Anda di halaman 1dari 10

Vol. 6 – No.

1, year (2022), page 11-20


| ISSN 2548-8201 (Print) | 2580-0469) (Online) |

Efektivitas Metode Problem Based Learing dalam Meningkatkan


Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Salomekko
Kabupaten Bone

Jumriati
Universitas Islam Makassar, Indonesia

* Corresponding Author. E-mail: jumriati.dty@uim-makassar.ac.id


Receive: 12/12/2021 Accepted: 22/02/2022 Published: 01/03/2022

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) proses peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode Problem
Based Learning dan (2) hasil keterampilan menulis cerpen melalui metode Problem Based Learning siswa kelas. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu: tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII sebanyak 29 orang. Teknik pengumpulan data berupa
observasi, tes menulis cerpen, angket, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan metode Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas
VII SMP. Pembelajaran keterampilan menulis cerpen dengan memerhatikan aspek penilaian yaitu aspek Kesesuaian isi cerpen, Penyajian
dan organisasi, bahasa, dan mekanik. Perolehan nilai rata-rata siswa pada siklus I hanya mencapai 51.72% sedangkan nilai pada siklus II
meningkat sebesar 82.7%. Sesuai dengan hasil penelitian ini diajukan saran, yaitu bagi guru bahasa Indonesia khususnya di kelas VII SMP
Negeri 3 Salomekko hendaknya guru dapat memilih metode pembelajaran dengan baik sesuai dengan materi yang akan diajarkan,
misalnya dengan menggunakan metode Problem Based Learning sebagai alternatif pembelajaran menulis cerpen untuk menambah
minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dalam aspek yang berbeda
untuk menambah khasanah ilmu bahasa.

Kata Kunci: peningkatan, menulis cerpen, metode Problem Based Learning,

The Effectiveness of the Problem Based Learning Method in Improving Short Story Writing Skills for Seventh
Grade Students of SMP Negeri 3 Salomekko, Bone Regency

Abstract
The research aims (1) the process of improving short story writing skills through the Problem Based Learning method and
(2) the results of short story writing skills through the Problem Based Learning method. The research design is classroom action
research which is carried out in two cycles. The research subjects were 29 seventh grade. Data collection techniques in the form of
observation, short story writing tests, questionnaires, documentation, and interviews. The data analysis technique used descriptive
qualitative and quantitative.
The results showed that the Problem Based Learning Method could improve the short story writing skills. Learning short
story writing skills by paying attention to the assessment aspects, namely: The suitability of the contents of the short story,
presentation and organization, language, and mechanics. The average score of students in the first cycle reached 51.72%, while the
score in the second cycle increased by 82.7%. In accordance with the results suggestions are proposed, namely for Indonesian
language teachers, especially in this school, teachers should be able to choose learning methods well according to the material to
be taught by using the Problem Based Learning method as an alternative to learning to write short stories to add interest and
motivation of students.

Keywords: improvement, short story writing, Problem Based Learning method

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 6 (1), Year 2022- 12
(Jumriati)

