Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERPAJAKAN

Diajukan Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Sistem dan Prosedur Perpajakan

Disusun Oleh:

Kelompok 3 (Tiga)
Melda Hayani
(S 1. 2. 19. 016)

Dosen Pembimbing: Fauza Rahmat, S.H.I, MA

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH ( PSY )


JURUSAN EKONOMI BISNIS DAN SYARIAH
STAI- YAPTIP PASAMAN BARAT
TAHUN 1443 H/ 2022 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim,
Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kepada Illahi
Rabi, Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan limpahan karunia-Nya ,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Sistem Perpajakan pada Mata Kuliah
Pengantar Perpajakan.
Kami menyadari, bahwa setiap hasil karya manusia meskipun telah
dipersiapkan sebaik apapun, pasti masih jauh dari kata kesempurnaan serta
mengandung banyak kekurangan. Sehingga kami mengaharapkan kritik maupun saran
dari pembaca agar kesalahan yang kami buat dalam menyusun Makalah ini dapat kami
perbaiki menjadi lebih baik lagi.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita
dalam memahami Mata Kuliah Pengantar Perpajakan. Dan kami ucapkan terima
kasih.

Ujung Gading, 18 Juni 2022

Kelompok III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penggunaan istilah pajak dalam sejarah dunia ini telah dikenal masyarakat
sejak zaman dahulu. Sejalan dengan perkembangan zaman, pajak pun terus
berkembang, temasuk pengertian, fungsi, tujuan, teknis ,dan teori tentang pajak serta
pemungutan pajak. Pada masa colonial Belanda , perpajakan mulai tumbuh dan
dijalankan di Indonesia. Namun pada masa Kolonial Belanda ini peungutan pajak
dilakukan dengan memberikan upeti hasil dari pertanian maupun perternakan pribumi
untuk diserahkan kepada Pemerintah untuk kepentingan Negara. Namun , pada masa
era Reformasi Perpajakan pada tahun 1983 mulailah ditetapkan pemungutan pajak
dilakukan dengan nilai tukar yaitu Uang. Dengan keadaan seperti ini maka system-
sistem yang akan dilakukan untuk pemungutan pajak pun ditetapkan untuk perpajakan
di Indonesia.
Dalam makalah ini kami menjelaskan dan mepaparkan tentang Sistem
Pemungutan Pajak di Indonesia.Mengingat pentingnya pemungutan pajak ini, patut
kiranya penduduk Indonesia mengetahui tentang penggolongan pajak dan sistem
pemungutan pajak agar potensi pajak dapat tercapai dan tertanam kesadaran wajib
pajak.
1.2RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan kami bahas dalam Makalah ini ,yaitu meliputi :
a. Bagaimana system pemungutan pajak ?
b. Bagaimana cara dalam pemungutan pajak ?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari Makalah yang kami susun,yaitu untuk :
a. Untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengantar Perpajakan
b. Untuk lebih memahami dan mengerti bagaimana system pemungutan pajak di
Indonesia
c. Untuk mengerti tata cara pemungutan pajak
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Perpajakan


A. Pengertian
Sistem perpajakan adalah cara yang digunakan oleh pemerintah untuk
memungut atau menarik pajak dari rakyat dalam rangka membiayai pembangunan dan
pengeluaran pemerintah lainnya.Ciri dari corak sistem perpajakan di Indonesia
berdasarkan undang-undang yang berlaku antara lain sebagai berikut :
a. Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta
masyarakat untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
b. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak berada pada
anggota masyarakat wajib pajak sendiri.
c. Anggota masyarakat wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (self
assessment).

B. System Pemungutan Pajak


Menurut Mansyuri (2002) Sistem Pemungutan Pajak dapat dibagi menjadi
empat (4) , yaitu :
1.) Official Assessment System
Yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan dan
menghitung besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak terletak pada aparat
pemungut pajak. Sistem ini pada umumnya diterapkan pada pengenaan pajak
langsung . Dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif karena utang pajak baru
timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh aparat pemungut pajak.
Dengan demikian berhasil atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung
pada aparatur pajak karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada pada
aparatur pajak.
Misalnya seperti Sistem yang diterapkan dalam hal pelunasan Pajak Bumi
Bangunan (PBB), dimana KPP akan mengeluarkan surat ketetapan pajak
mengenai besarnya PBB yang terutang setiap tahun. Jad wajib pajak tidak perlu
menghitung sendiri, tapi cukup membayar PBB berdasarkan Surat Pembayaran
Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan olek KPP dimana tempat objek pajak
tersebut terdaftar.

