 0.69 0.80 1.49 1.03 2.22 0.01 0.65 0.04
18 0.65 0.79 1.42 0.93 2.03 0.01 0.63 0.02
19 0.65 0.77 1.36 0.88 1.85 0.01 0.62 0.03
20 0.61 0.76 1.30 0.79 1.69 0.02 0.61 -0.01
21 0.61 0.75 1.24 0.76 1.55 0.02 0.60 0.00
22 0.00 0.74 1.19 0.00 1.41 0.59 0.60 -0.60
Jumlah 16.83 19.04 48.73 40.56 127.76 0.96
Hrsm = 0.77 Rerata 2.21
σHsm = 0.21

m  0.44 1  0.44
P  1  1  0.99
NT  0.12 82  0.12

ym = -LN (- LN(0.99) = 4.98

^ nH sm y m H sm  y m
A  0.1654
n y m2  y m  2
^ ^
B  H sm  A y m  0..77  (0.1654  2..21)  0.3988

Muriadin, ST., M.Eng 21


Rekayasa Pantai Materi Kuliah “Analisis Gelombang” 2019

1.40

1.20

1.00

0.80
Hsm (m)

0.60
y = 0.1654x + 0.3988
R² = 0.5627
0.40

0.20

0.00
1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50
ym

Gambar 2.6 Grafik regresi linear gelombang signifikan

Tabel 2.9. Hasil perhitungan koefisien (α) untuk menghitung deviasi standar

Distribusi α1 α2 κ c ε 
Fisher
Tippet 0.64 9.0 0.93 0.0 1.33 2.07
Tipe I

Tabel 2.10. Tinggi gelombang signifikan di laut dalam dari arah barat dengan kala ulang
tertentu
Kala yr Hsr Hsr - 1.28 Hsr + 1.28
σnr σr
Ulang, Tr (tahun) (m) σr (m) σr (m)
2 1.94 0.72 0.32 0.07 0.63 0.81
5 2.90 0.88 0.29 0.06 0.80 0.96
10 3.60 0.99 0.74 0.16 0.79 1.20
25 4.53 1.15 1.93 0.41 0.62 1.68
50 5.23 1.26 3.27 0.70 0.37 2.16
100 5.92 1.38 4.99 1.07 0.01 2.75

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa tinggi gelombang rencana di laut
dalam dengan kala ulang 25 Tahun adalah 1.15 m, sedangkan untuk menentukan periode
ulang gelombang, tahapannya sama dengan analisis tinggi gelombang namun data yang
digunakan adalah periode gelombang signifikan di laut dalam.

Muriadin, ST., M.Eng 22

Anda mungkin juga menyukai