Pendahuluan menulis siswa menjadi rendah di SMP Negeri 3


Menulis secara umum dapat diartikan Salomekko Kabupaten Bone khususnya pada
sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan kelas VII.
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis Faktor lain yang memengaruhi rendahnya
sebagai alat atau medianya. Sebagai suatu keterampilan menulis pada siswa kelas VII SMP
keterampilan berbahasa, menulis merupakan Negeri 3 Salomekko Kabupaten Bone kurang
kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut memahami ejaan-ejaan yang disempurnakan
untuk dapat menyusun dan (EYD) dan penggunaan tanda baca. Hal ini
mengorganisasikannya dalam formulasi ragam terlihat dari hasil pengamatan yang dilakukan,
bahasa tulis. Melalui kegiatan menulis siswa banyak terdapat kesalahan dalam penggunaan
dapat mengkomunikasikan ide/gagasan dan huruf kapital, tanda baca, pemenggalan kata dan
pengalamannya. Siswa juga dapat meningkatkan juga penggunaan kosakata yang tidak baku
dan memperluas pengetahuannya melalui (campuran antara bahasa daerah dan Bahasa
tulisan-tulisannya. Mengingat besarnya manfaat Indonesia).
yang dapat dipetik dari menulis, sudah Selain penjelasan di atas, rendahnya
seharusnya pembelajaran menulis mendapat keterampilan menulis siswa kelas VII SMP
perhatian khusus. Menulis bukanlah suatu Negeri 3 Salomekko Kabupaten Bone juga
pekerjaan yang mudah dan dapat dimiliki oleh terlihat dari nilai rata-rata kemampuan menulis
setiap orang tanpa bekerja dan berlatih. yang baru mencapai 61. Nilai tersebut sangat
Pengetahuan dan kemampuan menulis akan kurang dari nilai ketuntasan minimal (KKM)
menjadi dasar pada pembelajaran, peningkatan yang mencapai 75.
dan pengembangan kemampuan siswa pada Rendahnya nilai keterampilan menulis
kelas lanjut. Apabila dasar itu baik, kuat maka pada siswa merupakan masalah bagi guru. Salah
hasil pengembangannya juga akan baik pula. satu upaya pemecahan masalah tersebut adalah
Sebaliknya, apabila dasar itu kurang, maka hasil dengan penggunaan metode pembelajaran yang
pengembangannya juga tidak akan maksimal. berbeda dengan bantuan beberapa media dalam
Meskipun telah disadari bahwa penguasaan pembelajarannya. Terdapat berbagai macam dan
bahasa tulis diperlukan dalam kehidupan sehari- jenis metode pembelajaran dengan manfaat dan
hari, dalam kenyataannya pengajaran menulis keunggulannya masing-masing, namun pada
kurang mendapatkan perhatian. Pelajaran penelitian ini, peneliti akan menerapkan metode
menulis sebagai salah satu aspek dalam Problem Based Learning untuk meningkatkan
pembelajaran bahasa Indonesia, khusunya keterampilan menulis cerpen pada siswa kelas
keterampilan menulis kurang ditangani secara VII SMP Negeri 3 Salomekko. Penggunaan
sungguh-sungguh. metode ini siswa dituntut mencari dan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menyelesiakan masalah nyata sebagai konteks
oleh peneliti pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 untuk peserta didik belajar berfikir kritis dan
Salomekko Kabupaten Bone guru kurang aktif keterampilan memecahkan masalah dan
dalam proses pembelajaran, guru hanya memperoleh pengetahuan. Selain itu metode ini
memberi tugas kepada siswa sehingga siswa dapat membantu siswa untuk memecahkan
kurang paham tentang menulis cerpen yang masalah dalam dalam menulis cerpen,
baik. Disamping itu, guru tidak memanfaatkan menemukan kosakata, mengungkapkan ide dan
media di dalam pembelajaran sehingga dapat gagasan ke dalam kalimat demi kalimat
telihat ketika pelajaran berlangsung, siswa sehingga membentuk paragraf yang padu.
terlihat kurang tertarik, lesu, bosan, kurang Apabila keterampilan menulis cerpen siswa
memperhatikan dan saling berbicara dengan meningkat, secara otomatis hasil/nilai prestasi
teman sebangku atau teman lain sehingga belajar Bahasa Indonesia khususnya juga akan
suasana kelas menjadi ramai. Hal itu meningkat dengan menggunakan metode
menyebabkan motivasi dan prestasi belajar Problem Based Learning.

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 6 (1), Year 2022- 13
(Jumriati)

Metode Penelitian 2) Guru menjelaskan langkah-langkah apa saja


Penelitian ini termasuk penelitian tindakan yang dapat dilakukan siswa ketika menulis
kelas (classroom action research) yang dengan memperhatikan kronologi waktu
memiliki peranan yang sangat penting dan dan peristiwa, pilihan kata, tanda baca, dan
metode untuk meningkatkan mutu pembelajaran ejaan.
apabila diimplementasikan dengan baik dan 3) Siswa diajak berimajinasi sejenak mengenai
benar. Diimplementasikan dengan baik artinya apa yang sedang mereka pikirkan, ataupun
pihak yang terlibat dalam penelitian tindakan mengingat peristiwa yang pernah mereka
kelas (guru) mencoba dengan sadar alami atau masalah yang dihadapi, sebagai
mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi awal untuk memancing kreatifitas siswa
dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam memunculkan ide-ide secara mandiri
dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan yang berhubungan dengan kehidupan nyata
bermakna yang diperhitungkan. dan berupa fakta.
1. Siklus I 4) Guru mengenalkan metode Problem Based
Prosedur pelaksanaan tindakan di lokasi Learning dan menjelaskan tahapan menulis
penelitian adalah sebagai berikut. dengan metode Problem Based Learning.
a) Perencanaan 5) Guru meminta siswa menuliskan
Pada tahap ini, peneliti bersama dengan pengalaman atau masalah yang sedang
guru menetapkan alternatif tindakan yang akan mereka pikirkan. Misalnya siswa memiliki
dilakukan dalam upaya peningkatan keadaan tiga masalah, lalu dari tiga masalah tersebut
dan kemampuan siswa dalam pembelajaran akan dipilih salah satu masalah yang dirasa
praktik menulis cerpen melalui langkah-langkah menarik untuk dijadikan bahan untuk
sebagai berikut. menulis.
1) Diskusi dengan guru untuk menyamakan 6) Siswa mengidentifikasi masalah sesuai
persepsi dan mengidentifikasi permasalahan dengan tema masing-masing yang
yang muncul terkait dengan kemampuan berangkat dari permasalahan dan
menulis cerpen siswa, seberapa jauh pengalaman pribadi yang telah
kemampuan siswa dalam menulis . merekatentukan.
2) Peneliti bersama guru menyiapkan skenario 7) Guru meminta siswa membuat kerangka
pelaksanaan tindakan dengan menerapkan tulisan untuk memudahkan siswa dalam
metode Problem Based Learning dan praktik menulis, dengan tetap
penyediaan sarana atau media yang memperhatikan unsur-unsur pembangun
diperlukan seperti: rencana pelaksanaan dan strukur kebahasaan.
pembelajaran (RPP). 8) Guru meminta masing-masing individu
3) Peneliti bersama guru menyiapkan siswa untuk praktik menulis dengan
instrumen penelitian yang berupa catatan mengembangkan kerangka yang sudah
lapangan, lembar observasi, lembar mereka buat.
pedoman penilaian, dan kamera sebagai alat 9) Disaat siswa sedang bekerja, guru
dokumentasi. berkeliling melihat pekerjaan siswa dan
b) Tindakan guru membantu siswa yang mengalami
Pada siklus I ini implementasi tindakan kesulitan dalam menemukan ide-ide untuk
akan dilakukan dalam dua kali pertemuan. dituangkan dalam menulis.
Pada siklus I ini implementasi tindakan
Selanjutnya, kegiatan pembelajaran pada
akan dilakukan dalam dua kali pertemuan.
pertemuan kedua adalah sebagai berikut.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama
adalah sebagai berikut. 1) Guru membimbing siswa untuk berdiskusi
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran tentang materi yang belum siswa pahami
mengenai keterampilan menulis dan unsur- pada pertemuan pertama.
unsur pembangun dalam menulis.