2.) Self Assessment System

Yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk menentukan


dan menghitung besarnya pajak terhutang berada pada Wajib Pajak. . Dalam
sistem ini wajib pajak harus bersifat aktif untuk menghitung, menyetor dan
melaporkan pajaknya sendiri, sedangkan Fiskus (Aparat Pemungut Pajak )
hanya memberi penerangan, pengawasan atau sebagai verifikasi. Fiskus tidak
ikut campur dalam perhitungan besarnya pajak terhutang kecuali Wajib Pajak
menyalahin aturan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pemungutan pajak
banyak tergantung pada Wajib Pajak karena inisiatif kegiatan dan peran
dominan berada pada Wajib Pajak , meskipun masih ada peran aparatur pajak
dalam hal Wajib Pajak menyalahin aturan. Sistem ini diterapkan dalam
penyampaian SPT Tahunan PPh (baik untuk Wajib Pajak Badan maupun Wajib
Pajak Orang Pribadi), dan SPT Masa PPN.

3.) Full Self Assement System


Yaitu suatu system perpajakan dimana wewenang untuk menghitung
besarnya pajak terhutang oleh Wajib Pajak berada pada Wajib Pajak itu sendiri
dalam menghitung ,menyetor dan melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus ( aparat
pemungutan pajak) tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak yang
terhutang , sehingga berhasil tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung
pada Wajib Pajak karena inisiatif kegiatan dan peran dominan perpajakan
berada pada Wajib Pajak.
4.) Semi Full Assement System
Yaitu system perpajakan yang menggabungkan antara self assement dan
official assement .

Menurut Safri Nurmantu ( 2003 : 108 ) berpendapat bahwa terdapat tiga jenis
system pemungutan pajak penghasilan , yaitu :

1. Official Assement System


2. Self Assement System
3. Withholding Tax System
Withholding Tax System adalah suatu system perpajakan dimana pihak ketiga
diberi kepercayaan (kewajiban) atau diberdayakan (empowerment) oleh undang-
undang perpajakan untuk memotong pajak penghasilan dengan tarif tertentu dari
penghasilan yang dibayarkan kepada wajib pajak. Jadi yang berperan aktif dalam
system ini adalah pihak ketiga,bukan Fiskus dan bukan pulak Wajib Pajak. Fiskus
akan berperan jika terjadi gejala bahwa pemotongan pajak tidak atau tidak
sepenuhnya melaksanakan kewajibannya untuk memotong pajak. Jika terjadi
gejala wajib pajak tidak atau tidak sepenuhnya melaksanakan kewajiban
perpajakannya, maka Fiskus dapat melakukan tindakan pemeriksaan, bahkan
sampai pada tindakan penyidikan jika terdapat indikasi adanya perbuatan pidana
Fiskal.

2.2 Cara Pemungutan Pajak


Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yakni :

1.) Riil Stelsel ( Stelsel Nyata)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek ( penghasilan ) yang nyata, sehingga


pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan Stelsel ini terletak
pada pemungutan pajak yang dikenakan bersifat lebih realistis, sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada saat akhir periode yakni saat
dimana penghasilan wajib pajak benar-benar dapat diketahui secara Riil.
2.) Fictive Stelsel (Stelsel Anggapan)

Pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang , contohnya penghasilan wajib pajak pada suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumya sehingga pada awal tahun pajak teah dapat ditetapkan
besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan Stelsel ini yakni
telah diketahuinya pajak yang dibayar selama tahun perjalanan tanpa harus menunggu
akhir tahun. Namun kelemahannya pada stelsel ini adalah pajak yang dibayarkan tidak
berdasarkan pada keadaan yang sebenarnya.

3.) Stelsel Campuran


Stelsel ini merupakan kombinasi antara Stelsel nyata dan Stelsel Anggapan.
Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak yang disesuaikan dengan keadaan
yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar
daripada pajak menurut anggapan maka wajib pajak harus membayar
kekurangannya. Sebaliknya , apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih
kecil daripada pajak menurut anggapan maka kelebihan yang timbul
merupakan hak wajib untuk meminta kembali (restitusi).
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa
Sistem pemungutan untuk perpajakan dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu
seperti Official Assement System , Self Assement System , Full Self Assement
System , Semi Full Self Assement System yang merupakan pembagian dari pendapat
Mansyuri. Sedangkan yang sering digunakan yaitu pendapat dari Safri Nurmantu
berpendapat bahwa system pemungutan pajak dibagi menjadi beberapa bagian yaitu
seperti Official Assement System , Self Assement System , Witholding Tax Sistem .
Di indonesia sendiri Sistem yang digunakan yaitu Self Assement System.

B.     Saran
Dari pemahasan yang di diskusikan kami sangat menyarankan ataupun
mengharapkan kepada Wajib Pajak harus lebih peka dan aktif dengan kewajibannya.
Kami mengaharapkan kepada pihak-pihak yang mengetahui mengenai pajak untuk
lebih mensosialisasikan kepada masyarakat agar lebih memahami menganai pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Harjo,Dwikora ,2013, Perpajakan Indonesia , Jakarta : Mitra Wacana Media.

Hanum,Zulia,Rukmini,2012,Perpajakan Pendekatan Populer dan Praktis,Bandung


: Citapustaka Media Perintis.

Nasution, M. rizki, (2015). Makalah tentang Sistem Perpajakkan. Retrieved From


http://ilmukusemua.blogspot.com/2015/03/makalah-sistem-perpajakkan.html

Anda mungkin juga menyukai