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 6 (1), Year 2022- 14
(Jumriati)

2) Jika pada pertemuan pertama siswa belum 1) Pada siklus kedua ini peneliti bersama guru
selesai mengerjakan tugas, siswa memecahkan faktor yang menjadi hambatan
melanjutkan praktik menulis. bagi siswa dalam proses pembelajaran
3) Setelah siswa selesai menulis dengan waktu menulis cerpen.
yang telah ditentukan, guru meminta salah 2) Peneliti bersama guru mempersiapkan
seorang siswa untuk membacakan hasil karya dengan baik pelaksanaan tindakan kelas
yang telah mereka tulis di depan teman- dengan menerapkan metode Problem Based
teman sekelas. Learning dan penyediaan sarana dan
4) Guru meminta siswa yang lain menilai dan prasarana yang dibutuhkan oleh siswa
memberi tanggapannya atas hasil kreasi salah ketika proses belajar mengajar menulis
seorang teman mereka yang telah cerpen.
membacakan di depan kelas. 3) Peneliti dan guru menyiapkan instrumen
5) Guru memberi kesempatan kepada siswa pengambilan data yang berupa lembar
untuk memperbaiki hasil karyanya masing- catatan lapangan, lembar observasi, lembar
masing yaitu hasil penulisan. pedoman penilaian, dan kamera sebagai alat
6) Setelah siswa selesai memperbaiki, guru dokumentasi.
meminta semua siswa mengumpulkan hasil b) Tindakan
karya mereka. Implementasi tindakan pada siklus kedua
7) Guru menyampaikan kembali secara singkat dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pada
mengenai keterampilan menulis dan langkah- siklus II, pembelajaran keterampilan menulis
langkah membuat tulisan dengan cerpen disesuaikan hasil evaluasi dan refleksi
memperhatikan unsur-unsur pembangun, pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada
sebagai bentuk kepedulian guru untuk sedikit pertemuan pertama adalah sebagai berikut.
mengingatkan bagi siswa-siswa yang 1) Guru memberi penjelasan kepada siswa
mungkin telah lupa dengan materi tersebut. mengenai kekurangan mereka dalam
c) Pengamatan menulis cerpen yang telah dilakukan pada
Observasi (pengamatan) dilakukan selama siklus I, berdasarkan hasil evaluasi dan
tindakan berlangsung. Peneliti menggunakan refleksi siklus I.
instrumen observasi antara lain lembar 2) Bertanya jawab tentang masalah atau
observasi yang dilengkapi dengan catatan pengalaman pribadi yang pernah dialami
lapangan. Dalam lembar observasi, yang dinilai siswa, kegiatan ini sebagai apersepsi bagi
terdiri dari dua aspek yaitu: (1) mendeskripsikan siswa agar memorinya mengingat kembali
penampilan perilaku siswa, reaksi, penerapan hal-hal yang menarik bagi siswa, sehingga
metode dan suasana berlangsungnya kegiatan mampu menuangkannya dalam cerpen.
belajar mengajar, (2) peran guru dalam 3) Guru meminta siswa menuliskan pengalaman
menerapkan metode Problem Based Learning atau masalah yang mereka anggap berkesan
untuk meningkatkan keterampilan menulis untuk dijadikan bahan menulis cerpen.
siswa. 4) Siswa mengidentifikasi dan mengumpulkan
2. Siklus II informasi berdasarkan pengalaman pribadi
Pada siklus kedua ini pembelajaran menulis yang telah mereka tentukan.
cerpen berkonsentrasi pada hal-hal yang belum 5) Guru meminta siswa membuat kerangka
dikuasai oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar cerpen untuk memudahkan siswa dalam
kelemahan dan kesulitan siswa dalam menulis praktik menulis cerpen, dengan tetap
cerpen dapat diatasi. Prosedur yang dilakukan memperhatikan unsur-unsur pembangun
pada siklus kedua adalah sebagai berikut. cerpen dan struktur kebahasaan.
a) Perencanaan 6) Guru meminta masing-masing individu siswa
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus untuk praktik menulis cerpen dengan
pertama, rencana implementasi tindakan yang mengembangkan kerangka cerpen yang
akan dilakukan guru pada siklus kedua sebagai sudah mereka buat. Guru membimbing siswa
berikut. untuk mengembangkan cerita dalam alur dan

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 6 (1), Year 2022- 15
(Jumriati)

penokohan yang mendasarkan pada masalah No Skor Kategor Fre Persent


yang harus diselesaikan. Penilaia i kue ase
7) Guru mengingatkan kepada siswa atas hal- n nsi %
hal yang telah dievaluasi sebelumnya, agar
siswa menghasilkan cerpen yang lebih baik 1 85-100 Sangat 0 0%
dari hasil yang telah dilakukan pada siklus I. tinggi
8) Disaat siswa sedang bekerja, guru berkeliling 2 75-84 Tinggi 15 51,72%
melihat pekerjaan siswa dan guru membantu 3 56-74 Sedang 7 24,13%
siswa yang mengalami kesulitan.
9) Jika cerpen belum selesai dikerjakan, akan 4 41-55 Rendah 2 6,89%
dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. 5. 0-40 Sangat 5 17,24%
Selanjutnya, kegiatan pembelajaran pada Rendah
pertemuan kedua adalah sebagai berikut. Jumlah 29 100%
1) Jika pada pertemuan pertama siswa belum
selesai mengerjakan tugas, siswa
melanjutkan praktik menulis cerpen. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa
2) Setelah siswa selesai menulis cerpen dengan dari 27 subjek penelitian, pada kategori sangat
waktu yang telah ditentukan, guru meminta kurang terdapat 5 siswa dengan persentase (
beberapa siswa untuk membacakan hasil 17,24 %) yang mendapat nilai ≤ 40, dan ada 2
karya cerpen yang telah mereka tulis di siswa untuk kategori kurang dengan persentase
depan teman-teman sekelas. (6,89%) yang memiliki nilai antara 41-55,
3) Guru meminta siswa yang lain menilai dan sementara pada kategori cukup terdapat 7 siswa
memberi tanggapannya atas hasil kreasi salah dengan persentase (24,13%) yang mendapat
seorang teman mereka yang telah nilai antara 56-74, dan untuk kategori baik
membacakan cerpennya di depan kelas. terdapat nilai 15 siswa dengan persentase
4) Guru meminta siswa menukarkan cerpennya (51,72%) yang mendapatkan nilai antara 75-84
dengan cerpen milik teman. sedangkan siswa yang memperoleh nilai antara
5) Siswa diminta menyunting cerpen teman, 86-100 dengan kategori baik sekali sebanyak 0
kemudian cerpen yang sudah disunting, siswa dengan persentase (0%). Sesuai dengan
direvisi kembali oleh pemiliknya. nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis
6) Guru memberi kesempatan kepada siswa cerita pendek pada tes siklus I diperoleh nilai
untuk memperbaiki hasil karya cerpennya rata-rata sebesar 51,72% masuk dalam kategori
masing-masing. baik. Apabila hasil belajar siswa pada tes siklus
7) Setelah siswa selesai memperbaikiI dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar
cerpennya, guru meminta semua siswa siswa setelah diterapkan metode Problem Based
mengumpulkan hasil karya mereka. Learning pada siklus I dapat dilihat pada tabel
c) Pengamatan 4 berikut.
Pengamatan berdasarkan Tabel Deskripsi Ketuntasan Hasil Tes
pada
kemampuan menulis cerpen siswa dan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa
kemungkinan terjadinya Kelas VII SMP Negeri 3 Salomekko Kabupaten
peningkatan
kemampuan penulisan siswa. Pengamatan Bone pada Siklus I
diarahkan pada faktor yang sebelumnya Kriteria Kategori Freku Persent
menjadi kelemahan penulisan cerpen siswa. Ketunta ensi ase
san
Hasil Penelitian dan Pembahasan 0-74 Tidak 14 48,2%
Hasil Penelitian Tuntas
Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai 75-100 Tuntas 15 51,72%
Hasil Kemampuan Menulis Cerita Pendek Jumlah 29 100
Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Salomekko
Kabupaten Bone pada Siklus I

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 6 (1), Year 2022- 16
(Jumriati)

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 29 c. menyiapkan alat dan media pembelajaran
siswa terdapat 14 siswa yang tidak tuntas yang dibutuhkan, menyiapkan instrumen
dengan presentase 48,2% dengan nilai penelitian berupa catatan lapangan,
ketuntasan antara 0-74 sedangkan siswa yang pedoman pengamatan, lembar penilaian
tuntas dalam pembelajaran ada 15 siswa dengan menulis cerpen, dan kamera foto sebagai
persentase (51,72%) dengan nilai ketuntasan dokumentasi.
antara 75-100, dengan persentase tersebut maka 2) Pelaksanaan siklus II
ketuntasan hasil tes siswa untuk siklus I berada a) Pertemuan Pertama
pada kategori baik (kategori indikator Pada pertemuan I ini, guru memberi
keberhasilan). Jadi, nilai hasil tes kemampuan penjelasan kepada siswa mengenai kekurangan
menulisa cerita pendek siswa telah memenuhi mereka dalam menulis cerpen yang telah
kriteria ketuntasan minimal (KKM) kemampuan dilakukan pada siklus I. Ternyata masih terjadi
membaca cerita pendek sebesar ≥ 75 dengan kendala yaitu siswa belum mampu
persentase ≥ 51,72% dari seluruh siswa, maka mengembangkan cerita dengan baik, sehingga
kelas di anggap masih belum tuntas secara cerita kurang bervariasi. Siswa juga belum
klasikal. mampu menyajikan alur cerita sesuai dengan
1) Refleksi tahapannya. Dari segi mekanik penulisan, siswa
Setelah dilakukan perlakuan tindakan masih banyak melakukan kesalahan. Dari segi
dengan menggunakan metode Problem Based proses, aspek keaktifan siswa masih perlu
Learningpada siklus I yaitu sebanyak dua kali ditingkatkan lagi. Begitu juga dari segi produk,
pertemuan, peneliti bersama guru melakukan nilai siswa belum mencapai kriteria
analisis dan refleksi hasil perlakuan tindakan. keberhasilan yaitu minimal 75. Kemudian, guru
Kegiatan refleksi ini, didasarkan pada dan siswa saling bertanya jawab tentang
pencapaian indikator keberhasilan penelitian. masalah atau pengalaman pribadi yang pernah
Oleh karena itu, refleksi siklus I ini juga dilihat dialami siswa. Kegiatan ini sebagai apersepsi
dari segi proses dan segi produk. Segi proses, bagi siswa agar memorinya mengingat kembali
siswa menjadi antusias untuk mengikuti hal-hal yang menarik bagi siswa, sehingga
pembelajaran menulis cerpen. Siswa lebih aktif mampu menuangkannya dalam sebuah cerpen.
dalam kegiatan pembelajaran, dan berkurangnya Guru kembali menerapkan metode Problem
keluhan akan kesulitan dalam menemukan ide Based Learningdalam pembelajaran menulis
atau imajinasi dalam cerpen mereka. Perubahan cerpen. Siswa diminta mengeluarkan buku
tersebut tidak terlepas dari penggunaan metode tugasnya masing-masing untuk menuliskan draf
Problem Based Learning, karena metode kasar atau kerangka karangan, sebelum
Problem Based Learning bertujuan agar pelajar dituliskan pada lembar kerja yang telah
meningkat kecakapan pemecahan masalahnya, dipersiapkan oleh peneliti. Guru mengingatkan
lebih mudah mengingat, meningkat siswa agar tetap memperhatikan unsur-unsur
pemahamannya, meningkat pengetahuannya pembangun cerpen dan struktur kebahasaan.
yang relevan dengan dunia praktik, mendorong Selanjutnya, guru meminta masing-masing
mereka penuh pemikiran dan memotivasi individu siswa untuk praktik menulis cerpen
pelajar. dengan mengembangkan kerangka karangan
b. Pelaksanaan tindakan siklus II yang sudah mereka buat. Guru membimbing
1) Perencanaan siswa untuk mengembangkan cerita dalam alur
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dan penokohan yang mendasarkan pada masalah
rencana tindakan siklus II adalah sebagai yang harus diselesaikan. Siswa juga harus
berikut. memperhatikan penyajian alur cerita agar sesuai
a. koordinasi dengan guru pembimbing dengan tahapannya, dan penulisan ejaan yang
sebelum pelaksanaan siklus II. benar. Tak lupa guru mengingatkan kepada
b. menyiapkan Rencana Pelaksanaan siswa atas hal-hal yang telah dievaluasi
Pembelajaran (RPP) yang disusun peneliti sebelumnya, agar siswa menghasilkan cerpen
dengan guru pembimbing, yang lebih baik dari hasil yang telah dilakukan

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 6 (1), Year 2022- 17
(Jumriati)

pada siklus I. Disaat siswa sedang bekerja, guru ian i %


dan peneliti berkeliling melihat pekerjaan siswa.
a) Pertemuan Kedua 1 85- Sangat 4 13,79%
Pada pertemuan II siklus II ini, siswa 100 tinggi
melanjutkan tugas menulis cerpen mereka 2 75-84 Tinggi 20 68,96%
dengan patokan draf kasar yang telah dilakukan 3 56-74 Sedang 0 0%
pada pertemuan sebelumnya. Setelah siswa
menyelesaikan tugas menulis cerpen, beberapa 4 41-55 Rendah 0 0%
siswa membacakan hasil karya mereka di depan 5. 0-40 Sangat 5 17,24%
kelas, sementara siswa yang lain Rendah
memperhatikan, kemudian siswa diminta untuk Jumla 29 100%
mengoreksi hasil tulisan mereka dan h
memperbaiki kesalahan penulisan yang masih
ada pada cerpen siswa sebelum pada akhir
pelajaran dikumpulkan. Setelah semua kegiatan Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa
inti selesai, pembelajaran menulis cerpen dari 27 subjek penelitian, pada kategori sangat
dengan metode Problem Based kurang, tidak terdapat siswa dengan persentase (
Learningdiakhiri. 0 %) yang mendapat nilai ≤ 40, dan tidak ada
3) Tahap Observasi siswa untuk kategori kurang dengan persentase (
Observasi yang dilakukan oleh peneliti 0%) yang memiliki nilai antara 41-55,
dalam siklus II ini sama seperti yang dilakukan sementara pada kategori cukup juga tidak
dalam siklus I. Hal pokok yang diamati dalam terdapatsiswa dengan persentase (0%) yang
observasi ini adalah proses pembelajaran dan mendapat nilai antara 56-74, dan untuk kategori
hasil pembelajaran. Hal yang diamati dalam baik terdapat nilai 20 siswa dengan persentase
siklus II ini adalah dari situasi kegiatan belajar (68,96%) yang mendapatkan nilai antara 75-84
siswa adalah situasi belajar, perhatian, sedangkan siswa yang memperoleh nilai antara
keaktifan, dan proses belajar. Sementara itu, hal 85-100 dengan kategori baik sekali sebanyak 9
yang diamati dari peran guru adalah siswa dengan persentase (31,02%). Sesuai
penyampaian materi, kejelasan tugas, dengan nilai rata-rata hasil tes kemampuan
pembimbingan, dan pemantauan. menulis cerita pendek pada tes siklus I diperoleh
nilai rata-rata sebesar 82,7% masuk dalam
Pada siklus II di peroleh ada 25 dari 29 siswa
kategori baik. Apabila hasil belajar siswa pada
yang memenuhi nilai kriteria ketuntasan
tes siklus II dianalisis, maka persentase
minimal (KKM) yaitu 75, berdasarkan hasil
ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan
belajar siswa pada siklus II di ketahui nilai rata-
metode Problem Based Learning pada siklus II
rata adalah 82,7 % dengan ketuntasan
dapat dilihat pada tabel berikut
kemampuan menulis cerita pendek dan 13,7%
Tabel Deskripsi Ketuntasan Hasil Tes
(4 siswa) belum tuntas. Hal ini berarti masih ada
Kemampuan Menulis CeritaPendek Siswa Kelas
4 orang siswa yang belum mencapai nilai VII SMP Negeri 3 Salomekko Kabupaten Bone
KKM.Selama pelaksanaan tindakan, maka
pada Siklus II
dilakukan pengamatan dengan mengggunakan
Kriteria Kategori Freku Persen
format lembar observasi guru dan lembar
Ketunta ensi tase
observasi siswa yang dilakukan oleh peneliti
san
sendiri.
0-74 Tidak 4 13,7%
Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase
Tuntas
Nilai Hasil Kemampuan Menulis Cerita
75-100 Tuntas 25 82,7%
Pendek Siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Salomekko Kabupaten Bone pada Siklus II Jumlah 29 100
No Skor Katego Frek Persent
Penila ri uens ase

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 6 (1), Year 2022- 18
(Jumriati)

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 29 Dengan adanya implementasi tindakan-


siswa terdapat 4 siswa yang tidak tuntas tindakan mulai dari siklus I sampai siklus II,
dengan presentase 13,7% dengan nilai peneliti dan guru kolaborator mengevaluasi
ketuntasan antara 0-74 sedangkan siswa yang tindakan yang sudah dilaksanakan. Berdasarkan
tuntas dalam pembelajaran ada 25 siswa dengan hasil diskusi antara peneliti dan guru,
persentase (82,7%) dengan nilai ketuntasan penggunaan metode Problem Based Learning
antara 75-100, dengan persentase tersebut maka dalam pembelajaran menulis cerpen
ketuntasan hasil tes siswa untuk siklus II berada menunjukkan peningkatan dari segi proses dan
pada kategori baik (kategori indikator hasil yang cukup berarti. Peningkatan secara
keberhasilan). Jadi, nilai hasil tes keterampilan proses dapat dilihat dengan adanya peningkatan
menulisa cerita pendek siswa telah memenuhi kualitas pembelajaran dari awal siklus I hingga
kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥ akhir siklus II. Hal itu dapat ditinjau dari
75 dengan persentase ≥ 82,7% dari seluruh keantusiasan siswa dalam mengikuti
siswa, maka penerapan metode Problem Based pembelajaran, perhatian siswa terhadap
Learning pada menulis cerpen meningkat. penjelasan guru, peran siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, serta suasana belajar mengajar
Kemampuan membaca cerita pendek siswa di kelas. Beberapa indikator tersebut
setelah dilaksanakan tes pada siklus I dan II. menunjukkan peningkatan yang cukup baik,
Pada siklus I terdapat 7 siswa dengan sehingga kualitas proses pembelajaran
persentase (24,13%) berada pada kategori berlangsung lebih aktif, kreatif, dan
kurang, 7 siswa dengan persentase (24,15% menyenangkan. Selain itu, peran guru dalam
berada dalam tingkat penguasaan cukup, 15 menyampaikan materi, kejelasan dalam
siswa dengan persentase (51,72%) berada pada memberikan tugas, serta keterampilan guru
kategori baik, yang berada pada tingkat dalam membimbing atau memantau siswa
penguasaan baik sekali. Untuk siklus I jumlah selama pembelajaran juga dinilai sangat baik
siswa yang tuntas hanya 15 siswa dengan bagi terciptanya kualitas pembelajaran yang
persentase (51,72%) yang berarti belum optimal dalam menulis cerpen.
memenuhi kriteria ketuntasan minimal dan Pembahasan
masih berada pada kategori kurang (kategori Pembahasan penelitian didasarkan pada
indikator keberhasilan). Sedangkan, pada siklus hasil siklus I dan Siklus II. Pada tahap
II tidak ada siswa yang masuk dalam kategori perencanaan, peneliti melakukan diskusi dengan
sangat kurang, tidak terdapat juga siswa yang guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra
berada dalam tingkat penguasaan cukup, 20 Indonesia untuk membahas masalah atau
siswa dengan persentase (68,96%) berada pada kendala yang dialami oleh guru dan siswa
kategori baik dan 4 siswa dengan persentase dalam pembelajaran menulis cerpen dengan
(13,79%) yang berada pada tingkat penguasaan harapan akan diselesaikan melalui penerapan
baik sekali. Untuk siklus II jumlah siswa yang metode Problem Based Learning. Pada tahap ini
tuntas ada siswa dengan persentase (82,7%) peneliti juga telah menyiapkan lembar observasi
yang berarti telah memenuhi kriteria ketuntasan dan alat dokumentasi untuk menilai proses
minimal dan berada pada kategori baik pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti
(kategori indikator keberhasilan). mengamati proses pembelajaran yang dilakukan
Hal tersebut menunjukkan bahwa oleh guru dalam penerapan metode Problem
peningkatan hasil kemampuan menulis cerita Based Learning.
pendek siswa melalui metode Problem Based Selanjutnya pada tahap perencanaan
Learning di kelas VII SMP Negeri 3 disiklus II, peneliti dan guru merumuskan
Salomekko Kabupaten Bone telah mencapai rencana pelaksanaan pembelajaran hampir sama
standar indikator keberhasilan yang telah dengan siklus I. Pelaksanaan yang dilakukan
ditetapkan. akan lebih dimaksimalkan pada kekurangan-
4) Refleksi kekurangan yang terdapat pada siklus I. Pada
siklus II ini diusahakan agar guru dapat

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 6 (1), Year 2022- 19
(Jumriati)

memberikan motivasi kepada siswa pada tiap mengalami peningkatan pada siklus II. Pada
pertemuan, supaya siswa dapat lebih siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa yaitu
bersemangat pada saat proses pembelajaran 51.72% dengan kategori cukup. Berdasarkan
menulis cerpen. pengamatan peneliti, hasil evaluasi siswa
Pada tahap pelaksanaan tindakan, menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam
aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan menulis cerpen belum tuntas secara maksimal
bahwa pada kegiatan awal pembelajaran, mulai karena belum mencapai KKM. Pada
pada kegiatan menyimak tujuan pembelajaran pembelajaran siklus II terjadi peningkatan, guru
dan menyimak materi pembelajaran siswa menjelaskan kembali tentang cerpen secara
kurang aktif. Menurut pengamatan peneliti hal spesifik kepada siswa sehingga siswa tidak lagi
ini disebabkan oleh ketidaksiapan siswa dalam mengulangi kesalahan pada pembelajaran siklus
menerima materi. Kelemahan tersebut akan II. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
diperbaiki pada pembelajaran siklus II dengan pada siklus II sebesar 82,7% dengan kategori
jalan guru lebih memotivasi dan mempersiapkan baik sekali.
siswa sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Simpulan
Begitu pula halnya pada saat menulis cerpen Berdasarkan hasil penelitian dan
siswa masih tampak malas dan tidak antusias. pembahasan yang telah dikemukakan
Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengamatan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
pada proses kegiatan pembelajaran berlangsung, penggunaan metode Problem Based Learning
menunjukkan penelitian tindakan pada siklus I dapat meningkatkan keterampilan menulis
belum berhasil secara maksimal. cerpen siswa kelas VII SMP Negeri 3
Namun, pada siklus II aktivitas siswa Salomekko Kabupaten Bone. Peningkatan
tampak mengalami perubahan. Secara umum, keterampilan menulis cerpen dengan
dibandingkan dengan siklus II lebih banyak menggunakan metode Problem Based Learning
siswa yang aktif daripada siklus I seperti pada tersebut, dilihat berdasarkan peningkatan secara
berikut ini, siswa aktif mengikuti proses proses dan produk. Peningkatan secara proses
pembelajaran yang berlangsung. Siswa aktif dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain
menyimak tujuan pembelajaran yang siswa menjadi aktif dalam bertanya, siswa lebih
disampaikan oleh guru, aktif menyimak materi berani dalam mengemukakan pendapat dan
pembelajaran, aktif bertanya, menanggapi, berani untuk berkomentar. Selain itu, dalam
membuat catatan, dan aktif dalam menulis pembelajaran menulis cerpen siswa juga sudah
cerpen. Hal ini dapat terlihat dari keantusiasan mampu mengikuti pelajaran dengan lebih baik,
siswa dalam belajar. contohnya siswa tidak bercanda dengan teman,
Berdasarkan hasil observasi, siswa lebih tidak bicara sendiri dengan teman sebangku,
bersemangat mengikuti pembelajaran menulis siswa menjadi lebih fokus dalam
cerpen melalui metode Problem Based Learning memperhatikan penjelasan guru dan
. Siswapun telah memiliki keberanian dan rasa mengerjakan tugas. Kelancaran pembelajaran
percaya diri saat menyajikan hasil kerja masing- menulis cerpen pada penelitian ini tidak terlepas
masing. Berdasarkan hasil observasi, dari pengaruh metode Problem Based Learning
wawancara, dan nilai siswa dalam menulis yang mampu menarik perhatian dan minat siswa
cerpen melalui metode Problem Based Learning terhadap pembelajaran menulis cerpen.
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran siklus II Peningkatan secara produk dapat dilihat dari
telah mengalami peningkatan dan berhasil perbandingan perolehan skor rata-rata menulis
secara maksimal. Oleh karena itu pembelajaran cerpen siswa. Skor rata-rata menulis cerpen
keterampilan menulis cerpen melalui metode siswa pada siklus I sebesar 51,72%. Pada siklus
Problem Based Learning tidak dilanjutkan lagi II, skor rata-rata menulis cerpen siswa
pada siklus berikutnya. meningkat sebesar 82,7%. Peningkatan skor ini
Secara umum frekuensi hasil siswa menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan
dalam menulis cerpen melalui metode Problem dalam siklus I dan siklus II, mampu
Based Learning berdasarkan kriteria penilaian meningkatkan kemampuan siswa VII SMP

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)
Jurnal Edumaspul, 6 (1), Year 2022- 20
(Jumriati)

Negeri 3 Salomekko dalam pembelajaran


menulis cerpen. Penerapan metode Problem
Profil Penulis
Based Learning juga mampu memberikan
motivasi dan kesenangan dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya Jumriati, dilahirkan di Nusa Kabupaten Bone,
menulis cerpen. Siswa terlihat lebih aktif dan 16 Juni 1989 yang sekarang merupakan dosen di
lebih bersemangat dalam mengikuti proses Universitas Islam Makassar. Penulis menempuh
pembelajaran menulis cerpen. pendidikan di SD Inpres 10/73 Arallae
Kabupaten Bone pada tahun 1996 dan tamat
Daftar Pustaka pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan
[1] Alwasilah, Chaedar. 2013. Pokok Menulis. pendidikan ke SMP Negeri 3 Salomekko
Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Kabupaten Bone pada tahun 2002 dan tamat
[2] Aminudin. 2004. Pengantar Apresiasi Sastra. pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang
Bandung: Sinar Baru Algensindo. sama, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA
[3] Amir, M. Taufik. 2009. Inovasi Pendidikan Negeri 1 Kahu Kabupaten Bone dan tamat pada
melalui Model Problem Based Learning. tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis kembali
Jakarta: Prenada Media Group. melanjutkan studi ke Universitas Negeri
[4] Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Makassar (UNM) Pada tahun 2013 melanjutkan
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. pendidikan diprogram pascasarjana Universitas
[5] Dalman. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: Negeri Makassar dan lulus pada tahun 2015.
Rajawalipers.
[6] Nurgiantoro. (2011). Penilaian
Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
[7]Shoimin, Aris.2013. Model Pembelajaran
Inovatif dalam Kurikulum. Yogyakarta:
Ar-ruzz Media.
[8] Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[9] Sumardjo, Jacob. 2007. Menulis Cerpen.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[10] Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa.
[11] Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.

Copyright © 2022 Edumaspul - Jurnal Pendidikan (ISSN 2548-8201 (cetak); (ISSN 2580-0469 (online)

Anda mungkin juga menyukai